Anda di halaman 1dari 8

STEP 1 : TERMINOLOGI

Z skor : skor standar berupa jarak skor seseorang dari mean kelompoknya dalam satuan standar
deviasi. Gunanya untuk membandingkan posisi seseorang dengan orang lain dalam kelompok
masing-masing .

SD (standar deviasi) : nilai statistik yang digunakan untuk menentukan bagaimana sebaran data
dalam sampel, dan seberapa dekat titik data individu ke mean - atau rata-rata - nilai sampel.

Wasting (balita kurus) : Ditandai dengan kurangnya berat badan menurut panjang/tinggi
badan anak (BB/TB). Panjang badan digunakan untuk anak berumur kurang dari 24 bulan dan
tinggi badan digunakan untuk anak berumur 24 bulan ke atas. Balita kurus disebabkan karena
kekurangan makan atau terkena penyakit infeksi yang terjadi dalam waktu yang singkat.
Karakteristik masalah gizi yang ditunjukkan oleh balita kurus adalah masalah gizi akut.

Stunting : kondisi di mana anak mengalami gangguan pertumbuhan sehingga menyebabkan ia


lebih pendek ketimbang teman-teman seusianya.
. merupakan masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam
waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan
gizi. Stunting terjadi mulai janin masih dalam kandungan dan baru nampak saat anak berusia
dua tahun.

STEP 2 DAN 3 : RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan anak laki-laki umur 16 bulan berat badannya di bawah
garis merah (BGM) dan mengapa bisa demikian ?

BMG / under red line weight : Berat badan Balita hasil penimbangan yang dititikkan dalam KMS
dan berada di bawah garis merah. Hasil timbangan berat badan Balita di bawah garis merah
pada Kartu Menuju Sehat (KMS). BGM ini merupakan warning untuk mengkonfirmasi dan
menentukan penanganan lanjutan.(Sumber : Panduan Penggunaaan KMS Balita bagi Petugas
Kesehatan, Depkes 2000)

Gizi di bawah garis merah adalah keadaan kurang gizi tingkat berat yang disebabkan oleh
rendahnya konsumsi energi dan protein dari makanan sehari-hari dan terjadi dalam waktu yang
cukup lama. Tanda-tanda klinis dari gizi buruk secara garis besar dapat dibedakan marasmus,
kwashiorkor atau marasmic-kwashiorkor (WHO, 2005).

Gizi buruk adalah keadaan kekurangan energi dan protein tingkat berat akibat kurang
mengkonsumsi makanan yang bergizi dan atau menderita sakit dalam waktu lama. Itu ditandai
dengan status gizi sangat kurus (menurut BB terhadap TB) dan atau hasil pemeriksaan klinis
menunjukkan gejala marasmus, kwashiorkor atau marasmik kwashiorkor (Supriasa, 2001).
2. Mengapa petugas puskemas mengintruksikan pengukuran tinggi badan?

Pengukuran tinggi badan digunakan untuk menilai status perbaikan gizi. Pengukuran ini dapat
dilakukan dengan sangat mudah dalam menilai gangguan pertumbuhan dan perkembangan.
Tinggi Badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal.
Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan
tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif pada masalah kekurangan gizi
dalam waktu singkat. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam
waktu yang relatif lama.
Tinggi Badan (TB) merupakan parameter paling penting bagi keadaan yang telah lalu dan
keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat. Tinggi badan juga merupakan
ukuran kedua yang penting, karena dengan menghubungkan berat badan terhadap tinggi badan
(quac stick) faktor umur dapat dikesampingkan.

3. Apa maksud dari z skor kecil dari -3sd dari standar WHO-NCHS?

Secara umum, rumus perhitungan Z-score adalah

Z-score =
Nilai simpang baku rujukan disini maksudnya adalah selisih kasus dengan standar +1 SD atau -1
SD. Jadi apabila BB/TB pada kasus lebih besar daripada median, maka nilai simpang baku
rujukannya diperoleh dengan mengurangi +1 SD dengan median. Tetapi jika BB/TB kasus lebih
kecil daripada median, maka nilai simpang baku rujukannya menjadi median dikurangi dengan -
1 SD.

