Dasar-Dasar Perilaku Kelompok

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kelompok merupakan bagian dari kehidupan manusia. Tiap hari manusia akan
terlibat dalam aktivitas kelompok. Demikian pula kelompok merupakan bagian dari
kehidupan organisasi. Dalam organisasi akan banyak ditemui kelompok-kelompok
ini. Hampir pada umumnya manusia yang menjadi anggota dari suatu organisasi
besar atau kecil sangan kuat kecenderungannya untuk mencari keakraban dalam
kelompok-kelompok tertentu. Dimulai dari adanya kesamaan tugas pekerjaan yang
dilakukan, kedekatan tempat kerja, seringnya berjumpa, dan barangkali adanya
kesamaan kesenangan bersama, maka timbullah kedekatan satu dengan lainnya.
Mulailah mereka berkelompok dalam organisasi tertentu.

Dasar pokok yang amat penting dari daya tarik antar individu dan pembentukan
kelompok adalah secara sederhana karena adanya kesempatan berinteraksi satu
sama lain. Hal ini dapat dipahami secara jelas, bahwa orang yang jarang melihat,
atau berbicara satu sama lain sulit dapat tertarik. Hasil-hasil penelitian
membuktikan bahwa faktor lingkungan juga merupakan penentu untuk menaikkan
atau mengurangi kesempatan berinteraksi.

1.2 RUMUSAN PERMASALAHAN


Dari pemaparan latar belakang diatas, dapat ditarik beberapa permasalahan, di
antaranya:
1. Bagaimana asal mula terbentuk dan berkembangnya sebuah kelompok?
2. Bagaimana bentuk pengambilan keputusan dalam kelompok?

1
1.3 TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui asal mula terbentuk dan berkembangnya sebuah


kelompok.
2. Untuk mengetahui bentuk pengambilan keputusan dalam kelompok.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI DAN KLASIFIKASI KELOMPOK


2.1.1 Definisi Kelompok
Robbins (2009: 356) menyatakan bahwa kelompok (group) didefinisikan
sebagai dua individu atau lebih, yang berinteraksi dan saling bergantung, bergabung
untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.

Menurut Muzafer Sherif, kelompok adalah kesatuan yang terdiri dari dua
atau lebih individu yang telah mengadakan interaksi sosial yang cukup intensif dan
teratur, sehingga di antara individu itu sudah terdapat pembagian tugas, struktur dan
norma-norma tertentu.

Menurut De Vito (1997), kelompok merupakan sekumpulan individu yang


cukup kecil bagi semua anggota untuk berkomunikasi secara relatif mudah. Para
anggota saling berhubungan satu sama lain dengan beberapa tujuan yang sama dan
memiliki semacam organisasi atau struktur diantara mereka. Kelompok
mengembangkan norma-norma, atau peraturan yang mengidentifikasi tentang
apayang dianggap sebagai perilaku yang diinginkan bagi semua anggotanya.

Sementara Gibson (1995) memandang kelompok dari empat kelompok


prespektif, diantaranya:

a. Dari sisi persepsi, kelompok dipandang sebagai kumpulan sejumlah orang


yang saling berinteraksi satu sama lain, dimana masing-masing anggota
menerima kesan atau persepsi dari anggota lain.
b. Dari sisi organisasi, kelompok adalah suatu sistem terorganisasi yang terdiri
dari dua atau lebih individu yang saling berhubungan dengan sistem
menunjukkan beberapa fungsi, mempunyai standar dari peran hubungan di
antara anggota.
c. Dari sisi motivasi, kelompok dipandang sebagai sekelompok individu yang
keberadaannya sebagai suatu kumpulam yang menghargai individu.

3
d. Dari sisi interaksi, menyatakan bahwa inti dari pengelompokkan adalah
interaksi dalam bentuk interpedensi.

Dari beberapa pandangan tersebut, Gibson menyimpulkan bahwa yang


disebut kelompok itu adalah kumpulan individu dimana perilaku dan atau kinerja
satu anggota dipengaruhi oleh perilaku dan atau prestasi anggota yang lainnya.

