Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.

3 Maret 2015 (167-174) ISSN: 2337-6732

EVALUASI KAPASITAS KOLOM BETON BERTULANG YANG


DIPERKUAT DENGAN METODE CONCRETE JACKETING
Jenefer Teofany Kaontole
M. D. J. Sumajouw, R. S. Windah
Universitas Sam Ratulangi Fakultas Teknik Jurusan Sipil Manado
Email: jkaontole@yahoo.co.id

ABSTRAK
Komponen beton bertulang dapat mengalami kegagalan fungsi dimana struktur tersebut tidak mampu
lagi menahan beban yang bekerja disebabkan karena adanya kerusakan pada beton sehingga
diperlukan adanya sistem perkuatan pada beton tersebut. Concrete Jacketing adalah salah satu
sistem perkuatan atau perbaikan beton dengan cara menyelimuti beton yang telah ada dengan beton
tambahan.
Pengujian ini bertujuan untuk mengevaluasi dan membandingkan seberapa besar Kapasitas Kolom
Beton Bertulang yang diperkuat dengan metode Concrete Jacketing. Pada penelitian ini perawatan
dilakukan selama 28 hari dengan menggunakan 2 benda uji berupa Kolom Bulat dengan ukuran
10/35 cm dengan jumlah benda uji sebanyak 16 buah dan 10/50 cm dengan jumlah benda uji
sebanyak 4 buah. Tulangan longitudinal yang digunakan berdiameter 10 mm dan diameter tulangan
sengkang 6 mm.
Hasil Pengujian menyatakan bahwa metode Concrete Jacketing berpengaruh terhadap Kapasitas
Kolom beton bertulang dalam menerima beban. Hal ini dapat dilihat dari Hasil Pengujian untuk
Benda Uji Kolom dengan dimensi berbeda sebelum dan setelah menggunakan concrete jacketing
mengalami peningkatan yang cukup signifikan.

Kata Kunci : Perkuatan beton bertulang, Concrete Jacketing, Kapasitas Kolom

PENDAHULUAN Beton yang telah dibuat dan menjadi


sebuah struktur, harus dirawat selama usia
Latar Belakang strukturnya. Tindakan perawatan ini
Struktur beton bertulang banyak dimaksudkan untuk menjamin tercapainya usia
digunakan pada berbagai konstruksi bangunan, ekonomi struktur tersebut. Keawetan struktur
yang terdiri dari gabungan bahan jenis beton dan beton selama masa pelaksanaan masih tetap
baja tulangan. Seiring dengan kemajuan memerlukan jaminan pengawasan
infrastruktur bangunan dan keinginan manusia pelaksanaannya, agar beton tidak menimbulkan
untuk mendapat sesuatu yang lebih baik, memicu kerusakan pada kondisi normal selama umur
manusia untuk mencari lewat pengadaan rencana. Namun, kadangkala beton dapat rusak
eksperimen-eksperimen maupun teoritis untuk selama masa umur rencananya.
mendapatkan hasil yang dapat memenuhi Komponen beton bertulang dapat
kebutuhan pembangunan, salah satu komponen mengalami suatu kegagalan fungsi dimana
yang berperan penting pada konstruksi bangunan struktur tersebut tidak mampu lagi menahan
adalah beton. Sampai saat ini beton masih beban yang bekerja disebabkan karena kejadian
menjadi pilihan utama dalam pembuatan alam, misalnya gempa bumi. Dampak dari
struktur. selain karena kemudahan dalam kejadian alam tersebut bervariasi dari kategori
mendapatkan material penyusunnya, hal itu juga rusak ringan, sedang, berat dan runtuh. Dengan
disebabkan oleh penggunaaan tenaga yang cukup kerusakan tersebut maka perlu upaya perbaikan
besar sehingga dapat mengurangi masalah struktur beton bertulang tersebut dengan metode
penyediaan lapangan kerja. Selain dua kinerja perbaikan yang baik dan mudah dikerjakan
utama yang telah disebutkan di atas, yaitu dilapangan
kekuatan tekan yang tinggi dan kemudahan Dengan semakin banyaknya struktur
pengerjaannya, kelangsungan proses pengadaan beton yang mengalami kerusakan pada masa
beton pada proses produksinya juga menjadi layannya maka diperlukan pengetahuan
salah satu hal yang dipertimbangkan. mengenai teknologi perkuatan struktur yang
tepat guna. Teknik perkuatan struktur beton

