Anda di halaman 1dari 14

1.

Pengertian Anemia
Anemia adalah suatu keadaan dimana seseorang mempunyai kadar sel darah merah kurang
dari normal.

2. Tanda-tanda Anemia
a. Mata berkunang – kunang
b. Gampang mengantuk
c. Pucat
d. Lemah, letih, lesu
e. Lidah, bibir, kuku pucat
f. Wajah / muka pucat
g. Haemoglobin dalam darah kurang dari 11 gr/dl

3. Penyebab Anemia
a. Kekurangan Nutrisi (terutama yang mengandung zat besi, protein, dan asam folat)
b. Kehilangan darah / perdarahan
c. Penyakit kronis / menahun, misalnya TBC, cacingan

4. Penatalaksanaan Anemia
a. Istirahat dan batasi aktivitas
b. Meningkatkan asupan nutrisi terutama yang mengandung zat besi/Fe, protein, dan asam
folat
c. Tranfusi

5. Nutrisi Untuk Penderita Anemia


a. Nutrisi adalah makanan yang mengandung cukup nilai gizi dan tenaga untuk
perkembangan dan pemeliharaan kesehatan secara optimal
b. Makanan yang dianjurkan bagi penderita anemia adalah yang mengandung :
• Zat Besi ( Fe )
Ati, daging sapi, kuning telur, buah-buahan yang dikeringkan ( misal : kismis ), sayur-sayuran
yang berwarna hijau (kangkung, daun katuk, daun ubi jalar, bayam, daun singkong, kacang
buncis, kacang panjang, dll. ).
• Asam Folat
Ati, jamur, pisang, apel
• Protein
Telur, susu, tahu, tempe, kacang-kacangan
Sumber :
• Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah : Jakarta. EGC

 Jika anak Anda sudah mendapatkan makanan tambahan, usahakan menambahkan sereal, bayam,
kangkung, katuk dan sumber zat besi lainnya dalam menu makanan padat yang diberikan.
 Jika Anda memberikan susu formula kepada bayi Anda, pilihlah susu formula yang diperkaya
dengan zat besi.

 Pastikan anak Anda yang lebih besar memiliki pola makan seimbang dengan makanan yang
mengandung zat besi. Kuning telur, daging merah, kentang, tomat, hati dan sayuran adalah makanan
alami yang kaya zat besi.

Makanan Tepat untuk Penderita Anemia


Penulis : Prita Daneswari

CETAK

KIRIM

DIGG

FACEBOOK

supplierlist.com
SEPULUH persen orang berusia 65 tahun atau lebih mengalami anemia. Kondisi ini terjadi
ketika jumlah sel darah merah atau konsentrasi hemoglobin terlalu rendah. Padahal
hemoglobin, protein, mengandung zat besi dan mengangkut oksigen ke seluruh tubuh.

Penderita anemia akut malah lebih berisiko pingsan hingga mesti dirawat di rumah sakit. Ada
pula kaitan antara anemia dengan penurunan aktivitas fisik bahkan kematian.

Tapi Anda bisa mengatasi anemia hanya dengan pola makan yang benar. Peneliti medis dari
University of Arizona, Tucson, menemukan bahwa kekurangan satu atau dua nutrisi terkait
dengan 21 persen peningkatan risiko anemia persisten. Risiko itu bisa meningkat menjadi 44
persen bila kekurangan tiga nutrisi.

Hasil penelitian yang diterbitkan dalam Journal of American Dietetic Association


menemukan bahwa perempuan penderita anemia kekurangan konsumsi protein, sayuran,
vitamin B12, zat besi, vitamin C, dan daging merah. Meminum multivitamin atau suplemen
mineral tidak mampu membantunya.

Peneliti utama studi tersebut, Cynthia A Thomson PhD RD seorang profesor ilmu gizi di
University of Arizona di Tucson mengatakan bahwa mengidentifikasi anemia pada
perempuan menopause merupakan hal penting. Thomson menyarankan penilaian pola makan
harus disertakan setiap kali pendiagnosisan anemia. Karena, perubahan dalam gizi
dimungkinkan merupakan solusi terbaik bagi penderita anemia.