2.1.2 Pengklasifikasian kelompok


1) Kelompok formal
Merupakan kelompok yang ditetapkan berdasarkan struktur organisasi, dengan
penugasan kerja yang sudah ditentukan. Bentuk-bentuk kelompok formal antara
lain:
a. Kelompok komando ditentukan oleh bagan organisasi, seorang manajer dan
semua bawahannya.
b. Kelompok tugas ditetapkan oleh organisasi, menunjukkan mereka yang bekerja
bersama-sama untuk menyelesaikan pekerjaan.

2) Kelompok informal
Merupakan persekutuan yang tidak berstruktur secara formal dan tidak
ditetapkan secara organisasi. Kelompok ini terbentuk secara alamiah dalam suasana
kerja yang muncul sebagai tanggapan terhadap kebutuhan akan kontak sosial.
Bentuk-bentuknya:
a. Kelompok kepentingan merupakan kumpulan orang-orang yang bekerja
bersama untuk mencapai tujuan khusus dan yang menjadi perhatian masing-
asing orang.
b. Kelompok persahabatan, kelompok ini terbentuk karena masing-masing
anggota mempunyai satu atau lebih karakteristik yang sama.

2.2 TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN KELOMPOK


2.2.1 Model Lima-Tahap

4
Gambar 2.1, tahap-tahap dalam pengembangan kelompok Model Lima Tahap

1) Tahap pertama, pembentukan, dicirikan oleh banyak sekali ketidakpastian


mengenai maksud, struktur dan kepemimpinan kelompok. Para anggota
melakukan uji coba untuk menentukan tipe-tipe perilaku yang dapat diterima
dengan baik. Tahap ini selesai ketika para anggota telah mulai berpikir tentang
diri mereka sendiri sebagai bagian dari kelompok.
2) Tahap kedua, keributan adalah tahap komplik didalam kelompok. Para anggota
menerima baik eksistensi kelompok, tetapi melawan batasan-batasan yang
diterapkan oleh kelompok terhadap individualitas.
3) Tahap ketiga, penormaan adalah tahap dimana berkembang hubungan yang
akrab dan kelompok menunjukkan sifat kohesif (saling-tarik). Tahap ini selasai
bila struktur kelompok telah kokoh dan kelompok itu telah menyesuaikan
serangkaian harapan bersama atas apa yang disebut sebagai perilaku anggota
yang benar.
4) Tahap kekempat, pengerjaan/pelaksanaan pada tahap ini struktur itu telah
sepenuhnya berfungsi dan diterima dengan baik.Energi kelompok telah
bergeser dari mencoba mengerti dan memahami satu sama lain menjadi
pelaksanaan tugas yang ada di depan mata.
5) Tahap kelima, peristirahatan merupakan tahap terakhir dalam pengembangan
kelompok pada kelompok sementara dicirikan oleh perhatian ke penyelesaian
aktivitas bukannya ke kinerja tugas.

5
Banyak penafsir model lima tahap mengasumsikan bahwa kelompok menjadi
lebih efektif ketika kelompok itu maju melewati empat tahap yang
pertama.Kelompok tidak selalu maju dengan jelas dari satu tahap ke tahap
brikutnya.Kadang,memang beberapa tahap berlangsung secara serentak,seperti bila
kelompok itu ribut dan sekaligus melaksanakan tugas.Bahkan terkadang kembali
ke tahap sebelumnya.

