PENDAHULUAN
1
Hipertensi dalam kehamilan meningkatkan resiko komplikasi berat sebesar 3
sampai 25 kali, misalnya solusio placenta, trombositopenia, disseminnated
intravascular caagulation, edema pulmonum akut, kelainan serebrovaskular dan
lainnya dibandingkan perempuan tanpa hipertensi (Zanette et al., 2014).
Menurut World Health Organization (2011) untuk mengurangi morbiditas dan
preeklampsia dan eklampsia dengan melakukan pencegahan primer yaitu
mampu mendiagnotis kasus dan melakukan stabilisasi rujukan, serta
pencegahan tersier yaitu mampu menangani kasus preeklampsia dengan
penyulit yang terjadi. Magnesium Sulfat (MgSO4) merupakan obat terpilih
dan direkomendasikan oleh WHO (World Health Organization) untuk
pencegahan dan terapi kejang pada preeklampsia dan eklampsia (Duley et al.,
2010).
Data Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dr. Kariadi Semarang tahun
2012 terdapat peningkatan case fatality rate (CFR) kasus preeklampsia
berat/eklampsia sebesar 7,42% dibandingkan pada tahun 2011 sebesar 7,42%
dibandingkan pada tahun 2011 sebesar 2,65% (Wiyati dan Hadijono, 2014).
Case fatality rate lebih tinggi di RSUP dr. Kariadi karena merupakan rumah
sakit rujukan tersier sehingga sebagian besar kasus merupakan kasua rujukan
obstetri dengan komplikasi. Kasus kematian ibu di RSUP dr. Kariadi sebagian
besar merupakan kasus rujukan , baik rujukan dari dalam Kota Semarang atau
rumah sakit kabupaten sekitar Jawa Tengah. Menurut Cahyanti (2012), kasus
rujukan preeklampsia berat di RSUD dr. Kariadi tahun 2011 sebagian besar
dirujuk oleh bidan praktik mandiri (BPM) di Semarang sebanyak 52,7%.
Namun hanya 5,26% bidan yang memberikan suntikan Magnesium Sulfat
(MgSO4) saat merujuk ke rumah sakit. Penelitian World Health Organization
(WHO) tahun 2013 menunjukkan pemberian Magnesium Sulfat hanya sebesar
85% pada kasus eklampsia, dimana hal ini akan memberikan dampak buruk
bagi ibu (Souza et al., 2013).
Audit kematian ibu di kota Semarang tahun 2012 dan 2013 masih
didapatkan permasalahan pada pelayanan dasar dalam penanganan kasua
preeklampsia yang meliputi deteksi dini, diagnosos, stabilisasi rujukan,
2
prosedur tetap, penyediaan obat Magnesium Sulfat, penyelanggaraan
puskesmas PONED dan konsultasi kasus – kasus rujukan (Tim AMP Kota
Semarang, 2013). Data dari hasil Focus GroupDuscussion dengan bidan
praktik mandiri menunjukkan bahwa BPM juga tidak pernah mendapatkan
panduan dalam manajemen rujukan kasus tersebut. BPM sering mengikuti
seminar manajemen pengelolaan preeklampsia tetapi tidak pernah
mendapatkan pelatihan yang sebenarnya mengenai manajemen rujukannya
(Cahyanti, 2012).
Fakultas Kedokteran UND(IP/RSUP Dr.Kariadi bekerja sama dengan
HOGSI (himpunan Obstetri Ginekologi Sosial Indonesia) dan Dinas Kesehatan
Kota Semarang mengadakan kegiatan berupa pelatihan berbasis kompetensi
tentang manajemen rujukan preeklampsia dan pemberian Magnesium Sulfat
untuk bidan praktik mandiri. Pelatihan ini berupa pelatihan berbasis
kompetensi, proses pelatihan disusun berdasarkan pengalaman sebelumnya dari
para peserta mengerjakan, bukan hanya sekedar mengetahui, dan evaluasi
kinerja dilakukan berdasarkan kompetensi yang dicapai.
Penelitian ini diharapkan dapat menilai efektivitas pelatihan berbasis
kompetensitentang manajemen rujukan preeklampsia/eklampsia dan pemberian
Magnesium Sulfat terhadap pengetahuan , sikap dan perilaku bidan praktik
mandiri di Kota Semarang, sehingga dapat meningkatkan kapasitas dan
kompetensi bidan mengenai kasus preeklampsia/eklampsia dalam hal deteksi
dini, manajemen rujukan, proses pengambilan keputusan saat merujuk dan
mampu melakulan stabilisasi saat saat merujuk dengan pemberian Magnesium
Sulfat.
3
mandiri sebagai salah satu pelaksana pelayanan primer dalam hal penanganan
kasus preeklampsia berat dan eklampsia di kota Semarang yaitu lemahnya
pengetahuan dan keterampilan BPM (bidan praktik mandiri) dalam
mendeteksi dini, mendiagnosis preeklampsia dan melakukan tata laksana
rujukan yang tepat, tidak adanya panduan untuk BPM dalam melakukan
stabilisasi pasien preeklampsia berat dan eklampsia , tidak terdapatnya panduan
manajemen merujuk pasien preeklampsia berat dan eklampsia untuk BPM
tidak punya kit pemberian Magnesium Sulfat ( Cahyani et ., 2012).
Upaya mendukung intervensi tersebut , dari Dinas Kesehatan Provinsi
Jawa Tengah telah membuat prosedur tetap penanganan kasus preeklampsia
dan eklampsia yang dapat dipergunakan oleh masing- masing institusi
kesehatan di Provinsi Jawa Tengah.