167
Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.3 Maret 2015 (167-174) ISSN: 2337-6732

semakin berkembang pesat seiring dengan keruntuhan tekan tidak memberikan peringatan
kemajuan jaman, tidak hanya material yang awal yang cukup jelas.
digunakan namun perkuatan struktur pun Kolom bersengkang merupakan jenis yang
mengalami berbagai macam perkembangan yang paling banyak digunakan karena murahnya harga
luar biasa terutama dalam hal inovasi baru, yang pembuatannya. Sekalipun demikian, kolom
sebelumnya tidak terpikirkan oleh kita. Salah segiempat maupun bundar dengan tulangan
satu dari sekian metode perkuatan struktur adalah berbentuk spiral kadang-kadang digunakan juga,
perkuatan dengan Metode concrete Jacketing. terutama apabila diperlukan daktilitas kolom
yang cukup tinggi seperti pada daerah-daerah
Tujuan Penelitian gempa. Kemampuan kolom berspiral untuk
Adapun beberapa Tujuan dari Penelitian ini menahan beban maksimum pada deformasi besar
adalah : mencegah terjadinya collapse pada struktur
- Untuk Mengetahui pengaruh metode secara keseluruhan sebelum terjadinya
Concrete Jacketing terhadap Kapasitas redistribusi total momen dan tegangan selesai.
Kolom Beton Bertulang
Kekuatan Kolom Yang Dibebani Eksentris
Manfaat Penelitian Analisa beban, dilakukan untuk
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat mengetahui seberapa besar beban aksial
memberikan beberapa manfaat bagi maksimum dan beban lateral maksimum yang
perkembangan teknologi beton, antara lain mampu diterima oleh sampel uji kolom hingga
sebagai berikut : mengalami kegagalan.
- Memberikan informasi tentang Concrete Rumus yang digunakan untuk perhitungan
Jacketing sebagai salah satu metode beban aksial Untuk kolom bulat dari beton
perkuatan struktur pada Kolom Beton bertulang
Bertulang.
- Hasil penelitian ini akan menjadi sumber Pnmaks = 0,8 φ [ 0,85 f'c (Ag – Ast) + fy Ast ]
informasi tentang pembuatan Kolom beton
bertulang yang diperbesar penampangnya Rumus yang digunakan untuk
dengan cara menyelimuti dengan beton perhitungan beban lateral adalah :
tambahan. Untuk kolom bulat dari beton bertulang :
Pnmaks = 0,85 φ f'c b a + A's f's – As fs

LANDASAN TEORI Sistem Perkuatan dan Perbaikan Struktur


pada Kolom
Kolom Pada umumnya bangunan gedung
Kolom adalah batang tekan vertikal dari direncanakan dapat berfungsi selama masa layan
rangka (frame) struktural yang memikul beban tertentu. Namun selama masa layannya,
dari balok. Kolom meneruskan beban-beban dari bangunan rentan terhadap kerusakan akibat
elevasi atas ke elevasi yang lebih bawah hingga berbagai hal. Setiap kerusakan diusahakan dapat
akhirnya sampai ke tanah melalui pondasi. dideteksi sedini mungkin, sebab satu kerusakan
Karena kolom merupakan komponen tekan, dapat merembet, memicu dan memperparah
maka keruntuhan pada satu kolom merupakan kerusakan lainnya.
lokasi kritis yang dapat menyebabkan collapse Triwiyono (2005) menyatakan bahwa
(runtuh) lantai yang bersangkutan dan juga perbaikan atau perkuatan struktur atau elemen-
runtuh batas total (ultimit total collapse) seluruh elemen struktur diperlukan apabila terjadi
strukturnya. degradasi bahan yang berakibat tidak terpenuhi
Keruntuhan kolom struktural merupakan lagi persyaratan-persyaratan yang bersifat teknik
hal yang sangat berarti ditinjau dari segi yaitu : kekuatan (strength), kekakuan (stiffness),
ekonomis maupun segi manusiawi. Oleh karena stabilitas (stability) dan ketahanan terhadap
itu, dalam merencanakan kolom perlu lebih kondisi lingkungan (durability). Tidak
waspada, yaitu dengan memberikan kekuatan terpenuhinya persyaratan-persyaratan tersebut
cadangan yang lebih tinggi daripada yang tidak hanya disebabkan karena kerusakan saja
dilakukan pada balok dan elemen struktural akan tetapi perubahan peraturan (code) dengan
horizontal lainnya, terlebih lagi karena persyaratan yang lebih ketat, mungkin saja
struktur yang sebelumnya dianggap memenuhi