Diet sehat hemoglobin harus menyertakan makanan seperti daging merah (sapi, domba, babi)
kaya zat besi yang mudah diserap. Semakin gelap warna daging semakin banyak zat besi.
Daging unggas dan ikan juga mengandung zat besi. Makan juga sayuran berdaun hijau,
seperti kangkung, bayam dan kangkung, biji-bijian, terutama gandum, kacang polong. biji
wijen, biji bunga matahari, pistachio, dan almon.

Jangan minum minuman teh, kopi, atau soda saat makan. Kafein menghambat penyerapan zat
besi dari makanan. (Pri/OL-06)
Buah yang Cocok untuk Orang Anemia
13 Oktober 2011

Bila tidak ditangani dengan baik, anemia atau kurang darah dapat meningkatkan
risiko penyakit jantung. Karena itu, segera obati anemia dengan nutrisi tepat
atau suplemen penambah darah. Beberapa jenis buah-buahan juga bisa
meningkatkan jumlah sel darah merah.

Anemia atau yang biasa dikenal sebagai penyakit kurang darah merupakan
suatu gejala yang disebabkan karena kurangnya zat besi di dalam tubuh. Zat
besi sendiri merupakan bahan dasar dalam pembentukan hemoglobin pada
darah yang membawa banyak oksigen. Rendahnya kandungan besi (Fe) pada
tubuh penderita anemia menyebabkan sel darah merah yang diproduksinya pun
sedikit.

Beberapa makanan yang baik untuk anemia diantaranya tiram, udang, hati sapi,
daging, telur, susu, kacang polong hijau, kacang tanah, kedelai, dan sayuran
hijau.

Ada pula beberapa buah-buahan yang dapat meningkatkan jumlah sel darah
merah, seperti dilansir Livestrong,:

1. Vitamin A
Selain penting untuk kesehatan mata, vitamin A juga penting untuk
meningkatkan jumlah sel darah merah. Vitamin A juga membantu dalam
mobilisasi zat besi dari untuk dimasukkan ke dalam hemoglobin, pigmen yang
mengangkut oksigen. Buah-buahan yang merupakan sumber vitamin A seperti
aprikot, melon, jeruk, plum, mangga, semangka dan buah yang dikeringkan.
2. Vitamin B kompleks
Beberapa vitamin B kompleks penting untuk produksi dan fungsi sel darah
merah. Di antaranya adalah B-12, B-6, B-5 tiamin dan riboflavin. Sementara B-
12 berasal dari produk hewani, vitamin B kompleks lainnya secara luas
didistribusikan ke seluruh pasokan makanan. Buah-buahan yang merupakan
sumber vitamin B kompleks antara lain pisang, kurma, mangga, anggur, nanas,
semangka, melon, alpukat dan buah delima.

3. Vitamin C
Vitamin C sangat meningkatkan kemampuan tubuh untuk menyerap zat besi
nonheme, yang membuat naik sekitar dua pertiga dari jumlah zat besi diserap,
menurut Linus Pauling Institute. Buah yang kaya vitamin C antara lain buah
jeruk, lemon, jeruk nipis, strawberry, kiwi, mangga, pepaya dan nanas.

4. Zat besi
Zat besi sangat penting untuk struktur dan fungsi sel darah merah. Zat besi
merupakan komponen dalam perumusan hemoglobin, yang sangat penting
untuk transportasi dan penyimpanan oksigen. Buah yang merupakan sumber zat
besi yang baik meliputi kismis, plum, alpukat, blackberry, ceri, anggur,
semangka, raspberry dan buah ara.

5. Mineral
Tembaga dan fosfor memainkan peran dalam kesehatan dan fungsi sel darah
merah. Linus Pauling Institute mengatakan tembaga membantu dalam
metabolisme zat besi, sedangkan fosfor membantu hemoglobin dalam
pengiriman oksigen ke jaringan tubuh. Buah yang kaya fosfor dan tembaga
antara lain kiwi, kurma, mangga, alpukat, blackberry dan delima.

Manfaat buah pisang bagi penderita Anemia

Manfaat pisang bagi penderita anemia adalah pisang bisa merangsang produksi hemoglobin sehingga
hal ini akan mengatasi anemia.
Anemia Gizi Besi (Iron Deficiency Anemia)
October22

Hi teman-teman semuanya..

Kali ini, saya akan membagikan sedikit info mengenai Anemia Gizi Besi, mengenai definisi,
gejala, faktor penyebab dan bagaimana pengaturan diet yang tepat untuk anemia gizi
tersebut..semoga info ini bisa bermanfaat untuk kita semua..