2.2.2 Model Alternatif:Untuk Kelompok Temporer dengan Tenggat

Kelompok-kelompok temporer yang dibatasi tenggat waktu tamaknya


tidak mengikuti model sebelumnya.Studi-studi menunjukan bahwa kelompok
itu meiliki urutan tindakan (atau bukan-tindakan)mereka sendiri yang
unik.Urutan-urutan tersebut sebagai berikut:
1) Pertemuan pertama menentukan arah kelompok.Kerangka pola peilaku
dan asumsi dimana kelompok akan melakukan pendekatan terhadap
proyeknya muncul dalam pertemuan pertama ini.Pola-pola yang
bertahan lama dapat muncul dini pada detik-detik pertama usia
kelompok itu.
2) Begitu ditentukan,arah kelompok menjadi tetap bagaikan “ditulis di atas
batu” dan kemungkinannya kecl untuk diperiks-ulang sepanjang paruh
pertama usia kelompok.Inilah periode inersia-yaitu kelompok cendrung
berdiam diri atau menjadi terkunci kedalam arah tindakan yang tetap.
Bahkan jika kelompok memperoleh wawasan baru yang menantang

6
pola-pola dan asumsi awal, kelompok tidak mampu bertindak
berdasarkan wawasan-wawasan baru dalam fase 1 ini.
3) Salah satu penemuan lebih menarik yang dijumpai dalam studi ini
adalah bahwa tiap kelompok mengalami transisi pada titik yang sama
dalam kalendernya-tepatnya separuh jalan antara pertemuan pertama
dan tanggat waktu resmi-mskipun faktanya ada beberapa kelompok
yang menghabiskan waktu sedikit,
4) Transisi ini mengakhiri Fase 1 dan dicirikan oleh ledakan perubahan
yang dicirikan oleh ledakan perubahan yang terkonsentrasi,dengan
menanggalkan pola-pola lama,dan mengadopsi persfektif baru.Transisi
itu menentukan arah revisi Fase 2.
5) Fase 2 adalah keseimbangan baru atau kurun waktu inersia baru.Dalam
fase ini, kelompok menjalankan rencana-rencana yang diciptakan
selama periode transisi.
6) Pertemuan terakhir kelompok dicirikan oleh ledakan terakhir dari
kegiatan untuk menyelesaikan kerjanya.

2.3 PERAN, NORMA, STATUS, UKURAN DAN KEKOHESIFAN DALAM


KELOMPOK
2.3.1 Peran

Istilah ini dimaksudkan sebagai serangkaian pola perilaku yang


dikaitkan erat dengan seseorang yang menempati sebuah posisi tertentu dalam
sebuah unit sosial. Pemahaman atas perilaku peran akan secara dramatis
disederhanakan jika masing-masing dari kita memilih satuperan dan
memainkannya secara teratur dan konsisten. Sayangnya, kita diharuskan
memainkan sejumlah ragam peran, baik dalam pekerjaan maupun di luar
pekerjaan kita.

2.3.2 Norma

Norma adalah standar-standar perilaku yang dapat diterima dalam


sebuah kelompok yang dianut oleh para anggota kelompok. Norma memberi
tahu apa yang harus dan tidak harus dilakukan di bawah keadaan-keadaan

7
tertentu. Dari sudur seorang individu, norma-norma tersebut memberi tahu apa
yang diharapkan dari seorang Anda dalam situasi-situasi tertentu. Ketika
disetujui dan diterima oleh kelompok, norma berlaku sebagai cara untuk
memengaruhi perlaku dari anggota kelompok dengan kontrol eksternal yang
minimum. Norma berbeda antar kelompok, komunitas, dan masyarakat, tetapi
mereka semua memilikinya.

2.3.3 Status

Status adalah sebuah posisi atau pangkat yang didefinisikan secara


sosial yang diberikan kepada kelompok atau anggota kelompok oleh orang lain-
meresap dalam setiap masyarakat. Meskipun telah ada banyak usaha, kita
hanya mendapat sedikit kemajuan menuju sebuah masyarakat tanpa kelas.
Bahkan kelompok yang paling kecil akan mengembangkan peran-peran, hak-
hak, dan ritual-ritual untuk membedakan para anggotanya. Status adalah faktor
penting dalam memahami perilaku manusia karena hal ini adalah sebuah
motivator signifikan dan memiliki kensekuensi-konsekuensi perilaku besar
ketika individu-individu menerima perbedaan antara apa yang mereka percaya
sebagai status dna apa yang dirasakan oleh orang lain.

