Anda di halaman 1dari 13

1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Minyak atsiri merupakan salah satu produk hasil hutan bukan kayu
(HHBK) yang memiliki potensi begitu besar bagi perekonomian
negara Indonesia. Prakosa, dkk (2013) menyatakan bahwa dewasa
ini sekitar 200 jenis minyak atsiri diperdagangkan di pasar dunia dan
tidak kurang dari 80 jenis diantaranya diproduksi secara kontinyu.
Sekitar 20 jenis minyak atsiri Indonesia dikenal di pasar dunia, 15
diataranya sudah menjadi komoditi ekspor yaitu minyak serai wangi,
nilam, akar wangi, kenanga, ylang-ylang, kayu putih, daun cengkeh,
ganging cengkeh, cendana, pala, massaoi, keruing, gaharu, lawang
,dan terpentin.
Salah satu tanaman penghasil minyak atsiri ialah kayu putih
(Melaleuca cajuputi). Craven dan Barlow (1997) dalam Kartikawati,
dkk (2014) mengungkapkan bahwa Secara taksonomi, Melaleuca
cajuputi subsp cajuput diklasifikasikan ke dalam Divisi
Spermatophyta, Sub divisi Angiospermae, Klas Dicotyledonae, Ordo
Myrtales, Familia Myrtaceae, Genus Melaleuca,dan Spesies

Melaleuca cajuputi, Sub spesies Melaleuca cajuputi subsp cajuputi.

Bagian pohon yang paling berpotensi menghasilkan minyak kayu


putih adalah daun. Daun yang sudah dipanen , kemudian disuling
untuk mendapatkan minyak kayu putih. Core (1955) dalam Sunanto
(2003) menyebutkan bahwa tanaman kayu putih termasuk jenis
tumbuhan kormus karena tubuhnya secara nyata memperlihatkan
diferensiasi dalam tiga bagian pokok, yaitu akar (radix ), batang
(caulis ), dan daun (folium ).
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi produksi minyak kayu
putih, yaitu: pengisian daun, varietas pohon kayu putih,

1
penyimpanan daun, teknik penyulingan dan umur daun. Faktor-faktor
inilah yang diduga berpengaruh terhadap rendemen dan mutu
minyak kayu putih yang dihasilkan di pabrik minyak kayu putih di
Indonesia sehingga menyebabkan penurunan nilai produksi minyak
kayu putih. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya untuk
meningkatkan nilai rendemen dan mutu minyak kayu putih yang ada
di Indonesia. Kualitas minyak kayu putih sendiri ditentukan oleh
besarnya kadar sineol. Semakin besar kadar sineolnya maka
kualitas minyak kayu putih yang dihasilkan akan semakin tinggi.
Sedangkan besarnya kadar sineol yang didapatkan dapat
dipengaruhi oleh beberapa hal, yang salah satunya yaitu teknik
penyulingannya (Armita, P., 2011).
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk menghasilkan minyak
atsiri dengan proses distilasi atau penyulingan, diantaranya hasil
penelitian Nuryanti (2011) menunjukkan proses distilasi pada daun
kemangi selama 3, 4, dan 5 jam masih menunjukkan penambahan
rendemen minyak atsiri. Pada penelitian Ginting,S. (2004) yang
meneliti tentang Pengaruh Lama Penyulingan Terhadap Rendemen
dan Mutu Minyak Atsiri Daun Sereh Wangi dengan mengambil
kesimpulan, semakin lama waktu penyulingan maka rendemen yang
diperoleh semakin tinggi sampai lama penyulingan tertentu
rendemen ini tidak akan bertambah.
Berdasarkan hal tersebut maka penelitian mengenai pengaruh
variasi lama penyulingan terhadap rendemen pada daun kayu putih
(Melaleuca cajuputi) perlu dilakukan. Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi bagi masyarakat tentang pengaruh lama
penyulingan terhadap rendemen dan lama proses distilasi yang
terbaik untuk menghasilkan minyak kayu putih.

2
1.2. Perumusan masalah
Dari uraian di atas dapat dirumuskan permasalahan yang timbul dari
penelitian ini yakni :
1. Apakah lama penyulingan mempengaruhi rendemen dari minyak
kayu putih?
2. Berapa lama waktu yang terbaik untuk menghasilkan rendemen
kayu putih?

