Anda di halaman 1dari 66

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No.

1 i
Jurnal Kesehatan dr. Soebandi
Vol. 3 No. 1, Oktober 2014 – Maret 2015

Terbit 2 kali setahun pada bulan Oktober dan April. Berisi tulisan yang diangkat dari hasil
penelitian dan kajian analisis-kritis dibidang ilmu kesehatan.

Susunan Redaksi Jurnal Kesehatan dr. Soebandi


No. SK : 878/U.K/X/2013
Pelindung
Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan dr. Soebandi Jember
Penasehat
Ketua Lembaga Pengembangan, Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
Penyunting
Ketua
Khofi Hadidi, S.Kep., Ns.
Sekretaris
Diana Octania, SH
Bendahara
Lailil Fatkuriyah, S.Kep., Ns
Penelaah Ahli
DR. Ah. Yusuf, S.Kp. M.Kes (PPNI Jawa Timur)
Penyunting pelaksana
Andi Eka Pranata., S.ST
Fitria Jannatul Laili, S.Keb., Bd
Firdha Novitasari, S.Kep., Ns., M.M
Zidni Nuris Yuhbaba, S.Kep., Ns., M.M
Dinar Perbawati, S.ST
Ai Nurjannah, S.ST
Dana dan Usaha
Mussia, S.ST
Kustin, SKM
Marketing
Drs. H. M. Fanani
Putri Herlidian, S.ST., M.Kes
Siti Mudawamah, S.ST
Zaida Mauludiyah, S.Keb.Bd

Alamat Penyunting : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan dr. Soebandi Jember, JL. dr. Soebandi No. 99
Jember. Telp (0331) 483536. Fax. (0331) 483536. Email : jurnalsoebandi@gmail.com.

Penyunting menerima sumbangan tulisan yang belum pernah diterbitkan dalam media lain.
Naskah diketik sesuai dengan format seperti tercantum pada petunjuk dibagian belakang jurnal
ini. Naskah yang masuk dievaluasi dan disunting untuk keseragaman format, istilah dan tata cara
lainnya.

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 ii


Jurnal Kesehatan dr. Soebandi
Vol. 3 No. 1, Oktober 2014 – Maret 2015
DAFTAR ISI ( CONTENT)

HALAMAN
1. Gambaran Kecemasan Primipara Dalam Perawatan Bayi Baru Lahir di
Puskesmas Sukorejo. 134-139
Siti Aisah…………….…………………………………………………........
2. Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Dengan Siklus Menstruasi Pada Siswi
Kelas XI Jurusan Akuntansi SMK 1 Pancasila Ambulu Jember 140-147
Sandi Satria..……...........................................................................................
3. Hubungan Pelayanan Posyandu Balita Dengan Tingkat Kepuasan Ibu Balita
Tentang Posyandu di Desa Darsono RT 02 RW 01 Wilayah Kerja Puskesmas
148-154
Arjasa Jember.
Dony Setiawan HP…………………………………………………………..
4. Perbedaan Tingkat Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah dilakukan
Tindakan Akupressur Pada Penderita Hipertensi Lansia di PSLU Puger
155-161
Kabupaten Jember.
Eko Bagus Santoso………………………………………………………….
5. Pemenuhan Kebutuhan Tidur Terhadap Tingkat Depresi Lansia di UPT PSLU
Bondowoso. 162-169
Adi Hamsyah Maulana………………………………………………...........
6. Gambaran Faktor Rendahnya Konsumsi Tablet Fe Ibu Hamil Trimester III di
Desa Kranjingan Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember 170-176
Stefani Maulidya Restianti….…………………………………………........
7. Gambaran Faktor Penyebab Pre Eklampsia/Eklampsia Pada Ibu Hamil di
Puskesmas Kalisat Kabupaten Jember 177-184
Nabila Istifadah…………..…………………………………………………
8. Hubungan umur, pendidikan, paritas, penyakit penyerta terhadap kajadian
abortus di Instalasi Rawat Inap Kebidanan RSD Kalisat Jember 2014 185-192
Herlidian Putri.....................................................................................

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 iii


Gambaran Kecemasan Primipara Dalam Perawatan Bayi Baru Lahir……….…Siti Aisah, Hal. 134-139

GAMBARAN KECEMASAN PRIMIPARA DALAM PERAWATAN


BAYI BARU LAHIR DI PUSKESMAS SUKOREJO
Siti Aisah *
Moch Wildan**
Fitria Jannatul Laili***

*, *** Program DIII Kebidanan STIKES dr. Soebandi Jember


** Poltekkes Kemenkes Malang

ABSTRACT

Anxiety is to gridlock that was not clear and spread, which relate to feeling not
certain and not helpless. Many women’s health is worried about her beby, feeling uneasy
and guilty that she feels after giving birth to her first child because her own more attention
to her beby. To take care of beby was not a difficult but often mother Primipara have
concern in fostering baby. According to data collection that will be done at the end of 2012
in the community health center sukorejo Bangsalsari obtained 840 mother giving birth,
consisting of 420 mother multipara and mother primipara. In The month of October survey
in 2013 mother were obtained from 18 primipara that gave birt to take care of her beby, in
both bathe, treat umbilical cord and giving water mother’s milk less true. The aim of the
research is to know the picture high anxiety mothers primipara in the care newly born
baby in the community Health Center Sukorejo sub-district Bangsalsari Jember Regency.

This research is Descritive. The population in this research is mother primipara 1-7
days post in october the mothers 18 primipara. Loding technique a sample total product
sampling as many as 18 mother her purifying primipara. Data collection using
quistionnaries. Results of research most respondents age of 20-25 of 45 percent, from the
factors education most respondents educated junior high school that is 56 percent, and a
half- rsondens who does not work ( IRT 50 percent. Most mother 78 percent primipara,
anxiety at the time to treat newborn baby.

Therefore expected to health workers particularly midwives to improve service


obstetric patients at the time that pregnant mother in the gave birth periodid not
experience anxiety in fostering newly born baby.

Key words : Worry, Primipara, treatment newly born baby

PENDAHULUAN kontraksi uterus melemas dan perut


Proses persalinan merupakan suatu melunak. Waktu kelahiran yang tepat
proses yang alamiah namun cukup sulit untuk diprediksi. Masa pra-
membutuhkan banyak tenaga, daya dan kelahiran disebut “pembukaan”, yaitu
upaya dalam setiap tahap. Persalinan saat dimana posisi bayi turun menuju
dimulai ketika leher rahim (serviks) leher rahim. Dalam periode ini, kandung
mulai membuka atau melebar. Uterus kemih tertekan sehingga frekuensi buang
berkontraksi dalam jarak waktu teratur, air kecil semakin meningkat. Masa pra-
dan perut menjadi keras. Disela-sela kelahiran ini berlangsung selama

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 134


Gambaran Kecemasan Primipara Dalam Perawatan Bayi Baru Lahir……….…Siti Aisah, Hal. 134-139

beberapa hari atau minggu. Pada masa yang intensif dan tuntutan untuk
inilah awal ibu merasakan kecemasan, mengasuhnya (Bobak, 2005).
yang dapat berlanjut hingga pada masa Who Health Organization (WHO)
nifas yang sering disebut Depresi proporsi kematian bayi baru lahir di dunia
Pascapartum (Pratiwi, 2010). sangat tinggi dengan estimasi sebesar 4
Beberapa dampak negatif pada ibu juta kematian bayi baru lahir pertahun
yang terkena kecemasan pascapersalinan, dan 1,4 juta kematian pada bayi baru lahir
yaitu minat dan ketertarikan ibu pada pada bulan pertama di Asia tenggara.
bayi berkurang dan tidak menunjukan Hanya sedikit negara di Asia Tenggara
respon yang positif terhadap kehadiran yang mempunyai sistem registrasi
bayi yang baru dilahirkannya. Dalam hal kelahiran yang baik sehingga tidak
ini, ibu tidak mampu merawat bayinya diperoleh data yang akurat tentang
secara optimal karena ibu merasa tidak jumlah kematian bayi baru lahir atau pun
berdaya dan kurang percaya diri, kematian pada bulan pertama. Dalam
sehingga ibu lari dari tanggung jawabnya Kenyataannya, penurunan angka
sendiri. Sedangkan dampak negatif yang kematian bayi baru lahir di setiap negara
dapat terjadi pada bayi, yaitu tumbuh di Asia Tenggara masih sangat lambat.
Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir Perkiraan kematian yang terjadi karena
melalui proses kelahiran sampai usia 4 tetanus adalah sekitar 550.000 lebih dari
minggu, dengan usia gestasi 38-42 50 % kematian yang terjadi di Afrika dan
minggu dan mampu menyesuaikan diri Asia Tenggara disebabkan karena Infeksi
dari kehidupan intrauterin ke kehidupan pada tali pusat pada umumnya menjadi
ekstrauterin. Pada saat adaptasi tersebut tempat masuk utama bakteri, terutama
terjadi gangguan-gangguan yang apabila diberikan sesuatu yang tidak steril
berpotensi menyebabkan kematian dan (Prawirohardjo, 2008).
kesakitan sedangkan perawatan bayi baru Survei Demografi dan Kesehatan
lahir meliputi tentang cara menjaga Indonesia (SDKI) Angka kematian bayi
kehangatan bayi (mencegah hipotermi), baru lahir sebesar 25 per 1000 kelahiran
cara menyusui yang benar, cara hidup. Sebagian besar penyebab kematian
mencegah infeksi dan jadwal pemberian terebut dapat dicegah dengan penanganan
imunisasi (Pusdiknakes, 2003,.24). yang adekuat (Depkes, 2007).Bappenas
Saifuddin (2006) masa neonatus (2004) salah satu penyebab tingginya
merupakan masa kristis dari kehidupan kematian bayi adalah rendahnya perilaku
bayi, dua pertiga kematian bayi terjadi masyarakat dan keluarga yang dapat
dalam 4 minggu persalinan dan 60 % menjamin kehamilan, kelahiran, dan
kematian bayi baru lahir terjadi dalam perawatan bayi baru lahir yang lebih
waktu 7 hari setelah lahir yaitu saat ibu sehat. Rendahnya perilaku dalam
berada pada masa postpartum dini atau perawatan bayi baru lahir disebabkan
early postpartum period. kurangnya pengetahuan akan perawatan
Peran, tugas dan tanggung jawab bayi baru lahir.
orang tua dimulai sejak masa kehamilan Hasil survei Dinas Kesehatan Provinsi
dan semakin bertambah saat bayi Jawa Timur pada tahun 2007
dilahirkan yaitu merawat dan mengasuh menunjukkan adanya kematian bayi
bayi. Pada periode awal, orangtua harus sebesar 69 dari 7051 sampel yang
mengenali hubungan mereka dengan disurvey. (Depkes RI, 2008).
bayinya, bahwa bayi merupakan pribadi Dari uraian diatas yang menguraikan
yang belum matang, tidak berdaya dan begitu pentingnya tentang perawatan bayi
memiliki sifat tergantung, sehingga perlu baru lahir, berdasarkan kondisi di
perlindungan, perawatan, dan sosialisasi lapangan masih ada di antara para ibu
yang ditandai dengan masa pembelajaran yang takut dan cemas dalam memberikan

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 135


Gambaran Kecemasan Primipara Dalam Perawatan Bayi Baru Lahir……….…Siti Aisah, Hal. 134-139

perawatan bagi bayinya yang baru lahir. bayi. Kecemasan juga merupakan sesuatu
Sesuai pendatan yang di lakukan pada yang diperoleh dari belajar ibu pasca
tahun 2012 di puskesmas sukorejo bersalin. Hal ini ditunjukkan dengan
bangsalsari di dapatkan 840 orang ibu kesukaran berfikir jernih dan bertindak
bersalin, terdiri dari 420 ibu multipara secara efektif terhadap tuntutan
dan ibu primipara. Hasil survey pada lingkungan. Pengalaman ibu yang baru
bulan Oktober tahun 2013 di dapatkan pertama sekali dalam perawatan bayi
dari 18 ibu nifas primipara yang baru lahir, sudahlah pasti memiliki
melahirkan, dalam merawat bayinya baik tingkat kecemasan yang berat
memandikan, merawat tali pusat dan dibandingkan ibu yang telah beberapa
memberikan asi kurang benar. Disamping kali melahirkan serta telah beberapa kali
itu peneliti juga melihat bahwa ibu nifas merawat bayinya dengan sendiri (Ratih
primipara masih tampak kaku dan Putri Pratiwi, 2010).
mempunyai rasa takut untuk memegang Berdasarkan latar belakang di atas
dan menggendong bayinya, apalagi maka peneliti tertarik untuk melakukan
memandikan, merawat tali pusat dan penelitian lebih lanjut mengenai “
memberikan asi. Dengan demikian dapat gambaran kecemasan ibu primipara
di pelajari bahwa masih ada para ibu dalam perawatan bayi baru lahir selama
belum mampu memberikan perawatan post partum di puskesmas sukorejo
pada bayi baru lahir. bangsalsari jember ” sehingga dapat
Ketidak mampuan ibu merawat bayi digunakan sebagai salah satu dasar untuk
baru lahir normal kemungkinan besar manajemen perawatan bayi baru lahir.
dipengaruhi oleh beberapa faktor, di
antaranya pengetahuan, pendidikan, METODE PENELITIAN
sosial budaya, pekerjaan, peran petugas Jenis penelitian ini adalah
kesehatan (perawat atau bidan), peran penelitian deskriptif dengan
keluarga motivasi dan sosial ekonomi. menggunakan pendekatan Survey.
Pengetahuan ibu nifas primipara Rancangan penelitian deskriptif ini
dalam merawat bayinya adalah sangat bertujuan untuk mendeskripsikan
penting karna dengan pengetahuan yang peristiwa-peristiwa penting yang terjadi
cukup, maka ibu nifas mampu serta pada masa kini. Deskripsi dilakukan
berani melakukan perawatan bayinya secara sistematis dan lebih menekan pada
dengan benar tanpa rasa takut dan kaku. data faktual daripada penyimpulan.
Saat ini belum ditemukan yang pasti Fenomena ini disajikan secara apa adanya
tentang penyebab kecemasan ibu tanpa manipulasi dan peneliti tidak
pascapersalinan yang cukup berpengaruh mencoba menganalisis bagaimana dan
terhadap hubungan ibu dan bayi secara mengapa fenomena tersebut bisa terjadi,
intim. Begitu juga terhadap perawatan oleh karena itu penelitian jenis ini tidak
rutin yang dilakukan ibu pada bayinya. memerlukan adanya suatu hipotesis
Sensitifitas terhadap perubahan hormonal (Nursalam, 2009).
dianggap hanya sebagai faktor pencetus, Populasi penelitian ini adalah semua ibu
sedangkan faktor lainnya hanya karena nifas primipara post partum hari ke 1-7 di
ibu harus bisa menyesuaikan diri dengan Puskesmas Soekorejo Kecamatan
peran barunya sebagai ibu yang bahagia Bangsalsari. Tekhnik pengambilan
dan percaya diri dalam mengasuh sampel dilakukan dengan cara non-
bayinya (Nolan, 2003). probability sampling,dengan metode
Kecemasan dapat timbul ketika accidentally.Dengan jumlah sampel 18
individu menghadapi pengalaman- orang.
pengalaman baru seperti masuk sekolah,
memulai pekerjaan baru atau melahirkan

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 136


Gambaran Kecemasan Primipara Dalam Perawatan Bayi Baru Lahir……….…Siti Aisah, Hal. 134-139

HASIL
A. Data Umum
1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Tabel 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur di Puskesmas Soekorejo Kabupaten
Jember tahun 2013
No Umur Jumlah Presentase (%)
1. < 20 tahun 4 22%
2. 20 – 25 tahun 8 45%
3. 26 – 30 tahun 4 22%
4. 31 – 35 tahun 2 11%
5. > 35 tahun 0 0
Jumlah 18 100%

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan


Tabel 4.2 Karakteristik responden berdasarkan pendidikan ibu nifas primipara di
Puskesmas Soekorejo Kabupaten Jember tahun 2013.
No Pendidikan Jumlah Presenttase (%)
1. SD 4 orang 22%
2. SMP 10 orang 56%
3. SLTA 4 orang 22%
4. Perguruan tinggi / Akademi 0 orang 0
Jumlah 18 orang 100 %

3. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pekerjaan


Tabel 4.3 Karakteristik responden berdasarkan status pekerjaan ibu nifas primipara di
Puskesmas Soekorejo Kabupaten Jember tahun 2013.
No Pekerjaan Jumlah Presentase
1. Swasta 2 orang 11%
2. Wirausaha 3 orang 17%
3. Petani 4 orang 22%
4. IRT 9 orang 50%
Jumlah 18 orang 100 %

B. Data Khusus
1. Gambaran kecemasan ibu primipara dalam perawatan bayi baru lahir.
Tabel 4.4 Karakteristik responden berdasarkan tingkat kecemasan ibu nifas primipara di
Puskesmas Soekorejo Kabupaten Jember tahun 2013.
No Kecemasan Jumlah Presentase (%)
1. Kecemasan ringan 2 11%
2. Kecemasan sedang 14 78%
3. Kecemasan berat 2 11%
Jumlah 18 orang 100%

PEMBAHASAN kecemasan sedang yaitu sebanyak 14


Dari Distribusi Frekuensi responden (78%). Faktor – faktor yang
Gambaran Kecemasan primipara dalam mempengaruhi tingkat kecemasan adalah
perawatan bayi baru lahir di Puskesmas umur, pendidikan.
Soekorejo Kecamatan Bangsalsari Berdasarkan tabel 4.1
Kabupaten Jember. Menunjukkan bahwa diketahui bahwa sebagian besar
sebagain besar responden mengalami responden berumur 20-25 tahun yaitu

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 137


Gambaran Kecemasan Primipara Dalam Perawatan Bayi Baru Lahir……….…Siti Aisah, Hal. 134-139

sebanyak 7 responden (58%). Usia yang DAFTAR PUSTAKA


di anggap optimal untuk mengambil Azwar, S. 2005. Penyusunan Skala
keputusan adalah usia diatas 20 tahun Psikologi. Yogyakarta: Pustaka
karena usia kurang dari 20 tahun Pelajar
cenderung dapat mendorong terjadinya Bappenas. 2004. Rencana Stategi
kebimbingan dalam mengambil Penanggulangan Kemiskinan.
keputusan atau memilih dan kurangnya Jakarta
pengalaman (Sulaiman, 2005). Dengan Bobak. 2005. Buku Ajar Keperawatan
demikian responden yang berusia 20-35 Maternitas Edisi 4. Jakarta .ECG
tahun merupakan masa dewasa matang, Bobak, Lowdermilk, Jensen. 2004. Buku
jadi seharusnya responden tidak Ajar Keperawatan Maternitas
mengalami kecemasan terhadap Edisi 4. Jakarta : ECG.
perawatan bayi baru lahir. Depkes Ri. 2008. Profil Kesehatan
Indonesia. Jakarta.
Berdasarkan Tabel 4.2 Depkes. 2007. Profil Kesehatyan
diketahui bahwa hampir setengah dari Indonesia Tahun 2006. Medan.
responden berpendidikan SMP yaitu Farrer Helen. 1999. Keperawatan
sebanyak 10 responden (71%). Maternitas. Jakarta: ECG.
Pendidikan dapat mempengaruhi perilaku Hamilton. 1995. Dasar – dasar
seseorang terutama dalam meningkatkan Keperawatan Maternitas Edisi 2.
pengetahuan seseorang tentang sesuatu Jakarta: ECG
atau pun sebagian pengalaman hidupnya, Hana. 2011. Konsep Kecemasan.
notoatmodjo (2003). Disini banyaknya www.wordpress.com. Diakses
ibu yang berpendidikan sampai SMP di tanggal 29 September 2013.
selain di karenakan oleh faktor ekonomi Hidayat. 2009. Metode Penelitian
juga dikarenakan oleh budaya sekitar Keperawatan & Teknik Analisa
yang beranggapan bahwa perempuan Data. Jakarata: Selemba Medika.
tidak perlu berpendidikan tinggi karena Keliat, Budi Anna. Dkk. 2011. Konsep
pada akhirnya perempuan tetap akan Kesehatan Jiwa Komunitas.
mengurus rumah tangga. Responden yang Jakarta. EGC
berpendidikan lebih tinggi tidak akan Lowdermilk. 2004. Buku Ajar
mengalami kecemasan pada perawatan Keperawatan Maternitas Edisi 4.
bayi baru lahir dari pada responden yang Jakarta : ECG.
berpendidikan lebih rendah. Luluk A, Zuyina, dkk. 2010. Psikologi
KESIMPULAN Kesehatan. Jogjakarta. Nuha
Karakteristik ibu yang mengalami Medika.
kecemasan Sebagian responden umur 20 Mansur,Hera.2009.Psikologi ibu dan
– 25 tahun di dapatkan (45%), dari faktor anak untuk kebidanan . jakarta:
pendidikan sebagian besar responden salemba medika
berpendidikan SMP yaitu (56%). Mckenzie.2007. Text Book Of
Sebagian besar (78%) ibu nifas primipara Hematology. USA: William &
mengalami kecemasan pada saat merawat Walkins.
bayi baru lahir. Musbikin. 2005. Panduan Bayi Ibu
Gambaran kecemasan primipara Hamil Dan Melahirkan.
terhadap perawatan bayi baru lahir di Yogyakarta: Mitra Pustaka.
Wilayah Puskesmas Sukorejo Kecamatan Musbikin. 2006. Kudidik Anakku Dengan
Bangsalsari Kabupaten Jember Bahagia. Yogyakarta: Mitra
didapatkan data bahwa bahwa sebagain Pustaka.
besar responden mengalami kecemasan
sedang yaitu sebanyak 78% responden.

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 138


Gambaran Kecemasan Primipara Dalam Perawatan Bayi Baru Lahir……….…Siti Aisah, Hal. 134-139

Musbikin. 2007.Persiapan Menghadapi Suririnah.(2009) .Buku pintar kegamilan


Persalinan. Yogyakarta: Mitra dan persalinan . jakarta: PT
Pustaka. Gramedia Pustaka Utama.
Nolan. 2003. Kehamilan Dan Varney, Helen. 2008. Buku ajar asuhan
Melahirkan. Jakarta: ARCAN. kebidanan vol 2.Jakarta
Nursalam. 2009. Konsep Dan Penerapan Saifudin. 2006. Penyusunan skala
Metode Penelitian Ilmu psikologis . Yogyakarta: Pustaka
Keperawatan. Jakarta: Selemba Pelajar.: EGC
Medika.
Pratiwi. 2010. Pengertian Kecemasan,
http.//psikologi.or.id./mycontes/u
ploads/2013/os/PengertianKecem
asanAxiety.P df.
( Diakses pada Tanggal 07 Juli
2013)
Prawiroharjo, Sarwono. 2008. Ilmu
Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka
Prawiroharjo, Sarwono. 2005. Masa nifas
(post
partum).www.wordpress.com.
Diakses tanggal 27 September
2013.
Puadiknakes. 2003. Asuhan Kebidanan
Postpartum. Jakarta: Pusdiknakes.
Robinson. 2002. Tanya jawab perawatan
bayi tahun pertama. Jakarta:
ARCA.
Rudolf, Abraham. (2006). Buku Ajar
Pediatrik. Edisi 20. Jakarta : EGC
Saleha. 2009.Asuhan kebidan pada masa
nifas. Jakarta: Salemba Medika.
Sylvia D, Elvira.2006. Depresi Pasca
Persalinan. jakarta : FKUI
Stuart, Gail W. 2007. Buku Saku
Keperawatan Jiwa. Jakarta. EGC
Stuart & Sundeen (1991), Buku saku
keperawatan jiwa,buku kedokteran
jiwa. Jakarta EGC.
Suci. 2007 . Imunisasi bayi 4 bulan
pertama. Dibuka pada 29 Juni
2013 dari
http://zandecella.wordprees.com/2
007/08/21/imunisasibay4bulanpert
ama)
Suherni, dkk. 2009. Perawatan masa
nifas. Yogyakarta. Fitramaya.
Soekidjo Notoatmodjo. 2003. Metodologi
Penelitan Kesehatan.: Rineka
Cipta, jakarta

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 139


Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Dengan Siklus Menstruasi……….…Sandi Satria, Hal. 140-147

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN SIKLUS


MENSTRUASI PADA SISWI KELAS XI JURUSAN
AKUNTANSI SMK I PANCASILA
AMBULU JEMBER

Sandi Satria.* Kiswati**, Akhmad Efrizal Amrullah***

*, *** Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES dr. Soebandi Jember


** Poltekkes Kemenkes Malang

ABSTRACT

Adolescence is a period of transition that connects childhood to adulthood, the physical


changes seen in young women that is experiencing the menstrual cycle, one of the causes
of menstrual cycle disorders are psychological factors such as anxiety, in Indonesia the
number of young women who experience anxiety disorder by 20 %. The purpose of this
study was to determine the relationship between the level of anxiety with the menstrual
cycle. The method used is analytic correlation with cross-sectional design conducted in
May 2014, where the population is all class XI student majoring in accounting SMK I
Pancasila Ambulu, sampling technique using probability sampling proportionate to the
type of random sampling and obtained 110 student population, 78 as a sample. Methods of
data collection using questionnaires. The results of this study using the contingency
coefficient association test p value = 0.010 (Ho was rejected sig <0.05) means that there is
a significant relationship between the level of anxiety with the menstrual cycle and the
value of contingency coefficient = 0.308 correlation is weak but definitely means higher
levels of anxiety, the more high menstrual cycle disorders. Irregular menstrual cycles is
more common in moderate and severe levels of anxiety. It is recommended to treat anxiety,
especially in adolescents by means of support or motivation and knowledge of the wider
school education, especially for counseling teachers should pay attention to their students
with such anxiety can be overcome in order to maintain reproductive health in adolescents.

Keywords: Level of anxiety, menstrual cycle.