Evaluasi pelatihan MgSO4 untuk bidan praktik mandiri (BPM)
sebelumnya yang diselenggarakan oleh Bagian Obstetri Ginekologi, Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro didapatkan hasil peningkatan pengetahuan
dari bidan dalam mendiagnosis preeklampsia dan upaya memberikan MgSO4.
Pengetahuan memngenai deteksi dini, pengawasan serta evaluasi pada pasien
hipertensi dalam kehamilan, hipertensi kronis dan preeklampsia masih rendah.
Kepercayaan diri dari bidan dalam memberikan MgSO4 juga masih perlu
mendapatkan bimbingan, sehingga para BPM sebanyak 64% belum berani
memberikan MgSO4 (Cahyani et al., 2012).
Penelitian ini bertujuan menilai efektivitas pelatihan berbasis
kompetensi untuk bidan praktik mandiri baik yang statusnya swasta maupun
bidan praktik yang sekaligus juga bekerja di institusi kesehatan pemerintah
atau pegawai negri sipil (PNS). Pelatihan ini berupa pelatihan berbasis
kompetensi untuk meningkatkan kinerja, baik kapasitas maupun kompetensi
dari bidabn sebagai pelaksana pelayanan kesehatan primer. Hal ini mendorong
peneliyti untuk mengkaji, “ Bagaimana pengetahuan, sikap dan keterampilan
bidan praktik mandiri sebelum dan sesudah pelatihan berbasis kompetensi
tentang manajemen rujukan preeklampsia/ eklampsia dan pemberian
Magnesium Sulfat di kota Semarang?”
4
1.3 . Tujuan penelitian
1.4.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui gambaran karakteristik bidan praktik mandiri
meliputi usia, pendidikan, masa kerja, status pekerjaandan riwayat
pelatihan kegawatdaruratan obstetri sebelumnya; pengetahuan, sikap
dan ketrampilan bidan praktik mandiri sebelum dan sesudah mendapat
pelatihan berbasis kompetensi tentang manajemen rujukan
preeklampsia/eklampsia dan pemberian magnesium Sulfat di Kota
Semarang.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui gambaran karakteristik bidan praktik mandiri
(meliputi usia, pendidikan, masa kerja, status pekerjaan dan riwayat
pelatihan kegawatdaruratan obstetri sebelumnya) selama mengikuti
pelatihan berbasis kompetensi tentang manajemen rujukan
preeklampsia/eklampsia dan pemberian Magnesium Sulfat di Kota
Semarang.
2. Untuk mengetahui pengetahuan (deteksi dini dan manajemen
rujukan) bidan praktik mandiri sebelum dan sesudah mendapat
pelatihan berbasis kompetensi tentang manajemen rujukan
preeklampsia/eklampsia dan pemberian magnesium Sulfat di Kota
Semarang.
3. Untuk mengetahui sikap (proses pengambilan keputusan rujukan)
bidan praktik mandiri sebelum dan sesudah mendapat pelatihan
berbasis kompetensi tentang manajemen rujukan
preeklampsia/eklampsia dan pemberian Magnesium Sulfat di Kota
Semarang.
4. Untuk mengetahuiketrampilan bidan praktik mandiri sudah
mendapat pelatihan berbasis kompetensi tentang manajemen
rujukan preeklampsia/eklampsia dan pemberian Magnesium Sulfat
di Kota Semarang.
5
5. Untuk mengetahui penilaian diri self-assesment bidan praktik
mandiri (mengenai belajar efektif, metode simulasi kasus/puzzle
membantu peserta menegakkan diagnosis preeklampsia/eklampsia,
penggunaan model membantu peserta menegakkan diagnosis,
peserta merasa mampu mengakkan diagnosis, peserta mampu untuk
melakukan langkah – langkah pemberian magnesium sulfat dan
waktu pelatihan cukup untuk berlatih bagi peserta) sesudah
mendapat pelatihan berbasis kompetensi tentang managemen
rujukan preeklamsia/eklamsia dan pemberian Magnesium Sulfat di
Kota Semarang.
6
1.4.3 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan data awal untuk penelitian
selanjutnya sehingga dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengarui
keberhasilan pelatihan berbasis kompetensi tentang manajemen rujukan
preeklamsia/eklamsia dan pemberian Magnesium Sulfat di Kota
Semarang.
Penelitian selanjutnya juga diharapkan dapat mengkaji pengaruh
peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan bidan praktik mandiri
dalam manajemen rujukan preeklamsia/eklamsia dan pemberian
Magnesium Sulfat terhadap morbiditas dan mortalitas kasus
preeklamsia/eklamsia di Kot Semarang.
7
praktik penelitian.
mandiri di 2.Didapatkan
Kota peningkatan
Semarang sikap dari
peserta
pelatihan
dalam
mengambil
keputusan
manajemen
kasus
preeklamsia
pasca
pelatihan.
8
Penelitian sebelumnya (Cahyanti, 2012) tentang pelatihan pemberian
MgSO4 dan manjemen rujukan preeklamsia berat dan eklamsia pada bidan
praktik mandiri di Kota Semarang. Jumlah sampel sebanyak 50orang dan
terdiri dari dokter umum dan bidan.
Penelitian ini ditujukan hanya pada bidan praktik mandiri. Hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran karakteristik (usia,
pendidikan, masa kerja, status pekerjaan dan riwayat kegawatdaruratan
obsteri sebelumnya) peserta pelatihan dan hubungannya dengan pengetahuan,
sikap dan keterampilan. Terdapat evaluasi penilaian diri/self-sessessmen
peserta setelah pelatihan dilaksanakan dan implentasi pelaksanaan pemberian
Magnesium Sulfate secara mandiri di tempat praktik sehari-hari bidan peserta
pelatihan. Dibandingkan dengan pelatihan sebelumnya, penelitian ini berbeda
dalam hal jumlah sampel, jenis subyek penelitian, dan analisis data.