Pertama-tama sebelum masuk ke topiknya, yaitu Anemia Gizi Besi, kita harus terlebih dahulu
tahu mengenai anemia secara umum..

Apa itu Anemia?

Anemia didefinisikan sebagai suatu keadaan kadar hemoglobin (Hb) di dalam darah lebih
rendah daripada nilai normal untuk kelompok orang yang bersangkutan. Kelompok
ditentukan menurut umur dan jenis kelamin, seperti yang terlihat di dalam tabel di bawah ini.

Tabel 1 Batas normal kadar hemoglobin

Kelompok Umur Hemoglobin

Anak 6 bln s/d 6 thn 11

Dewasa 6 thn s/d 14 thn 12

Laki-laki 13
Wanita 12

Wanita hamil 11

Penyebab dan gejala anemia itu seperti apa?

Penyakit anemia muncul akibat penurunan jumlah dan mutu sel darah merah yang antara lain
berfungsi sebagai sarana transportasi zat gizi serta oksigen untuk proses fisiologis dan
biokimia jaringan tubuh. Terkena anemia berarti pasokan oksigen dan zat-zat gizi ke seluruh
tubuh berkurang sehingga menimbulkan dampak fisiologis dan psikologis. Gejalanya anemia
biasanya dikenal sebagai 4 L, yakni letih, lemah, lesu, dan loyo. Di samping itu, muka pucat,
kehilangan selera makan, sering pusing, sulit konsentrasi, serta mudah terserang penyakit.

Secara garis besar, terdapat dua tipe anemia, yaitu anemia gizi dan nongizi. Anemia gizi
disebabkan oleh kekurangan zat gizi yang diperlukan dalam pembentukan dan produksi sel-
sel darah merah. Di Indonesia anemia gizi masih menjadi masalah gizi yang cukup serius,
terutama anemia gizi besi.

Nah..Sekarang baru kita membahas mengenai anemia gizi besi..

Anemia gizi besi adalah anemia yang disebabkan kurangnya zat besi untuk pembentukan
hemoglobin (Hb). Penderita anemia defisiensi besi khususnya adalah perempuan dan anak-
anak. Anemia gizi besi banyak diderita oleh ibu hamil, menyusui, dan perempuan usia subur.
Perempuan usia subur mempunyai siklus tubuh yang berbeda dengan lelaki, anak, dan balita
sebab mereka harus mengalami haid, hamil, melahirkan, dan menyusui. Oleh karena itu
kebutuhan zat besi (Fe) relatif lebih tinggi. Nah.. Apabila asupan tersebut tidak terpenuhi
dapat mengakibatkan defisiensi besi.

Berikut ini adalah penyebab anemia gizi besi..

Penyebab utama anemia gizi besi ini adalah konsumsi zat besi yang tidak cukup dan absorbsi
zat besi yang rendah dan pola makan yang sebagian besar terdiri dari nasi dan menu yang
kurang beraneka ragam. Selain itu anemia gizi juga dipengaruhi oleh faktor–faktor lain yang
saling berkaitan seperti sosial ekonomi, pendidikan, status gizi dan pola makan, fasilitas
kesehatan, pertumbuhan, daya tahan tubuh dan infeksi.

Keanekaragaman konsumsi makanan sangat penting dalam membantu meningkatkan


penyerapan Fe di dalam tubuh. Akan tetapi, pemahaman atas kebutuhan zat-zat gizi secara
keseluruhan agak kurang. Apalagi makanan yang diberikan sekarang cenderung kaya lemak
dan karbohidrat, tetapi miskin mineral dan vitamin. Mungkin saja terjadi seorang anak gemuk
tetapi tampak pucat, loyo, dan kurang lincah karena ternyata ia kekurangan zat besi. Oleh
karena itu, diperlukan pemahaman yang lebih menyeluruh mengenai anemia gizi besi dan
cara-cara untuk mencegahnya, sehingga penekanan pada upaya mengonsumsi makanan
bergizi cukup dan lengkap sangat dianjurkan.

Hal-hal yang dapat menyebabkan defisiensi zat besi yaitu:

1. Diet rendah besi (hanya 1 mg besi yang diabsorbsi dari setiap 10-20 zat besi yang masuk
ke tubuh sehingga tubuh kurang dapat memanfaatkan asupan besi secara optimal).
2. Komposisi makanan tidak baik untuk penyerapan Fe (terlalu banyak mengkonsumsi jenis
sayuran, kurang protein hewani dikarenakan zat besi yang terkandung dalam sayur-sayuran
lebih tidak diserap secara sempurna, dibanding dengan zat besi dalam daging).