PENDAHULUAN lingkungan. Umumnya proses


Masa remaja merupakan masa pematangan fisik lebih cepat dari
transisi dalam rentang kehidupan pematangan psikososialnya. Karena itu
manusia yang menghubungkan masa sering kali terjadi ketidakseimbangan
kanak-kanak dan masa dewasa. Menurut yang menyebabkan remaja sangat sensitif
WHO batasan usia remaja adalah 12 dan rawan terhadap cemas. Tugas-tugas
sampai 24 tahun, sedangkan menurut perkembangan pada masa remaja yang
Survei Kesehatan Reproduksi Remaja disertai oleh berkembangnya kapasitas
Indonesia (SKRRI) tahun 2007, remaja intelektual, cemas dan harapan-harapan
adalah laki-laki dan perempuan yang baru yang dialami remaja membuat
belum kawin dengan batasan usia remaja mudah mengalami gangguan baik
meliputi 15-24 tahun (Wijaya, 2009). berupa gangguan pikiran, perasaan
Dalam periode ini terjadi perubahan yang maupun gangguan perilaku (Semiun,
sangat pesat dalam dimensi fisik, mental 2006). Remaja tidak saja mengalami
dan sosial. Masa ini juga merupakan perubahan fisik , psikologi tetapi juga
periode pencarian identitas diri, sehingga sosial, spiritual Perubahan fisik yang
remaja sangat mudah terpengaruh oleh tampak dengan bertambahnya hormon
JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 140
Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Dengan Siklus Menstruasi……….…Sandi Satria, Hal. 140-147

estrogen dan progesterone , Tanda-tanda menstruasi (Sarwono, 2009) adalah:


awal yaitu tumbuhnya payudara dan Fungsi hormon terganggu, kelainan
rambut pubis. Tubuh tumbuh dengan sistemik, cemas, kelenjar gondok,
pesat dan memberi bentuk tubuh wanita. hormon prolactin berlebihan, kelainan
Pubertas mencapai puncak pada awitan fisik. Dampak dari gangguan siklus
menstruasi, periode menstruasi pertama menstruasi seperti: Perdarahan rahim
disebut menarche (Proverawati, 2009). menyimpang, Perdarahan diluar
Siklus menstruasi merupakan menstruasi. Pada kelainan anatomis
bagian dari proses regular yang terjadi perdarahan diantaranya pada
mempersiapkan tubuh wanita setiap mulut rahim (keganasan, perlukaan, atau
bulanya untuk kehamilan. Periode polip). Pada badan rahim (mioma uteri
pengeluaran darah, dikenal sebagai [tumor rahim]), pada lapisan dalam rahim
periode menstruasi (atau mens, atau keguguran atau penyakit troboblast,
haid), (Sarwono, 2009). Siklus keganasan. Sedangkan pada kelainan
menstruasi biasanya dimulai pada wanita dapat berupa kehamilan tuba (diluar
muda umur 12-15 tahun (menarche) yang kandungan) radang saluran telur sampai
terus berlanjut sampai umur 40-50 tahun keganasan tuba (Manuaba, 2009).
(menopause) tergantung pada berbagai Kecemasan (ansietas/anxiety)
factor, termasuk kesehatan wanita, status adalah gangguan alam perasaan
nutrisi, dan berat badan tubuh relative (affective) yang di tandai dengan
terhadap tinggi tubuh. Pada umumnya perasaan ketakutan atau kekhawatiran
siklus menstruasi berlangsung 28 hari, yang mendalam dan berkelanjutan , tidak
siklus normal 21-35 hari. Panjang daur mengalami gangguan dalam menilai
dapat bervariasi pada satu wanita selama realitas (Reality Testing Ability/RTA, baik
saat-saat yang berbeda dalam hidupnya, mengalami keretakan pribadian / spliting
dan bahkan dari bulan ke bulan of personality) , perilaku terganggu tapi
tergantung pada berbagai hal, termasuk masih dalam batas-batas normal.
kesehatan fisik, emosi, dan nutrisi wanita. Diperkirakan jumlah mereka yang
Selama siklus menstruasi, ovarium menderita gangguan kecemasan ini baik
menghasilkan hormone estrogen dan akut maupun kronik normal atau
progesteron (Sarwono, 2009). Siklus abnormal mencapai 5% dari jumlah
menstruasi meliputi perubahan siklus penduduk, dengan perbandingan antara
didalam endokrin, ovarium, dan uterus. wanita dan pria 2 banding 1, dan
Baik faktor fisiologis individu maupun diperkirakan antara 2%-4% diantara
lingkungan dapat mempengaruhi penduduk suatu saat dalam kehidupan
perubahan siklus ini (Manuaba, 2009). pernah mengalami gangguan cemas
Hipotalamus adalah sumber utama (Hawari, 2013). Gejala kecemasan sangat
kontrol hipotalamus dan mengatur mempengaruhi siklus menstruasi pada
kelenjer hipofisis anterior melelui jalur wanita, karena pesan sepanjang saraf di
hormonal. Sebaliknya, kelanjar hipofisis dalam otak, tulang belakang dan seluruh
anterior mengatur ovarium dengan tubuh (Sarwono, 2009). Adanya
hormon. Akhirnya, ovarium rangsangan stressor psikososial
menghasilkan hormon yang mengakibatkan jaringan neuro di otak
mengendalikan perubahan yang terjadi ikut serta dalam memberikan sinyal
simultan dan selaras. Mood wanita dapat bahaya. Otak dapat secara konstan
berubah sejalan dengan siklus tersebut mengirimi pesan bahwa ada sesuatu yang
karena adanya hubungan yang erat antara salah dan memerlukan perhatian segera
hipotalamus dan korteks serebri (Nevid, 2005). Kebanyakan perempuan
(Manuaba, 2009). Faktor-faktor yang terutama remaja yang sedang mengalami
dapat menyebabkan gangguan siklus ketidak-teraturan siklus menstruasi rentan

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 141


Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Dengan Siklus Menstruasi……….…Sandi Satria, Hal. 140-147

sekali terhadap depresi karena situasi menstruasi menggunakan uji Koefisien


tersebut menimbulkan ketidakpastian Kontingensi dengan instrumen penelitian
yang mengakibatkan kecemasan. Rasa HRS-A
khawatir, takut, sedih, cemas dalam
dirinya adalah sebagai stressor yang METODE PENELITIAN
dapat mengakibatkan meningkatnya Jenis penelitian ini adalah analitik
kecemasan apabila ia tidak dapat korelasi, artinya setelah menggambarkan
mengendalikan kesadaran dan bersifat secara keseluruhan kemudian dilakukan
maladaptif (Hawari, 2013). Berdasarkan analisa dengan pendekatan “Cross
data National Institute of Mental Healt Sectional” adalah penelitian untuk
(2005) di Amerika Serikat terdapat 40 mempelajari dinamika korelasi antara
juta orang mengalami gangguan faktor-faktor risiko dengan efek, dengan
kecemasan pada usia 18 tahun sampai cara pendekatan, observasi atau
pada usia lanjut. Di Indonesia jumlah pengumpulan data sekaligus pada suatu
remaja putri yang mengalami gangguan saat (point time approach), artinya, tiap
kecemasan sebesar 20% (Putri, 2007). subyek penellitian hanya diobservasi
Pada Kabupaten Jember jumlah remaja sekali saja dan pengukuran dilakukan
mengalami gangguan kecemasan setiap terhadap status karakter atau variabel
tahun meningkat pada tahun 2012 sebesar subyek pada saat pemeriksaan. Hal ini
20 % dan pada tahun 2013 sebesar 25% tidak berarti bahwa semua subyek
terkait masalah pembelajaran disekolah penelitian diamati pada waktu yang sama
(Dinkes jember, 2013). Data dari (Notoatmodjo, 2005).
Dipuskesmas Ambulu (2013), remaja
putri yang mengalami gangguan HASIL
menstruasi sebesar 30% pada tahun 2013. Kegiatan penelitian ini di lakukan
Dari hasil penelitian yang SMK I Pancasila Ambulu-Jember dengan
dilakukan oleh Desty Nur Isnaenir menggunakan lembar kuesioner yang
mahasiswa D IV Kebidanan Jalur diberikan langsung kepada siswi kelas XI
Reguler Universitas Sebelas Maret jurusan akuntansi SMK I Pancasila
Surakarta mengenai "Hubungan Antara Ambulu-Jember yang bertujuan untuk
Stress Dengan Pola Menstruasi pada mengetahui hubungan antara tingkat
Mahasiswi D IV Kebidanan Jalur Reguler kecemasan dengan siklus menstruasi
Universitas Sebelas Maret Surakarta" pada siswi kelas XI jurusan akuntansi
diperoleh kesimpulan : Terdapat SMK I Pancasila Ambulu-Jember.
hubungan positif antara stres dengan pola Responden penelitian ini berjumlah 87
menstruasi pada mahasiswi D IV siswi yang diambil secara proposional
Kebidanan Jalur Reguler Universitas random sampling dari jumlah populasi
Sebelas Maret Surakarta. Perbedaan sebanyak 110 siswi. Hasil penelitian yang
penelitian ini dengan penelitian telah dilakukan sebagai berikut :
sebelumnya adalah mengenai judul
penelitian, subyek penelitian, waktu 1. Data Umum Responden
penelitian, uji statistik penelitian dan Data umum responden berisi tentang
instrumen penelitian. Penelitian karakteristik responden yang
sebelumnya mengenai stress merupakan hubungan antara tingkat
hubungannya dengan pola menstruasi kecemasan dengan siklus menstruasi,
menggunakan uji spearman rank tetapi tidak termasuk dalam variabel
corelation dengan instrument penelitian penelitian. Variabel yang dimaksud
DASS 42 yang dimodifikasi. sedangkan adalah umur siswi kelas XI Jurusan
penelitian ini meneliti tentang tingkat Akuntansi SMK I Pancasila Ambulu-
kecemasan hubungannya dengan siklus Jember

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 142


Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Dengan Siklus Menstruasi……….…Sandi Satria, Hal. 140-147

a. Karakteristik Responden berdasarkan umur


Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Umur Pada Siswi kelas XI Jurusan Akuntansi SMK I
Pancasila Ambulu-Jember
Umur Frekuensi Persentase
16 4 4.6%
17 80 92.0%
18 3 3.4%
Total 87 100.0%

2. Data Khusus Responden


Data khusus responden berisi tentang karakteristik responden yang termasuk dalam
variabel penelitian. Karakteristik yang dimaksud meliputi Tingkat Kecemasan, Siklus
menstruasi, dan hubungan Tingkat Kecemasan dengan Silkus Menstruasi .
a. Tingkat Kecemasan

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan pada Siswi kelas XI Jurusan Akuntansi
SMK I Pancasila Ambulu-Jember
Tingkat Kecemasan Frekuensi Persentase
Kecemasan Ringan 6 Siswi 6.9%
Kecemasan Sedang 34 Siswi 39.1%
Kecemasan Berat 47 Siswi 54.0%
Kecemasan Berat Sekali 0 Siswi 0.0%
Total 87 Siswi 100%

b. Siklus Mentruasi

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Siklus Menstruasi pada Siswi kelas XI Jurusan Akuntansi
SMK I Pancasila Ambulu-Jember.
Siklus Mentruasi Frekuensi Persentase
Teratur 43 siswi 49.4 %
Tidak teratur 44 siswi 50.6%
Total 87 siswi 100.0%

3. Hubungan Antara Tingkat Kecemasan dengan Siklus Menstruasi

Tabel 5.4. Distribusi hubungan antara tingkat kecemasan dengan siklus menstuasi pada Siswi
kelas XI Jurusan Akuntansi SMK I Pancasila Ambulu-Jember.

Siklus Menstruasi
Tingkat Kecemasan Teratur Tidak Teratur Persentase
Cemas Ringan 6 0 6 (6,9%)
Cemas Sedang 12 22 34 (39,1%)
Cemas Berat 25 22 47 (54,0%)
Cemas berat Sekali 0 0 0 (0,0%)
Total 43 44 87 (100%)

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 143


Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Dengan Siklus Menstruasi……….…Sandi Satria, Hal. 140-147

Berdasarkan tabel diatas, diperoleh dihadapinya sehingga mengakibatkan


hubungan tingkat kecemasan dengan terjadinya gangguan psikologis pada diri
siklus menstruasi. Responden yang remaja yaitu kecemasan . Hal ini sesuai
mengalami tingkat kecemasan ringan dengan teori managemen kecemasan,
sebanyak 6 siswi (6,9%) , mengalami ditandai dengan rasa khawatir, takut,
siklus menstruasi teratur 6 siswi dan sedih, cemas dalam dirinya adalah
siklus tidak teratur 0 siswi, kecemasan sebagai stressor yang dapat
sedang sebanyak 34 siswi (39,1%), mengakibatkan meningkatnya kecemasan
mengalami siklus menstruasi teratur 12 apabila ia tidak dapat mengendalikan
siswi dan siklus tidak teratrur 22 siswi, kesadaran dan bersifat maladaptif
kecemasan berat sebanyak 47 siswi (Hawari, 2013).
(54,0%), mengalami siklus menstruasi Diperlukan tindakan untuk
teratur 25 siswi dan siklus tidak teratrur mengatasinya, dengan cara terapi
22 siswi. Untuk mengetahui ada tidaknya psikososial untuk memulihkan kembali
hubungan antara Tingkat kecemasan kemampuan adaptasi agar yang
dengan Siklus menstruasi maka bersangkutan dapat kembali berfungsi
dilakukan analisis menggunakan uji secara wajar dalam kehidupan sehari-hari
asosiasi Koefisien Kontingensi dengan baik di rumah, sekolah/kampus, di tempat
taraf signifikansi (p)<0.05 atau tingkat kerja maupun di lingkungan pergaulan
kepercayaan 95%. Setelah dilakukan sosialnya. Remaja sebagai masa yang
perhitungan didapatkan nilai p = 0,010 rentan terhadap kecemasan, emosional
(Ho ditolak karena nilai sig <0,05) dan yang tidak stabil maka dengan melalui
nilai Koefisien Kontingensi = 0,308. Hal pendekatan agama akan memberikan rasa
ini berarti bahwa ada hubungan secara nyaman terhadap pikiran dan kedekatan
positif antara tingkat kecemasan dengan kepada Allah, dzikir dan doa-doa yang
siklus menstruasi pada siswi kelas XI disampaikan akan memberikan harapan
jurusan akuntansi SMK I Ambulu- positif.
Jember. Kriteria hasil nilai koefisien Pentingnya peran keluarga pada
kontingensi dengan kekuatan hubungan remaja yang mengalami segala persoalan
rendah/lemah tapi pasti. dengan tugas-tugas nya baik dirumah
maupun disekolah untuk memberi
PEMBAHASAN dukungan (support), oleh karena itu
Tingkat Kecemasan peran keluarga cukup efektif dalam
Dari hasil penelitian diperoleh mengurangi kecemasan, selain itu dengan
data seperti pada tabel 5.2 tentang tingkat memberi konseling sehingga kehidupan
kecemasan siswi kelas XI jurusan remaja lebih terarah dan termotivasi
akuntansi SMK I Pancasila Ambulu- untuk lebih baik lagi, konseling dapat
Jember yang mengalami kecemasan dilakukan secara efektif bila ada motivasi
ringan sebanyak 6 siswi (6.9%), dari kedua belah pihak, antara klien
kecemasan sedang sebanyak 34 siswi (orang yang mendapat konsultasi) dan
(39.1%), kecemasan berat sebanyak 47 konselor (orang yang memberikan
siswi (54,0%). Kondisi responden konsultasi)
sebagian besar mengalami gangguan Kondisi tersebut harus
kecemasan sedang dan kecemasan berat, diperhatikan mengenai hal-hal yang
dipengaruhi oleh faktor usia remaja menyebabkan kecemasan. Oleh karena
sebagai faktor mencari identitas sehingga itu pengetahuan mengenai kecemasan
terjadi perubahan emosional yang tidak dan penanganannya perlu diketahui,
stabil, tugas pembelajaran di sekolah dan dengan harapan dapat teratasi gangguan
aktivitas pekerjaan di rumah, merasa kecemasan dengan tindakan yang benar,
tidak mampu menghadapi persoalan- untuk mengatasi kecemasan khususnya
persoalan di dalam kehidupan yang
JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 144
Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Dengan Siklus Menstruasi……….…Sandi Satria, Hal. 140-147

pada remaja dengan cara mendapat 0,010 (Ho ditolak nilai sig <0,05) berarti
dukungan atau motivasi baik dari diri ada hubungan signifikan antara tingkat
sendiri maupun dari orang lain, serta kecemasan dengan siklus menstruasi dan
mendapat pengetauhan yang lebih luas nilai Koefisien Kontingensi= 0,308
dari pendidikan sekolah, khususnya untuk korelasi lemah tapi pasti artinya semakin
guru konseling harus memperhatikan tinggi tingkat kecemasan maka semakin
anak didiknya sehingga dengan demikian tinggi gangguan siklus menstruasi pada
gangguan kecemasan pada remaja bisa siswi kelas XI jurusan akuntansi SMK I
teratasi. Pancasila Ambulu-Jember.
2. Siklus Menstruasi Kesehatan reproduksi khususnya
Berdasarkan tabel 5.3 mengenai remaja putri erat kaitannya dengan
siklus menstruasi, sebanyak 43 responden menstruasi. Dimana tidak setiap remaja
(49.4%), mengalami siklus menstruasi mempunyai siklus menstruasi yang teratur,
teratur, hal ini bahwa siswi kelas XI siklus menstruasi yang tidak teratur ini
jurusan akuntansi SMK I Pancasila dipengaruhi oleh beberapa faktor, sebagian
Ambulu-Jember yang mengalami siklus yaitu usia, asupan gizi dan gangguan
menstruasi tidak teratur lebih banyak psikologis terhadap responden. Dalam
yaitu 44 responden (50.6%). Kondisi ini pengaruhnya terhadap siklus menstruasi,
terjadi pada responden karna kurang kecemasan melibatkan system
memperhatikan asupan mengenai gizi neuroendokrinologi sebagai sistem yang
seimbang, kurangnya waktu istirahat besar peranannya dalam reproduksi
sehingga menyebabkan hormon yang wanita. Gangguan pada siklus menstruasi
dihasilkan oleh tubuh terganggu. ini melibatkan mekanisme regulasi
Kurangnya perhatian mengenai intergratif yang mempengaruhi proses
kecemasan sehingga perempuan biokimia dan seluler seluruh tubuh
mengalami gangguan kecemasan juga termasuk otak dan psikologis. Pengaruh
dapat mengganggu sistem metabolisme otak dalam reaksi hormonal terjadi
didalam tubuh, bisa saja karena stress/ melalui jalur hipotalamus-hipofisis-
cemas wanita jadi mulai lelah, berat ovarium yang meliputi multiefek dan
badan turun drastis, sakit-sakitan, mekanisme kontrol umpan balik.
sehingga metabolismenya terganggu. Bila Pada keadaan cemas terjadi
metabolismenya terganggu, siklus aktivasi pada amygdala pada sistem
menstruasinya pun ikut terganggu. limbik. Sistem ini akan menstimulasi
Seorang perempuan khususnya pelepasan hormone dari hipotalamus
remaja putri sebaiknya lebih yaitu corticotropic releasing hormone
memperhatikan siklus menstruasi yang (CRH). Hormon ini secara langsung akan
dialami dari periode bulan ke bulan menghambat sekresi GnRH hipotalamus
berikutnya, untuk dapat mengetahui dari tempat produksinya di nukleus
teratur dan tidaknya siklus menstruasi, arkuata. Proses ini kemungkinan terjadi
dengan demikian bila mengalami siklus melalui penambahan sekresi opioid
tidak teratur dapat memeriksa keadaan endogen. Peningkatan CRH akan
tersebut pada pusat pelayanan kesehatan menstimulasi pelepasan endorfin dan
untuk mendapatkan tindakan lebih lanjut. adrenocorticotropic hormone (ACTH) ke
3. Hubungan antara tingkat dalam darah. Peningkatan kadar ACTH
kecemasan dengan siklus akan menyebabkan peningkatan pada
menstruasi kadar kortisol darah. Pada wanita dengan
Dari analisis data menggunakan gejala amenore hipotalamik menunjukkan
uji asosiasi koefisien kontingensi dengan keadaan hiperkortisolisme yang
taraf signifikansi (α) 0,05 atau tingkat disebabkan adanya peningkatan CRH dan
kepercayaan 95%, didapatkan nilai p= ACTH. Hormon-hormon tersebut secara
langsung dan tidak langsung
JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 145
Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Dengan Siklus Menstruasi……….…Sandi Satria, Hal. 140-147

menyebabkan penurunan kadar GnRH, 2. Siklus siswi kelas XI jurusan


dimana melalui jalan ini maka kecemasan akuntansi SMK I Pancasila Ambulu-
menyebabkan gangguan siklus Jember lebih dari separuh sebagian
menstruasi. Dari yang tadinya siklus besar mengalami siklus menstruasi
menstruasinya normal menjadi tidak teratur (50,6%).
oligomenorea atau polimenorea. Gejala 3. Terdapat hubungan positif antara
klinis yang timbul ini tergantung pada tingkat kecemasan dengan siklus
derajat penekanan pada GnRH. Gejala- menstruasi pada siswi kelas XI jurusan
gejala ini umumnya bersifat sementara akuntansi SMK I Pancasila Ambulu-
dan biasanya akan kembali normal Jember kekuatan korelasi lemah tapi
apabila kecemasan yang ada bisa diatasi, pasti dengan kriteria kontingensi =
panjang pendeknya siklus menstruasi ini 0.308 artinya semakin tinggi tingkat
dipengaruhi oleh usia, berat badan, kecemasan maka semakin tinggi
aktivitas fisik, tingkat kecemasan, genetik gangguan siklus menstruasi.
dan gizi (Wiknjosastro,2005,
Octaria,2009). DAFTAR PUSTAKA
Rata-rata usia responden sekitar Ali, M., & Asrori, M. (2010). Psikologi
16 – 18 tahun dengan tingkat kecemasan remaja. Jakarta: PT Bumi Aksara.
rata-rata pada level kecemasan berat. Arikunto S. (2010). Proses Penelitian.
Jenis aktifitas yang dilakukan oleh Jakarta: Rineka Cipta
responden antara lain mengikuti kegiatan Anonymous. Pelayanan kesehatan
pembelajaran sekolah secara rutin, perduli remaja (PKPR). (2013)
masalah internal pada dirinya sendiri , http://www.kesehatananak.depk
mengerjakan tugas-tugas sekolah , ikut es.go.id/index.php?option=com_
dalam organisasi sekolah maupun diluar content&view=article&id=68:pe
sekolah , dan mengikuti kursus yang layanan-kesehatan-peduli-
disediakan oleh lembaga sekolah seperti : remaja-pkpr&catid=39:subdit-
kursus bahasa jepang , bahasa inggris dan 4&Itemid=82 Diakses tanggal
kursus komputer. Oleh itu pengetahuan 25 April 2013.
mengenai kecemasan dan Bandiyah, S dan Lukaningsih, Z. (2011).
penanganannya perlu diketahui, dengan Psikologi Kesehatan.
harapan dapat teratasi gangguan Yogyakarta: Muha Medika
kecemasan dengan tindakan yang benar, Durand V., Barlow D., (2007). Intisari
untuk mengatasi kecemasan khususnya Psikologi Abnormal.
pada remaja dengan cara mendapat Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
dukungan atau motivasi baik dari diri Hidayat A.A., (2007). Metode Penelitian
sendiri maupun dari orang lain, serta Keperawatan dan Teknik
mendapat pengetauhan yang lebih luas Analisa Data. Jakarta. Salemba
dari pendidikan sekolah, khususnya untuk Medika.
guru bimbingan konseling harus Isnaeni, D. N. (2010). Hubungan antara
memperhatikan anak didiknya dengan stres dengan pola menstruasi
demikian kecemasan bisa teratasi guna pada mahasiswa D IV kebidanan
menjaga kesehatan reproduksi pada jalur reguler Unibersitas Sebelas
remaja Maret Surakarta. ari
http://eprints.uns.ac.id/192/1/165
KESIMPULAN 240109201010581.pdf (Diakses
1. Tingkat kecemasan pada siswi kelas tanggal 25 April)
XI jurusan akuntansi SMK I Pancasila Kurniawan, Deny ., (2008). Kofisien
Ambulu-Jember sebagian besar Kontingensi.
mengalami kecemasan berat (54,0%).

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 146


Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Dengan Siklus Menstruasi……….…Sandi Satria, Hal. 140-147

http://inetdeni.wordpress.com Semiun Y., (2006). Kesehatan Mental 1.


(Diakses tanggal 1 Mei 2014) Jakarta Kanisius.
Manuaba I.B.G., (2009). Memahami Wijaya, A (2009). Pelayanan Kesehatan
Kesehatan Reproduksi Peduli Remaja.Bersumber
Wanita.Jakarta. Arcan. darihttp://www.infodokterku.co
Mahbubah Atik. (2006). Hubungan Stres m. (diakses pada tanggal 1april
dengan Siklus Menstruasi pada 2014).
Wanita Usia 20-29 Tahun di
Kelurahan Sidoharjo,
Kecamatan Pacitan, Kabupaten
Pacitan. Skripsi.
http://eprints.undip.ac.id
(Diakses pada tanggal 25 Maret
2013)
Nevid J., Rathus S., Greene B., (2005).
Psikologi Abnormal. Jakarta:
Erlangga
Nursalam, (2013). Konsep dan
Penerapan Metodologi
Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Proverawati. (2009). Menarche
Menstruasi Pertama Penuh
Makna. Yogyakarta: Nuha
Medika
Prawirohardjo, Sarwono. (2008). Ilmu
Kandungan Edisi Kedua,
Cetakan IV. Jakarta : PT.
Yayasan Bina Pustaka.
Putri. (2007). “Gangguan Kecemasan”.
(Online).
(http://www.pikirdongorg./
index.php? option-com, (diakses
28 Maret 2013).
Samadi. (2004). Bersahabat dengan Putri
Anda. Jakarta: Pustaka Zahra
Sarwono sarlito. (2010). Psikoloi remaja:
GRAFINDO PERSADA; Jakarta
Setiawan, A dan Saryono. (2007).
Metodologi Penelitian
Kebidanan. Yogyakarta: Muha
Medika.
Saryono. (2009). Sindrom
Premenstruasi.:NUHA MEDIKA;
2009
Stuart, G W. (2007). Buku Saku
Keperawatan Jiwa Edisi 5.
Jakarta: EGC.
Sugiyono, (2009). Statistik untuk
Penelitian. Bandung: Alfabeta.

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 147


Hubungan Pelayanan Posyandu Balita…………………………………..……Dony Setiawan HP, Hal. 148-154

HUBUNGAN PELAYANAN POSYANDU BALITA DENGAN


TINGKAT KEPUASAN IBU BALITA TENTANG POSYANDU DI
DESA DARSONO RT 2 RW 1 WILAYAH KERJA PUSKESMAS
ARJASA KABUPATEN JEMBER
Dony Setiawan HP*, Zidni Nuris Y**, Firdha Novitasari ***
*, **, *** Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES dr. Soebandi Jember

ABSTRACT

Elderly posyandu is an integrated service post for the community elderly in a certain areas that
have been agreed, which is driven by the community where they can get health care. The design of
this study using a descriptive cross-sectional correlative approach, with variable levels of service
satisfaction posyandu elderly and elderly. The population in this study is the elderly who live in the
Village I Village Sukorambi Krajan RW Sukorambi Jember District. Lansianya amount is 127
people. The sampling technique used was simple random sampling techniques (simple random
sampling). The samples used were as many as 96 elderly people by using simple random sampling
technique sampling. Retrieval of data using a questionnaire enclosed with the form of answers to a
graduated scale, which is measured at the time of completion of the activity in the elderly posyandu
elderly. Based on the analysis of the data processed using spearman rho showed a direct
relationship between service satisfaction levels posyandu elderly by the elderly in Hamlet Krajan
Work Area Health Center Sukorambi Jember with p-value 0.000. The conclusion of this study is
that there is a relationship posyandu elderly with satisfaction levels in elderly Hamlet Village
Krajan RW I Sukorambi Work Area Health Center Sukorambi Sukorambi Jember District.
Recommendations of this study is posyandu seniors who routinely carried out 1 time a month, can
be applied in elderly health care in posyandu elderly.