Z-Score atau simpangan baku digunakan untuk menilai seberapa jauh penyimpangannya dari
angka median (nilai tengah). Perhitungan Z-Score berbeda untuk populasi yang distribusinya
normal atau tidak normal.
- Pengukuran Distribusi Normal.
Konsep distribusi normal sangat membantu untuk memahami apa itu z-score. Dlam satu
distribusi normal, sebagian besar nilai dikelompokan di tengah, dan distribusi pengukuran berada
disekitar angka median yang berbentuk lonceng. Pada kurva normal, satu z-score
menggambarkan seberapa jauh penyimpangan baku seorang anak dari angka median.
Kurva tersebut dihasilkan dari pengukuran Panjang/Tinggi Badan anak-anak yang dibuat dalam
grafik, hasilnya menyerupai distribusi normal. Setiap segmen pada sumbu horizontal
menggambarkan satu simpangan baku atau z-score.
Pada distribusi normal, z-score -1 dan +1 mempunyai jarak yang sama dari angka median ( 0 ).
Jarak dari angka median ke +1 z-score adalah setengah dari jarak ke +2 z-score.
Cara perhitungan Z-Score adalah sebagai berikut :
Z score =

Keterangan :
Xi : Nilai yang diamati atau hasil pengukuran yang sebenarnya
Mi : Nilai Referensi Median
SBi : Z-Score (standar baku) dari populasi referensi/rujukan

Kategori BB/U :
1. Kategori Gizi Buruk, jika Z-score < -3,0
2. Kategori Gizi Kurang, jika Z-score >=-3,0 s/d Z-score <-2,0
3. Kategori Gizi Baik, jika Z-score >=-2,0 s/d Z-score <=2,0
4. Kategori Gizi Lebih, jika Z-score >2,0

4. Mengapa dokter puskesmas juga memperkirakan anak tampak dalam keadaan


wasting dan stunting ?

5. Apa hubungan anak tersebut merupakan anak ke enam, lahir dengan BBLR serta tidak
mendapatkan asi ekslusif dengan keadaannya sekrg?