3. Pertumbuhan (masa kanak-kanak merupakan masa pertumbuhan paling cepat dan


membutuhkan banyak zat besi dalam tubuhnya sehingga asupan zat gizinya juga lebih
tinggi).

4. Kelainan saluran pencernaan (hal ini mengakibatkan tubuh tidak dapat menyerap zat besi
yang masuk dengan baik).

5. Kehilangan darah (seperti pada menstruasi, perdarahan, mimisan, dan sebagainya


mengakibatkan terjadinya defisiensi zat besi karena banyak eritrosit yang di dalamnya
mengandung Hb, terbuang keluar dari tubuh).

6. Kehamilan (ibu hamil membutuhkan lebih banyak asupan zat besi).

7. Bayi yang tidak diberikan ASI, melainkan diberi minum susu sapi (dikarenakan albumin
susu sapi tidak seluruhnya cocok dengan bayi, dapat merusak saluran pencernaan bayi yang
masih rentan, sehingga mudah menyebabkan perdarahan dan menyebabkan kehilangan darah
serta zat besi).

8. Kelainan transpor besi (jarang ditemui).

Mengapa jika kekurangan zat besi (Fe) bisa menyebabkan anemia?

Zat besi (Fe) adalah salah satu zat gizi penting yang diperlukan oleh tubuh. Zat besi adalah
bagian dari molekul hemoglobin yang menyangkut oksigen dari paru–paru. Hemoglobin akan
mengangkut oksigen ke sel–sel yang membutuhkannya untuk metabolisme glukosa, lemak
dan protein menjadi energi (ATP). Besi juga merupakan bagian dari sistem enzim dan
mioglobin, yaitu molekul yang mirip hemoglobin yang terdapat di dalam sel–sel otot.
Mioglobin akan berkaitan dengan oksigen dan mengangkutnya melalui darah ke sel–sel otot.
Mioglobin yang berkaitan dengan oksigen inilah menyebabkan daging dan otot–otot kita
menjadi berwarna merah.

Zat besi dalam tubuh terdiri dari dua bagian, yaitu yang fungsional dan yang reserve
(simpanan). Zat besi yang fungsional sebagian besar dalam bentuk Hemoglobin (Hb),
sebagian kecil dalam bentuk mioglobin, dan jumlah yang sangat kecil tetapi vital adalah heme
enzim dan non heme enzim. Apabila zat besi cukup dalam bentuk simpanan, maka kebutuhan
untuk eritropoiesis (pembentukan sel darah merah) dalam sumsum tulang akan selalu
terpenuhi. Dalam keadaan normal, jumlah zat besi dalam bentuk reserve ini adalah kurang
lebih seperempat dari total zat besi yang ada dalam tubuh. Zat besi yang disimpan sebagai
reserve ini terdapat dalam hati, limpa, dan sumsum tulang kita.

Pada keadaan tubuh memerlukan zat besi dalam jumlah banyak, misalnya pada anak yang
sedang tumbuh (balita), wanita menstruasi dan wanita hamil, jumlah reserve biasanya rendah.
Sedangkan pada bayi, anak dan remaja yang mengalami masa pertumbuhan, maka kebutuhan
zat besi untuk pertumbuhan perlu ditambahkan kepada jumlah zat besi yang dikeluarkan.
Kebutuhan zat besi relatif lebih tinggi pada bayi dan anak daripada orang dewasa apabila
dihitung berdasarkan per kg berat badan. Bayi yang berumur dibawah 1 tahun, dan anak
berumur 6 – 16 tahun membutuhkan jumlah zat besi sama banyaknya dengan laki – laki
dewasa. Tetapi berat badannya dan kebutuhan energi lebih rendah daripada laki – laki
dewasa. Untuk dapat memenuhi jumlah zat besi yang dibutuhkan ini, maka bayi dan remaja
harus dapat mengabsorbsi zat besi yang lebih banyak per 1000 kcal yang dikonsumsi.