Key words: Elderly Posyandu Services, Elderly, Elderly Satisfaction Levels

PENDAHULUAN menjadi 18,3 juta (8,5%) (Nugroho,


Balita adalah anak yang berusia 2008). Secara umum, tingkat kesehatan
dibawah lima tahun. Masa Balita masyarakat Indonesia terkait erat
merupakan usia penting dalam tumbuh kaitannya dengan meningkatnya
kembang anak secara fisik. Pada usia kesejahteraan kesehatan balita.
tersebut, pertumbuhan seorang anak Berdasarkan paparan diatas
sangatlah pesat sehingga memerlukan peneliti dapat menyimpulkan bahwa
asupan gizi yang sesuai dengan peningkatan jumlah balita yang terus
kebutuhannya. Kondisi kecukupan gizi menerus setiap tahunnya membuat tenaga
tersebut sangatlah berpengaruh dengan keperawatan berpikir untuk mengatasi
kondisi kesehatan secara kesehatan para balita. Pembangunan
berkesinambungan pada masa mendatang kesehatan adalah bagian integral dari
(Nursalam,2005:27). program pembangunan secara
Secara demografis, berdasarkan keseluruhan. Jika dilihat dari kepentingan
sensus penduduk tahun 1990, jumlah masyarakat, pembangunan kesehatan
balita sebesar 11,3 juta (6,4%) dari masyarakat desa merupakan kegiatan
jumlah penduduk. Pada tahun 2000, swadaya masyarakat yang bertujuan
diperkirakan meningkat sekitar 15,3 juta meningkatkan kesehatan masyarakat
(7,4%) dari jumlah balita, dan pada tahun melalui perbaikan status kesehatan. Jika
2005, jumlah ini diperkirakan meningkat dilihat dari kepentingan pemerintah,

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 148


Hubungan Pelayanan Posyandu Balita…………………………………..……Dony Setiawan HP, Hal. 148-154

maka pembangunan kesehatan lebih langgeng dari pada perilaku yang


masyarakat desa merupakan usaha tidak didasari oleh pengetahuan.
memperluas jangkauan layanan kesehatan Selain pengetahuan kader tentang
baik oleh pemerintah maupun swasta posyandu, keaktifan kader juga
dengan peran aktif dari masyarakat dipengaruhi oleh motivasi baik dari
sendiri. Keberhasilan pelaksanaan dalam diri kader sendiri ataupun dari
pembangunan dalam bidang kesehatan pihak luar seperti dukungan yang positif
sangat tergantung pada peran aktif dari berbagai pihak diantaranya kepala
masyarakat yang bersangkutan. desa, tokoh masyarakat setempat,
Dalam rangka menuju masyarakat maupun dari petugas kesehatan setempat,
yang adil dan makmur maka fasilitas yang memadai (mengirimkan
pembangunan dilakukan di segala bidang. kader kepelatihan-pelatihan kesehatan,
Pembangunan di bidang kesehatan pemberian buku panduan, mengikuti
mempunyai arti yang penting dalam seminar-seminar kesehatan),
kehidupan nasional,khususnya didalam penghargaan, kepercayaan yang diterima
memelihara dan meningkatkan kesehatan. kader dalam memberikan pelayanan
Untuk mencapai keberhasilan tersebut kesehatan mempengaruhi aktif tidaknya
erat kaitannya dengan pembinaan dan seorang kader posyandu. Penghargaan
pengembangan sumber daya manusia bagi kader dengan mengikuti seminar-
sebagai modal dasar pembangunan seminar kesehatan dan pelatihan serta
nasional. pemberian modul-modul panduan
Hal ini merupakam suatu upaya kegiatan pelayanan kesehatan. Dengan
yang besar sehingga tidak dapat kegiatan tersebut diharapkan kader
dilaksanakan hanya oleh pemerintah mampu dalam memberikan pelayanan
melaikan perlu peran serta masyarakat. kesehatan dan aktif datang disetiap
Untuk mempercepat angka penurunan kegiatan posyandu.
tersebut diperlukan keaktifan peran serta Berdasarkan penelitian terkait,
masyarakat dalam mengelola dan dari penelitian sebelumnya yang telah
memanfaatkan Posyandu karena dilakukan oleh mahasiswa Program S1
Posyandu adalah milik masyarakat, Keperawatan PSIK FK Universitas
dilaksanakan oleh masyarakat dan Sumatra Utara, disitu menunjukkan
ditujukan untuk kepentingan umum. bahwa terdapat hubungan yang erat
Dimana kegiatan tersebut dilaksanakan antara pelayanan posyandu balita dengan
oleh kader-kader kesehatan yang telah tingkat kepuasan Ibu Balita. Pelayananan
mendapatkan pendidikan dan pelatihan yang diberikan petugas posyandu kepada
dari puskesmas mengenai pelayanan balita akan memberikan gambaran
kesehatan dasar. Untuk mewujudkan tentang kepuasan. Kepuasan baik apabila
tujuan posyandu tersebut maka perlu pelayanan yang diterima lebih besar dari
dibarengi dengan mutu pelayanan harapan. Kepuasan cukup apabila
kesehatan yang berkualitas oleh kader pelayanan yang diterima sama dengan
posyandu. Banyak faktor yang harapan. Kepuasan kurang apabila
mempengaruhi keaktifan kader pelayanan yang diterima lebih kecil/ jauh
diantaranya pengetahuan kader tentang dari harapan.
posyandu, pengetahuan kader tentang Berdasarkan studi pendahuluan di
posyandu akan berpengaruh terhadap Desa Darsono RT 02 RW 01 bahwa, 26
kemauan dan perilaku kader untuk Ibu Balita mengatakan bahwa sangat
mengaktifkan kegiatan posyandu, membutuhkan sekali adanya pelayanan
sehingga akan mempengaruhi kesehatan bagi para balita di posyandu
terlaksananya program kerja posyandu. balita. Ada 26 ibu balita juga mengatakan
Perilaku yang didasari pengetahuan akan bahwa banyak diantara mereka yang

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 149


Hubungan Pelayanan Posyandu Balita…………………………………..……Dony Setiawan HP, Hal. 148-154

kesehatan fisiknya terganggu. mencari, menjelaskan suatu hubungan,


Berdasarkan paparan di atas maka memperkirakan, dan menguji
peneliti mengambil Desa Darsono RT 02 berdasarkan teori yang ada. Penelitian
RW 01 sebagai lokasi penelitian, karena korelasional bertujuan mengungkapkan
Desa Darsono. hubungan korelatif antarvariabel.
Jumlah balita yang tercatat dalam daftar Hubungan korelatif mengacu pada
anggota posyandu balita di Desa Darsono kecenderungan bahwa variasi suatu
RT 02 RW 01 dengan jumlah balita 40 variabel diikuti oleh variabel yang lain.
orang. Dalam pelaksanaan posyandu Sedangkan model pendekatan yang
bulan Maret, yang datang ke posyandu digunakan adalah Cross Sectional yaitu
sejumlah 25 balita. Dari kehadiran balita jenis penelitian yang menekankan pada
yang datang ke posyandu balita hanya 25 waktu pengukuran/ observasi data
orang. Berdasarkan paparan diatas variabel independen dan dependen hanya
peneliti menggambarkan bahwa ada satu kali pada suatu saat (Nursalam,
permasalahan terkait dengan perhatian 2009).
pada balita. Bahwa terdapat 25 balita Pada penelitian yang akan dilakukan,
yang datang dari 40 jumlah balita yang pengambilan sampel yang digunakan
tercatat di Desa Darsono RT 02 RW 01. adalah tehnik simple random sampling
Posyandu balita ini diaktifkan kembali (pengambilan sampel secara acak
dan telah berjalan mulai bulan Maret sederhana). Hakikat dari pengambilan
2011 sampai sekarang. Oleh karena itu sampel secara acak sederhana adalah
peneliti ingin mengetahui seberapa bahwa setiap anggota atau unit dari
tingkat kepuasan ibu balita tentang populasi mempunyai kesempatan yang
pelayanan kesehatan yang diberikan di sama untuk diseleksi sebagai responden
posyandu balita. di Desa Darsono RT 2 RW 1 Kecamatan
Arjasa Kabupaten Jember.
METODE PENELITIAN Untuk mencari hubungan antara kedua
Pada penelitian ini menggunakan variabel dihitung dengan ”spearman rho”
rancangan penelitian korelasional. menggunakan program spps for windows
Penelitian korelasional mengkaji dengan derajat kemaknaan α = 0.05
hubungan antara variabel. Peneliti dapat

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Data Umum
Data umum berisi tentang usia ibu balita, tingkat pendidikan, pekerjaan, yang disajikan
dalam bentuk tabel dan narasi sebagai berikut :

a. Deskripsi Hasil Wawancara Responden Berdasarkan Usia


Tabel 5.1 Deskripsi Hasil Wawancara Responden Berdasarkan Usia di Desa Darsono RT 2
RT 1 Wilayah Kerja Puskesmas Arjasa Kabupaten Jember bulan Mei-Juli 2011

No Usia (tahun) Jumlah Persentase (%)


1. 20-25 25 68,75
2. 26-35 11 31,25
Total 36 100

b. Deskripsi Hasil Wawancara Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 150


Hubungan Pelayanan Posyandu Balita…………………………………..……Dony Setiawan HP, Hal. 148-154

Tabel 5.2 Deskripsi Hasil Wawancara Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan


Responden di Desa Darsono RT 2 RW 1 Wilayah Kerja Puskesmas Arjasa Kabupaten
Jember bulan Mei-Juli 2011

Kriteria Pendidikan Jumlah Persen (%)


SD 20 57,29
SMP 14 26,04
SMA 2 16,67
Perguruan Tinggi 0 0
Jumlah 36 100

c. Deskripsi Hasil Wawancara Responden Berdasarkan Bekerja/ Tidak

Tabel 5.3 Deskripsi Hasil Wawancara Responden Berdasarkan Bekerja/ Tidak Responden
di Desa Darsono RT 2 RW 1 Wilayah Kerja Puskesmas Arjasa Kabupaten Jemberbulan
Mei-Juli 2011

Kriteria Pekerjaan Jumlah Persen (%)


Tidak Bekerja 30 72,92
Bekerja 6 27,08
Jumlah 36 100

A. Data Khusus
Data khusus merupakan kelompok data yang terdapat dalam variabel penelitian. Yaitu
variabel independen adalah pelayanan posyandu balita dan variabel dependen adalah
tingkat kepuasan ibu balita. Variabel-variabel itu Hubungan Pelayanan Posyandu balita
Dengan Tingkat Kepuasan ibu balita Di Desa Darsono RT 2 RW 1 Wilayah Kerja
Puskesmas Arjasa Kabupaten Jember serta hubungan antara kedua variabel tersebut.

1. Pelayanan Posyandu Balita

Tabel 5.4 Deskripsi Hasil Pelayanan Posyandu Balita Menurut Responden Di Desa
Darsono RT 2 RW 1 Wilayah Kerja Puskesmas Arjasa Kabupaten Jember bulan Mei - Juli
2011
No. Jumlah Persentase (%)
Baik 30 63,8
Cukup 10 21,3
Kurang 7 14,9
Total 47 100

1. Tingkat Kepuasan Balita

Tabel 5.5 Deskripsi Hasil Tingkat Kepuasan Balita Di Desa Darsono RT 2 RW 1 Wilayah
Kerja Puskesmas Arjasa Kabupaten Jember bulan Mei - Juli 2011

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 151


Hubungan Pelayanan Posyandu Balita…………………………………..……Dony Setiawan HP, Hal. 148-154

No. Jumlah Persentase (%)


Sangat Puas 87 90,62
Puas 9 9,38
Kurang Puas 0 0
Total 96 100

1. Hubungan Pelayanan Posyandu Balita Dengan Tingkat Kepuasan Balita Di Dusun


Krajan Wilayah Kerja Puskesmas Sukorambi Kabupaten Jember bulan Mei - Juli
2011.

Tabel 5.6 Tabel Kontingensi Antara Pelayanan Posyandu Balita Dengan Tingkat
Kepuasan Balita Di Desa Darsono RT 2 RW 1 Wilayah Kerja Puskesmas Arjasa
Kabupaten Jember bulan Mei - Juli 2011
Tingkat Pelayanan Posyandu Balita Jumlah
Kepuasan Balita
Cukup (%) Baik (%)
Puas 2 2,08% 6 6,25% 8
Sangat Puas 30 31,25% 58 60,41% 88
Total 32 64 96

PEMBAHASAN Posyandu Balita yang cukup dengan


Hasil analisis data teknik Tingkat Kepuasan Balita yang puas
Spearman Rho pada tabel 5.7 didapatkan sebanyak 2 responden (2,08%),
nilai p ini 0,000 <  (0,05) sehingga Pelayanan Posyandu Balita yang baik
dapat disimpulkan bahwa ada hubungan dengan Tingkat Kepuasan Balita yang
yang signifikan antara Pelayanan puas sebanyak 6 responden (6,25%),
Posyandu Balita Dengan Tingkat Pelayanan Posyandu Balita yang cukup
Kepuasan Ibu Balita Di Dusun Krajan dengan Tingkat Kepuasan Balita yang
Wilayah Kerja Puskesmas Sukorambi sangat puas sebanyak 30 responden
Kabupaten Jember. Sedangkan untuk (31,25%), Pelayanan Posyandu Balita
hasil perhitungan nilai Rho didapatkan yang baik dengan Tingkat Kepuasan
hasil 0,602. Maka jika dihubungkan Balita yang sangat puas sebanyak 58
dengan nilai korelasi menurut Guildford, responden (60,41%).
1987 dapat diartikan bahwa antara Sebagaimana telah diuraikan di
Pelayanan Posyandu Balita Dengan atas bahwa kepuasan merupakan fungsi
Tingkat Kepuasan Balita di Dusun Krajan dari kesan harapan dan kinerja (Tjiptono,
Wilayah Kerja Puskesmas Sukorambi 2001). Diketahui bahwa ada dua variabel
Kabupaten Jember mempunyai hubungan yang menentukan kepuasan pelanggan
yang tinggi sekali atau hubungan tidak yaitu expectation dan performance.
dapat diabaikan. Dari analisis data teknik
Setelah melakukan penelitian Spearman Rho pada tabel 5.7 didapatkan
terhadap Hubungan Pelayanan Posyandu nilai p ini 0,000 <  (0,05), sehingga
Balita Dengan Tingkat Kepuasan Balita dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
Di Desa Darsono RT 2 RW 1 Wilayah yang signifikan antara Pelayanan
Kerja Puskesmas Arjasa Kabupaten Posyandu Balita Dengan Tingkat
Jember bulan Mei - Juli 2011 terlihat Kepuasan Balita Di Dusun Krajan
pada tabel kontingensi (tabel 5.6) yang Wilayah Kerja Puskesmas Arjasa
menunjukkan bahwa dari Pelayanan Kabupaten Jember, sedangkan untuk

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 152


Hubungan Pelayanan Posyandu Balita…………………………………..……Dony Setiawan HP, Hal. 148-154

hasil perhitungan nilai Rho didapatkan saat mendapatkan pelayanan di posyandu


hasil 0,602. Maka jika dihubungkan balita, serta kecakapan dalam
dengan nilai korelasi dapat diartikan berkomunikasi dengan petugas posyandu
bahwa antara Pelayanan Posyandu Balita balita. Bekerja atau tidak responden ini
Dengan Tingkat Kepuasan Balita Di Desa juga berpengaruh terhadap adanya
Darsono RT 2 RW 1 Wilayah Kerja hubungan kedua variabel karena jika
Puskesmas Arjasa Kabupaten Jember balita di bekerja maka jelas bahwa balita
mempunyai hubungan yang kuat atau tersebut memiliki hubungan sosial yang
hubungan tidak dapat diabaikan lebih erat dengan orang lain daripada
(Nursalam, 2009). Dari penelitian yang balita yang tidak bekerja yang hanya
telah dilakukan terbukti bahwa pelayanan dirumah. Jarak antara posyandu balita
posyandu balita yang dilaksanakan dengan rumah balita sangat penting sekali
dengan baik maka berdampak pada karena sangat berpengaruh terhadap
tingkat kepuasan balita yang sangat puas kedua variabel penelitian ini. Jarak itu
terhadap pelayanan kesehatan yang menentukan banyak tidaknya balita yang
diberikan di posyandu balita. datang ke posyandu balita.
Dari analisis data teknik Kesimpulan
Spearman Rho pada tabel 5.7 didapatkan Berdasarkan hasil penelitian yang telah
nilai p ini 0,000 <  (0,05), sehingga dilakukan maka dapat disimpulkan hal-
dapat disimpulkan bahwa ada hubungan hal sebagai berikut :
yang signifikan antara Pelayanan 1. Pelayanan posyandu balita di Desa
Posyandu Balita Dengan Tingkat darsono Wilayah Kerja Puskesmas
Kepuasan Balita Di Dusun Krajan Arjasa Kabupaten Jember yang
Wilayah Kerja Puskesmas Arjasa terbanyak adalah dalam kategori
Kabupaten Jember, hal ini disebabkan baik, yaitu 63 responden (65,62%).
karena hasil daripada pelayanan 2. Tingkat kepuasan ibu balita di Desa
posyandu balita dengan tingkat kepuasan darsono Wilayah Kerja Puskesmas
balita itu adalah sama. Artinya Pelayanan Arjasa Kabupaten Jember yang
posyandu balita yang baik akan terbanyak adalah dalam kategori
memberikan kepuasan yang sangat puas sangat puas, yaitu 87 responden
pada pelanggannya dan itu terbukti di (90,62%).
dusun Krajan wilayah kerja Puskesmas 3. Ada Hubungan Pelayanan Posyandu
Arjasa Kabupaten Jember. Adapun Balita Dengan Tingkat Kepuasan Ibu
beberapa variabel yang mempengaruhi Balita di Desa darsonoRW I Desa
tingkat kepuasan balita di dusun Krajan Arjasa Wilayah Kerja Puskesmas
wilayah kerja Puskesmas Arjasa, Arjasa Kecamatan Arjasa Kabupaten
diantaranya adalah umur, pendidikan, Jember.
bekerja atau tidak, jarak posyandu ke
rumah. Variabel inilah yang
DAFTAR PUSTAKA
menyebabkan adanya Hubungan
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005.
Pelayanan Posyandu Balita Dengan
Metodologi Penelitian Kesehatan.
Tingkat Kepuasan Balita Di Dusun
Jakarta: PT. Rineka Cipta
Krajan Wilayah Kerja Puskesmas Arjasa
Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian
Kabupaten Jember.
Ilmu Keperawatan. Jakarta:
Umur sangat berpengaruh terhadap
Salemba Medika
kriteria untuk dijadikan responden dalam
Pohan, Imbalo S. 2007. Jaminan Mutu
penelitian ini, sehingga sampel yang
diambil tepat sasaran untuk dijadikan Layanan Kesehatan: Dasar-dasar
responden. Pendidikan sangat Pengertian dan Penerapan.
berpengaruh terhadap apa yang ditangkap Jakarta: EGC

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 153


Hubungan Pelayanan Posyandu Balita…………………………………..……Dony Setiawan HP, Hal. 148-154

Potter dan Perry. 2005. Buku Ajar


Fundamental Keperawatan. Edisi
4. Volume 1. Jakarta: EGC
MH, Pribadi Zen. 2013. Panduan
Komunikasi Efektif Untuk Bekal
Keperawatan Profesional.
Jogakarta: D-Medika
Rita Yusnita. 2012. Hubungan
Komunikasi Teurapetik Bidan
Dengan Kecemasan Ibu Bersalin
Di Ruang Kebidanan Dan
Bersalin Rumah Sakit Umum
Daerah Kabupaten Pidie.
(Online).
(http://www.eprints.undip.ac.id
diakses tanggal 1 Mei 2014)
Rizky Hardhiyani 2013. Hubungan
Komunikasi Terapeutik Perawat
Dengan Motivasi Sembuh Pada
Pasien Rawat Inap. (Online).
(http://journal.unnes.ac.id/sju/ind
ex.php/dcp diakses pada tanggal 1
Mei 2014)
Rohani & Hingawati Setio. 2013.
Panduan Praktik Keperawatan.
Yogyakarta: PT. Citra Aji
Pramana
Simatupang, Erna Juliana. 2008.
Manajemen Pelayanan
Kebidanan. Jakarta: EGC
Tamsuri, Anas. 2005. Konseling dalam
Keperawatan. Jakarta: EGC
Triatmojo. 2007. Mengukur Kepuasan
Pelanggan. (Online).
(http://www.triatmojo.wordpress.
com diakses tanggal 12 April
2014)
Wahyudin, Uud. 2009. Membangun
Komunikasi Terapeutik. (Online).
(http://www.m.kompas.com
diakses tanggal 18 Mei 2012)

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 154


Perbedaan Tingkat Tekanan Darah…………………………………..…………Eko Bagus Santoso, Hal. 155-161

PERBEDAAN TINGKAT TEKANAN DARAH SEBELUM DAN SESUDAH


DILAKUKAN TINDAKAN AKUPRESUR PADA PENDERITA HIPERTENSI
LANSIA DI PSLU PUGER KABUPATEN JEMBER

Eko Bagus Santoso*, Arif Judi Susilo**, Andi Eka Pranata***

*, *** STIKES dr.Soebandi Jember


**Poltekkes Kemenkes Malang

ABSTRACT

Problem of hypertension in the elderly is often found to be a major factor for coronary
disease. Elderly In Social Institution Puger Jember, there are number of elderly who suffer
from hypertension as much as 50%. Penatalaksaan hypertension in the elderly is essential
to lower blood pressure by pharmacological therapy and non-pharmacological therapy.
One of the non-pharmacological therapy in hypertension by using acupressure. The
purpose of the study was to determine differences in the level of blood pressure before and
after the act of acupressure in elderly hypertensive patients in PSLU Puger Jember. Pre-
experimental research design plan design with one group pretest-posttest design. The
population in this study as many as 70 people. The sampling technique used is random
sampling. According to the experimental sample size Roscoe number of sample members
10 s / d 20, then obtained a sample of 14 people. The results showed that prior to the act of
acupressure most respondents have a category of blood pressure levels as much as level 1
(64.3%). Most respondents after acupressure action has a category 1 level of blood
pressure levels as much (85.7%). Based on the analysis of matched pairs Wilcoxon test p
value = 0.083, p value (<0.05). It can be concluded that Ho accepted levels of blood
pressure before and after the action of acupressure are the same. Suggestions for further
research should be very familiar with the mechanism of implementation acupressure
meridian points are pressed to the right and lead to positive outcomes for the elderly.

Keywords: level of blood pressure, acupressure

PENDAHULUAN memastikan hipertensi. (Widyanto &


Hipertensi atau tekanan darah Triwibowo, 2013: 113).
tinggi sering disebut sebagai the silent Dr Margaret Chan, Direktur Jendral
kiler (pembunuh diam-diam) karena World Health Organization, mengatakan
penderita tidak tahu bahwa dirinya bahwa Setiap tahun tekanan darah tinggi
menderita hipertensi. Hipertensi menyumbang kepada kematian hampir
merupakan faktor resiko ketiga terbesar 9,4 juta orang. Penyakit hipertensi
yang menyebabkan kematian dini karena menjadi penyebab kematian di seluruh
dapat memicu terjadinya gagal jantung dunia, yaitu sekitar 13% dari total
kongestif serta penyakit cerebovaskuler. kematian (Murti, Ismonah dan
Hipertensi pada lansia dicirikan dengan Wulandari, 2011). Dari 70% penderita
hipertensi sistolik terisolasi, tekanan hipertensi yang di ketahui hanya 25%
sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih yang mendapat pengobatan, dan hanya
tetapi tekanan diastolik lebih dari 90 12,5% yang diobati dengan baik.
mmHg dan tekanan diastolik masih Diperkirakan sampai tahun 2025 tingkat
dalam kisaran normal, keadaan ini terjadinya tekanan darah tinggi akan
biasanya ditemukan pada orang yang bertambah 60%, dan akan mempengaruhi
telah berusia 50 tahun ke atas dan 1,56 milyar penduduk di seluruh dunia

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 155


Perbedaan Tingkat Tekanan Darah…………………………………..…………Eko Bagus Santoso, Hal. 155-161

(Depkes RI, 2007). Prevalensi hipertensi tercapai maka sirkulasi darah dalam
di Indonesia sebesar 26,5 persen, di Jawa tubuh akan lancar, juga dapat
Timur prevalensi hipertensi didapatkan merangsang keluarnya hormon
sebesar 26,2 persen dan di Jember jumlah endomorfin, yaitu hormon sejenis morfin
penderita hipertensi sebanyak 69.000 yang dihasilkan dari dalam tubuh untuk
kasus (RISKESDAS, 2013). Dampak memberikan rasa tenang (Hartono, 2012:
masalah hipertensi pada lanjut usia 63).
cenderung kearah penyakit degeneratif. Berdasarkan studi pendahuluan
Penyakit jantung iskemik, yang dilakukan di Panti Sosial Lanjut
serebrovaskuler atau penyakit pembuluh Usia Puger Kabupaten Jember, terdapat
darah otak yang menyebabkan kematian jumlah lanjut usia sebanyak 140 orang
urutan pertama, selain penyakit dari total lanjut usia dengan jumlah
neoplasma dan saluran pernafasan penderita hipertensi sebanyak 70 orang.
(Nugroho, 2008: 7). Sehingga perlu dilakukan penelitian
Seiring dengan bertambahnya usia untuk mengetahui perbedaan tekanan
juga akan meningkat tekanan darah, darah sebelum dan sesudah dilakukan
apabila seseorang mencapai puncaknya tindakan akupresur pada penderita
yaitu lansia terjadi pengkakuan pembuluh hipertensi lansia di Panti Sosial Lanjut
darah dan penurunan kelenturan Usia Puger Kabupaten Jember.
(complience) arteri yang mengakibatkan
peningkatan tekanan darah sesuai dengan METODE PENELITIAN
umur. Selain itu komplikasi yang Desain penelitian ini adalah
disebakan oleh hipertensi adalah penyakit komparatif dengan pendekatan Pra
jantung koroner, gagal ginjal, stroke dan Experiment Design. menggunakan One
penyakit pada pembuluh darah. Group Pretest-Posttest Design. Dalam
Penatalaksaan hipertensi pada lanjut usia desain ini terdapat pretest, sebelum diberi
sangatlah penting untuk menurunkan perlakuan. Populasi dalam penelitian ini
tekanan darah yaitu dengan terapi adalah semua lansia di PSLU Puger
farmakologi dan terapi non farmakologi. Kabupaten Jember yang menderita
Terapi farmakologi yang selama ini hipertensi, yaitu berjumlah 70 orang.
diberikan di Panti Sosial Lanjut Usia Tehnik pengambilan sampel pada
Puger Kabupaten Jember adalah penelitian ini menggunakan Probability
pemberian obat captopril. Efek samping Sampling. Tehnik Probability Sampling
dari pemberian terapi farmakologi adalah yang digunakan dalam penelitian ini
pusing, sakit kepala dan lemas. adalah Simple Random Sampling. Dalam
Sedangkan terapi nonfarmakologi yang penelitian ini pengambilan sampel
diberikan adalah senam setiap hari selasa dengan cara undian (lotre) dari jumlah 70
dan jum'at, pengajian setiap hari rabu, orang diambil 14 orang sample.
dan pemberian teh bunga rosella. Salah Kemuadian responden diberikan
satu terapi non farmakologi yang kini perlakuan akupresur selama 10 menit dan
sedang di kembangkan adalah dengan diulang selama 6 hari. Setelah itu
akupresur (Hartono, 2012: 3). responden dilakukan post test dengan
Akupresur merupakan terapi mengukur tekanan darah nya kembali
komplementer untuk menyeimbangkan Alat pengumpulan data untuk
sistem saraf dan sistem endokrin. Proses tindakan akupresur menggunakan
akupresur dalam menurunkan tekanan checklist observasi dan untuk tekanan
darah yaitu dengan menciptakan sensasi darah menggunakan alat
rasa (nyaman, pegal, panas, gatal, sfigmomanometer merek ABN yang
kesemutan, dan perih) pada saat hasilnya ditabulasikan pada lembar
diberikan terapi, apabila sensasi tersebut observasi.