1. Status gizi ibu bayi sebelum hamil


Status gizi seorang calon ibu bayi memenentukan asupan yang diperoleh bayi dalam
kandungan. Kecukupan status gizi sebelum kehamilan dinilai menggunakan indeks masa tubuh
(IMT). Salah satu penelitian menunjukkan perempuan yang berbadan kurus atau dengan IMT <
18,5 memiliki peluang dua kali lebih besar untuk melahirkan bayi dengan berat rendah
dibandingkan individu dengan IMT normal. Saat sebelum memasuki masa kehamilan, IMT
menggambarkan perkembangan tubuh dan kecukupan asupan untuk ibu dan bayi.
2. Berat badan ibu bayi saat sedang hamil
Peningkatan asupan untuk memenuhi kebutuhan bayi pasti akan berdampak pada kenaikan
berat badan saat kehamilan. Kenaikan berat badan berkisar antara 5 kg hingga 18 kg yang
disesuaikan dengan status gizi sebelum hamil, pada individu berbadan normal kenaikan berat
badan yang disarankan sekitar 11 kg hingga 16 kg. Kenaikan berat badan yang terlalu sedikit
meningkatkan risiko bayi lahir dengan berat rendah. Hal ini dibuktikan oleh penelitian oleh
Frederik dan kolega yang menemukan kenaikan berat badan ibu hamil memiliki hubungan
positif terhadap berat bayi saat dilahirkan, semakin besar peningkatan berat badan ibu hamil
maka akan semakin tinggi berat badan bayi saat dilahirkan.
3. Usia Ibu saat sedang hamil
Bayi berat lahir rendah pada umumnya ditemukan pada ibu yang hamil saat usia remaja. Tubuh
seorang perempuan usia remaja belum siap untuk mengalami kehamilan, hal ini juga dapat
disebabkan kecukupan nutrisi pada usia tersebut. Kehamilan usia remaja yang paling
sering terjadi pada usia 15-19 tahun. Akibatnya, risiko melahirkan berat bayi lahir rendah
menjadi lebih tinggi 50% dibandingkan usia normal untuk menjalani kehamilan atau sekitar 20-
29 tahun.
4. Jarak waktu melahirkan anak
Jika waktu kehamilan terlalu berdekatan dengan waktu melahirkan anak sebelumnya maka
kemungkinan tubuh ibu bayi belum menyimpan nutrisi yang cukup untuk kehamilan
selanjutnya. Kebutuhan nutrisi akan meningkat saat hamil, dan akan lebih tinggi lagi jika ibu
mengalami kehamilan dan harus memberikan ASI secara bersamaan sehingga meningkatkan
risiko bayi berat lahir rendah. Suatu penelitian di India menemukan bahwa Ibu yang melahirkan
BBLR cenderung memiliki interval kelahiran yang lebih singkat. Rata-rata BBLR terjadi pada ibu
yang melahirkan dengan jarak hanya 24 bulan dari kelahiran yang sebelumnya.
5. Kondisi kesehatan ibu
Kesehatan ibu saat menjalani kehamilan maupun riwayat kesehatan sebelum
dapat berkontribusi menyebabkan BBLR. Tidak hanya masalah kesehatan fisik, namun juga
kesehatan psikologis ibu. Berikut beberapa masalah kesehatan ibu yang dapat menyebabkan
bayi berat lahir rendah:
Anemia – Kondisi ini pada umumnya disebabkan karena kekurangan zat besi (Fe) dalam darah
saat kehamilan dan diatasi dengan mengonsumsi suplemen tablet Fe saat hamil.
Riwayat keguguran dan melahirkan BBLR – salah satu masalah yang menyebabkan keguguran
adalah ketika tubuh tidak dapat mempertahankan kandungan. Individu dengan usia lebih dari
30 biasanya lebih berisiko memiliki kandungan yang lebih lemah sehingga berisiko melahirkan
prematur dan BBLR.
Penyakit Infeksi – beberapa penyakit infeksi yang dapat menyebabkan BBLR adalah HIV,
toxoplasmosis dan listeria. HIV dapat ditularkan melalui plasenta ibu yang terinfeksi HIV kepada
bayi hingga menyebabkan gangguan perkembangan dan imun bayi sejak dalam kandungan.
Sedangkan toxoplasmosis dan listeria menginfeksi lewat makanan yang tidak matang atau tidak
higienis.
Komplikasi kehamilan – di antaranya gangguan pada uterus dan letak plasenta yang lebih
rendah sehingga bayi harus dilahirkan dengan operasi caesar saat kurang dari usia kandungan
normal.
Pregnancy blues – disebabkan gangguan hormonal yang menyebabkan kesedihan terus-
menerus selama hamil. Dampaknya dapat menghilangkan nafsu makan dan kelelahan yang
konstan pada ibu hamil.
Paparan alkohol dan asap rokok saat hamil (pasif maupun aktif) – konsumsi keduanya
menyebabkan racun masuk ke aliran darah ibu hamil dan dapat merusak plasenta, sehingga
dapat merusak sumber nutrisi bagi bayi dalam kandungan. Keduanya juga dapat menyebabkan
kerusakan sel terutama protein dan lapisan lipid. Konsumsi alkohol sebanyak 20 gram saja
dapat menyebabkan janin mengalami hambatan perkembangan dan bernapas.
6. Melahirkan bayi kembar
Dengan adanya lebih dari satu bayi dalam kandungan, maka tubuh akan berusaha lebih keras
untuk memenuhi kebutuhan nutrisi. Jika mengalami kekurangan nutrisi saat kehamilan, ini
dapat menyebabkan berat lahir rendah. Bayi yang lahir kembar juga cenderung memiliki badan
yang lebih kecil karena keterbatasan ruang untuk berkembang saat dalam kandungan sehingga
mereka memiliki berat lahir yang lebih rendah. Ada baiknya Ibu yang sudah terdeteksi akan
memiliki bayi kembar meningkatkan kecukupan asupan dan meningkatkan berat badan berkisar
antara 14 kg hingga 23 kg agar dapat mengurangi risiko melahirkan bayi kembar dengan berat
lahir rendah.

Dampak jika tidak diberi asi eksklusif :


Obesitas
Bayi yang tidak di beri ASI otomatis akan di berikan susu formula untuk mengganti ASI tersebut.
Karena dalam susu formula mengandung lemak yang tinggi sehingga mengakibatkan bayi yang
mengkonsumsi susu formula bisa mengalami kegemukan atau obesitas. Jika sudah kelebihan
berat badan maka tumbuh kembang bayi akan terlambat seperti tengkurap, merangkak dan
lain sebagainya. Sebenarnya bayi yang gendut akan lucu tapi apakah bagus jika berat badannya
lebih dari standar. Sebenarnya pemberian ASI itu masih di katakan baik jika takaran yang di
berikan masih sesuai dengan nutrisi yang di butuhkan bayi. Dengan kata lain tidak kebanyakan.