1.3. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah
1. Untuk mengetahui pengaruh lama penyulingan terhadap
rendemen minyak kayu putih (Melaleuca cajuputi).
2. Untuk mengetahui lama proses distilasi yang terbaik untuk
menghasilkan minyak kayu putih

1.4. Manfaat
Manfaat dari penelitian ini ialah : Sebagai informasi dan sebagai
dasar pertimbangan dalam upaya meningkatkan produksi minyak
kayu putih melalui beberapa variasi lama penyulingan terhadap
jumlah rendemen yang dihasilkan sekaligus menjadi bahan
perbandingan untuk penelitian selanjutnya.
1.5. Alur penelitian

Persiapan bahan baku Penyulingan

Analisis data Perhitungan


rendemen minyak
kayu putih

3
2. TINJAUAN PUSTAKA

Subspecies cajuputi adalah penghasil minyak kayuputih dengan


kadar 1,8 cineole dan rendemen yang tinggi, sedang subspecies
lainnya yaitu cumingiana and platyphylla, menghasilkan minyak
dengan kadar cineole rendah. Di daerah Kalimantan Selatan dan
Sumatera Selatan subspecies cumingiana dikenal sebagai gelam
dan kayunya banyak digunakan untuk keperluan bangunan

(Kartikawati,dkk. 2014)
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi produksi minyak kayu
putih, yaitu: pengisian daun, varietas pohon kayu putih,
penyimpanan daun, teknik penyulingan dan umur daun. Faktor-faktor
inilah yang diduga berpengaruh terhadap rendemen dan mutu
minyak kayu putih yang dihasilkan di pabrik minyak kayu putih di
Indonesia sehingga menyebabkan penurunan nilai produksi minyak
kayu putih. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya untuk
meningkatkan nilai rendemen dan mutu minyak kayu putih yang ada
di Indonesia.Kualitas minyak kayu putih sendiri ditentukan oleh
besarnya kadar sineol. Semakin besar kadar sineolnya maka
kualitas minyak kayu putih yang dihasilkan akan semakin tinggi.
Sedangkan besarnya kadar sineol yang didapatkan dapat
dipengaruhi oleh beberapa hal, yang salah satunya yaitu teknik
penyulingannya (Armita, P., 2011).
Menurut Sunanto (2003) dalam Guenther, E., (2011) , lama
penyulingan minyak kayu putih yang optimum adalah 3 - 4 jam.
Faktor- faktor yang berpengaruh terhadap steam distillation
yaitu:Suhu penyulingan, usahakan suhu operasional serendah
mungkin, meskipun kecepatan produksi ditentukan oleh suhuJumlah
air yang kontak langsung dengan bahan yg disuling. Gunakan air

4
sesedikit mungkin yang dapat berhubungan atau kontak langsung
dengan bahan tanaman.Ukuran bahan, dengan merajang bahan
tanaman sebelum penyulingan, diusahakan agar pengisian bahan
kedalam ketel suling sehomogen mungkin.
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk menghasilkan minyak
atsiri dengan proses distilasi, diantaranya hasil penelitian Nuryanti
(2011) menunjukkan proses distilasi pada daun kemangi selama 3,
4, 5 jam masih menunjukkan penambahan rendemen minyak atsiri.
Pada penelitian Ginting,S. (2004) yang meneliti tentang Pengaruh
Lama Penyulingan Terhadap Rendemen dan Mutu Minyak Atsiri
Daun Sereh Wangi dengan mengambil kesimpulan, semakin lama
waktu penyulingan maka rendemen yang diperoleh semakin tinggi
sampai lama penyulingan tertentu rendemen ini tidak akan bertam
Dalam hal ini lama penyulingan 4,5 jam menghasilkan rendemen
yang tertinggi yaitu 1,2 %. Dan pada lama penyulingan 5 jam tidak
menambah rendemen minyak, hal ini disebabkan pada lama
penyulingan 5 jam tidak ada lagi sel-sel minyak yang dapat ditarik
atau diuapkan, dengan perkataan lain minyak telah habis tersuling.
Semakin disuling sampai batas 4,5 jam rendemen minyak akan
semakin naik, hal ini disebabkan oleh semakin banyaknya panas
yang diterima oleh bahan untuk menguapkan sel-sel minyak dari
bahan dan semakin banyak uap yang berhubungan dengan sel-sel
minyak lama Jaringan bahan, sehingga minyak yang terekstraksi
semakin banyak. Di samping itu semakin lama penyulingan maka
semakin banyak panas yang diterima dan proses diffusi akan
meningkat sehingga proses penyulingan semakin dipercepat (Rusli,
1979) dalam (Ginting,S. 2004).