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 156


Perbedaan Tingkat Tekanan Darah…………………………………..…………Eko Bagus Santoso, Hal. 155-161

Uji statisitik yang digunakan adalah Pairs dengan tingkat kepercayaan 95% (α
uji comparasi dua sampel bepasangan < 0,05).
menggunakan uji Wilcoxon Matched

HASIL
Data Umum
Data umum mengenai karakteristik responden meliputi jenis kelamin dan actor
herediter hipertensi,
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di UPT PSLU Puger
Kabupaten Jember Tahun 2014
No Jenis Frekuensi Prosentase
Kelamin (f) (%)
1 Laki Laki 3 21,4
2 Perempuan 11 78,6
Total 14 100

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Faktor Herediter di UPT PSLU Puger
Kabupaten Jember Tahun 2014
No Faktor Frekuensi Prosentase
Herediter (f) (%)
1 Ya 5 35,7
2 Tidak 9 64,3
Total 14 100

Data Khusus
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Tekanan Darah Sebelum Dilakukan Tindakan Akupresur di
UPT PSLU Puger Kabupaten Jember Tahun 2014
No Kategori Frekuensi (f) Prosentase (%)
1 Tingkat 1 9 64,3
2 Tingkat 2 4 28,6
3 Tingkat 3 1 7,1
Total 14 100
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Tingkat Tekanan Darah Sesudah Dilakukan Tindakan Akupresur di
UPT PSLU Puger Kabupaten Jember Tahun 2014
No Kategori Frekuensi Prosentase
(f) (%)
1 Tingkat 1 12 85,7
2 Tingkat 2 1 7,1
3 Tingkat 3 1 7,1
Total 14 100

Perbedaan Kategori Tingkat Tekanan Darah Sebelum Dan Sesudah Dilakukan


Tindakan Akupresur

Tabel 5.5 Tabel Silang Tingkat Tekanan Darah Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Tindakan
Akupresur di UPTPSLU Puger Kabupaten Jember Tahun 2014

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 157


Perbedaan Tingkat Tekanan Darah…………………………………..…………Eko Bagus Santoso, Hal. 155-161

Tingkat Tekanan Darah Total


Sesudah Perlakuan
Tingkat Tingkat 2 Tingkat
1 3
Tingkat Tingkat 1 9 0 0 9
Tekanan Tingkat 2 3 1 0 4
Darah Tingkat 3 0 0 1 1
Sebelum
Perlakuan
Total 12 1 1 14

Dari hasil hitung manual menggunakan rumus Wilcoxon Matched Pairs didapatkan
hasil Z= -1,7320003.

Dari hasil uji SPSS menggunakan uji kondisi stress, baik curah jantung
comparasi dua sampel berpasangan yaitu maksimum dan denyut jantung
Wilcoxon Matched Pairs dengan nilai α = maksimum juga akan berkurang setiap
0,05 didapatkan nilai p = 0,083. tahun, sehingga perubahan yang terjadi
Berdasarkan nilai p tersebut lebih besar pada sisitem kardiovaskuler ini rentan
dari α = 0,05 maka dapat ditarik sekali pada lansia terjadi tekanan darah
kesimpulan Ho diterima, yang berarti tinggi (Fatimah, 2010: 4).
tidak ada perbedaan tingkat tekanan Tekanan darah akan naik dengan
darah sebelum dan sesudah dilakukan bertambahnya umur terutama setelah
tindakan akupresur. umur 40 tahun dimana lansia mengalami
perubahan struktural dan fungsional pada
PEMBAHASAN sistem pembuluh darah perifer meliputi
1. Tingkat Tekanan Darah Sebelum aterosklerosis, hilangnya elastisitas
Dilakukan Tindakan Akupresur jaringan ikat, dan penurunan dalam
Berdasarkan tabel 5.3 relaksasi otot polos pembuluh darah
menunjukkan bahwa sebagian besar sehingga terjadi penurunan curah jantung
responden sebelum dilakukan tindakan dan peningkatan tahanan perifer.
akupresur memiliki kategori tingkat Hipertensi pada lansia juga dipengaruhi
tekanan darah sistolik dan diastolik beberapa faktor predisposisi diantaranya
tingkat 1 sebanyak 9 responden (64,3%). jenis kelamin dimana laki-laki cenderung
Perubahan struktur jantung dan mengalami tekanan darah yang lebih
sistem vaskuler yang terjadi pada lansia tinggi dibandingkan dengan wanita
mengakibatkan penurunan kemampuan karena laki-laki memiliki gaya hidup
untuk berfungsi secara efisien. katup yang dapat meningkatkan tekananan
jantung menjadi lebih tebal dan kaku, darah. Selain itu, lansia yang mempunyai
jantung dan arteri kehilangan faktor herediter hipertensi tekanan
elastisitasnya. Timbunan kalsium dan darahnya lebih tinggi dibandingkan lansia
lemak berkumpul didalam dinding arteri, yang tidak mempunyai faktor herediter.
vena menjadi sangat berkelok-kelok. Faktor lain yang turut mempengaruhui
Meskipun fungsi dipertahankan dalam hipertensi pada lansia yaitu pola makan,
keadaan normal, tetapi sistem obesitas, stress, merokok, kurang
kardiovaskuler berkurang cadangannya, olahraga, konsumsi alkohol, konsumsi
dan kemampuannya dalam merespon garam yang berlebih dan kelebihan lemak
stress menurun. Curah jantung saat hal tersebut pula yang menyebabkan
istirahat (frekuensi jantung x volume lansia mengalami hipertensi.
sekuncup) menurun sekitar 1 persen per 2. Tekanan Darah Sesudah Dilakukan
tahun setelah usia 20 tahun. Dalam Tindakan Akupresur

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 158


Perbedaan Tingkat Tekanan Darah…………………………………..…………Eko Bagus Santoso, Hal. 155-161

Berdasarkan tabel 5.4 3. Perbedaan Tekanan Darah Sebelum


menunjukkan bahwa sebagian besar Dan Sesudah Dilakukan Tindakan
responden sesudah dilakukan tindakan Akupresur
akupresur memiliki kategori tingkat Bedasarkan tabel 5.5
tekanan darah sistolik dan diastolik menunjukkan bahwa kategori tingkat
tingkat 1 sebanyak 12 responden tekanan darah sebelum dan sesudah
(85,7%). dilakukan tindakan akupresur tetap
Berdasarkan teori bahwa tingkat 1 sebanyak 9 orang, kategori
akupresur dapat melancarkan peredaran tingkat tekanan darah sebelum dilakukan
darah kebagian yang sakit, meningkatkan tindakan akupressur tingkat 2 menjadi
suplai oksigen dalam darah, turun ke kategori tekanan darah tingkat 1
meningkatkan fungsi dan kerja sistem ketika dilakukan tindakan akupresur
peredaran darah dalam tubuh, sebanyak 3 orang, kategori tingkat
membersihkan aliran energi yang tekanan darah sebelum dan sesudah
tersumbat disepanjang meridian, dilakukan tindakan akupresur tetap
memulihkan ketegangan otot, tingkat 2 sebanyak 1 orang, dan kategori
memulihkan impuls-impuls saraf yang tingkat tekanan darah sebelum dan
terganggu, mengembalikan sesudah dilakukan tindakan akupresur
keseimbangan kimia atau hormon dalam tetap tingkat 3 sebanyak 1 orang. Dari
tubuh, memulihkan kondisi organ hasil uji SPSS menggunakan uji
maupun bagian tubuh yang mengalami comparasi dua sampel berpasangan yaitu
gangguan, menigkatkan aliran energi, Wilcoxon Matched Pairs dengan nilai α =
sehingga dapat menghilangkan 0,05 didapatkan nilai p = 0,083.
ketegangan mental maupun fisik (Hartati, Berdasarkan nilai p tersebut lebih besar
2012: 36). dari α = 0,05 maka dapat ditarik
Mekanisme akupresur didasarkan kesimpulan Ho diterima, yang berarti
pada keseimbangan antara Yin dan Yang tidak ada perbedaan tingkat tekanan
serta menganggap meridian sebagai darah sebelum dan sesudah dilakukan
saluran energi, meridian berfungsi tindakan akupresur.
sebagai tempat mengalirnya energi vital. Akupesur adalah salah satu
Stimulasi yang dilakukan pada titik-titik bentuk pengobatan Cina yang dalam
tertentu pada akupresur dimaksudkan praktiknya menggunakan jari-jari, jari-
untuk mengembalikan aliran energi jari digunakan untuk menekan titik
normal pada meridian. Ketika titik akupresur pada permukaan kulit, serta
akupresur dirangsang dengan tepat maka merangsang kemampuan tubuh secara
akan menciptakan sensasi rasa (nyaman, alami dalam usaha penyembuhan diri
pegal, panas, dan kesemutan) maka sendiri (Hartati, 2012 : 1). Akupresur
sirkulasi darah akan lancar. Aktifasi titik adalah suatu teknik dengan menggunakan
tertentu tertentu disepanjang sistem keterampilan tangan untuk melakukan
meridian yang di tranmisi melaui serabut presure melalui titik akupresur yang
saraf besar ke formasi retikularis, terdapat dipermukaan tubuh. Teknik ini
thalamus dan sistem limbik akan amat efisien dan relatif cukup aman
melepaskan hormon endomorfin (hormon karena tidak melakukan invasive/melukai
sejenis morfin yang dihasilkan dalam kulit tubuh. Teknik dalam terapi ini sama
tubuh untuk memberikan rasa tenang) dengan yang digunakan dalam terapi
sehingga memilki efek positif dalam akupuntur tetapi tanpa menggunakan
tubuh. Sebagai hasil pelepasan hormon jarum (Hartono, 2012: 3). Berdasarkan
endomorfin, tekanan darah menurun dan teori bahwa akupresur dapat melancarkan
meningkatkan sirkulasi darah. peredaran darah kebagian yang sakit,
meningkatkan suplai oksigen dalam

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 159


Perbedaan Tingkat Tekanan Darah…………………………………..…………Eko Bagus Santoso, Hal. 155-161

darah, meningkatkan fungsi dan kerja dalam keluarganya. Apabila riwayat


sistem peredaran darah dalam tubuh, hipertensi didapatkan pada kedua orang
membersihkan aliran energi yang tua, maka risiko terjadinya hipertensi
tersumbat disepanjang meridian, primer 2 kali lipat dibanding dengan
memulihkan ketegangan otot, orang lain yang tidak mempunyai riwayat
memulihkan impuls-impuls saraf yang hipertensi pada orang tuanya. Faktor
terganggu, mengembalikan genetik yang diduga menyebabkan
keseimbangan kimia atau hormon dalam penurunan risiko terjadinya hipertensi
tubuh, memulihkan kondisi organ terkait pada kromosom 12p dengan
maupun bagian tubuh yang mengalami fenotip tubuh pendek disertai
gangguan, menigkatkan aliran energi, brachydactyly dan efek neurovaskuler
sehingga dapat menghilangkan (Widyanto & Triwibowo, 2013: 116). Hal
ketegangan mental maupun fisik (Hartati, tersebut yang dapat mempengaruhi
2012: 36). kesamaan tingkat tekanan darah sebelum
Dari hasil uji SPSS menggunakan dan sesudah dilakukan tindakan
uji comparasi dua sampel berpasangan akupresur karena responden yang saya
yaitu Wilcoxon Matched Pairs dengan ambil mayoritas berjenis kelamin
nilai α = 0,05 didapatkan nilai p = 0,083. perempuan, sehingga pada perempuan
Berarti tidak ada perbedaan tingkat lebih sedikit faktor yang dapat
tekanan darah sebelum dan sesudah mempengaruhi tingkat tekanan darah.
dilakukan tindakan akupresur. Hal itu Terdapatnya faktor perancu yang
dapat disebabkan karena masih banyak dapat mempengaruhi penurunan tekanan
faktor yang dapat mempengaruhi darah pada saat responden diberikan
perubahan tingkat hipertensi pada lansia tindakan akupresur yaitu pemberian obat
diantaranya: Berdasarkan tabel 5.1 captopril, pembatasan garam, dan
menunjukkan bahwa dari 14 responden pemberian teh bunga rosela yang juga
sebagian besar responden berjenis bisa menurunkan tekanan darah.
kelamin perempuan, yaitu sebanyak 11 Sehingga hal ini dapat dijadikan
responden (78,6%). Pria cenderung penelitian lanjutan terkait tentang
mengalami tekanan darah yang lebih tingi hipertensi pada lansia.
dibandingkan dengan wanita. Rasio
terjadinya hipertensi antara pria dan KESIMPULAN
perempuan sekitar 2,29 mmHg untuk Berdasarkan hasil penelitian dan
kenaikan tekanan darah sistol dan 3,6 pembahasan tantang perbedaan tingkat
mmHg untuk kenaikan tekanan darah tekanan darah sebelum dan sesudah
diastol. Laki-laki cenderung memiliki dilakukan tindakan akupresur pada
gaya hidup yang dapat meningkatkan penderita hipertensi lansia di PSLU Puger
tekanan darah dibandingkan perempuan. Kabupaten Jember dapat ditarik simpulan
Tekanan darah pria mulai meningkat sebagai berikut:
ketika usianya berada pada rentang 30-50 1. Tingkat tekanan darah penderita
tahun. Kecenderungan seseorang hipertensi sebelum dilakukan
perempuan terkena hipertensi terjadi pada akupresur di PSLU Puger Kabupaten
saat menopause karena faktor hormonal. Jember tahun 2014 sebagian besar
Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan responden sebelum dilakukan tindakan
bahwa sebagian besar responden tidak akupresur memiliki kategori tingkat
memiliki faktor herediter yang tekanan darah tingkat 1 sebanyak 9
mempengaruhi hipertensi, yaitu sebanyak responden (64,3%).
9 responden (64,3%). Sekitar 70-80% 2. Tingkat tekanan darah penderita
orang dengan hipertensi-hipertensi primer hipertensi sesudah dilakukan
ternyata memiliki riwayat hipertensi akupresur di PSLU Puger Kabupaten

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 160


Perbedaan Tingkat Tekanan Darah…………………………………..…………Eko Bagus Santoso, Hal. 155-161

Jember tahun 2014 sebagian besar Setiawan, A & Saryono. (2010).


responden sesudah dilakukan tindakan Metodologi Penelitian Kebidanan.
akupresur memiliki kategori tingkat Yogyakarta: Nuha Medika.
tekanan darah tingkat 1 sebanyak 12 Stanley & Patricia. (2007). Buku Ajar
responden (85,7%). Keperawatan Gerontik, Edisi 2.
3. Tidak ada perbedaan tingkat tekanan Jakarta: EGC.
darah sebelum dan sesudah dilakukan Sugiyono. (2013). Metode Penelitian
tindakan akupresur pada penderita Pendidikan. Bandung:
hipertensi lansia di PSLU Puger ALFABETA.
Kabupaten Jember tahun 2014. Hal ini Tjay & Rahardja. (2008). Obat Obat
didapatkan dari nilai p = 0,083. Penting Khasiat, Penggunaan dan
Efek-efek Sampingnya. Jakarta: PT
Elex Media Komputindo.
DAFTAR PUSTAKA
Widyanto & Triwibowo. (2013). Trend
Anggraeni, Y. (2012). Super Komplit
Disease "Trend Penyakit Saat Ini".
Pengobatan Darah Tinggi.
Jakarta: TIM.
Yogyakarta: Araska.
Wijaya & Putri. (2013). Keperawatan
Departemen Kesehatan RI. (2007).
Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha
Prevalensi Penyakit Hipertensi.
Medika.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Ahsan. (2006). Pengaruh Akupresur
Fatimah. (2010). Merawat Manusia
Pada Pergelangan Tangan
Lanjut Usia Suatu Pendekatan
(Meridian Jantung 7 = Ht 7)
Proses Keperawatan Gerontik.
Terhadap Penurunan Intensitas
Jakarta: TIM.
Insomnia Pada Lanjut Usia.
Hartati, S. (2012). Dahsyatnya Pijat
Malang: Program Studi Ilmu
Akupresur Untuk Sembuhkan 39
Keperawatan Universitas
Penyakit Ringan dan Ganas.
Brawijaya.
Jakarta: Dunia Sehat.
Didik & Ahmad. (2012). Pengaruh
Hartono, R. (2012). Akupresur Untuk
Akupresur Terhadap Berhentinya
Berbagai Penyakit. Yogyakarta:
Diare Pada Anak. Jombang:
Rapha Publishing
Universitas Pesantren Tinggi Darul
Hasan, I. (2004). Analisa Data Penelitian
Ulum.
Dengan Statistik. Jakarta: PT Bumi
Murti, Ismonah, dan Wulandari. (2011).
Aksara.
Perbedaan Tekanan Darah Pada
Herlambang. (2013). Menaklukkan
Pasien Hipertensi esensial sebelum
Hipertensi & Diabetes. Jakarta:
dan sesudah pemberian relaksasi
Tugu Publisher.
oto progresif di RSUD Tugurejo
Notoadmojo, S. (2012). Metode
Semarang. Semarang: Stikes
Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Telogorejo.
Rineka Cipta.
http://ejournal.stikestelogorejo.ac.id
Nugroho W. (2008). Keperawatan
/index.php/ilmukeperawatan/article
Gerontik & Geriatrik, Edisi 3.
/view/78. Diakses tanggal 12 Maret
Jakarta: EGC.
2014.
RISKESDAS. (2013). Prevalensi
Hipertensi di Indonesia. Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI.
Santoso & Andar. (2009). Memahami
Krisis Lanjut Usia. Jakarta: BPK
Gunung Mulia.

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 161


Pemenuhan Kebutuhan Tidur…………………………………..……….…Ady Hamsyah Maulana, Hal. 162-169

PEMENUHAN KEBUTUHAN TIDUR TERHADAP TINGKAT


DEPRESI LANSIA DI UPT PSLU BONDOWOSO

Ady Hamsyah Maulana*, Jamhariyah**, Kuhariyadi***

*, *** STIKES dr.Soebandi Jember


**Poltekkes Kemenkes Malang

ABSTRAK
Di UPT PSLU Bondowoso sebanyak 55,55% memiliki tidur buruk dan 44,44% tidurnya
baik. Penelitian ini untuk mengetahui hubungan pemenuhan kebutuhan tidur terhadap
tingkat depresi lansia di UPT PSLU Bondowoso. Jenis penelitian korelasional dengan
rancangan obsevasional.Sampel penelitian sebanyak 74 lansia menggunakan teknik simpe
random sampling dengan maching usia: 1) 60-64; 2) 65-69; 3) 70-74; 4) 75-79; 5) 80-84;
5) 85-89, Dengan kriteria inklusi bersedia menjadi responden dan dapat diukur pemenuhan
kebutuhan tidur dan tingkat depresinya. Analisis menggunakan Spearman-rank corellation
dengan tingkat kemaknaan α <0,05.

Hasil penelitian pemenuhan kebutuhan tidur lansia di UPT PSLU Bondowoso periode
Mei-Juni 2014 adalahsebagian besar tidur baik dan buruk masing-masing 30 orang
(40,5%), dan sebagian kecil tidur sangat baik sebanyak 3 orang (4,1%). Sebagian besar
depresi sedang sebanyak 34 orang (45,9%), dan sebagian kecil tidak depresi dan berat
masing-masing sebanyak 4 orang (5,4%). Hasil uji Spearman-rank corellation terdapat
hubungan signifikan pemenuhan kebutuhan tidur terhadap tingkat depresi lansia di UPT
PSLU Bondowoso, dengan nilai 0,000 (p<0,05). Saran untuk perawat pelaksana harus
menjaga keduanya karena saling berkaitan sehingga dapat menjadi kegiatan preventif dari
masalah tersebut.

Kata kunci : pemenuhan kebutuhan tidur, tingkat depresi

PENDAHULUAN untuk mencegah adanya penurunan


Lansia berisiko mengalami kesehatan dibutuhkan energi cukup
gangguan tidur akibat penuaan. dengan pola tidur sesuai (Lumbantobing,
Perubahan pola tidur mencakupketidak 2004). Berdasarkan fakta di UPT PSLU
teraturan tidur, terbangun dini hari, dan Bondowoso, didapatkan lansia memiliki
peningkatan jumlah tidur siang (Simson, gangguan tidur, lansia tersebut
et all., 1996). Kebutuhan tidur setiap mengungkapkan susah untuk mengawali
orang berbeda, lansia membutuhkan tidur, sering terbangun saat tidur dan
waktu tidur 6-7 jam per hari (Hidayat, lemas saat terbangun dari tidur. Hal
2008). Lansia sering mengeluh terbangun tersebut ditandai dengan mata merah saat
malam hari, memiliki waktu tidur kurang, melakukan aktivitas, menguap pada pagi
dan mengambil tidur siang lebih banyak hari, dan lansia mengaku lemas saat
(Kryger et all. 2004). Kebutuhan tidur melakukan aktivitas tersebut.
lansia 5-8 jam untuk menjaga kondisi Prevalensi depresi lansia di dunia
fisik karena usiasemakin senja berkisar 8-15% dan hasil meta analisis
mengakibatkan sebagian anggota tubuh dari laporan negara di dunia didapat
tidak dapat berfungsi optimal, maka prevalensi rerata depresilansia

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 162


Pemenuhan Kebutuhan Tidur…………………………………..……….…Ady Hamsyah Maulana, Hal. 162-169

adalah13,5% (Badan Pusat Statistik, diri dan emosinya, nafsu makan


2008). Di Indonesia setiap tahun sekitar bertambah. Tidur NREM yang kurang,
20-50% orang dewasa melaporkan akan mengakibatkan esok harinya
gangguan pemenuhan kebutuhan tidur keadaan fisik menjadi kurang gesit
dan sekitar 17% mengalami gangguan (Potter & Perry, 2005). Menurut Michael
pemenuhan kebutuhan tidur serius Breus dalam Trihendra (2007), ketidak
(Menkokesra, 2010). Prevalensi cukupan kualitas dan kuantitas tidur
gangguan pemenuhan kebutuhan tidur merusak memori dan kemampuan
lansia meningkat yaitu 76%. Kelompok kognitif. Bila ini berlanjut hingga
lansia lebih mengeluh mengalami sulit bertahun-tahun, akan berdampak tekanan
tidur sebanyak 40%, sering terbangun darah tinggi, serangan jantung, stroke,
malam hari 30% dan sisanya gangguan hingga masalah psikologis seperti depresi
pemenuhan kebutuhan tidur lain (Amir, dan gangguan perasaan lain.
2007). Di Jawa Timur prevalensi lansia Salah satu solusi yang dianjurkan
yang mengalami depresi sekitar 15-20% adalah lansia harus melakukan
dari 35 juta orang (Darmojo, 2004). Pada aktivitasnya sesuai jadwal yang telah
pengambilan data awal penelitian di UPT ditentukan seperti pada pagi harinya
PSLU Bondowoso didapatkan jumlah lansia harus bangun untuk membersihkan
lansia adalah 90 orang dengan lansia laki- tempat tidur, mandi dan sarapan pagi,
laki sebanyak 35 orang dan lansia dilanjutkan membersihkan area UPT
perempuan sebanyak 55 orang, 55,55% PSLU, siang harinya makan siang dan
memiliki pemenuhan tidur buruk dan tidur siang, dan malam harinya harus
44,44% pemenuhan kebutuhan tidur baik. tidur malam sesuai jam yang telah
Waktu tidur kurang menyebabkan ditentukan untuk mengurangi terjadinya
neurotransmitter terkait patologi depresi, gangguan aktifitas tidur.
dan pasien bunuh diri, beberapa pasien
memiliki serotonin rendah, terapi METODE PENELITIAN
despiran mendukung teori norepineprin Jenis penelitian menggunakan
berperan dalam patofisiologi depresi. korelasional dengan rancangan
Aktifitas dopamine depresi menurun. Hal obsevasional yaitu membandingkan
tersebut tampak pengobatan yang pemenuhan kebutuhan tidur pada tingkat
menurunkan konsentrasi dopamine depresi lansia di UPT PSLU Bondowoso.
seperti respirin, dan penyakit dengan Instrumen pemenuhan kebutuhan tidur
konsentrasi dopamine menurun seperti menggunakan PSQI yang diadopsi dan
parkinson disertai gejala depresi (Kaplan, dikembangkan dari Buysse, DJ, Reynolds
2010). Waktu tidur kurang juga dapat CF, Monk TH, Berman SR, Kupfer DJ.
mempengaruhi sintesis protein yang 1989. The Pittsburgh sleep quality index
berperan memperbaiki sel yang rusak (PSQI): a new instrument for psychiatric
menjadi menurun. Kelelahan, research andpractice. Psychiatry
meningkatnya stres, kecemasan serta Research .Kualitas tidur selama sebulan
kurangnya konsentrasi dalam aktivitas terakhir diukur menggunakan kuesioner.
sehari–hari adalah akibat yang sering PSQI) yang telah dimodifikasi terdiri dari
terjadi bila waktu kurang tidur. Tidur 7 pertanyaan. Pertanyaan tersebut
malam berlangsung dengan rerata 7 jam, dikombinasikan menjadi 7 komponen
terdiri 2 macam kondisi yaitu REM dan yaitu kualitas tidur secara subyektif,
NREM yangbergantian selama 4–6 kali. ketelatenan tidur, durasi tidur, efisiensi
Seseorang yang kurang cukup menjalani tidur, gangguan tidur, penggunaan obat
tidur jenis REM maka pada esok harinya tidur, disfungsional harian, masing-
menunjukkan kecenderungan untuk masing komponen memiliki skor 0
hiperaktif, kurang dapat mengendalikan sampai dengan 21. Interprestasi akhir dari