Risiko penyakit dan infeksi


Selain membuat bayi obesitas, mengkonsumsi susu formula akan meningkatkan peluang bayi
mengalami alergi, asma, gangguan pencernaan, anemia dan sebagainya. Hal itu di sebabkan
oleh kandungan nutrisi yang ada dalam susu formula tidak sesuai dengan nutrisi yang bayi
butuhkan sesuai dengan umurnya. Selain hal itu faktor pendukung lainnya adalah jika bayi tidak
mengkonsumsi ASI otomatis dia akan mengkonsumsi susu formula menggunakan dot. Dot yang
terbuat dari karet dan plastik rentan sekali terhadap jamur dan kuman yang mudah sekali
berkembang sehingga jika di konsumsi bayi secara terus menerus akan semakin menurunkan
daya tahan tubuh yang berakhir pada mudahnya tubuh bayi terkena infeksi atau penyakit.

Menurunkan kecerdasan otak


Efek bayi tidak minum ASI yang per orang tua perhatikan selanjutnya adalah menurunkan
kecerdasan otak. Hasil ini merupakan hasil dari sebuah penelitian yang dilakukan oleh smith dkk
yang di dalam Roesli (2008), bayi yang tidak memperoleh ASI dengan maksimal bahkan sama
sekali tidak mendapatkan ASI kecerdasan otak (kognitif) anak akan menurun. Hal ini di buktikan
dengan test semua fungsi intelektual, kemampuan verbal, dan motorik anak. Hasilnya adalah
score yang di dapatkan oleh anak yang tidak minum ASI lebih rendah daripada anak yang
minum ASI.

Kurang Gizi
Pemberian susu formula secara berlebihan telah di sebutkan di atas bahwa anak kemungkinan
akan mengalami kegemukan. Namun, hati-hati bunda jika bunda memberikan susu formula
terlalu sedikit dan encer dengan tujuan untuk irit. Ini akan sangat berbahaya bagi bayi.
Mengurangi jumlah takaran susu formula sama dengan mengurangi jumlah nutrisi yang akan di
berikan kepada sang anak. Jika hal ini di lakukan secara terus menerus, bayi akan kekurangan
gizi yang kemudian akan berefek mudahnya terserang penyakit seperti diare.

Risiko kematian
Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa di Amerika serikat banyak bayi yang tidak minum ASI
mengalami demam, takikardia, menurunnya aliran darah, dan kejang pada usia 11 hari dan
meninggal di usia 20 hari (Weir (2002) dalam Roesli, 2008). Hal ini mungkin memang tidak akan
terjadi jika takaran susu formula yang di berikan kepada sang buah hati sesuai dan juga
peralatan alat minum bayi yang di bersihkan dengan teratur. Roesli (2008) juga menyebutkan
bahwa bayi yang tidak di berikan ASI risiko kematiannya akan meningkat 25% setelah kelahiran.

Kerusakan struktur gigi (karies gigi)


Bayi yang tidak di berikan ASI, akan terus menerus meminum susu formula. Di dalam susu
formula terdapat kandungan sukrosa yang cukup tinggi. Sukrosa merupakan karbohidrat di
dalam susu yang memberikan rasa manis pada susu formula. Jika anak terus menerus
mengkonsumsi susu formula dalam jangka waktu yang cukup lama. Sukrosa akan terus
menumpuk dan dapat merusak struktur gigi bayi.
Pengikisan email gigi juga akan lebih cepat. Hal ini disebabkan oleh pH mulut bayi akan turun
dan masih akan tetap di bawah standar sampai 1 jam. Ini konsumsi dalam 1 jam, bayangkan jika
bayi 3 sampai 5 kali minum minum susu formula. Lebih dari 3 jam pH mulut bayi di bawah 5,5.

Risiko menjadi pemarah saat dewasa


Air Susu Ibu (ASI) mengandung serotonin atau zat anti stres yang di bentuk di 2 tahun pertama
pertumbuhan anak. Jika bayi tidak mengkonsumsi ASI maka anak tidak akan mendapatkan zat
ini dan akan lebih berisiko menjadi anak yang pemarah. Hal ini mungkin tidak akan terlihat jika
anak masih kecil karena anak masih bisa di kendalikan oleh orang tua. Namun, jika sudah
dewasa terkadang anak akan mudah depresi dan pemarah. Hal ini juga di dukung dengan zat
yang ada dalam susu formula, yaitu Mangan (Mn). Zat ini bisa membuat anak menjadi lebih
stres.
Itulah beberapa efek bayi tidak minum ASI, bijaklah bunda dalam memutuskan bayi akan
mengkonsumsi ASI atau tidak. Hal ini di sebabkan oleh ASI eksklusif merupakan nutrisi yang
sangat baik jika di berikan kepada bayi pada umur 0-6 bulan bahkan 2 tahun.