Kekurangan zat besi pada ibu hamil, bayi, dan anak menyebabkan gangguan saraf. Besi
penting untuk membentuk mielin, aktivitas sel saraf, membantu berbagai enzim, dan
pembentukan neurotransmiter atau semacam bahan kimia di otak. Defisiensi besi
menyebabkan gangguan pembentukan mielin. Anak yang mengalami gangguan itu
menunjukkan keterlambatan motorik, pendengaran, penglihatan.

Bagaimana perjalanan penyakit anemia gizi besi?

Pada tahap awal, defisiensi zat besi tidak menunjukkan gejala yang khas (asimptomatik)
sehingga anemia pada balita sukar untuk dideteksi. Perjalanan penyakit dari anemia gizi besi
dimulai dengan menipisnya simpanan zat besi (feritin) dan bertambahnya absorbsi zat besi
yang digambarkan dengan meningkatnya kapasitas pengikatan besi. Status defisiensi zat besi
pada tiap orang yang mengidap anemia gizi besi berbeda-beda. Berikut ini adalah beberapa
tingkatan dari defisiensi zat besi, yaitu:

1. Stadium 1 (terjadi deplesi dari cadangan zat besi dalam tubuh dalam batas menengah,
namun belum terjadi disfungsi kerja apapun).

2. Stadium 2 (terjadi deplesi yang lebih lanjut dari cadangan zat besi dalam tubuh, namun
belum terjadi disfungsi kerja apapun).

3. Stadium 3 (terjadi defisiensi zat besi dalam tubuh).

4. Stadium 4 (terjadi defisiensi zat besi dalam tubuh, dan sudah terjadi disfungsi kerja dan
anemia).

Pada stadium 1, terjadi kehilangan zat besi melebihi asupannya, sehingga menghabiskan
cadangan dalam tubuh, terutama di sumsum tulang. Sedangkan pada stadium 2, cadangan
besi yang telah berkurang tidak dapat memenuhi kebutuhan untuk pembentukan se darah
merah, sehingga sel darah merah yang dihasilkan jumlahnya lebih sedikit. Akan tetapi
seseorang yang masuk ke dalam kedua stadium ini tidak merasa mengidap penyakit
dikarenakan memang belum terjadi disfungsi kerja apapun dalam tubuhnya walaupun
cadangan besi dan besi yang beredar di tubuh sudah berkurang.

Keadaan defisiensi zat besi yang lebih parah terjadi pada stadium 3 dan 4. Stadium 3
menunjukkan sudah terjadi gangguan metabolisme, yaitu terjadinya defisiensi besi untuk
eritropoiesis, namun belum terlalu parah sehingga belum dapat dikatakan sebagai anemia.
Pada awal stadium ini, sel darah merah tampak normal, tetapi jumlahnya lebih sedikit. Kadar
hemoglogin dan hematokrit menurun. Stadium 4 menunjukkan gangguan klinis yang sudah
parah, yaitu defisiensi besi untuk eritropoiesis sudah melebihi setengah, sehingga dapat
dikatakan sebagai stadium anemia defisiensi besi. Dengan semakin memburuknya
kekurangan zat besi dan anemia, maka akan timbul gejala-gejala karena kekurangan zat besi
dan gejala-gejala karena anemia semakin memburuk.

Bagaimana membedakan anemia gizi besi dengan anemia jenis lainnya?


Secara umum, gejala dari anemia antara lain kulit pucat, lemah, letih, lesu, denyut jantung
meningkat (takikardi), limpa yang membesar, radang pada lidah, napas yang dangkal, dan
sakit kepala. Selain itu ketika anemia defisiensi zat besi bertambah parah, hal ini akan
mempengaruhi struktur dan fungsi-fungsi tubuh, di antaranya jaringan epitel, terutama lidah,
kuku, mulut, dan lambung. Beberapa gejala dan tanda khusus dari anemia defisiensi besi di
antaranya yaitu:

1. Perubahan pada mulut meliputi pembengkakan pada papilla, rasa terbakar, kemerahan,
dan pada beberapa kasus terjadi glositis (iritasi lidah, penampakan lidah menjadi halus), juga
dapat terjadi cheilosis (bibir pecah-pecah) dan angular stomatitis yang mengakibatkan
disfagia (kesulitan menelan).