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 163


Pemenuhan Kebutuhan Tidur…………………………………..……….…Ady Hamsyah Maulana, Hal. 162-169

7 komponen pertanyaan adalah dengan sendiri, keinginan menghukum diri


menjumlahkan skor dari masing-masing sendiri, keinginan untuk menangis,
komponen. Menurut Insumar (2009), mudah tersinggung, menarik diri, ketidak
hasil kuesioner tersebut dapat mampuan membuat keputusan, gambaran
diinterpretasikan adalah sebagai berikut: tubuh, ganggauan tidur, kelelahan,
0 (pemenuhan kebutuhan tidur sangat gangguan selera makan, kehilangan berat
baik); 1–7 (pemenuhan kebutuhan tidur badan. IDB berisi tentang 13 gejala dan
baik); 8–14 (pemenuhan kebutuhan tidur sikap yang berhubungan dengan depresi.
buruk); 15–21 (pemenuhan kebutuhan Setelah mengetahui skor total di
tidur sangat buruk). tentukan tingkatan depresi, dengan
Instrumen tingkat depresi penilaian 0-3 dan kriteria: 0–4 (tidak ada
menggunakan IDB yang diadopsi dan gejala depresi); 5–7 (depresi ringan) 8–15
dikembangkan dari Beck AT, Beck RW: (depresi sedang); ≥16 (depresi berat)
screening depresed patients in family (Beck, 1972 dalam Nursalam, 2013).
practice (1972). IDB merupakan alat Analisis data penelitian
pengukur status mental yang efektif menggunakan uji SPSS dengan
digunakan untuk membedakan jenis Spearman-rank corellation dengan
depresi yang mempengaruhi suasana hati. tingkat kemaknaan α <0,05. Uji ini
Berisikan 20 karakteristik yaitu: alam digunakan untuk mengukur tingkat atau
perasaan, pesimisme, rasa kegagalan, eratnya hubungan antara pemenuhan
keputusasaan, rasa bersalah, rasa kebutuhan tidur terhadap tingkat depresi
terhukum, kekecewaan terhadap lansia di UPT PSLU Bondowoso.
seseorang, kekerasan terhadap diri

HASIL PENELITIAN
1. Usia
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Lansia berdasarkan Usia, Jenis Kelamin, Penyakit Fisik,
Lingkungan, Kelelahan, dan Asupan Makanan di UPT PSLU Bondowoso Bulan Mei-Juni
2014
No Usia (tahun) Frekuensi (orang) Persentase(%)
1 60-64 21 28,38
2 65-69 20 27,03
3 70-74 18 24,32
4 75-79 10 13,51
5 80-84 3 4,05
6 85-89 2 2,70
Total 74 100
No Jenis Kelamin Frekuensi (orang) Persentase(%)
1 Laki-laki 33 44,6
2 Perempuan 41 55,4
Total 74 100
No Penyakit Fisik Frekuensi (orang) Persentase(%)
1 Memiliki 7 9,5
2 Tidak 67 90,5
Total 74 100
No Lingkungan Frekuensi (orang) Persentase(%)
1 Bising 19 25,7
2 Tidak Bising 55 74,3
Total 74 100
No Kelelahan Frekuensi (orang) Persentase(%)
1 Ya 37 50

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 164


Pemenuhan Kebutuhan Tidur…………………………………..……….…Ady Hamsyah Maulana, Hal. 162-169

2 Tidak 37 50
Total 74 100
No Asupan Makanan Frekuensi (orang) Persentase(%)
1 Baik 74 100
2 Buruk 0 0
Total 74 100

2. Identifikasi Pemenuhan Kebutuhan Tidur Lansia


Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pemenuhan Kebutuhan Tidur Lansia di
UPT PSLU Bondowoso Bulan Mei-Juni 2014
Pemenuhan Kebutuhan TidurFrekuensi (orang)Persentase(%)
Sangat Baik 3 4,1
Baik 30 40,5
Buruk 30 40,5
Sangat Buruk 11 14,9
Total 74 100

3. Identifikasi Tingkat Depresi Lansia


Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Depresi Lansia di UPT PSLU
Bondowoso Bulan Mei-Juni 2014
Tingkat Depresi Lansia Frequency Percent
Tidak Depresi 4 5,4
Ringan 32 43,2
Sedang 34 45,9
Berat 4 5,4
Total 74 100

4. Analisis Hubungan Pemenuhan Kebutuhan Tidur Terhadap Tingkat Depresi di UPT


PSLU Bondowoso 2014
Tabel 5.4 Hasil Uji Statistik Pemenuhan Kebutuhan Tidur terhadap Tingkat Depresi
Lansia
Tingkat
Depresi
Spearman’s
Pemenuhan
rho
Kebutuhan 0,000
Sig. (2-
Tidur
tailed)

Di dapatkan nilai uji Spearman-rank corellation yaitu 0,000 (p<0,05). Maka Ho ditolak,
artinya terdapat hubungan yang signifikan pemenuhan kebutuhan tidur terhadap tingkat
depresi lansia.

PEMBAHASAN pemenuhan kebutuhan tidur baik dan


1. Pemenuhan Kebutuhan Tidur buruk masing-masing sebanyak 30 orang
Dari penelitian Armi, dkk. (40,5%), dan sangat baik sebanyak 3
prevalensi insomnia pada lansia di orang (4,1%). Lansia berisiko mengalami
kecamatan Mergangsan Yogyakarta gangguan tidur akibat penuaan.
tahun 2004 sebesar 44,26%. Berdasarkan Perubahan pola tidur mencakup ketidak
penelitian lansia yang memiliki teraturan tidur, terbangun dini hari, dan

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 165


Pemenuhan Kebutuhan Tidur…………………………………..……….…Ady Hamsyah Maulana, Hal. 162-169

peningkatan jumlah tidur siang (Simson, terapi despiran mendukung teori bahwa
et all., 1996). Kebutuhan tidur setiap norepineprin berperan dalam
orang berbeda, lansia membutuhkan patofisiologi depresi. Selain itu aktivitas
waktu tidur 6-7 jam per hari (Hidayat, dopamine pada depresi adalah menurun.
2008). Jumlah tidur tidak berubah sesuai Penelitian genetik dan keluarga
bertambah usia. Akan tetapi kualitas tidur menunjukan bahwa angka resiko di
menjadi berubah pada kebanyakan lansia antara anggota keluarga tingkat pertama
(Bliwise, 1993 dalam Potter & Perry, dari individu yang menderita depresi
2005). Lansia sering mengeluh terbangun berat diperkirakan 2-3 kali dibandingkan
malam hari, memiliki waktu tidur kurang, dengan populasi umum. Menurut Freud
dan mengambil tidur siang lebih banyak dalam teori psikodinamika, penyebab
(Kryger et all., 2004). Sehubungan depresi adalah kehilangan obyek yang
dengan nilai pemenuhan kebutuhan tidur, dicintai (Kaplan, 2010). Stressor
lebih dari 50% sesuai dengan teori lansia lingkungan yang paling berhubungan
mengalami gangguan pemenuhan dengan onset episode depresi adalah
kebutuhan tidur dikarenakan faktor-faktor kehilangan pasangan (Kaplan, 2010).
yang mempengaruhi pemenuhan Sehubungan dengan nilai tingkat depresi
kebutuhan tidur tersebut. didapatkan lebih dari 90% mengalami
Hasil penelitian bahwa lansia depresi, sehingga peneliti dapat menarik
yang mengalami kelelahan dalam kesimpulan bahwa lansia pada umumnya
beraktifitas sebanyak 37 orang (50%), memang mengalami depresi yang
Seseorang yang kelelahan menengah disebabkan oleh faktor yang
(moderate) biasanya memperoleh tidur mempengaruhi depresi itu sendiri.
yang mengistirahatkan, khususnya jika Berdasarkan penelitian di
kelelahan adalah hasil dari kerja atau Yogyakarta, dari 61 responden 19 orang
latihan yang menyenangkan. Suatu (31,1%) adalah laki-laki dan 42 orang
kelelahan meningkatkan relaksasi. Akan (68,9%) perempuan. Pada responden
tetapi, kelelahan yang berlebihan yang laki-laki 5 orang (8,2%) mengalami
dihasilkan dari kerja yang meletihkan depresi, 14 orang (22,9%) tidak depresi, 5
atau penuh stres membuat sulit tidur orang (8,2%) mengalami insomnia dan
(Potter & Perry, 2005). Hal tersebut juga 14 orang (22,9%) tidak insomnia. Pada
dapat membuktikan lansia di UPT PSLU responden perempuan 17 orang (27,9%)
Bondowoso dipengaruhi oleh kelelahan. mengalami depresi, 25 orang (41%) tidak
2. Tingkat Depresi depresi, 5 orang (8,2%) mengalami
Dari penelitian Armi, dkk. depresi insomnia dan 22 orang (22,9%) tidak
pada lansia di kecamatan Mergangsan insomnia. Karena sebagian besar lansia di
Yogyakarta berjumlah 36,1%. UPT PLSU Bondowoso adalah
Berdasarkan penelitian di UPT PSLU perempuan sebanyak 41 orang (55,4%),
Bondowoso lansia bahwa sebagian besar maka tingkat depresi yang terjadi disana
lansia memiliki tingkat depresi sedang cukup besar hal ini sesuai dengan hasil
sebanyak 34 orang (45,9%), dan sebagian penelitian yang dilakukan oleh Smet
kecil lansia tidak depresi dan depresi (2004) dalam Utami (2008) menjelaskan
berat masing-masing sebanyak 4 orang bahwa wanita mempunyai resiko depresi
(5,4%). Penyebab depresi adalah faktor dua kali lebih besar dibanding dengan
biologi, genetik dan psikologis. Ketiga pria, sehingga depresi yang terjadi di
faktor tersebut salah satunya dapat UPT PSLU Bondowoso juga di
menyebabkan neurotransmitter yang pengaruhi dengan jenis kelamin.
terkait dengan patologi depresi, dan pada
pasien bunuh diri, beberapa pasien 3. Hubungan Pemenuhan Kebutuhan
memiliki serotonin yang rendah, pada Tidur terhadap Tingkat Depresi

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 166


Pemenuhan Kebutuhan Tidur…………………………………..……….…Ady Hamsyah Maulana, Hal. 162-169

Dari penelitian Armi, dkk. depresi Bondowoso adalah perempuan sebanyak


pada lansia di kecamatan Mergangsan 41 orang (55,4%), maka tingkat depresi
Yogyakarta depresi pada lansia di yang terjadi disana cukup besar hal ini
kecamatan Mergangsan Yogyakarta sesuai dengan hasil penelitian yang
berjumlah 36,1% dan prevalensi dilakukan oleh Smet (2004) dalam Utami
insomnia sebesar 44,26%. Terdapat (2008) menjelaskan bahwa wanita
hubungan antara terjadinya depresi pada mempunyai resiko depresi dua kali lebih
lansia terhadap insomnia. Berdasarkan uji besar dibanding dengan pria sehingga di
Spearman-rank corellation yaitu 0,000 UPT PSLU Bondowoso sebagian besar
(p<0,05). Maka Ho ditolak, artinya lansia mengalami depresi. Dari beberapa
terdapat hubungan yang signifikan fakta dan teori di atas hasil penelitian
pemenuhan kebutuhan tidur terhadap sesuai dengan teori yang ada bahwa
tingkat depresi lansia. Menurut Kryger et terdapat hubungan yang signifikan
all. (2004) lansia sering mengeluh pemenuhan kebutuhan tidur terhadap
terbangun malam hari, memiliki waktu tingkat depresi lansia.
tidur kurang, dan mengambil tidur siang
lebih banyak sesuai dengan hasil DAFTAR PUSTAKA
penelitian lansia yang memiliki Amir, H. 2007.Gangguan Tidur pada
pemenuhan kebutuhan tidur baik dan Lanut Usia, Diagnosis dan
buruk masing-masing sebanyak 30 orang Penatalaksanaan. Jakarta: Cermin
(40,5%), dan sangat baik sebanyak 3 Dunia Kedokteran.
orang (4,1%), dan sesuai pila dengan Armi, dkk. 2004. Hubungan Antara
teori Michael Breus dalam Trihendra Insomnia Dan Depresi Pada
(2007), ketidak cukupan kualitas dan Lanjut Usia Di Kecamatan
kuantitas tidur yang berlanjut hingga Mergangsan Yogyakarta.
bertahun-tahun, akan menimbulkan Yogyakarta: Fakultas Kedokteran
masalah psikologis seperti depresi. Universitas Gadjah Mada
Berdasarkan penelitian lansia Yogyakarta. Mitrothemaks.files.
bahwa sebagian besar lansia memiliki wordpress.com/2012/07hubungan
tingkat depresi sedang sebanyak 34 orang -antara-insomnia-dan-depresi-
(45,9%), dan sebagian kecil lansia tidak pada-lanjut-usia-di-kecamatan-
depresi dan depresi berat masing-masing mergangsan-ygyakarta.pdf.di
sebanyak 4 orang (5,4%), ada teori yang akses 2 april 2014.
mengatakan bahwa stres emosional dapat Badan Pusat Statistik. 2008.prevalensi
mengakibatkan orang menjadi tegang dan rerata depresi lansia di dunia.
seringkali mengarah frustasi apabila tidak Jakarta: Badan Pusat Statistik.
tidur. Lansia dan juga individu yang lain http://www.depsoso.go.id/module
yang mengalami masalah depresi, sering s.php/name=news&file.di akses
juga mengalami perlambatan untuk jatuh 26 Maret 2014.
tidur (Potter & Perry, 2005). Selain Beck, A.T.& Beck, R.W. 1972.screening
depresi kecemasan tentang masalah depresed patients in family
pribadi atau situasi dapat menggangu practice. New York: Guil Ford
tidur. Stres emosional dapat Press.
mengakibatkan orang menjadi tegang dan Buysse, D.J., Reynolds, C.F., Monk,
seringkali mengarah frustasi apabila tidak T.H., Berman, S.R., Kupfer, D.J.
tidur. Lansia dan juga individu yang lain 1989. The PittsburghSleep
yang mengalami masalah depresi, sering Quality Index (PSQI): a
juga mengalami perlambatan untuk jatuh newinstrument for psychiatric
tidur (Potter & Perry, 2005). Karena research andpractice. Psychiatry
sebagian besar lansia di UPT PLSU

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 167


Pemenuhan Kebutuhan Tidur…………………………………..……….…Ady Hamsyah Maulana, Hal. 162-169

Research. Pittsburgh: Psychiatry Khair, Y. 2012. Faktor-Faktor yang


Res. Berhubungan dengan Pemenuhan
Darmojo, R.B., 2004. Pola Penyakit Kebutuhan Tidur pada Pasienpre
dalam Keluhan Golongan Operasi yang Pertama Kali
Penyakit padaUsia Lanjut agar Dirawat Inap Di Ruang Bedah
Tetap Sehat dan RSUP Dr. Djamil Padang.
Berkualitas.Semarang: FK Undip. Skripsi. Padang: Fakultas
Departemen Kesehatan Republik Keperawatan Universitas
Indonesia. 1992. Undang-Undang Andalas.
Kesehatan No. 23. Jakarta: KNEPK-Depkes RI. 2004. Pedoman
Depkes RI. Nasional Etika Penelitian
Departemen Sosial Republik Indonesia. Kesehatan. Jakarta: Depkes RI.
1998. Undang-Undang Kryger,M., Monjan, A., Bliwise, D. &
Kesejahteraan No. 13. Jakarta: Ancoli, S. 2004. Bridging the Gap
Depsos RI. between Science and Cilinical
Fatimah. 2010. Merawat Manusia Lanjut Practice Geriatrics.New York:
Usia. Jakarta: CV. Trans Info Mc Graw-Hill.
Media. Lumbatobing. 2004. Neurogeriatri.
Hawari, D. 2013. Manajemen Stres Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Cemas Dan Depresi. Jakarta: Mahadika, J. 2013. Hubungan
Badan Penerbit FKUI. Keteraturan Mengikuti Senam
Lansia dan Kebutuhan Tidur
Hidayat, A. 2008.Pengantar Kebutuhan Lansia di UPT PSLU Pasuruan
Dasar Manusia Aplikasi Konsep Di Babat Lamongan .Surabaya:
dan Proses Keperawatan.Jakarta: Fakultas Keperawatan Universitas
Salemba Medika. Airlangga Kampus C Mulyorejo
Insumar, PR. 2009.Pengaruh Aroma Surabaya.
Therapy Lavender terhadap journal.unair.ac.id/filerPDF/Jefry
Pemenuhan Kebutuhan Tidur %20M.doc. diakses12 Mei 2014.
Pada Lansia Di Wilayah Kupang Mandasari. 2006. Hubungan tingkat
Praupan RW VII Kelurahan Dr. Depresi dengan Dukungan Sosial
Soetomo Kecamatan Tegalsari. di Sumatera Utara. Medan:
Skripsi untuk memperoleh gelar Fakultas Kedokteran Universitas
Sarjana Keperawatan UNAIR. Sumatera
Tidak dipublikasikan. Utara.www.repository.usu.ac.id.di
Kaplan, H.I., Sadock, B.J. & Grebb, J.A. akses 26 Maret 2014.
2010.Sinopsis Psikiatri: Ilmu Maryam, R., Ekasari, S., Fatma, M.,
Pengetahuan Psikiatri Klinis Jilid Jubaedi, R., Irawan, A.
Satu. Editor: Dr. I. Made Wiguna 2008.Mengenal Usia Lanjut dan
S. Jakarta: Bina Rupa Angkara. Perawatanya. Jakarta: Salemba
Kaplan, H.I., Sadock, B.J. & Grebb, J.A. Medika.
2010.Sinopsis Psikiatri: Ilmu Menkokesra.2010. Lansia Masa Kini dan
Pengetahuan Psikiatri Klinis Jilid Masa Mendatang.Jakarta:
Dua. Editor: Dr. I. Made Wiguna Menkokesra http://
S. Jakarta: Bina Rupa Angkara. www.menkokesra.go.id/_pdf.i&id
Karni, A. 1994. Dependence on REM .di akses 26 Maret 2014.
sleep overnight improvment Notoatmodjo, S. 2012. Metode Penelitian
ofperceptual skil science.New Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
York: Guil Ford Press. Nugroho, W. 2014.Gerontik dan
Geriatric. Jakarta: EGC.

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 168


Pemenuhan Kebutuhan Tidur…………………………………..……….…Ady Hamsyah Maulana, Hal. 162-169

Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian


Ilmu Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Papalia, D.E., Olds, S.W. & Feldman,
R.D. 2005.Human Development.
10thed. New York: Mc Graw-Hill.
Pieter, H.&Lubis, N. 2010. Pengantar
Psikologi Dalam Keperawatan.
Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Potter, A. & Perry G. 2005.Buku ajar
Fundamental Keperawatan :
Konsep, Proses, dan praktik edisi
4 volume 1. Jakarta : EGC.
Potter, A. & Perry G. 2005.Buku ajar
Fundamental Keperawatan :
Konsep, Proses, dan praktik edisi
4 volume 2. Jakarta : EGC.
Samiun. 2006. Kesehatan Mental 3.
Yogyakarta: Muha Medika.
Saryono.2010.Metodologi Penelitian
Kebidanan. Yogyakarta:Muha
Medika.
Setiati, S. 2006. Pedoman Praktik
Perawatan Kesehatan untuk
Pengasuh Orang Usia Lanjut.
Jakarta: FKUI.
Simson, T., et all. 1996. Patiens
Perceptions of Enviromental
factor distrub sleep.
Soedjono, C. 2009. Pedoman
Pengelolaan Kesehatan Pasien
Geriatri. Jakarta: FKUI.
Sugiono. 2013. Metode Penelitian
Pendidikan Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&G.
Bandung: Alfabeta.
Trihendra, A. 2007. Hubungan Kualitas
Tidur dengan Tingkat Depresi
Lanjut Usia di Panti Bina Daksa
Bahagia. Skripsi. Medan:
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatra Utara.
Utami, R. 2008. Psikologi Umum.
Jakarta: Balai Pustaka

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 169


Gambaran Faktor Rendahna Konsumsi Tablet Fe……………..……….……………Stefani MR, Hal. 170-176

GAMBARAN FAKTOR RENDAHNYA KONSUMSI TABLET FE IBU HAMIL


TRIMESTER III DI DESA KRANJINGAN KECAMATAN SUMBERSARI
KABUPATEN JEMBER

Stefani Maulidya Restianti*, Sutrisno**


Fitria Jannatul Laili***

*, *** STIKES dr. Soebandi Jember


**Poltekkes Kemenkes Malang

ABSTRAK

Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari
12 gr%. Pemberian tablet Fe merupakan salah satu upaya penting dalam mencegah dan
menanggulangi anemia. Di Jawa Timur diperkirakan Ibu hamil yang anemia sebanyak
37,6%. Di Jember dari 55% ibu hamil yang mengidap anemia. Tujuan dari penelitian ini
adalah mengetahui gambaran faktor rendahnya konsumsi tablet fe ibu hamil trimester III di
Desa Kranjingan Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember. Jenis penelitian adalah
deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil trimester III berjumlah 59 besar
sampel dalam penelitian ini adalah 37 orang dengan teknik sampling yang digunakan
adalah Purposive sampling. Data dianalis menggunakan komputer dengan Statistical
Product and Service Solution (SPSS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Faktor
rendahnya konsumsi tablet fe ibu Hamil Trimester III di Desa Kranjingan Kecamatan
Sumbersari Kabupaten Jember dimungkinkan karena sebagain besar pendidikan ibu hamil
trimester III adalah SMP 23 (62.2%), melakukan pemeriksaan kehamilan sebanyak 2 kali
15 (40.5%), dan tingkat pengetahuan ibu berada pada kategori cukup yaitu 22 (59.5%).
Faktor penyebab rendahnya konsumsi tablet fe pada ibu hamil trimester III disebabkan
karena pendidikan yang rendah, frekuensi pemeriksaan yang kurang dan pengetahuan yang
cukup tentang tablet fe. Kesimpulan dalam penelitian ini bahwa kecenderungan rendahnya
konsumsi tablet fe karena pendidikan, frekuensi pemeriksaan kehamilan dan pengetahuan.
Sehingga perlu upaya untuk meningkatkan pengetahuan dengan mencari informasi kepada
petugas kesehatan atau media cetak dan elektronik, serta meningkatkan pemeriksaan
kehamilan.

Kata kunci : Faktor Konsumsi Tablet Fe

PENDAHULUAN Menurut WHO, 40% kematian


Salah satu ciri negara yang sedang Ibu di negara berkembang berkaitan
berkembang adalah masalah kesehatan dengan anemia dalam kehamilan. Anemia
yang masih rendah. Di negara Indonesia adalah kondisi ibu dengan kadar
rendahnya kesehatan ditandai dengan haemoglobin (Hb) dalam darahnya
masih tingginya angka kematian pada kurang dari 12 gr% (Winkjosastro, 2002).
ibu. Berdasarkan hasil survei demogafi Sedangkan anemia dalam kehamilan
dan kependudukan Indonesia (SDKI) adalah kondisi ibu dengan kadar
2012 terdapat kenaikan angka kematian haemoglobin dibawah 11 gr% pada
ibu (AKI) yang cukup drastis dari 228 per trimester I dan III atau kadar <10,5 gr%
100 ribu kelahiran menjadi 359 per 100 pada trimester II (Saifuddin, 2002).
ribu kelahiran. Kebanyakan anemia dalam kehamilan

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 170


Gambaran Faktor Rendahna Konsumsi Tablet Fe……………..……….……………Stefani MR, Hal. 170-176

disebabkan oleh defisiensi besi dan Suplementasi tablet besi


perdarahan akut. Prevalensi anemia pada merupakan salah satu cara yang
ibu hamil di Indonesia tahun 2010 adalah bermanfaat dalam mengatasi anemia. Di
70% atau 7 dari 10 wanita hamil Indonesia, suplementasi besi sudah lama
menderita anemia (Sunita, 2011). Di diberikan secara rutin pada Ibu hamil di
Indonesia, berdasarkan Riskesdas 2013, Puskesmas dan Posyandu, menggunakan
terdapat 37,1% ibu hamil anemia, yaitu tablet yang mengandung 60 mg/hari
ibu hamil dengan kadar Hb kurang dari dapat menaikan kadar Hb sebanyak 1
11,0 gram/dl, dengan proporsi yang gr% per bulan. Suplementasi besi atau
hampir sama antara di kawasan perkotaan pemberian tablet Fe merupakan salah satu
(36,4%) dan perdesaan (37,8%) upaya penting dalam mencegah dan
(Riskesdas, 2013). Di Negara maju menanggulangi anemia, khususnya
kematian Ibu hamil karena anemia anemia kekurangan besi. Suplementasi
mencapai 40%, sedangkan di Indonesia besi merupakan cara efektif karena
angka kejadian anemia mencapai 63,5%. kandungan besinya yang dilengkapi asam
Sementara di Jawa Timur diperkirakan folat yang dapat mencegah anemia karena
Ibu hamil yang anemia sebanyak 37,6%. kekurangan asam folat (Afnita, 2004).
Bahkan dari 55% ibu hamil yang Pemberian tablet Fe merupakan
mengidap anemia, 22% dari kelahiran salah satu upaya penting dalam mencegah
bayi hidup adalah bayi berat lebih rendah dan menanggulangi anemia, khususnya
(BBLR) di Jember. anemia karena defisiensi besi. Kebutuhan
Tingginya anemia yang menimpa zat besi pada saat kehamilan meningkat.
ibu hamil memberikan dampak negatif Beberapa literatur mengatakan kebutuhan
terhadap janin yang di kandung dari ibu zat besi meningkat dua kali lipat dari
dalam kehamilan, persalinan maupun kebutuhan sebelum hamil. Hal ini terjadi
nifas yang di antaranya akan lahir janin karena selama hamil, volume darah
dengan berat badan lahir rendah (BBLR), meningkat 50%, sehingga perlu lebih
partus premature, abortus, pendarahan banyak zat besi untuk membentuk
post partum, partus lama dan syok. hemoglobin. Selain itu, pertumbuhan
Selain itu anemia juga dapat janin dan plasenta yang sangat pesat juga
mengakibatkan ketuban pecah dini. memerlukan banyak zat besi. Dalam
BBLR sendiri adalah bayi baru lahir yang keadaan tidak hamil, kebutuhan zat besi
berat badannya kurang dari 2500 gram. biasanya dapat dipenuhi dari menu
Sedangkan bagi hasil konsepsi akan makanan sehat dan seimbang. Tetapi
mengakibatkan kematian perinatal, dalam keadaan hamil, suplai zat besi dari
prematuritas, cacat bawaan, dan lain - makanan masih belum mencukupi
lain (Sarwono, 2003). Dampak anemia sehingga dibutuhkan suplemen berupa
pada kehamilan bervariasi dari keluhan tablet besi (Depkes RI, 2009). Namun
yang sangat ringan hingga terjadinya dalam kenyataanya tidak semua ibu hamil
gangguan kelangsungan kehamilan yang mendapat tablet Fe meminumnya
(abortus, partus immatur atau prematur), secara rutin, hal ini disebabkan karena
gangguan proses persalinan (atonia, faktor ketidaktahuan akan pentingnya
partus lama, perdarahan), gangguan pada mengkonsumsi tablet Fe selama
masa nifas (sub involusi rahim, daya kehamilannya (Herlina, 2007).
tahan terhadap infeksi, stress, dan Kebutuhan tablet fe ibu hamil selama
produksi ASI rendah), dan gangguan kehamilan minimal 90 tablet. Setiap
pada janin (dismaturitas, mikrosomi, tablet Fe mengandung FeSO4 320 mg
BBLR, kematian periinatal, dll) (Yeyeh, (zat besi 60 mg) dan asam folat 1.25 mg
2010). (Depkes RI, 2008). Berdasarkan data
yang diperoleh dari Dinas Kesehatan