168
Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.3 Maret 2015 (167-174) ISSN: 2337-6732

persyaratan, menjadi tidak lagi, sehingga pada struktur, jenis kerusakan, kondisi beton
diperlukan tindakan perkuatan. dan baja/tulangan.
Ada dua jenis perbaikan yang dapat 2. Informasi dan catatan mengenai struktur,
dilakukan dalam pekerjaan retrofitting yaitu sangat diperlukan dalam hal
repairing dan strengtheing. Istilah repairing perbaikan/perkuatan struktur, kondisi yang
diterapkan pada bangunan yang sudah rusak, akurat mengenai struktur bangunan yang
dimana telah terjadi penurunan kekuatan, untuk diperoleh dari gambar pelaksanaan (as built
dikembalikan seperti semula. Sedangkan drawing) serta dokumen/catatan yang dibuat
strengtheing adalah suatu tindakan modifikasi semasa pelaksanaan pembangunan maupun
struktur, mungkin belum terjadi kerusakan, masa pemeliharaan.
dengan tujuan untuk menaikkan kekuatan atau 3. Pengujian struktur, dilakukan untuk
kemampuan bangunan untuk memikul beban- memperoleh informasi lebih jelas mengenai
beban yang lebih besar akibat perubahan fungsi tingkat kerusakan dan kondisi struktur,
bangunan dan stabilitas. dilakukan beberapa pengujian terhadap
Adanya Perkuatan kolom beton adalah elemen beton bertulang yang rusak maupun
tindakan untuk mengantisipasi kolom dari terhadap struktur secara keseluruhan.
kerusakan yang dapat terjadi, misalnya Pengujian yang dilakukan dapat berupa
kerusakan akibat pengaruh lingkungan yang pengujian merusak (destructive testing) atau
disebabkan karena cuaca dan suhu, kesalahan pengujian tak merusak (Non destructive
dalam perencanaan, adanya perubahan fungsi testing), adapun informasi yang diperoleh
bangunan dari rencana semula (disain) dan akibat melalui pengujian ini diantaranya: lebar dan
beban yang berlebihan dari kapasitas yang kedalaman retak, kondisi beton, potensi
direncanakan serta akibat beban sementara korosi baja, kuat tekan beton, modulus
seperti gempa , beban hidup yang besar yang elastisitas beton, daya dukung struktur.
tidak terduga, dan lain sebagainya. 4. Diagnosa penyebab kerusakan, penyebab
Perkuatan kolom dilakukan dengan tujuan kerusakan harus dapat dinyatakan secara
antara lain: jelas sebelum dilakukan kajian lanjut
1. Meningkatkan kapasitas beban hidup yang mengenai upaya perbaikan/perkuatan yang
dapat ditanggung oleh kolom. akan dilakukan. Diagnosa yang kurang tepat
2. Menambah perkuatan pada kolom untuk mengenai penyebab kerusakan akan
mengatasi kesalahan perencanaan maupun mengurangi efektifitas upaya perbaikan
konstruksi. bahkan memperburuk kondisi struktur.
3. Meningkatkan ketahanan kolom bangunan
terhadap gaya gempa yang akan terjadi Pemilihan Bahan Perbaikan dan Perkuatan
dilihat dari tingkat kepentingan bangunan, Setelah melakukan kajian mendalam dan
lokasi bangunan, dan lain sebagainya. mengetahui jenis perkuatan yang dibutuhkan dan
4. Menambah atau menggantikan penulangan dimungkinkan struktur dapat diperkuat, maka
yang berkurang akibat kerusakan karena langkah selanjutnya adalah pemilihan metoda
tumbukan atau korosi. perbaikan untuk masing-masing elemen struktur.
Perkuatan struktur diperlukan apabila Didalam pemilihan ini juga terkait pemilihan
kerusakan yang terjadi menyebabkan degradasi bahan agar diperoleh hasil perbaikan yang
terhadap hal-hal berikut ini: Kekuatan, kekakuan, kekuatannya sesuai dengan yang diinginkan dan
stabilitas, ketahanan terhadap kinerja tertentu, tahan lama. Secara umum persyaratan bahan
dan fungsi struktur.Tahapan kegiatan dalam untuk perbaikan/perkuatan adalah :
melakukan perbaikan dan perkuatan terhadap 1. Susut kecil.
struktur beton bertulang, diantaranya kajian 2. Melekat secara baik.
kerusakan, struktural, ekonomi dan kajian 3. Muaian dan modulus elastisitas tidak jauh
lainnya. dengan bahan yang diperbaiki.
Dalam kajian kerusakan diperlukan langkah- 4. Permeabilitas rendah.
langkah yang mesti dilakukan: 5. Tahan lama.
1. Pengamatan Lapangan, yang dilakukan di
lokasi bangunan untuk mendapatkan Sistem Perkuatan Concrete Jacketing
informasi aktual mengenai: lokasi kerusakan Konsep dasar metode ini adalah
pembesaran dimensi dan penambahan tulangan
pada elemen struktur untuk meningkatkan