2.3.4 Ukuran

Apakah ukuran dari sebuah kelompok memengaruhi perilaku kelompok


secara keseluruhan? Jawaban atas pertanyaan ini pastinya adalah Ya, tetapi
pengaruhnya bergantung pada variabel yang Anda lihat. Sebagai contoh, bukti
yang ada mengindikasikan bahwa kelompok yang lebih kecil lebih cepat dalam
menyelesaikan tugas daripada kelompok yang lebih besar, dan bahwa individu-
individu berkinerja lebih baik dalam kelompok yang lebih kecil. Tetapi, jika
kelompok tersebut terlibat dalam pemecahan masalah, kelompok besar secara
konsisten mendapat nilai yang lebih baik dibandingkan yang lebih kecil.

Salah satu penemuan paling penting yang berhubungan dengan ukuran


sebuah kelompok telah diberi label kemalasan sosial (social
loafing). Kemalasan sosial adalah sebuah kecenderungan para individu untuk
mengeluarkan usaha yang lebih sedikit ketika bekerja secara kolektif daripada
ketika bekerja secara individual. Hal tersebut secara langsung bertentangan

8
dengan logika bahwa produktivitas dari sebuah kelompok sebagai keseluruhan
setidaknya harus seimbang dengan jumlah produktivitas setiap individu dalam
kelompok tersebut.

2.3.5 Kekohesifan

Kelompok-kelompok berbeda dalam kekohesifan mereka, yaitu, tingkat


di mana para anggotanya saling tertarik dan termotivasi untuk tinggal dalam
kelompok tersebut. Misalnya, beberapa kelompok kerja menjadi kohesif
karena para anggotanya telah menghabiskan banyak waktu bersama, atau
ukuran kelompok yang kecil memfasilitasi adanya interaksi yang tinggi, atau
kelompok tersebut telah mengalami ancaman-ancaman eksternal yang
menjadikan mereka lebih dekat. Kekohesifan penting karena berhubungan
dengan produktivitas kelompok.

Berbagai penelitian secara konsisten menunjukkan bahwa hubungan


kekohesifan dan produktivitas bergantung pada norma-norma terkait kinerja
yang ditetapkan oleh kelompok. Jika norma-norma terkait kinerja tinggi,
kelompok kohesif akan lebih produktif dibandingkan dengan kelompok yang
kurang kohesif. Namun jika kekohesifan tinggi dan norma kinerja rendah,
produktivitas akan rendah. Jika kekohesifan rendah dan norma kinerja tinggi,
produktivitas meningkat, tetapi lebih sedikit bila dibandingkan pada situasi
kekohesifan tinggi/norma tinggi.

2.4 PENGAMBILAN KEPUTUSAN KELOMPOK

Pengambilan keputusan sering dijelaskan sebagai tindakan memilih di antara


beberapa kemungkinan. Pengambilan keputusan adalah suatu proses lebih pelik
dari sekedar memilih di antara beberapa kemungkinan.

Banyak perdebatan muncul saat menentukan efektivitas pengambilan


keputusan secara individu atau kelompok. Secara kelompok biasanya
membutuhkan waktu lebih lama untuk mencapai keputusan, tetapi dengan
pengambilan keputusan kelompok dapat mengikut-sertakan spesialis dan ahli akan
menguntungkan karena interaksi di antara mereka akan menghasilkan keputusan

9
yang lebih baik. Pada kenyataannya, banyak para peneliti menyatakan bahwa
keputusan konsensus dengan lima atau lebih peserta akan lebih baik, karena akan
mendapatkan pengumpulan suara terbanyak dan keputusan memimpin kelompok.

