Dasar-Dasar Perilaku Kelompok
Dasar-Dasar Perilaku Kelompok
Dasar-Dasar Perilaku Kelompok
PENDAHULUAN
Kelompok merupakan bagian dari kehidupan manusia. Tiap hari manusia akan
terlibat dalam aktivitas kelompok. Demikian pula kelompok merupakan bagian dari
kehidupan organisasi. Dalam organisasi akan banyak ditemui kelompok-kelompok
ini. Hampir pada umumnya manusia yang menjadi anggota dari suatu organisasi
besar atau kecil sangan kuat kecenderungannya untuk mencari keakraban dalam
kelompok-kelompok tertentu. Dimulai dari adanya kesamaan tugas pekerjaan yang
dilakukan, kedekatan tempat kerja, seringnya berjumpa, dan barangkali adanya
kesamaan kesenangan bersama, maka timbullah kedekatan satu dengan lainnya.
Mulailah mereka berkelompok dalam organisasi tertentu.
Dasar pokok yang amat penting dari daya tarik antar individu dan pembentukan
kelompok adalah secara sederhana karena adanya kesempatan berinteraksi satu
sama lain. Hal ini dapat dipahami secara jelas, bahwa orang yang jarang melihat,
atau berbicara satu sama lain sulit dapat tertarik. Hasil-hasil penelitian
membuktikan bahwa faktor lingkungan juga merupakan penentu untuk menaikkan
atau mengurangi kesempatan berinteraksi.
1
1.3 TUJUAN PENULISAN
2
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Muzafer Sherif, kelompok adalah kesatuan yang terdiri dari dua
atau lebih individu yang telah mengadakan interaksi sosial yang cukup intensif dan
teratur, sehingga di antara individu itu sudah terdapat pembagian tugas, struktur dan
norma-norma tertentu.
3
d. Dari sisi interaksi, menyatakan bahwa inti dari pengelompokkan adalah
interaksi dalam bentuk interpedensi.
2) Kelompok informal
Merupakan persekutuan yang tidak berstruktur secara formal dan tidak
ditetapkan secara organisasi. Kelompok ini terbentuk secara alamiah dalam suasana
kerja yang muncul sebagai tanggapan terhadap kebutuhan akan kontak sosial.
Bentuk-bentuknya:
a. Kelompok kepentingan merupakan kumpulan orang-orang yang bekerja
bersama untuk mencapai tujuan khusus dan yang menjadi perhatian masing-
asing orang.
b. Kelompok persahabatan, kelompok ini terbentuk karena masing-masing
anggota mempunyai satu atau lebih karakteristik yang sama.
4
Gambar 2.1, tahap-tahap dalam pengembangan kelompok Model Lima Tahap
5
Banyak penafsir model lima tahap mengasumsikan bahwa kelompok menjadi
lebih efektif ketika kelompok itu maju melewati empat tahap yang
pertama.Kelompok tidak selalu maju dengan jelas dari satu tahap ke tahap
brikutnya.Kadang,memang beberapa tahap berlangsung secara serentak,seperti bila
kelompok itu ribut dan sekaligus melaksanakan tugas.Bahkan terkadang kembali
ke tahap sebelumnya.
6
pola-pola dan asumsi awal, kelompok tidak mampu bertindak
berdasarkan wawasan-wawasan baru dalam fase 1 ini.
3) Salah satu penemuan lebih menarik yang dijumpai dalam studi ini
adalah bahwa tiap kelompok mengalami transisi pada titik yang sama
dalam kalendernya-tepatnya separuh jalan antara pertemuan pertama
dan tanggat waktu resmi-mskipun faktanya ada beberapa kelompok
yang menghabiskan waktu sedikit,
4) Transisi ini mengakhiri Fase 1 dan dicirikan oleh ledakan perubahan
yang dicirikan oleh ledakan perubahan yang terkonsentrasi,dengan
menanggalkan pola-pola lama,dan mengadopsi persfektif baru.Transisi
itu menentukan arah revisi Fase 2.
5) Fase 2 adalah keseimbangan baru atau kurun waktu inersia baru.Dalam
fase ini, kelompok menjalankan rencana-rencana yang diciptakan
selama periode transisi.
6) Pertemuan terakhir kelompok dicirikan oleh ledakan terakhir dari
kegiatan untuk menyelesaikan kerjanya.
2.3.2 Norma
7
tertentu. Dari sudur seorang individu, norma-norma tersebut memberi tahu apa
yang diharapkan dari seorang Anda dalam situasi-situasi tertentu. Ketika
disetujui dan diterima oleh kelompok, norma berlaku sebagai cara untuk
memengaruhi perlaku dari anggota kelompok dengan kontrol eksternal yang
minimum. Norma berbeda antar kelompok, komunitas, dan masyarakat, tetapi
mereka semua memilikinya.
2.3.3 Status
2.3.4 Ukuran
8
dengan logika bahwa produktivitas dari sebuah kelompok sebagai keseluruhan
setidaknya harus seimbang dengan jumlah produktivitas setiap individu dalam
kelompok tersebut.
2.3.5 Kekohesifan
9
yang lebih baik. Pada kenyataannya, banyak para peneliti menyatakan bahwa
keputusan konsensus dengan lima atau lebih peserta akan lebih baik, karena akan
mendapatkan pengumpulan suara terbanyak dan keputusan memimpin kelompok.
Keputusan tertentu tampaknya memang menjadi lebih baik jika dibuat oleh
kelompok, seperri Keputusan tidak terprogram lebih cocok jika dibuat oleh
kelompok. Hal-hal berikut ini berhubungan dengan proses kelompok saat membuat
keputusan tak terprogram, yaitu:
10
berbicara satu sama lainnya. Setiap orang menulis gagasannya di selembar
kertas. Setelah 5 menit, dilakukan saling tukar pikiran yang terstruktur. Setiap
orang mengajukan satu gagasan. Seseorang yang ditunjuk sebagai notulen
mencatat seluruh gagasan itu di kertas di depan seluruh anggota kelompok.
c. Teknik Pengambilan Keputusan dengan Pertemuan Elektronik, Pendekatan
yang terbaru untuk pengambilan keputusan kelompok adalah mencampurkan
teknik kelompok nominal dengan teknologi komputer canggih. Bentuk ini
disebut dengan pertemuan elektronik (electronic meeting). Jika tehnologi sudah
dipakai, konsepnya sederhana saja. Sampai dengan lima puluh orang duduk
mengelilingi meja berbentuk U (tapal kuda) yang disana hanya ada seperangkat
terminal komputer. Masalah dipresentasikan kepada para peseta pertemuan dan
meraka mengetik tanggapan mereka ke layar komputer. Komentar individu,
serta jumlah suara diperlihatkan di layar proyeksi di ruangan tersebut.
11
Selain memiliki kelebihan, pengambilan keputusan secara kelompok juga
tidak lepas dari beberapa kelemahan, di antaranya adalah:
12
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
13
DAFTAR PUSTAKA
Robbins, Stephen P. dan Timothy A Judge. 2015. Perilaku Organisasi. Edisi 16.
Diterjemahkan oleh: Ratna Saraswati dan Febriella Sirait. Jakarta: Salemba Empat.
14