169
Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.3 Maret 2015 (167-174) ISSN: 2337-6732

kinerja elemen tersebut. Pembesaran tersebut a. Kelebihan


dilakukan dengan Jacketing. Jacketing dari 1) Mampu meningkatkan daktalitas struktur
bahan beton telah terbukti sebagai solusi dan kekuatan struktur (kapasitas aksial,
perkuatan yang efektif untuk meningkatkan kapasitas lentur, dan kemampuan geser).
kinerja seismik kolom. Teknik perkuatan 2) Mampu menambah kekakuan struktur.
struktur ini digunakan pada kolom bangunan 3) Mampu meningkatkan stabilitas Struktur.
yang bertujuan untuk memperbesar penampang 4) Biaya lebih ekonomis dibandingkan
kolom, maka penampang kolom menjadi besar metode perkuatan lainnya.
dari pada sebelumnya sehingga kekuatan geser b. Kekurangan
beton menjadi meningkat. Keuntungan utama 1) Ukuran kolom setelah dipasang
dari metode ini adalah memberikan peningkatan perkuatan akan menjadi lebih besar
dan pertambahan batas daripada kekuatan dan sehingga akan mengurangi ruang kosong
duktilitas beton, dan keuntungan kedua, yang ada.
bahwasannya jacket dalam melindungi dari 2) Jika penempatan concrete jacketing ini
kerusakan fragment dan struktur yang diperbaiki tidak perhatikan dengan baik maka dapat
memiliki kemampuan dalam menerima beban, menyebabkan kekakuan yang tidak
karena jacket dapat mengurangi kegagalan geser merata.
langsung (direct shear), namun dapat juga 3) Kemampuan kapasitas dari concrete
menyediakan peningkatan kapasitas struktur itu jacketing lebih rendah dibandingkan
sendiri. perkuatan dengan steel jacketing, CFRP,
Agar perkuatan concrete jacketing ini GFRP, AFRP.
dapat bekerja secara maksimal, maka ada
beberapa spesifikasi minimum yang harus PELAKSANAAN PENELITIAN
dipenuhi. Menurut dokumen CED 39 (7428),
spesifikasi minimum yang harus dipenuhi antara Metode yang digunakan dalam penelitian
lain : ini diawali dengan studi pustaka, dilanjutkan
a. Mutu beton pembungkus yang harus lebih dengan penelitian yang dilaksanakan di
besar atau sama dari mutu beton existing. laboratorium Struktur dan Material Bangunan
b. Untuk kolom yang tulangan longitudinal Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi.
tambahan tidak dibutuhkan, minimum harus Pembuatan benda uji pada masing-masing
diberikan tulangan 12 mm di keempat perlakuan seperti pada tabel berikut:
ujungnya dengan sengkang 8 mm.
c. Minimum tebal jacketing 100 mm Tabel 1 Perlakuan Pada Benda Uji
d. Diameter tulangan sengkang minimum 8
mm tidak boleh kurang 1/3 tulangan
longitudinal.
e. Jarak maksimal tulangan sengkang pada
daerah ¼ bentang adalah 100 mm, dan jarak
vertikal antar tulangan sengkang tidak boleh
melebihi 100 mm. Secara umum pelaksanaan penelitian ini
terdapat beberapa langkah pekerjaan. Diawali
dengan menetapkan komposisi campuran,
penyiapan material, pemeriksaan material,
pembuatan benda uji, perawatan, dan pengujian
benda uji. Tahapan-tahapan penelitian tersebut
diatas, dilaksanakan dengan berdasarkan standar
peraturan pengerjaan beton yang disesuaikan
dengan kondisi laboratorium.
Sebagian langkah pemeriksaan material
Gambar 1. Tampak atas Kolom dengan perkuatan hanya dibatasi pada pemeriksaan karakteristik,
Concrete Jacketing karena dianggap penting dalam perhitungan
komposisi campuran. Namun tidak semua
Metode concrete jacketing memiliki material dapat diperiksa karakteristiknya. Tidak
kelebihan dan kekurangan, adapun sebagai dilakukan pemeriksaan terhadap air dan material
berikut : aditif. Semua material (semen, agregat) berasal