Keputusan tertentu tampaknya memang menjadi lebih baik jika dibuat oleh
kelompok, seperri Keputusan tidak terprogram lebih cocok jika dibuat oleh
kelompok. Hal-hal berikut ini berhubungan dengan proses kelompok saat membuat
keputusan tak terprogram, yaitu:

a. Penetapan tujuan: kelompok lebih unggul dibandingkan individu sebab


kelompok memiliki pengetahuan lebih banyak dibandingkan individu.
b. Identifikasi alternatif: usaha individu sebagai bagian dari anggota kelompok
akan merangsang pencarian lebih luas diberbagai area fungsional di organisasi.
c. Evaluasi alternatif: pertimbangan kolektif dari kelompok dengan berbagai sudut
pandang lebih unggul dibanding individu.
d. Memilih alternatif: interaksi kelompok dan pencapaian konsensus biasanya
menghasilkan penerimaan resiko lebih besar dibanding individu. Keputusan
kelompok juga biasanya lebih dapat diterima sebagai hasil dari partisipasi
bersama.
e. Implementasi keputusan: dibuat oleh kelompok atau tidak, penyelesaian
biasanya dilakukan oleh seorang saja manajer. Individu bertanggungjawab
untuk implementasi keputusan kelompok.

Terdapat 3 bentuk teknik dalam pengambilan keputusan kelompok, antara


lain:

a. Teknik Pengambilan Keputusan Kelompok Delphi, umumnya digunakan untuk


mengambil keputusan meramal masa depan yang diperhitungkan akan dihadapi
organisasi. Teknik ini sangat sesuai untuk kelompok pengambil keputusan yang
tidak berada di satu tempat. Pengambil keputusan menysun serangkaian
pertanyaan yang berkaitan dengan suatu situasi peramalan dan
menyampaikannya kepada sekelompok ahli. Para ahli tersebut ditugaskan untuk
meramalkan, apakah suatu peristiwa dapat atau mungkin terjadi atau tidak.
b. Teknik Pengambilan Keputusan Kelompok Nominal, adalah rapat kelompok
yang terstruktur terdiri dari 7-10 individu duduk berkumpul tetapi tidak

10
berbicara satu sama lainnya. Setiap orang menulis gagasannya di selembar
kertas. Setelah 5 menit, dilakukan saling tukar pikiran yang terstruktur. Setiap
orang mengajukan satu gagasan. Seseorang yang ditunjuk sebagai notulen
mencatat seluruh gagasan itu di kertas di depan seluruh anggota kelompok.
c. Teknik Pengambilan Keputusan dengan Pertemuan Elektronik, Pendekatan
yang terbaru untuk pengambilan keputusan kelompok adalah mencampurkan
teknik kelompok nominal dengan teknologi komputer canggih. Bentuk ini
disebut dengan pertemuan elektronik (electronic meeting). Jika tehnologi sudah
dipakai, konsepnya sederhana saja. Sampai dengan lima puluh orang duduk
mengelilingi meja berbentuk U (tapal kuda) yang disana hanya ada seperangkat
terminal komputer. Masalah dipresentasikan kepada para peseta pertemuan dan
meraka mengetik tanggapan mereka ke layar komputer. Komentar individu,
serta jumlah suara diperlihatkan di layar proyeksi di ruangan tersebut.

Menurut Mansoer (1989:69) ada beberapa kelebihan keputusan kelompok


dibandingkan dengan keputusan individual, antara lain:

a. Informasi yang lengkap lebih mungkin diadakan. Dalam kelompok terhimpun


banyak pengalaman dan pandangan daripada seorang.
b. Banyak alternatif yang muncul, karena kelompok mempunyai informasi banyak
dalam jumlah dan ragamnya dan dapat mengidentifikasi lebih banyak
kemungkinan. Lebih-lebih lagi kelompok itu terdiri atas berbagai keahlian dan
latar belakang pengalaman.
c. Keputusan kelompok lebih berterima. Hal ini disebabkan karena keputusan
kelompok lebih menelaah banyak pandangan dan pendapat, sehingga
keputusannya lebih besar kemungkinan mendapat persetujuan lebih dari banyak
orang.
d. Meningkatkan kesempatan terlaksananya hak orang banyak. Keputusan
kelompok lebih sesuai dengan hak demokrasi. Mengingat banyak kesempatan
oleh manajer untuk mengambil keputusan sendiri, maka mengambil
kebijaksanaan untuk memberi kesempatan kepada orang lain yang ahli untuk
turut mengambil kebagian dalam pengambilan keputusan, adalah merupakan
upaya meningkatkan legistimasi orang lain.