5
3. METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan


metode deskriptif di mana metode penelitian deskriptif menurut
Sugiono (2010) merupakan penelitian yang dilakukan untuk
mengetahui keberadaan variabel mandiri, baik hanya pada satu
variabel atau lebih (variabel mandiri adalah variabel yang berdiri
sendiri, bukan variabel independen, karena kalau variabel
independen selalu dipasangkan dengan variabel dependen). Jadi
dalam penelitian ini peneliti tidak membuat perbandingan variabel itu
pada sampel yang lain, dan mencari hubungan variabel itu dengan
variabel yang lain.

3.1. Waktu dan tempat penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan agustus 2017 di Pabrik
Penyulingan Minyak Kayu Putih Sendang Mole, Gunung Kidul.
Yogyakarta.

3.2 Alat dan bahan


Adapun alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu seperangkat
alat Distilasi dan perlengkapannya sedangkan bahan yang
digunakan yaitu daun kayu putih (Melaleuca cajuputi).

3.3 Prosedur penelitian


Prosedur penelitian adalah sebagai berikut:
1. Persiapan bahan baku (Pencucian, perajangan,
pengeringan, dan penimbangan)
2. Penyulingan bahan baku (Pengaturan tekanan, suhu,
dan lama penyulingan)

6
3. Pendinginan
4. Pemisahan kandungan minyak dan air pada rendemen
5. Pengambilan sampel minyak kayu putih
6. Analisis data

3.4 Teknik pengambilan data


Teknik yang digunakan dalam pengambilan data pada penelitian ini
adalah dengan melakukan pengamatan terhadap beberapa
perlakuan variasi lama penyulingan. Di mana lama penyulingan
dibagi menjadi 3 sesi yaitu sesi I (selama 3 jam), sesi II (selama 4
jam), dan sesi III (selama 5 jam). Rentang waktu yang digunakan
penulis dari 3-5 jam ditentukan berdasarkan beberapa literatur
seperti penelitian Ginting (2004) tentang Pengaruh Lama
Penyulingan Terhadap Rendemen dan Mutu Minyak Atsiri Daun
Sereh Wangi yang menggunakan variasi lama penyulingan selama
3-5 jam. Dari data yang didapat itu kemudian ditabulasi dalam
bentuk tabel sebagai berikut:
No Rentang waktu Jumlah rendemen Keterangan
penyulingan (jam)
1 A
2 B
3 C
Ket: A= Waktu penyulingan selama 3 jam
B= waktu penyulingan selama 4 jam
C= Waktu penyulingan selama 5 jam
3.5 Pengujian
Pengujian dilakukan pada rendemen minyak kayu putih. Pengujian
ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang jumlah
rendemen yang dihasilkan dengan beberapa variasi lama waktu

7
penyulingan. Sehingga dapat diketahui pengaruh lama waktu
penyulingan terhadap jumlah rendemen dari minyak kayu putih
(Melaleuca cajuputi). Dengan menggunakan rumus sbb:

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑀𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘
𝑅𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 (%) = 𝑥100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑑𝑎𝑢𝑛 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑑𝑖𝑠𝑢𝑙𝑖𝑛𝑔

3.6 Analisis data


Data dianalisis dengan metode deskriptif, yaitu dengan
menggambarkan data yang ada dalam bentuk tabel dan grafik.

8
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian ternyata hasil rendemen kayu
putih dapat dipengaruhi oleh variasi lama waktu penyulingan. Hal ini
dapat dilihat di tabel.
Tabel 1. Hasil rendemen minyak kayu putih
No Rentang waktu Volume Jumlah Keterangan
penyulingan rendemen rendemen
(jam) (ml) (%)
1 A 126 0,157
2 B 230 0,287
3 C 314 0,393 (kualitas
minyak kurang
bagus)
Ket: A= Lama waktu penyulingan selama 3 jam
B= Lama waktu penyulingan selama 4 jam
C= Lama waktu penyulingan selama 5 jam
Dari tabel 1. Dapat dilihat perbedaan hasil rendemen minyak
kayu putih karena perbedaan perlakuan lama waktu penyulingan
dengan menggunakan 3 variasi lama waktu yaitu dengan lama
waktu A (3 jam), B (4 jam) dan C (5 jam). Adapun berat bahan
baku daun kayu putih yang digunakan sebanyak 80 kg
Penyulingan A dapat menghasilkan rendemen sebanyak 0,157 %,
sedangkan untuk penyulingan B dapat menghasilkan rendemen
sebanyak 0,287%, dan yang terakhir adalah penyulingan C
menghasilkan rendemen sebanyak 0,393%. Jika dilihat dari
jumlah rendemen yang dihasilkan tentunya penyulingan C
menunjukkan hasil rendemen yang tinggi yaitu 0,393% namun
jika dilihat dari kualitas rendemen pada penyulingan C
dibandingkan dengan penyulingan A dan B, terdapat penurunak