170
Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.3 Maret 2015 (167-174) ISSN: 2337-6732

dari tempat yang berbeda, diteliti untuk digunakan berukuran diameter 4” dan 6” dengan
ditetapkan sebagai bahan pembentuk beton. tinggi masing-masing 35 cm dan 50 cm.
Semua bahan ditempatkan pada tempat yang
aman dan tidak mengalami perubahan fisik dan Perawatan dilakukan agar proses hidrasi
kimia serta bebas dari benda asing. Untuk selanjutnya tidak mengalami gangguan. Jika hal
menjaga kelembaban supaya tetap, material ini terjadi, beton akan mengalami keretakan
dimasukan ke dalam kantong plastik. karena kehilangan air yang begitu cepat.
Semen yang digunakan adalah semen Perawatan dengan cara di rendam dalam air
portland tipe-1. Air yang digunakan dalam dilakukan selama 28 hari pada benda uji sebelum
proses mencampur beton adalah air dari fakultas di jacketing dan tanpa rendaman selama 28 hari
Teknik UNSRAT. Agregat kasar adalah Batu pada benda uji sesudah jacketing
pecah yang berasal dari Tateli. Batu pecah Setelah perawatan selama 28 hari sejak
diperoleh melalui pemecah batu (stone crusher) pengecoran, pembebanan dilakukan. Kolom
dengan ukuran 4.75 – 19 mm, kemudian diayak beton ditempatkan pada alat uji
dengan menggunakan saringan no.4
Agregat halus adalah pasir yang berasal
dari Sawangan. Pasir yang digunakan adalah
yang lolos saringan no.4. Agregat halus
pasir berasal dari Sawangan, Agregat kasar batu
pecah berasal dari Tateli. Pengujian Gradasi,
Kadar Lumpur, Berat Jenis dan Absorpsi
Agregat Halus, Keausan dan Berat Volume
untuk perhitungan proporsi campuran beton
dilaksanakan sesuai dengan SK SNI M-10-1989-
Susunan beton itu harus dibuat sedemikian
rupa agar kekuatan yang akan dicapai sebesar-
besarnya, oleh karena itu perlu direncanakan
komposisi campuran. Ini terutama dalam
pengambilan bahan penyusun beton yang
memiliki ukuran butiran yang berbeda, sehingga Gambar 2. Kolom bulat yang ditempatkan pada alat
uji
terdapat suatu pori-pori yang minimum. Butiran
halus harus mengisi pori antara bagian agregat
yang lebih kasar. Campuran semen dengan air
pembuat itu harus dapat mengisi lubang-lubang
antara bagian dari agregat halus. Pengerjaan
beton yang dibuat secara manual dan pabrikasi
mutunya harus dapat dipertahankan terhadap
kekuatan, keawetan, bentuk awal, dan kedap
air.Selanjutnya adukan beton itu tidak hanya
harus mengeras bagian-bagian pada kerikil atau
batu pecah dengan sempurna tapi harus juga
mengisi pori-pori antara bagian-bagian yang
kasar seluruhnya. Untuk ini diperlukan suatu
perbandingan yang tepat antara semen, air,
agregat kasar dan agregat halus beserta bahan
tambahan lainnya. Setelah penetapan komposisi
campuran, hal yang perlu diperhatikan Gambar 3. Pemasangan concrete jacketing pada
menyangkut cara pelaksanaan campuran, kolom bulat
efisiensi, bleeding, dan segregasi yang akan
terjadi bila pencampuran telah dilakukan. Analisa data dilakukan setelah pengujian dan
Cetakan beton yang digunakan untuk hasil analisa dibuat dalam bentuk tabel dan
membuat kolom bulat menggunakan Pipa PVC, grafik.
hal ini dilakukan karena tidak tersedianya
cetakan di laboratorium. Pipa PVC yang