2. Perubahan pada pencernaan meliputi gastritis yang sering muncul dan juga terjadi
phagophagia (keinginan aneh untuk memakan makanan tertentu, seperti es). Kondisi ini
disebut sebagai pica. Pada pengidap anemia defisiensi besi, hemogblobin darahnya akan
menurun sehingga volume darah menurun. Hal ini mengakibatkan jantung berdetak menjadi
lebih keras dan suhu tubuh menjadi lebih panas. Oleh karena itu, penderita menjadi lebih
suka makan/minum yang bersuhu dingin.

3. Perubahan pada kuku meliputi terjadinya koilonychia, yaitu kuku jari tangan pecah-
pecah dan bentuknya cekung seperti sendok.

4. Perubahan pada mata meliputi sklera mata menjadi biru. Ini bisa menjadi indikator
spesifik dan sensitif dari anemia defisiensi besi. Anemia ini menyebabkan jaringan kolagen
pada penderita menipis atau bahkan tidak terbentuk, menyebabkan pembuluh darah menjadi
lebih nampak.

Bagaimana cara mendiagnosis anemia gizi besi?

Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menegakkan kepastian diagnosis anemia defisiensi
besi antara lain:

1. Anamnesis (lemah, lesu, pica, serta kemungkinan adanya faktor penyebab dan faktor
risiko)

2. Pemeriksaan fisik (kulit pucat, takikardia, anemia, pembesaran organ, limphadenopati,


atrofi papila lidah)

3. Selain pemeriksaan kadar hemoglobin dan hematokrit, pemeriksaan penunjang


(laboratorium) yang menandakan positif anemia gizi besi dapat dilihat dari 6 pengukuran
yang berbeda:

1. Jumlah serum atau plasma feritin yang menurun (<10 µg/L)

2. Jumlah serum atau plasma besi yang menurun (<60 µg/100 mL)

3. Jumlah total transferin, transferin IBC yang meningkat (>390 µg/100 mL)

4. Persen saturasi dari transferin menurun (<15%), yang menandakan cadangan besi dalam
jaringan, kurang dari 15% dianggap tidak mencukupi untuk dilakukan eritropoesis.
5. Persen saturasi feritin menurun

6. Jumlah reseptor transferin serum yang larut meningkat, Kadar Free Erythrocyte Porphyrin
(FEP) meningkat (>100 ).

Berikut ini adalah terapi diet untuk anemia gizi besi..

1. Diet tinggi zat besi.

Zat besi dapat diperoleh dari makanan yang kaya akan zat besi. Beberapa daftar makanan
yang kaya akan zat besi di antaranya yaitu hati, ginjal, daging, kuning telur, kacang-
kacangan, sayuran hijau, roti whole-grain, serta serealia yang difortifikasi. Akan tetapi,
bioavailabilitas zat besi dalam makanan lebih tinggi dalam bentuk heme (diserap oleh tubuh
mencapai 10-20%), yang terdapat pada jenis pangan seperti daging, ikan, dan hasil
peternakan lainnya dibandingkan dengan bentuk non-heme (diserap oleh tubuh hanya sekitar
1-2%), yang terdapat pada jenis pangan lainnya seperti telur, biji-bijan, sayur-sayuran, dan
buah-buahan. Oleh karena itu, untuk penderita anemia gizi besi dianjurkan untuk lebih
banyak mengkonsumsi diet tinggi zat besi terutama dalam bentuk heme.

2. Suplemen zat besi, berupa per oral dan parenteral.

Suplemen oral berupa tablet besi, akan diserap dengan maksimal jika diminum 30 menit
sebelum makan. Biasanya cukup diberikan 1 tablet/hari, kadang diperlukan 2 tablet. Akan
tetapi kemampuan usus untuk menyerap zat besi adalah terbatas, karena itu pemberian zat
besi dalam dosis yang lebih besar adalah sia-sia dan kemungkinan akan menyebabkan
gangguan pencernaan dan sembelit.

Untuk meningkatkan absorbsinya dalam usus, suplemen besi tersebut sebaiknya diminum
pada saat lambung kosong atau diminum bersama dengan jus jeruk.

Penutup

Setelah kita tahu lebih lanjut mengenai anemia defisiensi besi atau yang lebih dikenal dengan
anemia gizi besi, sebaiknya penanggulanganan anemia defisiensi besi difokuskan pada
tindakan pencegahan karena lebih mudah daripada pengobatan dengan mengatur pola diet
yang tepat, juga pada penderita anemia ringan sebaiknya tidak menggunakan suplemen besi,
lebih tepat bila mereka mengupayakan perbaikan pola diet menjadi diet tinggi zat besi,
terutama zat gizi heme.