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 171


Gambaran Faktor Rendahna Konsumsi Tablet Fe……………..……….……………Stefani MR, Hal. 170-176

Kabupaten Jember Puskesmas Gladak tablet fe ibu hamil trimester III di Desa
Pakem merupakan salah satu daerah Kranjingan Kecamatan Sumbersari
dengan tingkat konsumsi Tablet Fe paling Kabupaten Jember
rendah hanya mencapai 59.30% atau
sekitar 475 dari 801 jumlah ibu hamil. METODE PENELITIAN
Berdasarkan hasil survey yang Jenis penelitian ini menggunakan
dilakukan peneliti pada 11 ibu hamil metode deskriptif. Penelitian ini berusaha
trimester III pada bulan Juli 2014 untuk menggambarkan faktor rendahnya
diperoleh hasil bahwa 63.6% ibu tidak konsumsi tablet fe ibu hamil trimester III
tuntas dalam mengkonsumsi tablet fe, di desa Kranjingan kabuptaen Jember.
dan 36.4% tuntas. Ketuntasan ibu hamil Populasi dalam penelitian ini
trimester III dalam mengkonsumsi tablet adalah semua ibu hamil trimester III pada
fe dikarenakan mengetahui mengenai bulan tanggal 29 Juli 2014 di Desa
manfaat tablet fe bagi kehamilan. Kranjingan Kabupaten Jember yang
Sementara ibu yang tidak tuntas dalam dilakukan pada tiga Posyandu berjumlah
mengkonsumsi tablet fe disebabkan 37 orang. Sampel penelitian dalam
karena beberapa alasan seperti rasanya penelitian ini dengan kriteria inklusi
yang tidak enak, cenderung tidak sebagai berikut Ibu hamil trimester III,
mengetahui manfaatnya, menganggap mengisi kuesioner dengan lengkap,
tablet fe tidak penting bagi kehamilan domisili di Desa Keranjingan, bersedia
dan sebagainya. menjadi responden penelitian dan
Karena masalah anemia pada menandatangani informed consent.
anemia pada ibu hamil merupakan Teknik sampling yang digunakan oleh
masalah penting yang erat hubungannya penulis adalah sampling jenuh. Menurut
dengan masalah mortalitas maternal, Sugiyono (2008) sampling jenuh adalah
maka dianggap penting untuk pengambilan sampel dengan mengambil
dilakukannya suatu identifikasi mengenai seluruh anggota populasi.
gambaran faktor rendahnya konsumsi

HASIL
Data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi untuk mengetahui persentase dari
masing data penelitian. Adapun data yang tersaji adalah pendidikan ibu hamil trimester III,
pemeriksaan kehamilan ibu hamil trimester III, dan pengetahuan ibu hamil trimester III.
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Pendidikan ibu Hamil Trimester III di Desa Kranjingan
Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember
No Pendidikan Frekuensi Prosentase (%)
1 SD 4 10.8
2 SMP 23 62.2
3 SMA 9 24.3
4 Perguruan Tinggi 1 2.7
Jumlah 37 100
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pemeriksaan Kehamilan ibu Hamil Trimester III di
Desa Kranjingan Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember
No Pemeriksaan kehamilan Frekuensi Prosentase (%)
1 1 kali 7 18.9
2 2 kali 15 40.5
3 3 kali 8 21.6
4 4 kali 5 13.5
5 > 4 kali 2 5.4
Jumlah 37 100

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 172


Gambaran Faktor Rendahna Konsumsi Tablet Fe……………..……….……………Stefani MR, Hal. 170-176

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan ibu Hamil Trimester III di Desa
Kranjingan Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember
No Pengetahuan Frekuensi Prosentase (%)
1 Baik 8 21.6
2 Cukup 22 59.5
3 Kurang 7 18.9
Jumlah 37 100

PEMBAHASAN informal terdapat sejumlah informasi.


Berdasarkan hasil penelitian diketahui Informasi ini akan menjadi dasar bagi ibu
bahwa sebagain besar pendidikan ibu ibu dasar berperilaku, artinya perilaku
Hamil trimester III adalah 24-30 Tahun seseorang akan ditentukan dengan
23 (62.2%). Hasil penelitian ini informasi yang dimilikinya. Jika ibu
menjelaskan bahwa tingkat pendidikan mengetahui tentang pentingnya konsumsi
yang ditempuh ibu berada pada kategori tablet fe maka memungkinkan ibu akan
dasar atau rendah. Pendidikan adalah bertindak atau berperilaku sesuai dengan
aktivitas dan usaha manusia untuk informasi yang diperoleh
meningkatkan kepribadiannya dengan Berdasarkan hasil penelitian diketahui
jalan membina potensi – potensi bahwa sebagain ibu hamil trimester III
pribadinya, yaitu rohani (pikir, karsa, melakukan pemeriksaan kehamilan
rasa, cipta dan budi nurani). Hasil sebanyak 2 kali 15 (40.5%). Hal ini
penelitian ini sesuai dengan pendapat menjelaskan bahwa kunjungan yang
Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa dilakukan ibu kurang dari standart yang
perilaku itu sebetulnya adalah semua dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan
kegiatan yang dilakukan oleh individu, yaitu 4x selama kehamilan. Ibu hamil
baik yang bisa dilihat oleh orang lain sebaiknya dianjurkan mengunjungi bidan
maupun tidak. Sementara pendidikan atau dokter sedini mungkin semenjak ibu
merupakan kegiatan pemberian informasi merasa dirinya hamil untuk mendapatkan
dari orang lain. Sementara itu Sofa pelayanan atau asuhan pemeriksaan
(2008) menyatakan bahwa pada dasarnya kehamilan.
perilaku masing-masing individu Hasil penelitian ini sesuai dnegan
dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu pendapat Notoatmodjo, (2003:58).
faktor personal dan situasional. Faktor Kunjungan pemeriksaan kehamilan
personal terdiri dari faktor biologis dan merupakan salah satu bentuk perilaku.
faktor sosiopsikologis. Perilaku Menurut Lawrence Green, faktor – faktor
masyarakat dalam memanfaatkan sarana yang berhubungan dengan perilaku ada 3
kesehatan dipengaruhi oleh beberapa yaitu: faktor predisposisi, faktor
faktor. Salah satu faktor yang pendukung, dan faktor pendorong. Yang
mempengaruhi perilaku kesehatan termasuk faktor predisposisi diantaranya :
masyarakat adalah pendidikan. pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi,
Pendidikan seorang individu sangat dan nilai. Sedangkan yang termasuk
mempengaruhi perilakunya di faktor pendukung adalah ketersediaan
masyarakat, khususnya dalam sarana-sarana kesehatan, dan yang
memanfaatkan sarana kesehatan terakhir yang termasuk faktor pendorong
adalah sikap dan perilaku petugas
Pendidikan menunjukkan jumlah kesehatan.
informasi yang diperoleh seseorang. Kunjungan ibu hamil adalah kontak
Pendidikan memiliki andil besar antara ibu hamil dan petugas kesehatan
membentuk perilaku seseorang karena yang memberi pelayanan antenatal untuk
didalam pendidikan baik formal ataupun mendapatkan pemeriksaan kehamilan.
JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 173
Gambaran Faktor Rendahna Konsumsi Tablet Fe……………..……….……………Stefani MR, Hal. 170-176

Istilah kunjungan tidak mengandung arti daripada perilaku yang tidak didasari
bahwa selalu ibu hamil yang datang ke pengetahuan.
fasilitas pelayanan, tetapi dapat juga Menurut Simanungkalit (2011),
sebaliknya yaitu ibu hamil yang perilaku seseorang atau masyarakat
dikunjungi petugas kesehatan dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan
dirumahnya atau di posyandu. Ibu hamil ditentukan oleh pengetahuan, dan salah
tersebut harus sering dikunjungi jika satu faktor yang mempengaruhi
terdapat masalah, dan ia hendaknya pengetahuan salah satunya adalah
disarankan untuk menemui petugas pendidikan. Tidak dapat dipungkiri
kesehatan bilamana ia merasakan tanda- bahwa makin tinggi pendidikan
tanda bahaya atau jika ia khawatir. seseorang, makin mudah pula ia
Semakin sering frekuensi pemeriksaan menerima informasi, dan pada akhirnya,
kehamilan yang dilakukan ibu makin banyak pula pengetahuan yang
memungkinkan akan semakin banyak dimilikinya. Sebaliknya, jika tingkat
informasi berkaitan dengan masalah pendidikan seseorang rendah, itu akan
kehamilan yang dihadapi ibu. Keadaan menghambat perkembangan perilakunya
tersebut akan memotivasi ibu dalam terhadap penerimaan informasi dan nilai-
berperilaku sesuai dengan informasi yang nilai yang baru diperkenalkan.
diperoleh selama melakukan pemeriksaan Pengetahuan seseorang bisa diperoleh
kehamilan. Ibu yang mengetahui bahwa dari beragam cara seperti bertanya
dirinya diindikasikan anemia, maka ibu kepada petugas kesehatan, dari media
akan memiliki kecenderungan untuk cetak dan elektronik dan bisa dari
berupaya mengkonsumsi makanan yang pengalaman. Semakin baik pengetahuan
dapat mengurangi anemia. Informasi yang dimiliki seseorang tentang tablet fe
yang diperoleh ibu selama melakukan memungkinkan ibu akan semakin
pemeriksaan kehamilan akan menjadi termotivasai dalam mengkonsumsi tablet
dasar bagi ibu dalam berperilaku sesuai fe, hal ini ini disebabkan ibu telah
dengan yang disarankan dalam mengetahui mengenai manfaat tablet fe
pemeriksaan kehamilan. bagi kehamilan ataupun masalah dalam
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kehamilannya. Sehingga perilaku
sebagain besar tingkat pengetahuan ibu merupakan manifestasi dalam segala
berada pada kategori cukup yaitu 22 yang diketahuinya.
(59.5%). Pengetahuan Ibu Hamil
trimester III tentang tablet fe merupakan KESIMPULAN
segala sesuatu yang diketahui ibu terkait 1. Faktor rendahnya konsumsi tablet fe
dengan tablet fe. ibu Hamil Trimester III di Desa
Menurut Notoadmodjo (2002) Kranjingan Kecamatan Sumbersari
pengetahuan adalah merupakan hasil Kabupaten Jember dimungkinkan
tahu, hal ini setelah orang melakukan karena sebagain besar pendidikan ibu
penginderaan terhadap suatu obyek hamil trimester III adalah SMP 23
tertentu. Pengetahuan ibu dapat (62.2%).
diperoleh dari beberapa faktor baik 2. Faktor rendahnya konsumsi tablet fe
formal seperti pendidikan yang didapat ibu Hamil Trimester III di Desa
di sekolah maupun non formal. Kranjingan Kecamatan Sumbersari
Pengetahuan merupakan faktor yang Kabupaten Jember dimungkinkan
penting untuk terbentuknya tindakan karena sebagain ibu hamil trimester
seseorang. Hal ini dikuatkan oleh III melakukan pemeriksaan
Notoadmodjo, (2002). mengungkaplan kehamilan sebanyak 2 kali 15
bahwa perilaku yang didasari oleh (40.5%).
pengetahuan akan lebih langgeng

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 174


Gambaran Faktor Rendahna Konsumsi Tablet Fe……………..……….……………Stefani MR, Hal. 170-176

3. Faktor rendahnya konsumsi tablet fe Latipun, 2001, Psikologi Konseling,


ibu Hamil Trimester III di Desa Malang: Universitas
Kranjingan Kecamatan Sumbersari Muhammadiyah.
Kabupaten Jember dimungkinkan Manuaba IBG. 2008. Ilmu Kebidanan,
karena sebagain besar tingkat Penyakit Kandungan &
pengetahuan ibu berada pada kategori Keluarga Berencana Untuk
cukup yaitu 22 (59.5%). Pendidikan Bidan. Jakarta:
EGC
DAFTAR PUSTAKA Manuaba, Ida Ayu Chandranita,
Alimul, Hidayat. 2003. Riset 2009. Gadar Obstetri &
Keperawatan dan Teknik Ginekologi & Obstetri
Penulisan Ilmiah. Edisi I. Ginekologi Sosial Untuk
Jakarta: Salemba Medika Profesi Bidan. Jakarta, EGC
Almatsier, Sunita, dkk. 2011. Gizi Mansjoer, Arief. 2011, Kapita Selekta
Seimbang Dalam Daur Kedokteran, edisi 4, Jakarta :
Kehidupan. Jakarta,. PT Media Aesculapius.
Gramedia Pustaka Utama Notoatmodjo, Soekidjo. 2003.
Arisman. 2004. Gizi dalam Daur Pendidikan Dan Perilaku
Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Kesehatan. Rineka. Cipta
Gizi. Buku. Kedokteran Notoatmodjo, Soekidjo . 2005.
Jakarta: EGC Metodologi penelitian
Bobak; Lowdermilk; Jensen. 2005. Buku kesehatan. Jakarta: Rineka
Ajar Keperawatan Maternitas. Cipta
Ed. 4. Alih bahasa : Renata Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Ilmu
Komalasari. Jakarta : EGC Perilaku Kesehatan. Jakarta :
Depkes R.I., 2008. Profil Kesehatan PT Rineka Cipta Nursalam.
Indonesia. Jakarta 2003. Konsep & Penerapan
De Maeyer, E. M. 2003. Pencegahan dan Metodologi Penelitian Ilmu
Pengawasan Anemia Defisiens Keperawatan: Pedoman
Besi. Alih Bahasa : Skripsi, Tesis, dan Instrumen
Arisman,MB, Widya Medika: Penelitian Keperawatan.
Jakarta. Jakarta. Salemba Medika
Fatimah, dkk. 2011. Pola Konsumsi dan Prawirohardjo, Sarwono., 2005. Ilmu
Kadar Haemoglobin Pada Ibu kebidanan. Jakarta : Yayasan
Hamil di Kabupaten Maros Bina. Pustaka.
Sulawesi Selatan, Makara Saifudin, Abdul B. 2002. Buku Panduan
Kesehatan Vol. 15 No 1. Praktis Pelayanan Kesehatan
Herlina, Nina. 2006. Faktor-faktor Resiko Maternal & Neonatal. Jakarta:
Kejadian Anemia pada Ibu Yayasan Bina Pustaka
Hamil. diambil 12 Juli 2014, Sarwono Prawirohardjo
dari Saifuddin, Abdul Bari. 2008. Pelayanan
http://www.bppsdmk.depkes.g Kesehatan Maternal Dan
o.id Neonatal. Jakarta : Bina
Indriantoro, Nur, dan Supomo, Pustaka
Bambang. 2002. Metodologi Saifuddin, AB, 2009. Panduan Praktis
Penelitian. Edisi 1. Pelayanan Kesehatan
Yogyakarta: Penerbit BPFE Maternal dan Neonatal.
Yogyakarta Jakarta: EGC.

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 175


Gambaran Faktor Rendahna Konsumsi Tablet Fe……………..……….……………Stefani MR, Hal. 170-176

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian


Kuantitatif Kualitatif dan
R&D. Bandung: Alfabeta’
Sugiyono, 2008. Metode Penelitian
Kunatitatif Kualitatif dan
R&D. Bandung. Alfabeta.
Tarwoto. 2007. Keperawatan Medikal
Bedah Gangguan Sistem
Persarafan, Jakarta :
CV. Sagung Seto.
Waryana. 2010. Gizi Reproduksi. Pustaka
Rihama : Yogyakarta
Varney,H., 2006. Buku ajar Asuhan
Kebidanan Edisi 4. Jakarta:
EGC

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 176


Gambaran Faktor Penyebab Pre Eklampsia……………..……….…………..…Nabila Istifadah, Hal. 171-184

GAMBARAN FAKTOR PENYEBAB PRE EKLAMPSIA/ EKLAMPSIA


PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KALISAT KABUPATEN
JEMBER

Nabila Istifadah *, Mussia**, Nur Riska Rahmawati***

*,**,*** STIKES dr. Soebandi Jember

ABSTRACT

One of the cause of morbidity, maternal and fetal mortality is preeclampsia [PE] which, according
to the WHO range between 0.51% - 38.4%. In the eastern Java at 34.71% of pregnant women die
from preeclampsia / eclampsia. In Kalisat health centers are 248 cases of high risk pregnant
women and 35 cases with preeclampsia / eclampsia (7.44%), the purpose of this study is to
describe the factor in preeclampsia / eclampsia in health center of Kalisat Jember regency. This
type of research is descriptive. The populations in this study were 35 pregnant women with the
sampling technique used is the total sampling. Data were analyzed using frequency tables using
statistical product and service solution (SPSS). The results of this study indicated that the factors
cause preeclampsia / eclampsia in health center of Kalisat Jember regency based mostly maternal
age <20 or> 35 years 22 (62.9%), had children 1-2 is 22 (62.9%), had a history of hypertension 20
(57.1%), had over weight body is 23 (65.7), not because of a history of diabetes mellitus is 4
(11.4%), and not because of pregnancy gemeli is 1 (2.9%). The conclusion of this study is the trend
factor in preeclampsia / eclampsia in health center of Kalisat Jember regency is overweight so it is
necessary for balancing input and output of energy / calories.

Keywords: preeclampsia / eclampsia, maternal

PENDAHULUAN berkisar antara 0,51%-38,4% (Amelda,


Banyaknya kasus 2006). Menurut survey SDKI 2012
preeklampsia/eklampsia membuat menunjukkan bahwa penyebab langsung
kondisi kesehatan perempuan Indonesia Angka Kematian Ibu antara lain:
masih sangat rendah, ini jelas sangat perdarahan 42%, eklampsia/preeklampsia
berpengaruh pada ibu saat melahirkan 13%, abortus 11%, infeksi 10%, partus
selain juga berdampak pada janin. lama/partus macet 9%, dan penyebab lain
Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi 15%.
disertai proteinuria akibat kehamilan, Di Jawa Timur sebesar 34,71 % ibu
setelah umur kehamilan 20 minggu atau hamil meninggal karena
segera setelah persalinan. Gejala ini dapat preeklampsia/eklampsia (Dinkesjatim,
timbul sebelum 20 minggu bila terjadi 2012). Sedangkan dari data dari Dinas
penyakit trofoblastik. (Sudhaberta, Kesehatan Jember tahun 2012
2001).Teori yang dewasa ini banyak menunjukkan bahwa Puskesmas Kalisat
dikemukakan sebagai penyebab menduduki peringkat tertinggi pada kasus
preeclampsia adalah iskemia plasenta. ibu hamil dengan resiko tinggi. Di
Akan tetapi dengan teori ini tidak dapat Puskesmas Kalisat terdapat 248 kasus
diterangkan semua hal yang bertalian resiko tinggi pada ibu hamil dan 35 kasus
dengan penyakit itu. dengan preeclampsia/eklampsia (7,44%).
Salah satu penyebab morbilitas dan Faktor penyebab preeklampsia/eklampsia
mortalitas ibu dan janin adalah dalam kehamilan di Puskesmas Kalisat
preeklamsia (PE) yang menurut WHO berdasarkan data yang diperoleh tahun

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 177


Gambaran Faktor Penyebab Pre Eklampsia……………..……….…………..…Nabila Istifadah, Hal. 171-184

2012 disebabkan oleh umur ibu lebih dari yang lebih fatal. Pemeriksaan tekanan
35 tahun 64,4% sisanya 35,6% usia 20-30 darah harus dilakukan dengan seksama,
tahun, memiliki paritas primigravida dan usahakan dilakukan oleh orang yang
69,5%, frekuensi kehamilan kurang dari sama misalnya bidan atau dokter.
4 kali sebesar 30,5%. Preeklampsia disebut sebagai “the
Banyak faktor yang menyebabkan disease of theoris”. Skrining untuk
meningkatnya insiden preeklamsia pada deteksi dini preeklampsia pada ibu hamil
ibu hamil. Faktor risiko yang dapat dilakukan pemeriksaan dengan cara:
meningkatkan insiden preeklampsia anamnese untuk menanyakan keluhan
antara lain molahidatidosa, nulipara, usia utama atau keluhan yang dirasakan saat
kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 ini, kemudian ditanyakan seluruh riwayat
tahun, janin lebih dari satu, multipara, kesehatan yang lalu dan sekarang
hipertensi kronis, diabetes mellitus atau termasuk pemeriksaan ginekologi dan
penyakit ginjal. Preeklampsia/ eklampsia obstetri. Pemeriksaan lengkap yakni
dipengaruhi juga oleh paritas, genetik dan pemeriksaan yang dilakukan untuk
faktor lingkungan (Cunningham, 1995). meninjau apakah kondisi fisik ibu hamil
Sumber lain mengatakan penyebab ada masalah atau tidak dan dilakukan
terjadinya preeklampsia tidak hanya secara komprehensif atau lengkap dan
disebabkan oleh satu faktor saja, detail dilakukan secara head to toe (dari
melainkan banyak faktor yang kepala ke kaki) serta dilakukan
menyebabkan terjadinya preeklampsia pemeriksaan penunjang yang diperlukan,
dan eklampsia (multiple causation). seperti laboratorium, pemeriksaan
Diabetes melitus, mola hidatidosa, radiologi (Rukiyah, 2011). Dalam
kehamilan ganda, umur lebih dari 35 pengelolaan dini hipertensi pada
tahun dan obesitas merupakan faktor kehamilan, bidan menemukan secara dini
predisposisi untuk terjadinya setiap kenaikan tekanan darah pada
preeklampsia (Trijatmo, 2007). kehamilan dan mengenali tanda serta
Begitu seriusnya masalah gejala preeklampsia lainnya, serta
preeklampsia/eklampsia jika tidak segera mengambil tindakan yang tepat dan
ditangani akan menyebabkan kejang dan merujuknya (Meilani, 2009).
menurunnya kesadaran sampai koma.
Untuk mengatasinya, ibu hamil harus METODE PENELITIAN
memeriksakan kehamilan secara teratur
Jenis penelitian adalah macam-
dan lebih ketat. Laksanakan nasehat
macam metode yang digunakan dalam
dokter/bidan yang menangani agar
penelitian kesehatan. Jenis penelitian ini
keluhan penyakit ini dapat ditangani
adalah jenis kuantitatif. Desain pada
secepatnya. Sebagai informasi, AKI
penelitian ini dilakukan secara deskriptif
akibat preeklampsia/eklampsia masih
dengan menggunakan pendekatan
tinggi terutama di Negara yang sedang
retrospektif. Rancangan penelitian
berkembang (Mellyna, 2001)
retrospektif.
Menurut Manuaba (2008),
pencegahan preeklampsia yaitu
bagaimana penyakit ini dapat dideteksi
sedini mungkin. Deteksi dini didapatkan
dari pemeriksaan tekanan darah secara
rutin pada saat pemeriksaan kehamilan
(antenatal care). Karena itu, pemeriksaan
kehamilan rutin mutlak dilakukan agar
preeklampsia dapat terdeteksi cepat untuk
meminimalisir kemungkinan komplikasi

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 178


Gambaran Faktor Penyebab Pre Eklampsia……………..……….…………..…Nabila Istifadah, Hal. 171-184

HASIL PENELITIAN
Data Umum

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Pendidikan ibu hamil yang menderita preeklamsia/eklampsia di
Puskesmas Kalisat Kabupaten Jember Tahun 2013
No Pendidikan Frek Persentase
(%)
1 Dasar 14 40.0
2 Menengah 16 45.7
3 Tinggi 5 14.3
Jumlah 35 100

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pekerjaan ibu hamil yang menderita preeklamsia/ eklampsia di
Puskesmas Kalisat Kabupaten Jember Tahun 2013
No Pekerjaan Frek Pers(%)
1 Bekerja 14 40.0
2 Tidak Bekerja / IRT 21 60.0
Jumlah 35 100

Data Khusus

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Usia ibu hamil yang menderita preeklamsia/ eklampsia di
Puskesmas Kalisat Kabupaten Jember Tahun 2013

No Usia Frek Pers(%)


Usia resiko
tinggi <20
1 22 62.9
atau > 35
Tahun
Usia resiko
2 rendah 20-35 13 37.1
Tahun
Jumlah 35 100

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Paritas ibu hamil yang menderita preeklamsia/eklampsia di
Puskesmas Kalisat Kabupaten Jember Tahun 2013

No Paritas Frek Pers(%)


Paritas rendah 1
1 22 62.9
–2
2 Paritas tinggi > 2 13 37.1
Jumlah 35 100

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Riwayat Hipertensi ibu hamil yang menderita preeklamsia/
eklampsia di Puskesmas Kalisat Kabupaten Jember Tahun 2013

Riwayat
No Frek Pers(%)
Hipertensi
1 Ya 20 57.1
2 Tidak 15 42.9
Jumlah 35 100

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 179


Gambaran Faktor Penyebab Pre Eklampsia……………..……….…………..…Nabila Istifadah, Hal. 171-184

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Berat Badan ibu hamil yang menderita preeklamsia/eklampsia di
Puskesmas Kalisat Kabupaten Jember Tahun 2013

No Berat Badan Frek Pers (%)


Normal (11,25-
1 12 34.3
15,75 kg)
Lebih dari
2 normal (.15,75 23 65.7
kg)
Jumlah 35 100

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Riwayat Diabetes Mellitus ibu hamil yang menderita
preeklamsia/eklampsia di Puskesmas Kalisat Kabupaten Jember Tahun 2013

Riwayat
No Diabetes Frek Pers (%)
Mellitus
1 Ya 4 11.4
2 Tidak 31 88.6
Jumlah 35 100

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Kehamilan Gemeli ibu di Puskesmas Kalisat Kabupaten Jember
Tahun 2013