171
Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.3 Maret 2015 (167-174) ISSN: 2337-6732

Diagram Alir Penelitian Tabel 3 Nilai P Maksimum dari Kolom Bulat (10/50)

350

300

250

Pn [kN]
200

150 Sebelum Jacketing

Sesudah Jacketing
100

50

0
Kolom 10/35 cm
Kolom 10/50 cm

Dimensi Kolom
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Gambar 4. Grafik Perbandingan Kekuatan Pmaks
Pengujian Kolom Kolom bulat sebelum menggunakan concrete
Uji pembebanan dilakukan setelah beton jacketing dan setelah menggunakan concrete jacketing
berumur 28 hari. Kolom yang akan diuji
dibedakan menjadi dua kelompok dengan Perbandingan Perhitungan Analitis Kapasitas
masing-masing tinggi 35 cm dengan jumlah 16 Beban Aksial Kolom dengan Hasil
buah dan 50 cm dengan jumlah 4 buah , yaitu Laboratorium
kolom bulat sebelum dilakukan perbaikan yang Data-data yang diperoleh dari
mempunyai dimensi 10/35 cm dan 10/50 cm, Laboratorium Struktur dan Material Bangunan
dengan kolom setelah dilakukan perbaikan yang Teknik Sipil Universitas Sam Ratulangi Manado
mempunyai dimensi 15/35 cm dan 15/50 cm, dibandingkan dengan hasil analisis. Analisa
sehingga total benda uji sebanyak 20 buah. Dari beban, dilakukan untuk mengetahui seberapa
hasil pengujian di dapat Pmaksimum untuk besar beban aksial maksimum.
setiap benda uji.
Diketahui :
Tabel 2. Nilai P maksimum dari Kolom Bulat (10/35) Untuk Kolom bulat dengan ukuran 10/35 cm
diameter tulangan memanjang 10 mm
dtul = 10 mm
h = 35 cm
f’c = 15,5275 MPa (menggunakan kuat
tekan rata-rata dari hasil lab)
fy = 240 MPa

Solusi :
Ast =2x = 157,0796327 mm2
Ag = = 96211,27502 mm2

Perhitungan beban aksial menggunakan


persamaan
Pnmaks = 0,8 φ [ 0,85 f'c (Ag – Ast) + fy Ast ]

172
Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.3 Maret 2015 (167-174) ISSN: 2337-6732

Pnmaks = 0,8 x 0,85 [ 0,85 x 15,5275 x(96211,27502 –


157,0796327) + 240 x 157,0796327 ] 899.77542
Pnmaks= 899775,4298 N = 899,7754298 kN 98