Selain itu kebiasaan untuk menambahkan substansi yang memudahkan penyerapan zat besi
juga dapat ditingkatkan seperti penambahan vitamin C (misal: air jeruk) pada saat
mengkonsumsi makanan mengandung zat besi (daging, ayam, dan ikan) dan menghindari
substansi penghambat penyerapan zat besi seperti teh dan kopi. Suplementasi tablet besi
memang diperlukan untuk kondisi tertentu, yakni wanita hamil dan anemia berat. Apabila
anemia yang terjadi berkaitan dengan kesehatan, misalnya infeksi, penyakit kronis, atau
gangguan pencernaan, akan lebih baik jika dikonsultasikan ke dokter terlebih dahulu.

DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 1996. Direktur Jenderal Pembinaan Kesehatan masyarakat, Pedoman
Operasional Penanggulangan Anemia Gizi di Indonesia. Jakarta.

Hidayat W. 1994. Penelitian Pengembangan Program Penanggulangan Anemia pada Ibu


Hamil Melalui Suplementasi Besi di Kabupaten Jember. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Pelayanan Kesehatan. Surabaya.

Husaini MA, Darwin K. 1992. Masalah Anemia Gizi dan Alternatif Cara
Penanggulangannya.

Kodyat BA. 1992. Masalah Gizi di Indonesia dan Penanggulangan. Direktorat Bina Gizi
Indonesia.

Kumala V. 2007. Suka Makan/minum Es? Mungkin Anda Menderita Anemia Defisiensi
Besi!. www.tanyadokteranda.com. [17 September 2010].

Mahan LK, Escott-Stump S. 2004. Krause’s Food, Nutrition and Diet Therapy. USA:
Elsevier

Olson RE. 1988. Mineral, Pengetahuan Gizi Mutakhir. Jakarta: Gramedia.

Radenfahmi. 2010. Anemia Karena Kekurangan Zat Besi. Universitas Negeri Malang,
Malang. http://forum.um.ac.id. [17 September 2010].

Rahyaningsih. 1995. Balita dan Faktor Gambaran Anemia pada Anak-faktor yang
Berhubungan di dua Kabupaten Bogor tahun 1992. [tesis]. Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Universitas Indonesia, Depok.

Rasmaliah. 2004. Anemia Kurang Besi dalam Hubungannya dengan Infeksi Cacing pada Ibu
Hamil. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara.
www.repository.usu.ac.id. [17 September 2010].

Recht M, Pearson HA. 1999. Iron Deficiency Anemia. Dalam: McMillan JA, DeAngelis CD,
Feigin RD, Warshaw JB. Oski’s Pediatrics: Principles and Practice. Edisi ke-3. Philadelphia:
Lippincott William & Wilkins.

Subeno BT. 2007. Anemia Defisiensi Besi pada Anak Sekolah. www.suaramerdeka.com. [17
September 2010].

Wahyuni AS. 2004. Anemia Defisien Besi pada Balita. Ilmu Kesehatan Masyarakat/Ilmu
Kedokteran Pencegahan/Ilmu Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran USU, Sumatera
Utara. www.repository.usu.ac.id. [17 September 2010].
http://www.tanyadokteranda.com/kesehatan/2007/09/menu-sehat-cegah-anemia/

bahan yg kaya kandungan zat besi:

daging berwarna merah, daging unggas, padi-padian, kuning telur, susu, biji-bijian, kacang-
kacangan, sayuran berdaun hijau tua, buah-buahan: jeruk, tomat.

Contoh menu:

Sarapan pagi:

Telur matangi buah

Susu rendah lemak 200ml (1 gelas)

Selingan: bubur kacang ijo 1 mangkok

Makan siang:

Nasi 200 gram

Capcay 1 mangkok kecil

Tumis kangkung

Semur daging kentang (1 potong sapi 50 g)

Sup kacang merah 1 mangkok

Air jeruk 1 gelas

Selingan sore: kue sus 1 buah

Makan malam:

Nasi 200 g

Capcay 1 mangkok kecil

Ayam angkak (2 potong ayam)

Sapo tahu 1 mangkuk kecil

Juice strawberry 1 gelas

Sebelum tidur: susu rendah lemak 1 gelas (200 ml)

Anda mungkin juga menyukai