Kehamilan
No Frek Pers (%)
Gemeli
1 Ya 1 2.9
2 Tidak 34 97.1
Jumlah 35 100

PEMBAHASAN rentan terjadinya berbagai penyakit


Identifikasi Faktor Penyebab dalam bentuk hipertensi, dan eklamsia.
Preeklamsia/Eklampsia berdasarkan Hal ini menurut Rochjati, P (2003)
Usia disebabkan karena tenjadinya perubahan
Berdasarkan tabel 5.3 diperoleh pada jaringan alat-alat kandungan dan
bahwa sebagain besar usia ibu usia resiko jalan lahir tidak lentur lagi. Selain itu, hal
tinggi <20 tahun atau > 35 tahun adalah ini menurut Potter, PA (2005), juga
22 orang atau sekitar (62.9%). Hal ini diakibatkan karena tekanan darah yang
mengindikasikan bahwa kejadian meningkat seiring dengan pertambahan
preeklamsia di Puskesmas Kalisat usia. Sehingga pada usia 35 tahun atau
Kabupaten Jember dimungkinkan karena lebih dapat cenderung meningkatkan
sebagain besar berusia < 20 atau > 35 risiko terjadinya preeklamsia.
tahun. Menurut Bobak (2004), usia yang Hal ini berarti bahwa dalam
rentan terkena preeklamsia adalah usia < maternitas umur ibu yang ekstrim yaitu
18 atau > 35 tahun. Seperti yang telah dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun
dijelaskan Manuaba (1998), pada usia < akan mempunyai resiko kehamilan. Pada
18 tahun, keadaan alat reproduksi belum usia dibawah 20 tahun masih mungkin
siap untuk menerima kehamilan. Hal ini mencapai pertumbuhan organ-organ yang
akan meningkatkan terjadinya keracunan berkaitan dengan kehamilan, sedangkan
kehamilan dalam bentuk preeklamsia dan pada usia > 35 tahun sudah mulai terjadi
eklamsia. Sedangkan pada usia 35 tahun penurunan fungsi pada uterus.
atau lebih, menurut Rochjati, P (2003), Pengawasan pada ibu hamil dengan usia

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 180


Gambaran Faktor Penyebab Pre Eklampsia……………..……….…………..…Nabila Istifadah, Hal. 171-184

dibawah 20 tahun perlu diperhatikan terhadap vasopeptida-vasopeptida


karena sering terjadi anemia, hipertensi tersebut, sehingga peningkatan besar
menuju preeklamsia, persalinan dengan volume darah langsung meningkatkan
berat badan lahir rendah, kehamilan curah jantung dan tekanan darah.
disertai infeksi dan penyulit persalinan Pada primigravida frekuensi
yang diakhiri dengan tindakan operasi. terjadinya preeklamsia lebih tinggi
Identifikasi Faktor Penyebab dibandingkan dengan multi gravida
Preeklamsia/Eklampsia berdasarkan karena pada kehamilan pertama
Paritas pembentukan blocking antibody terhadap
Berdasarkan tabel 5.4 diperoleh antigen plasenta belum sempurna
hasil bahwa sebagain besar ibu memiliki sehingga respon immune yang tidak
anak lebih dari 2 yaitu 22 (62.9%). Hal menguntungkan histoin kompabilitas
ini mengindikasikan bahwa kejadian plasenta namun jika timbul lagi pada
preeklamsia di Puskesmas Kalisat kehamilan berikutnya, ini tidak dapat
Kabupaten Jember dimungkinkan karena dijelaskan secara teoritis tetapi hanya
sebagain besar ibu adalah memiliki 1-2 dapat digambarkan bahwa multigravida 3
anak. ke atas dapat pula merupakan salah satu
Menurut Wiknjosastro, H. (2002), keadaan yang kelak dapat menimbulkan
frekuensinya lebih tinggi terjadi pada komplikasi kehamilan.
primigravida dari pada multigravida. Identifikasi Faktor Penyebab
Berdasarkan teori immunologik yang Preeklamsia/Eklampsia berdasarkan
disampaikan Sudhaberata, K (2005), hal Riwayat Hipertensi
ini dikarenakan pada kehamilan pertama Berdasarkan tabel 5.5 diperoleh hasil
terjadi pembentukan “blocking bahwa sebagain besar ibu memiliki
antibodies” terhadap antigen tidak riwayat hipertensi yaitu 20 (57.1%). Hal
sempurna. Selain itu menurut Angsar, D ini mengindikasikan bahwa terjadinya
(2004), pada kehamilan pertama terjadi preeklamsia pada ibu di Puskesmas
pembentukan “Human Leucocyte Antigen Kalisat Kabupaten Jember Tahun 2013
Protein G (HLA)” yang berperan penting dimungkinkan karena ibu memiliki
dalam modulasi respon immune, riwayat hipertensi sebelumnya.
sehingga ibu menolak hasil konsepsi Menurut Cunningham, (2006) riwayat
(plasenta) atau terjadi intoleransi ibu hipertensi adalah ibu yang pernah
terhadap plasenta sehingga terjadi mengalami hipertensi sebelum hamil atau
preeklamsia. sebelum umur kehamilan 20 minggu. Ibu
Pada primigravida sering yang mempunyai riwayat hipertensi
mengalami stress dalam menghadapi berisiko lebih besar mengalami
persalinan. Stress emosi yang terjadi pada preeklamsi, serta meningkatkan
primigravida menyebabkan peningkatan morbiditas dan mortalitas maternal dan
pelepasan corticotropic-releasing neonatal lebih tinggi. Diagnosa
hormone (CRH) oleh hipothalamus, yang preeklamsi ditegakkan berdasarkan
kemudian menyebabkan peningkatan peningkatan tekanan darah yang disertai
kortisol. Efek kortisol adalah dengan proteinuria atau edema.
mempersiapkan tubuh untuk berespons Salah satu faktor predisposisi terjadinya
terhadap semua stresor dengan pre-eklampsia atau eklampsia adalah
meningkatkan respons simpatis, termasuk adanya riwayat hipertensi kronis, atau
respons yang ditujukan untuk penyakit vaskuler hipertensi sebelumnya,
meningkatkan curah jantung dan atau hipertensi esensial. Sebagian besar
mempertahankan tekanan darah. Pada kehamilan dengan hipertensi esensial
wanita dengan preeklamsia/eklamsia, berlangsung normal sampai cukup bulan.
tidak terjadi penurunan sensitivitas Pada kira-kira sepertiga diantara para

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 181


Gambaran Faktor Penyebab Pre Eklampsia……………..……….…………..…Nabila Istifadah, Hal. 171-184

wanita penderita tekanan darahnya tinggi Pola hidup yang tidak seimbang
setelah kehamilan 30 minggu tanpa dari makanan yang dikonsumsi dengan
disertai gejala lain. Kira-kira 20% energi yanmg dibutuhkan untuk
menunjukkan kenaikan yang lebih beraktifitas akan menyebabkan berat
mencolok dan dapat disertai satu gejala badan menjadi naik atau bertambah
preeklampsia atau lebih, seperti edema, sehingga dapat menyebabkan obesitas,
proteinuria, nyeri kepala, nyeri sehingga dapat menyebabkan
epigastrium, muntah, gangguan visus penyempitan pembuluh darah yang
(Supperimposed preeklampsia ), bahkan dapat menyebabkan kerja jantung
dapat timbul eklampsia dan perdarahan menjadi berat dan dapat menyebabkan
otak. preeklamsia ringan. Pola makan sehat
Identifikasi Faktor Penyebab akan menurunkan dan mempertahankan
Preeklamsia/Eklampsia berdasarkan berat badan menjadi ideal, sehingga
Berat Badan dianjurkan untuk menyeimbangkan
Berdasarkan tabel 5.6 diketahui asupan kalori dengan kebutuhan energi
bahwa sebagain besar ibu memiliki total dengan membatasi konsumsi
kenaikan berat badan lebih dari normal makanan yang mengandung kalori
(lebih dari 15,75 kg) saat hamil yaitu 23 tinggi dan atau makanan yang
(65.7%). Hal ini mengindikasikan bahwa kandungan gula dan lemaknya tinggi
terjadinya preeklamsia pada ibu di agar tidak terjadi preeklampsia ringan.
Puskesmas Kalisat Kabupaten Jember Disamping itu, agar melakukan
Tahun 2013 dimungkinkan karena faktor aktifitas fisik yang cukup untuk
berat badan ibu mencapai kebugaran jasmani yang baik
Menurut Sunita (2002) obesitas dengan menyeimbangkan pengeluaran
akan menyebabkan pergeseran pembuluh dan pemasukan energi/kalori.
darah yang diikuti dengan rusaknya Identifikasi Faktor Penyebab
dinding pembuluh darah. Pinggir- Preeklamsia/Eklampsia berdasarkan
pinggir pembuluh darah menjadi tidak Diabetes Mellitus
rata akibat tekanan darah yang tinggi. Berdasarkan tabel 5.7 diketahui bahwa
Akibatnya berbagai zat yang terlarut sebagain besar ibu tidak memiliki riwayat
dalam darah (kolesterol dan kalsium) diabetes mellitus yaitu 31 (88.6%). Hal
akan mengendap pada dinding ini mengindikasikan bahwa terjadinya
pembuluh darah, sehingga terjadi preeklamsia pada ibu di Puskesmas
penyempitan pembuluh darah yang Kalisat Kabupaten Jember Tahun 2013
dapat menyebabkan kerja jantung dimungkinkan bukan karena faktor
menjadi berat dan dapat menyebabkan riwayat diabetes mellitus
preeklamsia ringan. Hasil penelitian ini tidak sesuai
Pendapat senada juga dengan pendapat Cunningham (2005),
disampaikan oleh Soemilah, (2000) orang bahwa penyakit diabetes mellitus terjadi
dengan obesitas akan mudah terkena peningkatan substansial risiko pada ibu
hipertensi 10 kali lebih besar. Wanita dan janin. Risiko pada ibu mencakup
dengan obesitas pada usia 30 tahunan kerusakan retina, ginjal, dan jantung,
mempunyai resiko terserang hipertensi 7x infeksi saluran kemih, ketoasidosis
lipat dibandingkan wanita langsing diabetes, dan seksio sesarea. Hipertensi
pada usia yang sama. Dan pada sering dijumpai dan wanita diabetes
penyelidikan dibuktikan bahwa curah dengan penyakit ginjal sehingga beresiko
jantug dan volume darah sirkulasi pasien tinggi mengalami preeklampsia. Pendapat
obesitas dengan hipertensi lebih tinggi ini juga diperkuat oleh Saifudin (2009),
dibandingkan dengan penderita bahwa diabetes mellitus gestasional
hipertensi yang berat badannya normal. merupakan gangguan metabolisme pada

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 182


Gambaran Faktor Penyebab Pre Eklampsia……………..……….…………..…Nabila Istifadah, Hal. 171-184

kehamilan yang ringan, tetapi Puskesmas Kalisat Kabupaten Jember


hiperglikemia ringan dapat memberikan berdasarkan usia dimungkinkan
penyulit pada ibu berupa preeklampsia. karena sebagian besar ibu usia resiko
Hal ini terjadi dimungkinkan karena tinggi <20 atau > 35 Tahun yaitu
adanya riwayat kejadian preeklampsia 62.9%.
yang lalu untuk ibu hamil multipara dan 2. Faktor penyebab preeklamsia/
grandemultipara yaitu pada kehamilan eklampsia Pada Ibu Hamil di
yang dulu mempunyai riwayat Puskesmas Kalisat Kabupaten Jember
preeklampsia sehingga beresiko berdasarkan paritas dimungkinkan
terjadinya preeklampsia untuk kehamilan karena sebagian besar ibu memiliki
selanjutnya. anak 1sampai 2 yaitu 62.9%.
Identifikasi Faktor Penyebab 3. Faktor penyebab preeklamsia/
Preeklamsia/Eklampsia berdasarkan eklampsia Pada Ibu Hamil di
Kehamilan Kembar / Gemeli Puskesmas Kalisat Kabupaten Jember
Berdsarkan tabel 5.8 diketahui berdasarkan riwayat hipertensi
bahwa sebagain besar ibu tidak memiliki dimungkinkan karena sebagian besar
kehamilan gemeli yaitu 34 (97.1%). Hal ibu memiliki riwayat hipertensi
ini mengindikasikan bahwa terjadinya 57.1%.
preeklamsia pada ibu di Puskesmas 4. Faktor penyebab preeklamsia/
Kalisat Kabupaten Jember Tahun 2013 eklampsia Pada Ibu Hamil di
dimungkinkan bukan karena faktor Puskesmas Kalisat Kabupaten Jember
kehamilan Menurut Karkata, (2006). berdasarkan berat badan
Preeklampsia lebih besar kemungkinan dimungkinkan karena sebagian besar
terjadi pada kehamilan kembar. Selain ibu memiliki badan lebih yaitu 65.7%.
itu, hipertensi yang diperberat karena 5. Faktor penyebab preeklamsia/
kehamilan banyak terjadi pada eklampsia Pada Ibu Hamil di
kehamilan kembar. Dilihat dari segi Puskesmas Kalisat Kabupaten Jember
teori hiperplasentosis, kehamilan kembar berdasarkan riwayat diabetes mellitus
mempunyai resiko untuk berkembangnya sebagain besar ibu memiliki riwayat
preeklampsia. Kejadian preeklampsia diabetes mellitus yaitu 11.4%.
pada kehamilan kembar meningkat 6. Faktor penyebab preeklamsia/
menjadi 4-5 kali dibandingkan kehamilan eklampsia Pada Ibu Hamil di
tunggal. Selain itu, dilaporkan bahwa Puskesmas Kalisat Kabupaten Jember
preeklampsia akan meningkat pada berdasarkan kehamilan gemeli,
kehamilan kembar tiga dan seterusnya sebagaian besar ibu memiliki
Hal ini berbeda dengan teori yang kehamilan gemeli yaitu 2.9%.
menyebutkan kehamilan ganda (Gemelli) 7. Faktor dominan penyebab
memperlihatkan kejadian preeklampsia preeklamsia/eklampsia Pada Ibu
13% yang secara bermakna tinggi. Selain Hamil di Puskesmas Kalisat
itu wanita dengan kehamilan ganda dan Kabupaten Jember adalah berat badan
hipertensi akibat kehamilan ibu.
memperlihatkan prognosis neonatus yang
lebih buruk dari pada mereka dengan DAFTAR PUSTAKA
janin tunggal. A d r i a n s z , h a n a f i a h . 2 0 0 8 . Diagnosis
Kehamilan, dalam buku
SIMPULAN Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka
Berdasarkan pembahasan pada bab Sarwono Prawirohardjo
sebelumnya, maka hasil penelitian ini dapat Cunningham, F. G. (2006). Obstetri
disimpulkan bahwa: Williams. Jakarta: EGC.
1. Faktor penyebab preeklamsia/
eklampsia Pada Ibu Hamil di
JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 183
Gambaran Faktor Penyebab Pre Eklampsia……………..……….…………..…Nabila Istifadah, Hal. 171-184

Cunningham, A. 1995. The Science And Rossa, Amelda, 2006. Gambaran


Culture Of Nutrition 1840-1940. Karakteristik Ibu Hamil dengan Pre-
Edition Rodopi. Amsterdam. eklampsia
Dinkes Jawa Timur. 2012. Profil Dinas di RSUP H. Adam Malik Medan Periode
Kesehatan Jawa timur. Diunduh Mei 2005-Mei 2006. Diunduh dari:
dari: http://library.helvetia.ac.id/gdl.php
http://dinkes.jatimprov.go.id/userfi ?mod=browse&op=read&id=supth
le/dokumen/1380615402_PROFIL elpp--ameldaross-7
_KESEHATAN_PROVINSI_JAW Rukiyah,Aiyeyeh.dkk.2010.Asuhan
A_TIMUR_2012.pdf Kebidanan Patologi. Jakarta:Trans
Info Media
Hani, Ummi. 2010. Asuhan Kebidanan
Saifuddin, Abdul Bahri. 2008. Pelayanan
Pada Kehamilan Fisiologis.
Kesehatan Maternal Dan Neonatal.
Salemba Medika. Jakarta. Jakarta : Bina Pustaka.
Hidayat, Aimul, Aziz. 2009. Metode
Siswono. 2007. Pengaruh Nutrisi Dan
Penelitian Keperawatan dan Tekhnik
Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika. Gaya hidup. Sumber: Replubik
Sudhaberta, K. 2001. Penanganan
Huliana,Mellyna. 2001, Panduan
Preeklampsia Berat dan Eklampsia.
Menjalani Kehamilan Sehat, Jakarta
(Online) diunduh 28 Juli 2014.
: Puspa Swara. (Online) diunduh 28 Juli 2014.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Available from URL:
Kedokteran. Edisi ketiga Jilid 1. HYPERLINKwww.kalbe.co.id/files/cd
Fakultas Kedokteran UI. Jakarta. k/.../cdk_133_obstetri_dan_ginekologi
Manuaba. 2008. Buku ajar Patologi .
Obstetri Untuk Mahasiswa Setiadi. 2007. Konsep Dan Penulisan
Kebidanan. EGC; Jakarta. Riset Keperawatan. Graha Ilmu.
Manuaba, I. DKK. 2007. Pengantar Ilmu Yogyakarta
Obstetri. EGC. Jakarta. Sugiono, 2006. Metode Penelitian
Meilani, Niken dkk. 2009. Kebidanan Bisnis. Cetakan Sembilan. CV
Komunitas. Yogyakarta : Alvabeta; Bandung.
Fitramaya. Varney, H. DKK. 2007. Buku ajar
Maulana M, 2008, Cara Cerdas Asuhan Kebidanan. EGC. Jakarta.
Menghadapi Kehamilan dan Wibisono, dr. Hermawan. 2009. Solusi
Mengasuh Bayi, Yogyakarta, Sehat Seputar Kehamilan. Agro
Katahati media pustaka. Jakarta Selatan.
Mutiara, Tia. 2008. Buku Ilmu Winkjosastro, Hanifa, Saifuddin, Abdul
Pengetahuan Alam. Erlangga: Bari, Rachimhadhi, Trijatmo.
Jakarta 2007. Ilmu Kandungan. Edisi 2.
Nursalam. 2009.Konsep dan Penerapan Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Metodologi Penelitian Ilmu Sarwono Prihardjo.
Keperawatan. Pedoman Skripsi,
Tesis dan Instrumen Penelitian
Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika..
Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu
Kebidanan. YBP-SP. Jakarta.
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu
Kebidanan.Jakarta : Yayasan bina
pustaka Sarwono Prawirohardjo
Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Ilmu
Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 184


Hubungan Umur, Pendidikan, Paritas……………..……….…………..……………Herlidian Putri, Hal. 185-192

HUBUNGAN UMUR, PENDIDIKAN, PARITAS, PENYAKIT


PENYERTA TERHADAP KEJADIAN ABORTUS DI INSTALASI
RAWAT INAP KEBIDANAN RSD KALISAT JEMBER 2014

Herlidian Putri*
*Dosen Prodi D III Kebidanan STIKES dr. Soebandi Jember

ABSTRAK
Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana masa gestasi belum
mencapai usia 22 minggu dan beratnya kurang dari 500gr. Salah satu jenis abortus adalah
abortus inkomplit. jumlah pasien abortus inkomplit di RSD Kalisat januari- februari 2014 yatu
146. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan umur, pendidikan, paritas dan penyakit
penyerta dengan terjadinya abortus inkomplet di Instalasi Rawat inap kebidanan RSD Kalisat
Jember tahun 2014. Penelitian ini menggunakan pendekatan retrospektif. Sampel pada penelitian
ini adalah ibu yang mengalami abortus inkomplit yang dirawat di ruang kebidananan RSD Kalisat
Jember tahun 2014 yang tercatat di rekam medikdengan sampel sebanyak 107. Analisis
menggunakan Chi-Square. Dari analisis hubungan umur dengan abortus inkomplit didapatkan
nilai signifikansi 0,004<0,05, hubungan pendidikan dengan abortus inkomplit nilai signifikansi
0,000<0,05, hubungan paritas dengan abortus inkomplit nilai signifikansi 0,000<0,05, hubungan
penyakit penyerta dengan abortus inkomplit nilai signifikansi 0,000<0,05, sehingga terdapat
hubungan antara umur dengan abortus inkomplit, pendidikan dengan abortus inkomplit, paritas
dengan abortus inkomplit, penyakit penyerta dengan abortus inkomplit di Instalasi Rawat Inap
Kebidanan RSD Kalisat Jember 2014. Diharapkan ibu memperhatikan pentingnya status umur,
pendidikan, paritas, penyakit penyerta pada saat hamil.

Kata Kunci: umur, pendidikan, paritas, penyakit penyerta, abortus inkomplit

PENDAHULUAN 500 gram atau kehamilan kurang dari 20


Berdasarkan Survei Demografi minggu. (saifudin, 2006)
Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, rata- Di Indonesi diperkirakan sekitar 2-
rata angka kematian ibu (AKI) tercatat 2,5% juga mengalami keguguran setiap
mencapai 359 per 100 ribu kelahiran tahun. Ada beberapa faktor yang dapat
hidup. Sementara itu, laporan dari daerah menyebabkan terjadinya abortus yaitu
yang diterima Kementerian Kesehatan faktor janin, faktor ibu, faktor imunologis
menunjukkan jumlah ibu yang meninggal dan faktor ayah dimana masingmasing
karena kehamilan dan persalinan pada faktor mempunyai masalah-masalah
2013 sebanyak 5019. Sedangkan jumlah tersendiri yang dapat menyebabkan
bayi yang meninggal di Indonesia abortus. Faktor ayah tidak banyak yang
berdasarkan estiminasi SDKI 2012 diketahui dalam terjadinya abortus
mencapai 160.681 anak. (Ruslan K, spontan. Faktor janin yang dapat
2013) menyebabkan terjadinya abortus antara
Penyebab langsung kematian ibu lain perkembangan zigot yang
terkait kehamilan dan persalinan terutama abnormal.(Nugroho, 2010)
adalah perdarahan. Adapun beberapa Faktor dari ibu yang dapat
penyebab yang lain yaitu eklamsia, menyebabkan abortus adalah umur ibu,
infeksi, partus lama dan abortus. Abortus usia kehamilan, paritas, tingkat
adalah pengeluaran hasil pembuahan pendidikan, pekerjaan, status ekonomi,
(konsepsi) dengan berat badan janin < status perkawinan, riwayat abortus,
berbagai penyakit medis, kondisi

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 185


Hubungan Umur, Pendidikan, Paritas……………..……….…………..……………Herlidian Putri, Hal. 185-192

lingkungan, dan kelainan perkembangan . hubungan antara usia ibu dengan kejadian
Penyakit infeksi akut dapat menimbulkan abortus tetapi tidak didapatkan hubungan
gugurnya kehamilan hingga terjadi antara paritas dengan kejadian abortus,
abortus atau partus prematurus. Anemia pada penelitian tersebut hanya dibuktikan
yang diderita oleh ibu dapat menjadi bahwa paritas hanya sebagai faktor risiko
salah satu penyebab terjadinya abortus. saja.
Hal ini terjadi karena berkurangnya kadar Berdasarkan studi pendahuluan
hemoglobin (Hb) maka akan yang dilakukan penulis didapatkan
mempengaruhi sirkulasi jaringan pada jumlah kejadian abortus di RSD Kalisat
ibu dan bayi, dimana fungsi dari Jember yang terbanyak adalah abortus
hemoglobin adalah mengikat oksigen. inkomplit . jumlah pasien abortus
Kelainan endokrin pada ibu juga dapat inkomplit di RSD Kalisat januari-
menyebabkan abortus. Beberapa faktor februari 2014 yatu 146. Berdasarkan
yang merupakan penyebab terjadinya studi pendahuluan yang penyebab abortus
abortus adalah (Nugroho, 2010) Faktor inkomplit yang sering adalah dari faktor
usia ibu saat hamil dan jumlah kehamilan maternal, yaitu: umur, pendidikan,
(paritas) ikut berkontribusi dalam paritas, penyakit yang menyertai.
penyebab kejadian abortus. Frekuensi Berdasarkan uraian diatas maka peneliti
abortus yang secara klinis terdeteksi ingin menganalisa faktor – faktor yang
meningkat dari 12% pada wanita berusia menyebabkan terjadinya abortus
kurang dari 20 tahun menjadi 26% pada inkomplit di RSD Kalisat Jember. Tujuan
mereka yang usianya lebih dari 40 tahun, penelitian ini adalah mengetahui
abortus juga sering terjadi pada wanita hubungan umur, pendidikan, paritas dan
berusia 30 tahun. Kejadian abortus sulit penyakit penyerta dengan terjadinya
diketahui karena sebagian besar tidak abortus inkomplet di Instalasi Rawat inap
dilaporkan dan banyak dilakukan atas kebidanan RSD Kalisat Jember tahun
permintaan, keguguran spontan 2014.
diperkirakan sebesar 10%- 15%. Faktor
imunologis yang dikaitkan dengan METODE PENELITIAN
kejadian abortus adalah faktor autoimun
(imunitas terhadap tubuh sendiri) dan Penelitian ini menggunakan
faktor aloimun (imunitas terhadap orang pendekatan retrospektif. Populasi pada
lain). (Manuaba, 2003) penelitian ini adalah seluruh ibu yang
Salah satu kategori dari abortus mengalami abortus inkompletus yang
spontan adalah abortus inkompletus. dirawat di RSD Kalisat Jember bulan
Abortus inkompletus adalah keluarnya Januari – Desember 2014 sebanyak 146.
sebagian hasil konsepsi dan sebagian Sampel pada penelitian ini adalah ibu
lainnya (biasanya jaringan plasenta) yang mengalami abortus inkomplit yang
masih tertinggal di dalam rahim. dirawat di ruang kebidananan RSD
(Saifudin, 2006) Kalisat Jember tahun 2014 yang tercatat
Penelitian sebelumnya yang di rekam medik sebanyak 107 dengan
dilakukan oleh Marito Yani Panggabean proporsional random sampling.
di RS Haji Medan pada Januari 2008 – Variabel bebas dalam penelitian
April 2010 menunjukkan bahwa tidak ada ini adalah umur, pendidikan, paritas,
hubungan antara usia ibu, paritas dan penyakit penyerta, dan variabel terikat
riwayat penyakit ibu dengan kejadian adalah abortus inkomplit. Analisis data
abortus inkompletus. Namun penelitian mencangkup univariat dan bivariat
yang dilakukan oleh Firman Gustina pada Analisis data mencakup analisis
RSUD Soreang Bandung tahun 2008- univariat dan analisis bivariat. Analisis
2010 didapatkan hasil bahwa terdapat Univariat data yang diperoleh dari hasil
pengumpulan data yang dapat disajikan
JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 186
Hubungan Umur, Pendidikan, Paritas……………..……….…………..……………Herlidian Putri, Hal. 185-192

dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Primipara 1 9%


Analisis Bivariat dilakukan untuk
Jumlah 107 100%
mengetahui hubungan antara variable
independen dan dependen dengan uji Sumber : Data Sekunder 2014
statistik yang digunakan Chi square
Berdasarkan tabel 5.3 diatas
dengan derajat kemaknaan 5 % atau (0,05).
menunjukkan paritas responden dengan
kategori grande multipara sejumlah 7
HASIL PENELITIAN
orang (6,5%), kategori multipara
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden sejumlah 99 (92,5%) dan primipara
Berdasarkan umur Paritas di Instalasi Rawat sejumlah 1 orang (9%).
Inap Kebidanan RSD Kalisat Jember 2014
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi responden
Umur Jumlah Persentase Berdasarkan penyakit penyerta di Instalasi
Rawat Inap Kebidanan RSD Kalisat Jember
Beresiko 39 36,6% 2014
Tidak beresiko 68 63,6% Pendidikan Jumlah Persentase
Ada 22 20,6%
Jumlah 55 100%
Sumber : Data Sekunder 2014 Tidak ada 85 79,4%
Jumlah 107 100%
Berdasarkan tabel 5.1 diatas
Sumber : Data Sekunder 2014
menunjukkan umur responden dengan
kategori umur beresiko sejumlah 39 Berdasarkan tabel 4.4 diatas
orang (36,6%), kategori usia beresiko menunjukkan responden yang
sejumlah 68 orang (63,3%). mempunyai penyakit penyerta sejumlah
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik
22 orang (20,6%), responden tanpa
Responden Berdasarkan pendidikan di penyakit penyerta sejumlah 85 orang
Instalasi Rawat Inap Kebidanan RSD Kalisat (79,4%).
Jember 2014
Tabel 5.5 Hubungan umur dengan Kejadian
Pendidikan Jumlah Persentase abortus inkomplit di Instalasi Rawat Inap
Dasar (SD dan Kebidanan RSD Kalisat Jember 2014.
93 86,9% Obs Exp Res Chi- Df Asy
SMP)
erve ecte idua Squar mp.
Menengah (SMA) 14 13,1% Umur d N d N l e(a) Sig.
Jumlah 107 100% Beres -
53,
iko 39 14,
Sumber : Data Sekunder 2014 5
5
,00
Berdasarkan tabel 5.2 diatas tidak 7,860 1
53, 14, 4
menunjukkan pendidikan responden beres 68
5 5
iko
dengan kategori pendidikan dasar (SD
Total 107
dan SMP) sejumlah 93 orang (86,9%),
kategori pendidikan menengah (SMA)
sejumlah 14 orang (13,1%). Dari hasil uji data dengan
menggunakan analisis Chi Square 1
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi responden
sample didapatkan diperoleh nilai 7,860
Berdasarkan paritas di Instalasi Rawat Inap
Kebidanan RSD Kalisat Jember 2014 > 3,841 dan nilai signifikansi 0,004.
Pendidikan Jumlah Persentase Dengan tingkat kepercayaan 95% (α =
0,05) dan df=1. Sesuai dengan dasar
Grande multipara 7 6,5%
pengambilan keputusan penelitian
Multipara 99 92,5% hipotesis (Budiarto, 2002) bahwa