Untuk Kolom bulat dengan ukuran 10/50 cm


diameter tulangan memanjang 10 mm
dtul = 10 mm
h = 50 cm
f’c = 17,12 MPa (menggunakan kuat 274.41
184.49
tekan rata-rata dari hasil lab)
fy = 240 MPa
Hasil Lab Sebelum Hasil Lab Sesudah Perhitungan Analitis
Jacketing Jacketing
Solusi :
Ast =2x = 157,0796327 mm2 Kapasitas Kolom [Kn]
2
Ag = = 196349,5408 mm
Gambar 5. Grafik Perbandingan Perhitungan Analitis
Perhitungan beban aksial menggunakan Kapasitas Kolom dengan Hasil Pengujian
persamaan 2.1 Laboratorium untuk Kolom Bulat 10/35 cm

Pnmaks = 0,8 φ [ 0,85 f'c (Ag – Ast) + fy Ast ]


Pnmaks = 0,8 x 0,85 [ 0,85 x 17,12 x
(196349,5408 – 157,0796327) + 240 x 1979.0941
157,0796327 ] 44
Pnmaks = 1979094,144 N = 1979,094144 kN

Tabel 4. Perbandingan Perhitungan Analitis Kapasitas


Kolom dengan Hasil Pengujian Laboratorium
untuk Kolom Bulat 10/35 cm
238.25 302.55

Hasil Lab Sebelum Hasil Lab Sesudah Perhitungan Analitis


Jacketing Jacketing

Kapasitas Kolom [Kn]

Gambar 6. Grafik Perbandingan Perhitungan Analitis


Kapasitas Kolom dengan Hasil Pengujian
Laboratorium untuk Kolom Bulat 10/50 cm

PENUTUP

Kesimpulan
Berdasarkan Analisa data penelitian hasil
pengujian serta grafik-grafik yang ada ,maka
Tabel 5. Perbandingan Perhitungan Analitis Kapasitas penulis dapat menarik kesimpulan-kesimpulan
Kolom dengan Hasil Pengujian Laboratorium sebagai berikut :
untuk Kolom Bulat 10/50 cm 1. Perbaikan dengan Metode Concrete
Jacketing mempunyai pengaruh yang
signifikan dan pengaruh tersebut terlihat
pada kedua kolom bulat dimensi berbeda
yang di uji di laboratorium.
2. Kapasitas Kolom maksimum di dapat pada
Kolom bulat dengan ukuran 10/50 cm,
dimana hasil pengujian sebelum dan
sesudah menggunakan concrete jacketing
naik sebesar 64,25 Kn.

173
Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.3 Maret 2015 (167-174) ISSN: 2337-6732

3. Perhitungan Kapasitas Kolom (Pnmaks) Saran


secara Analitis menunjukkan hasil yang
1. Perlu adanya penelitian lebih lanjut dengan
lebih signifikan. Dimana, Pnmaks yang
variasi jarak sengkang , variasi dimensi
didapat menggunakan rumus lebih besar
benda uji , variasi ketebalan concrete
nilainya dibandingkan hasil pengujian
jacketing, variasi umur atau variasi metode
kolom di laboratorium
curing lainnya.

DAFTAR PUSTAKA
Arif Soenaryo, M.Taufik H dan Hendra Siswanto, 2009, “Perbaikan Kolom Beton Bertulang
menggunakan Concrete Jacketing dengan Prosentase Beban Runtuh yang Bervariasi”
Jurnal Rekayasa Sipil, Volume 3, No.2, 2009. Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas
Brawijaya Malang.

Triwiyono A, Wikana I, 2000. “Kuat Geser Kolom Beton Bertulang Penampang Lingkaran yang
Diperbaiki dengan Metode Concrete Jacketing“ Tesis Program Studi Teknik Sipil
Program Pasca sarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Triwiyono, A, 2000. Evaluasi dan Rehabilitasi Struktur Beton, Buku Ajar Magister Teknologi Bahan
Bangunan Program Pasca Sarjana UGM, Yogyakarta.

Mulyono Tri, 2005. “Teknologi Beton”. Yogyakarta. ANDI

Gurki Sembiring Thambah J, 2007. “Beton Bertulang Edisi Revisi”. Bandung. Rekayasa Sains

Nawy, Edward G., 1990. Beton Bertulang Suatu Pendekatan Dasar. Bandung. Eresco

SNI 03-2487-2002, Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung, Badan
Standardisasi Indonesia.

174

Anda mungkin juga menyukai