11
Selain memiliki kelebihan, pengambilan keputusan secara kelompok juga
tidak lepas dari beberapa kelemahan, di antaranya adalah:

a. Memakan waktu. Keputusan kelompok diperoleh dari hasil diskusi yang


panjang, banyak waktu dipakai untuk rapat-rapat, sedangkan pengambilan
keputusan sendiri oleh manajer bisa diambil dalam waktu singkat, tepat pada
saat masalahnya timbul.
b. Dominasi minoritas. Tidak mungkin dalam satu kelompokterwakili semua
kepentingan dalam organissi dan seringkali hanya terdiri atas segelintir orang
saja. Kesempatan ini oleh para anggota kelompok sering digunakan untuk
memenangkan kepentingan orang-orangtertentu dalam organisasinya yang
sengaja atau tidak sengaja diwakilinya. Ada kecenderungan dia mendominasi
kepentingan orang terbanyak.
c. Tekanan untuk menyesuaikan. Dalam kelompok ada saja golongan yang
mempunyai pengaruh dan menekan kelompok untuk menyesuaikan diri dengan
kehendaknya.
d. Tanggungjawab tersamar. Pada keputusan individual jelas siapa yang
bertanggungjawab, tapi pada keputusan kelompok dari mereka (para anggota)
tidak bisa dimintai pertanggungjawaban perorangan. Tanggung jawab
perorangan luluh dalam tanggungjawab bersama.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Apabila dilihat keefektifan dan efisiensi antar pengambilan keputusan


kelompok atau individu, maka hal tergantung kepada kriteria apa yang dipakai
sebagai ukuran efektif. Bila diukur dengan derajat akurasi, barangkali keputusan
kelompok lebih akurat. Fakta membuktikan keputusan kelompok lebih baik
daripada keputusan individu. Tetapi tidak berarti bahwa secara bersama kelompok
lebih bermutu dari perseorangan. Bila dimaksud dengan efektif adalah ukuran
kecepatan maka keputusan individual jadi lebih efektif. Kalau kreativitas yang jadi
ukuran keefektifan maka keputusan kelompok adalah lebih efektif. Ukuran
keefektifan lain, mungkin dukungan persetujuan, maka keputusan kelompok jadi
lebih efektif. Dalam kerja kelompok pengambil keputusan, telah teruji bahwa
jumlah anggota lima hingga tujuh orang adalah produktif dan efektif. Efektif tentu
dipacu juga dengan efisiensi. Keputusan kelompok bisa jadi tidak efisien
dibandingkan dengan keputusan individual, bila diukur dari waktu yang dipakai
untuk mengambil keputusan. Pengambilan keputusan bentuk mana yang akan
dipakai bergantung kepada aspek yang mana yang dipentingkan, efektivitas atau
efisiensi.

3.2 SARAN

Mahasiswa Manajemen diharapkan mampu menguasai dasar dari perilaku


kelompok karena hal tersebut dapat doterapkan dalam lingkungan organisasi
perusahaan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Matirah. 2015. Perilaku Organisasi Dasar - Dasar. [Online]. Tersedia: http://matirah.


blogspot.co.id/2015/04/perilaku-organisasi-dasar-dasar.html. [diakses pada 20
Maret 2017 pukul 16.35].

Mutiara, Noor. 2013. Pengambilan Keputusan Kelompok. [Online]. Tersedia:


http://noormutia.blogspot.co.id/2013/07/pengambilan-keputusan-
kelompok.html. [diakses pada 20 Maret 2017 pukul 16.25].

Robbins, Stephen P. dan Timothy A Judge. 2015. Perilaku Organisasi. Edisi 16.
Diterjemahkan oleh: Ratna Saraswati dan Febriella Sirait. Jakarta: Salemba Empat.

14

Anda mungkin juga menyukai