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 187


Hubungan Umur, Pendidikan, Paritas……………..……….…………..……………Herlidian Putri, Hal. 185-192

signifikansi (0,004) < 0,05 maka H1 primi 35,


1 -34,7
diterima atau H0 ditolak sehingga dapat 7
disimpulkan bahwa ada hubungan yang Total 107
signifikan antara umur dengan kejadian Dari hasil uji data dengan
abortus di Instalasi Rawat Inap menggunakan analisis Chi Square 1
Kebidanan RSD Kalisat Jember 2014. sample didapatkan diperoleh nilai
169,196 > 3,841 dan nilai signifikansi
Tabel 5.6 Hubungan pendidikan dengan 0,000. Dengan tingkat kepercayaan 95%
Kejadian abortus inkomplit di Instalasi (α = 0,05) dan df=2. Sesuai dengan dasar
Rawat Inap Kebidanan RSD Kalisat Jember
pengambilan keputusan penelitian
2014.
hipotesis (Budiarto, 2002) bahwa
As
Obs Exp Chi- ym signifikansi (0,000) < 0,05 maka H1
Pendi Resid diterima atau H0 ditolak sehingga dapat
erve ecte Squar Df p.
dikan ual disimpulkan bahwa ada hubungan yang
dN dN e(a) Sig
. signifikan antara paritas dengan kejadian
SD abortus di Instalasi Rawat Inap
53,
dan 93
5
39,5 Kebidanan RSD Kalisat Jember 2014.
SMP 58,32 ,00
1 Tabel 5.8 Hubungan penyakit penyerta
SMA 53, 7 0
14 -39,5 dengan Kejadian abortus inkomplit di
5
Total 107 Instalasi Rawat Inap Kebidanan RSD Kalisat
Jember 2014.
Dari hasil uji data dengan Peny
Chi- Asy
menggunakan analisis Chi Square 1 akit Obs Exp Res
Squar Df mp.
Peny erve ecte idua
sample didapatkan diperoleh nilai 58,327 e(a) Sig.
erta d N d N l
> 3,841 dan nilai signifikansi 0,000.
Ada -
Dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 22
53,
31,
0,05) dan df=1. Sesuai dengan dasar 5
5 37,09
pengambilan keputusan penelitian 1 ,000
tidak 53, 31, 3
hipotesis (Budiarto, 2002) bahwa 85
ada 5 5
signifikansi (0,000) < 0,05 maka H1 Total 107
diterima atau H0 ditolak sehingga dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara pendidikan dengan Dari hasil uji data dengan
kejadian abortus di Instalasi Rawat Inap menggunakan analisis Chi Square 1
Kebidanan RSD Kalisat Jember 2014. sample didapatkan diperoleh nilai 37,093
Hasil penelitian hubungan paritas > 3,841 dan nilai signifikansi 0,000.
dengan Kejadian abortus inkomplit di Dengan tingkat kepercayaan 95% (α =
Instalasi Rawat Inap Kebidanan RSD 0,05) dan df=1. Sesuai dengan dasar
Kalisat Jember 2014. pengambilan keputusan penelitian
hipotesis (Budiarto, 2002) bahwa
Tabel 5.7 Hubungan paritas dengan Kejadian signifikansi (0,000) < 0,05 maka H1
abortus inkomplit di Instalasi Rawat Inap diterima atau H0 ditolak sehingga dapat
Kebidanan RSD Kalisat Jember 2014. disimpulkan bahwa ada hubungan yang
Obs Exp Chi- Asy signifikan antara penyakit penyerta
erve ecte Resid Squar Df mp.
dengan kejadian abortus di Instalasi
Paritas d N d N ual e(a) Sig.
Rawat Inap Kebidanan RSD Kalisat
grande 35,
7 -28,7 Jember 2014.
7 169,1 ,00
2
multi 35, 96 0
99 63,3 PEMBAHASAN
7

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 188


Hubungan Umur, Pendidikan, Paritas……………..……….…………..……………Herlidian Putri, Hal. 185-192

6.1 Hubungan umur dengan Kejadian Usia ibu sangat mempengaruhi


abortus inkomplit di Instalasi kesiapan ibu dalam menyiapkan
Rawat Inap Kebidanan RSD kehamilan juga persalinan karena ibu
Kalisat Jember 2014. perlu kesiapan fisik dan mental. Bila fisik
Usia dibawah 16 tahun bukan juga mental telah siap, resiko terhadap
masa yang baik untuk hamil karena masalah juga komplikasi dapat dihindari.
organ-organ reproduksi belum sempurna, Maka untuk setiap wanita bila ingin
hal ini tentu akan menyulitkan proses hamil harus bisa mempertimbangkan
kehamilan dan persalinan. Hal ini kapan waktu yang baik bagi seorang
disebabkan karena pada usia kurang 16 wanita itu perlu hamil dan melahirkan.
tahun belum matangnya alat reproduksi Penelitian ini juga sejalan dengan teori
untuk hamil sehingga dapat merugikan yang disebutkan oleh Cuningham
kesehatan, namun pre eklampsia- (951:2006) tentang hubungan usia
eklampsia sering terjadi pada usia lebih dengan kejadian abortus pada ibu,
dari 35 tahun dimana fungsi organ dimana resiko terjadi abortus spontan
reproduksi sudah mulai menurun menurut (Warburton dan
(Sarwono, 2003), dikatakan juga oleh Fraser,1964;Wilson dkk,1986), lebih
Wahyudi (2000) saat terbaik bagi seorang sering dengan umur ibu yang tergolong
perempuan untuk hamil adalah saat beresiko. Oleh karena itu secara teoritis
berusia 20-35 tahun, sel telur telah umur ibu mempengaruhi proses
diproduksi sejak lahir namun baru terjadi kehamilan bahkan berpengaruh pada
ovulasi ketika masa pubertas. Sel telur kehamilan yang beresiko, terutama
yang berhasil keluar hanya satu setiap adanya kemungkinan terjadi abortus.
bulan, ini menunjukkan adanya unsur
seleksi yang terjadi sehingga diasumsikan 6.2 Hubungan pendidikan dengan
sel telur yang berhasil keluar adalah sel Kejadian abortus inkomplit di
telur yang unggul. Oleh karena itu Instalasi Rawat Inap Kebidanan
semakin lanjut usia maka kualitas sel RSD Kalisat Jember 2014.
telur sudah berkurang hingga berakibat Hasil penelitian ini sejalan dengan
juga menurunnya kualitas keturunan yang penelitian yang dilakukan oleh Saifudin,
dihasilkan, sementara usia dibawah 20 dkk (2002) bahwa semakin tinggi tingkat
tahun bukan masa yang baik untuk hamil pendidikan makin rendah kejadian
karena organ-organ reproduksi belum abortus, yaitu tertinggi pada golongan
sempurna yang tentu akan menyulitkan berpendidikan SMA, secara teoritis
proses kehamilan dan persalinan. diharapkan wanita yang berpendidikan
Sedangkan kehamilan pada usia lebih tinggi cenderung lebih
diatas 35 tahun mempunyai resiko untuk memperhatikan kesehatan diri dan
mengalami komplikasi dalam kehamilan keluarganya.
dan persalinan antara lain perdarahan Martadisoebrata dan Wahyuni
yang dapat mengarah pada terjadinya (2012) menyatakan bahwa pendidikan
abortus, pre eklampsia, ketuban pecah sangat dibutuhkan untuk pengembanan
dini, hipertensi dalam kehamilan, distosia diri dan meningkatkan kematangan
dan partus lama. Hipertensi pada intelektual seseorang. Kematangan
kehamilan paling sering mengenai wanita intelektual akan berpengaruh pada
yang lebih tua, yaitu dengan wawasan dan cara berfikir baik dalam
bertambahnya usia menunjukkan tindakan dan pengambilan keputusan
peningkatan insiden hipertensi kronis maupun dalam membuat kebijaksanaan
mengahadapi resiko yang lebih besar dalam menggunakan pelayanan kesehatan
untuk menderita hipertensi sehingga meeka tidak mengenal bahaya
(Manuaba,2003). yang mungkin terjadi, meskipun sarana

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 189


Hubungan Umur, Pendidikan, Paritas……………..……….…………..……………Herlidian Putri, Hal. 185-192

kesehatan telah tersedia namun belum merupakan paritas paling aman ditinjau
tentu mereka mau menggunakannya. dari sudut kematian maternal dan
Selain itu pernyataan tersebut neonatal. Sedangkan paritas 1 dan >4
sesuai dengan pernyataan yang merupakan paritas yang memerlukan
dikemukakan Notoatmodjo (1993), yaitu suatu pengawasan kehamilan dan proses
tingkat pendidikan akan mempengaruhi persalinan yang memadai. Sesuai dengan
seseorang dalam bertingkah laku hidup pernyataan berdasarkan karakteristik
sehat, semakin tinggi tingkat pendidikan untuk ibu paritas yang tinggi juga
maka akan semakin baik dalam kemungkinan mempunyai riwayat
bertingkah laku hidup sehat, tetapi obstetri, seperti riwayat persalinan <
sebaliknya semakin rendah tingkat bulan, riwayat abortus atau primi tua.
pendidikan seseorang maka akan semakin Paritas tinggi kemungkinan yang lebih
kurang baik dalam bertingkah laku hidup besar terjadi gangguan involusi karena
sehat.Hal ini sesuai dengan hasil kontraksi uterus yang kurang maksimal.
penelitian bahwa responden yang Riwayat obstetri ini dapat meningkatkan
mengalami abortus tingkat pendidikannya angka kematian dan morbiditas ibu dan
yang pling banyak adalah pendidikan bayi (Rachmat, 2009).
dasar yaitu SD dan SMP. Hal ini sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Cunningham et al
6.3 Hubungan paritas dengan (2009), bahwa resiko abortus semakin
Kejadian abortus inkomplit di meningkat dengan bertambahnya paritas.
Instalasi Rawat Inap Kebidanan Pada kehamilan, rahim ibu akan teregang
RSD Kalisat Jember 2014. oleh adanya janin dan bila terlalu sering
Paritas tinggi atau melahirkan, rahim akan semakin lemah
grandemultipara mempunyai komplikasi sehingga rentan dan beresiko untuk
persalinan yang tinggi, karena semakin terjadinya keguguran. Bila ibu telah
sering wanita mengalami persalinan, melahirkan 4 orang anak atau lebih, maka
terjadi penurunan fungsi reproduksi otot- harus waspada adanya gangguan
otot uterus lebih regang sehingga kehamilan, persalinan dan nifas. Pada
kontraksi uterus menjadi lemah dan penelitian lain yang dilakukan oleh
vaskularisasi akan berkurang atau terjadi Lukitasari (2010) di RS H.M Ryacudu
perubahan atrofi pada desidua akibat Kotabumi Lampun Utara menunjukkan
yang lalu sehingga akan merugikan adanya hubungan signifikan antara
kesehatan ibu dan perkembangan janin, frekuensi prsalinan dengan kejadian
lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian abortus.
maternal, resiko pada paritas tinggi dapat
dikurangi atau dicegah dengan keluarga 6.4 Hubungan penyakit penyerta
berencana. Sebagian kehamilan dapat dengan Kejadian abortus
dicegah dengan keluarga berencana. inkomplit di Instalasi Rawat Inap
Sebagian kehamilan pada paritas tinggi Kebidanan RSD Kalisat Jember
adalah tidak direncanakan. 2014.
(Wiknjosastro, 2002). Saat ibu sedang hamil kebutuhan
Berdasarkan paritas institute of akan oksigen dan zat-zat makananakan
medicine (1990) menyatakan bahwa ibu- bertambah, karena itu merupakan
ibu dengan paritas tinggi (melahirkan keperluan untuk janinnya yang harus
lebih dari 3x) cenderung mengalami dipenuhi melalui darah ibu. Status
komplikasi dalam kehamilan yang kesehatan ibu sebelum/ pada saat hamil
akhirnya berpengaruh pada hasil berpengaruh besar terhadap kemampuan
persalinan terutama juga pada nulipara ibu dalam menghadapi komplikasi. Status
yang berumur belasan tahun. Paritas 2-3 kesehatan meliputi: status gizi, penyakit

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 190


Hubungan Umur, Pendidikan, Paritas……………..……….…………..……………Herlidian Putri, Hal. 185-192

infeksi, penyakit menahun. Ada beberapa Universitas Negeri Semarang


faktor penyakit yang dapat tahun 2008
mempengaruhi terjadinya abortus yaitu: Lukitasari, Eli. 2010. Skripsi Kejadian
anemia, asma, gagal jantung, diabetus Abortus Inkomplit yang Berkaitan
militus, infeksi, status gizi. Pada hasil Faktor Resiko Pada Ibu Hamil di
penelitian didapatkan penyakit penyerta RSU H.M Ryacudu Kotabumi
yang terbanyak adalah anemia sebanyak Kabupaten Lampung Utara.
18 orang, anemia pada kehamilan adalah Jakarta. Perpus UI
karena kekurangan zat besi untuk Mansjoer,Arif,dkk. 2000. Kapita Selekta
meningkatkan untuk meningkatkan Kedokteran Edisi ketiga, jilid I,
jumlah sel darah merah dan untuk hlm: 260 FKUI Jakarta: Media
membentuk sel darah merah janin dan Aesculapius
plasenta. Anemia defisiensi merupakan Manuaba, Ida bagus Gde dkk. (2004).
keadaan yang sering dijumpai pada Gawat Darurat Obstetri
kehamilan. (irwan 2008). Anemia dapat Ginekologi. Jakarta : EGC
menyebabkan abortus, hal ini didukung Manuaba, Ida bagus Gde dkk. (2003).
dengan hasil penelitian bahwa penyakit Gawat Darurat Obstetri
penyerta tertinggi adalah anemia Ginekologi. Jakarta : EGC
disamping masih ada penyakit penyerta Martadisoebrata. Bunga Rampai Obstetri
yang lain yaitu hipertensi, jantung, dan dan Ginekologi Sosial. Edisi
TB. Pertama. Jakarta; Yayasan Bina
Pustaka Prawirohardjo: 2015.
DAFTAR PUSTAKA ISBN 9798150198
Arikunto. Prosedur Penelitian. Jakarta: Notoatmojo, Soekijo. (2002). Metodologi
Rineka Cipta; 2005. Penilitian Kesehatan. Jakarta :
Azwar. Reliabilitas dan Validitas. Rineka Cipta
Yogyakarta: Pustaka Pelajar; Nugroho, Taufan. 2010. Kesehatan
2000. Wanita, Gender dan
Budiarto, Eko. 2002. Biostatistik Untuk Permasahannya. Yogyakarta:
Kedokteran dan Kesehatan Nuha Medika
Masyarakat. Dalam: Arlinda Sari Nursalam. Konsep dan Penerapan
Wahyuna. 2007. Statistika Metodologi Penelitian Ilmu
Kedokteran Keperawatan. Surabaya: Salemba
Cunningham dkk. (2005). Obstetri Medika; 2003.
William. Jakarta:EGC Prawiroharjo, Sarwono. (2007). Ilmu
Depkes RI. 2004. Asuhan Persalinan Kebidanan. Jakarta : YBPSP
Normal. Jakarta Rahmat. 2007. Komplikasi Kehamilan
Derek Liewollyn dan Jones. 2002. Dasar- Resiko Tinggi (high risk). http://
dasar obstetri dan Ginekologi. www.info-wikipedia.co.id.
Jakarta. Hipokrates Diakses tanggal 4 maret 2010
Hartanto. 2003. Keluarga Berencana dan Rozikin. 2007. Abortus Inkomplit.
Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Jevuska Academia Edu
Sinar Harapan Sastroasmoro. Dasar- dasar Metodologi
Irwan Budiono. 2008. Prevalensi dan Penelitian Klinis. Jakarta: CV
Determinan Kejadian Anemia Sagung Setu 2006.
pada Ibu Hamil. Studi Pada Setiawan. Metodologi Penelitian
Keluarga Nelayan di Mangkang Kebidanan D III, D IV, S1, dan
Semarang. Laporan Penelitian S2. Nuha Medika. Yogyakarta:
Dosen Muda DP2M Dikti Nuha Medika; 2010.

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 191


Hubungan Umur, Pendidikan, Paritas……………..……….…………..……………Herlidian Putri, Hal. 185-192

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif


Kualitatif. Bandung: Alfabeta;
2008.
Sugiyono. Statistik Untuk Penelitian.
Bandung: Alfabeta; 2006.
Sujiyatini, dkk. 2009. Asuhan Patologi
Kebidanan. Jakarta: Nuha Medika
Suyanto. Riset Kebidanan Metodologi
dan Aplikasi. Bandar Lampung:
Mitra Cendekia; 2008.
Wiknjosastro, Hanifa. 2002. Ilmu
Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 192


PANDUAN UNTUK MENULIS NASKAH

Jurnal hanya menerima naskah asli yang belum diterbitkan di dalam maupun di luar negeri.
Naskah dapat berupa hasil penelitian, konsep-konsep pemikiran inovatif hasil tinjauan pustaka
yang bermanfaat untuk menunjang kemajuan ilmu, pendidikan dan praktik ilmu kesehatran secara
profesional. Naskah ditulis dalam bahasa indonesia atau bahasa inggris dalam bentuk narasi dengan
gaya bahasa yang efekfif dan akademis. Naskah hasil penelitian hendaknya disusun menurut
sistematika sebagai berikut :
1. Judul, menggambarkan isi pokok tulisan secara ringkas dan jelas, ditulis dalam bahasa
indonesia dan bahasa inggris. Penulis diharapkan mencantumkan judul ringkas dengan
susunan 40 karakter/ketukan beserta nama penulis utama yang akan dituliskan sebagai
judul pelari (running title).
2. Nama penulis, tanpa gelar disertai catatan kaki tentang instansi tempat penulis bekerja.
Jumlah penulis yang tertera dalam artikel minimal 2 orang, maksimal 4 orang.
3. Alamat, berupa instansi tempat penulis bekerja dilengkapi dengan alamat pos lengkap
dan alamat email (untuk penulis korespondensi)
4. Abstrak, ditulis dalam bahasa inggris, minimal 100 kata dan merupakan intisari seluruh
tulisan, meliputi : masalah, tujuan, metode, hasil dan simpulan (IMRAD: introduction,
mMethod, Result, Analysis, Discussion). An=bstrak ditulis dengankalimat penuh.
Dibawah abstrak disertakan 3-5 kata-kata kunci (key words).
5. Pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah serta tujuan
penelitian dan harapan untuk waktu yang akan datang. Panjang tidak akan lebih dari 2
halaman ketik.
6. Bahan dan metode, berisi penjelasan tentang bahan-bahan dan alat yang digunakan,
waktu, tempat, tehnik dan rancangan percobaan. Metode harus dijelaskan selengkap
mungkin agar peneliti lain dapat melakukan uji coba ulang. Acuan (kepustakaan)
diberikan pada metode yang kurang jelas.
7. Hasil, dikemukakan dengan jelas dalam bentuk narasi dan data yang dimasukkan
berkaitan dengan tujuan penelitian, bila perlu disertai dengan ilustrasi (lukisan,
gambar, grafik, diagram), tabel atau foto yang mendukung data, sederhana dan tidak
terlalu besar. Hasil yang telah dijelaskan dengan tabel atau ilustrasi tidak perlu
dijelaskan panjang lebar dalam teks.
8. Pembahasan, minimal 800 kata yang menerangkan arti hasil penelitian yang meliputi :
fakta, teori, dan opini.
9. Simpulan, berupa kesimpulan hasil penelitian dalam bentuk narasi yang mengacu pada
tujuan penelitian.
10. Kepustakaan, referensi yang ditulis dalam teks harus diikuti nama penulis dan tahun
penerbitan. Referensi yang digunakan 80% diantaranya diantaranya adalah artikel-
artikel ilmiah yang berasal dari jurnal. Kepustakaan disusun menurut Harvard System
sebagai berikut :
1. Jurnal : Nursalam, Haryanto, & I Ketut Dira, 2006, “The Effect Of Kegel
Management Of Urine Elimination Problems For Elderly”. Folia Medika
Indonesiana, Vol. 42 No. 2 Hal. : 102-106
2. Buku : Smelzer & Suzane C, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner And Suddart. Edisi 8. EGC; Jakarta
3. Tesis/desertasi : Yuwanto. Mahmud Ady, 2009. Pengaruh Masasse Plexus
Sacralis Terhadap Penurunan Tingkat Nyeri Pasien Posr Partum Normal Di

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 193


Ruang Nifas RSD dr. Soebandi Jember. Skripsi tidak diterbitkan. Jember:
Universitas Jember
4. Website : snowdon, CT, 1997. Significance Of Animal Behaviour Research,
http://www.csun.edu/~vcpsy00h/valueofa.htm., Diakses tanggal 15 desemder
2009, Jam 18.30 WIB
11. Persamaan matematis, dikemukakan dengan jelas. Angka desimal ditandai dengan
koma untuk bahasa indonesia dan titik untuk bahasa inggris.
12. Tabel, diberi nomor dan diacu berurutan dalam teks, judul harap dijelaskan pada
catatan kaki. Garis-garis vertikal maupun horisontal dalam tabel dibuat seminimal
mungkin untuk memudahkan penglihatan (tanpa garis bantu).
13. Ilustrasi, dapat berupoa lukisan, gambar, grafik, atau diagram diberi nomor dan diacu
berurutan pada teks. Keterangan diberikan dengan singkat dan jelas dibawah ilustrasi
(tidak didalam ilustrasinya). Pada ilustrasi atau foto dibuat tanpa menggunakan border.
14. Foto hitam putih/berwarna, harus kontras, tajam, jelas dan sebaiknya diambil dalam
format JPEG, atau format digitl lain yang bisa diedit.

Naskah yang dikirim ke redaksi hendaknya diketik dalam CD, disertai cetakan sebanyak 2
eksemplar pada kertas HVS dengan program microsoft office word, ukuran A4 (210x279 mm)
dengan jarak 1 spasi, font 12 pts, jenis huruf Times New Roman, panjang tulisan berkisar antara
15-20 halaman (1 kolom) atau 5-8 halaman (2 kolom), batas kertas 3 cm dari tepi kiri, 2,5 cm dari
tepi bawah, kanan dan atas. Pengiriman file juga dapat dilakukan sebagai attachment e-mail ke
alamat : jurnalsoebandi@gmail.com.
Naskah akan diedit oleh dewan redaksi tanpa mengubah isinya unttuk disesuaikan dengan
format penulisan yang telah ditetapkan oleh Jurnal dr. Soebandi. Naskah yang telah diterima
beserta semua ilustrasi yang menyertainya menjadi milik sah penerbit. Semua data, pendapat atau
pertanyaan yang terdapat pada naskah merupakan tanggung jawab dari penulis. Penerbit, dewan
redaksi dan seluruh staf Jurnal dr. Soebandi tidak bertanggung jawab atau tidak bersedia menerima
kesulitan maupun masalah apapun sehubungan dengan plagiatisme, konsekuensi dari
ketidakakuratan, kesalahan data, pendapat maupun pertanyaan tersebut.

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 194


Contoh outline artikel (2 kolom) sebagai berikut
JUDUL
Nama Pengarang/Peneliti
Alamat Pengarang/Peneliti
ABSTRACT
Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxx

PENDAHULUAN PEMBAHASAN
Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxx xxxxxxxxxxxxx

BAHAN DAN METODE KESIMPULAN


Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxx xxxxxxxxxxxxxx

HASIL KEPUSTAKAAN
Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxx (lihat tabel 1.1)

Tabel 1.1 xxxxxxxxxxxxxxxxx

No. Pengetahuan Sikap Tindakan


Resp (%) (%) (%)
1 25 30 45
2 40 25 70
dst
Total

Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xx (lihat gambar 1.1)
Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxx
Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxx

Gambar 1.1 xxxxxxx

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 195

Anda mungkin juga menyukai