9
kualitas minyak pada penyulingan C yang jika dilihat dari segi
warna minyak, rendemen yang dihasilkan tidak begitu bagus.
Warna minyak yang dihasilkan pada penyulingan 5 jam yaitu
sedikit cerah. menurut Guenther (1950), hal ini di sebabkan oleh
menurunnya kadar geraniol di mana pada lama penyulingan 5
jam total geraniol akan turun. Hal ini disebabkan oleh bahan yang
terlalu lama dipanasi sehingga menyebabkan geraniol akan
terdekomposisi menjadi senyawa-senyawa isopren. Disamping
itu, karena geraniol merupakan komponen volatil oil maka pada
pemanasan yang lama menyebabkan geraniol hilang. Atau
karena pemanasan yang lama geraniol akan terpolimerisasi yang
menghasilkan polimer-polimer dengan berat molekul yang lebih
tinggi.
Untuk memperjelas tingkat perbedaan tersebut dapat
dilihatdari grafik berikut.

Grafik Rendemen
Nilai Rendemen (%)

0.5 0.393
0.4 0.287
0.3
0.157
0.2
0.1
0
3 4 5
Lama Waktu Penyulingan (jam)

Grafik 1. Hasil rendemen minyak kayu putih

10
Dari grafik tersebut dapat dilihat dengan jelas
perbedaaan rendemen minnyak kayu putih akibat dari
perbedaaan lama waktu penyulingan.
Penyulingan yang dilakukan selama 3 jam
menghasilkan rendemen yaitu 0,157 %, kemudian
berselang satu jam terdapat penambahan rendemen
sebesar 0,13 % sehingga menghasilkan rendemen
sebanyak 0,287 %, kemudian berselang satu jam
rendemen bertambah 0,106 % sehingga menjadi 0,393 %.
Jadi, berdasarkan pemaparan melalui grafik di atas dapat
terlihat bahwa rendemen yang dihasilkan dari proses
penyulingan dengan perbedaaan lama waktu mengalami
kenaikan di mana semakin lama waktu penyulingan
dilakukan maka semakin banyak pula rendemen yang
dihasilkan. Sehingga apa yang dikatakan oleh Wartini
(2007) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa
Rendemen minyak atsiri yang dihasilkan dipengaruhi oleh
lama proses distilasi yang dilakukan, Semakin lama proses
distilasi, minyak atsiri yang dihasilkan semakin banyak. Hal
ini disebabkan semakin lama distilasi maka waktu kontak
antara uap air dengan bahan baku semakin lama sehinga
senyawa yang dapat diekstrak semakin banyak Namun
lamanya proses distilasi juga memiliki batasan.
Sebenarnya, jika kita perhatikan dari teori yang ada, pada
penyulingan di atas waktu penyulingan selama 4 jam
seharusnya terjadi penurunan rendemen. Akan tetapi pada

11
kenyataannya di lapangan hasil penyulingan di atas 4 jam
terjadi kenaikan rendemen meskipun terjadi penurunan
dalam hal kualitas rendemen. Hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor salah satunya adalah teknik pengambilan
rendemen yang dilakukan di lapangan secara manual di
mana rendemen diambil setiap jam sekali, sehingga
pengambilan rendemen pada lama waktu tertentu masih
dikatakan kurang akurat.

12
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari penelitian dapat
disimpulkan bahwa:
1. Perbedaaan lama waktu penyulingan dapat
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
rendemen minyak kayu putih, di mana semakin
lama waktu penyulingan dilakukan maka semakin
tinggi rendemen yang dihasilkan namun lamanya
waktu juga memiliki batasan tertentu.
2. Lama proses distilasi yang terbaik dilakukan
selama 4 jam karena pada waktu tersebut
rendemen yang dihasilkan sangat banyak dan
memiliki kualitas yang cukup bagus jika
dibandingkan dengan distilasi selama 3 jam dan 5
jam.
5.2 Saran
Adapun saran dari penelitian ini antara lain:
1. Penelitian tentang variasi lama waktu penyulingan
minyak kayu putih terhadap rendemen daun kayu
putih masih memiliki banyak kekurangan terkait
dengan teknik pengambilan sampel di lapangan
maka perlu adanya penelitian lanjutan.
2. Perlu adanya penelitian lanjut tentang variasi lama
waktu penyulingan minyak kayu putih terhadap
mutu kualitas minyak kayu putih.

13

Anda mungkin juga menyukai