6. Mengapa pendidikan ibu berpengaruh terhadap keadaan anka tersebut?

Faktor yang meningkatkan risiko gizi buruk dan kurang adalah frekuensi sakit anak dalam 6
bulan terakhir, pendapatan keluarga, pengetahuan ibu tentang gizi, frekuensi ke posyandu dan
sumber air minum. Variabel lainnya yaitu: jumlah anak, status pekerjaan ibu, jarak kelahiran,
pemberian ASI eksklusif, pemberian MP-ASI, kepemilikan jamban, kebiasaan memasak air
minum dan sistem pembuangan air limbah tidak bermakna sebagai faktor risiko gizi buruk dan
kurang

7. Mengapa anak sering jatuh terantuk pada saat senja hari?

8. Apa hubungan nya ibu obesitas dengan keadaan anaknya?

9. Apa yang dimaksud dokter puskesmas dengan fenomena khas beban gizi ganda pada
era transisi gizi di Indonesia?

Masalah kekurangan gizi kebanyakan disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dan
penyakit infeksi. Sedangkan masalah kelebihan gizi kebanyakan yang dihadapi berupa kelebihan
berat badan dan obesitas. Kelebihan gizi atau overnutrisi berisiko menyebabkan penyakit
degeneratif seperti diabetes melitus, stroke dan kanker.
Indonesia menghadapi beban gizi ganda atau double burden malnutrition, yaitu kurang
gizi dan overnutrisi. Kurang nutrisi bisa menyebabkan penyakit seperti anemia, kekurangan
vitamin dan gondok. Di sisi lain, kelebihan nutrisi dapat menyebabkan obesitas yang berisiko
memicu diabetes, penyakit jantung dan pembuluh darah. Tak hanya mengalami beban ganda, di
Indonesia juga terjadi apa yang disebut dengan nutrition transition, yaitu pola hidup pedesaan
yang mulai beralih seperti perkotaan. Penyakit-penyakit yang awalnya banyak ditemui di kota
akhirnya merambah ke desa-desa akibat pola hidup tak sehat. Pada anak-anak, dampaknya bisa
lebih berbahaya. Masalah transisi gizi terjadi karena banyak hal yang tidak bisa terkontrol lagi.
Misalnya seperti urbanisasi, pertumbuhan ekonomi, perkembangan teknologi, perubahan pola
kerja, transportasi, proses pengolahan makanan, hingga perubahan pola makan yang juga
berpengaruh pada asupan gizi.

10. Apa pemberian makanan tambahan (PMT) pemulihan pada anak?

1. Makanan tambahan pemulihan diutamakan berbasis bahan makanan atau makanan


lokal. Jika bahan makanan lokal terbatas, dapat digunakan makanan pabrikan yang
tersedia di wilayah setempat dengan memperhatikan kemasan, label dan masa
kadaluarsa untuk keamanan pangan.
2. Makanan tambahan pemulihan diberikan untuk memenuhi kebutuhan gizi balita
sasaran.
3. PMT Pemulihan merupakan tambahan makanan untuk memenuhi kebutuhan gizi balita
dari makanan keluarga.
4. Makanan tambahan balita ini diutamakan berupa sumber protein hewani maupun
nabati (misalnya telur/ ikan/daging/ayam, kacang-kacangan atau penukar) serta sumber
vitamin dan mineral yang terutama berasal dari sayur-sayuran dan buah-buahan
setempat.
5. Makanan tambahan diberikan sekali sehari selama 90 hari berturut-turut.
6. Makanan tambahan pemulihan berbasis bahan makanan /makanan lokal ada 2 jenis
yaitu berupa:
a. MP-ASI (untuk bayi dan anak berusia 6-23 bulan) b. Makanan tambahan untuk
pemulihan anak balita

usia 24-59 bulan berupa makanan keluarga.

7. Bentuk makanan tambahan pemulihan yang diberikan kepada balita dapat disesuaikan
dengan pola makanan

sebagaimana tabel 1.

Anda mungkin juga menyukai