Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
I. Tujuan Percobaan
1. Membuktikan adanya komponen sel-sel epitel, butir lemak, leukosit
dan bakteri dalam saliva serta membandingkannya dengan literatur.
2. Mengamati kerja enzim yang terkandung dalam saliva.
3. mengetahui kandungan karbohidrat pada suatu bahan pangan secara
kualitatif.
4. mengetahui penatapan karbohidrat dengan metode uji iodin.
5. Mengamati proses pemecahan protein dengan uji biuret
6. Menentukan kondisi optimum pencernaan protein oleh pepsin
7. Menggambarkan Peranan Empedu Dalam Pencernaan
8. Mengetahui peranan pankreatin dalam mencerna albumin dalam putih
telur dan albumin yang ada di serum darah
II. Alat dan Bahan
Alat: 12. Pipet tetes
1. Tabung reaksi merk 13. Batang pengaduk
14. Plat tetes
Pyrex 6 buah
15. Gelas ukur 10mL
2. Spatel 1 buah
Bahan:
3. Pipet tetes 3 buah
4. pH meter 1. Putih telur
5. wadah inkubasi 1 2. Pepsin 5%
buah 3. HCl 0,4%
6. Inkubator 4. Larutan biuret
7. Gelas piala merk 5. Na2CO3 0,5%
Pyrex 50ml 1 buah 6. Aquadest
8. Plat tetes 1 buah
9. Gelas ukur 1 buah
10. Gelas kimia 100mL
11. Tabung reaksi (8
buah)
page. 1
ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA
page. 2
ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA
page. 3
ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA
Setelah itu, diamati warna pada plat tetes tersebut. Lalu tabung 1
dan tabung 2 dicampurkan dan diinkubasi kembali selama 15-20
menit. Lalu di teteskan pada plat tetes larutan tersebut sebanyak 2
tetes dan di tambahkan larutan biuret sebanyak 2 tetes lalu diamati
warna larutan yang di hasilkan.
4. Pencernaan Kimiawi di Usus Halus
a. Percobaan Untuk Membandingkan Kecepatan Pencernaan
Albumin dan Serum Darah
2 buah vial disiapkan, masukan larutan pankreatin sebanyak 3
ml dan sedikit putih telur kedalam tabung piala 1, kemudian
kedalam tabung piala 2 masukan larutan pankreatin sebanyak 3 ml
dan 2 tetes serum darah kemudia kedua tabung tersebut di inkubasi
kedalam inkubator dengan suhu 370c, setelah 15 menit ambil
beberapa tetes larutan dari tabung piala 1 dan tabung piala 2
kedalam plat tetes untuk di amati perubahan warna dengan uji biuret
menggunakan larutan biuret beberapa tetes, kembali dimasukan
kedalam inkubator selang 15 menit sampai menit ke 90, catat hasil
yang diperoleh dalam bentuk tabel.
b. Kerja garam empedu terhadap pencernaan lemak
2 tabung reaksi disiapkan, isi tabung reaksi 1 dengan 3 ml dan 1
tetes minyak sayur yang diberi pewarna (sudan), pada tabung reaksi
2 isi dengan 1,5 ml air dan 1,5 ml garam empedu 5% kemudian
kedua tabung reaksi tersebut dikocok dan biarkan selama 5 – 10
menit, amati dan bandingkan pada tabung mana minyak terdispersi
atau teremulsi.
page. 4
ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA
2. XXX
3. Pencernaan Protein di Lambung
a. Proses pencernaan protein secara in vitro
Berat putih telur : 1213,4 mg
Penambahan pepsin : 2 ml
Penambahan HCl : 4 tetes
page. 5
ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA
pH larutan :2
warna larutan sebelum di uji biuret : warna larutan setelah di uji biuret : pink
bening muda
page. 6
ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA
c. Tabung 3 : ungu
f. Tabung 6 : ungu sangat pekat
page. 7
ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA
page. 8
ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA
+ Hampir tidak
berwarna
page. 9
ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA
V. Pembahasan
1. Pemeriksaan komponen saliva
Saliva merupakan hasil sekret kelenjar yang penting bagi tubuh. Saliva
terdiri dari 99,5 % H2O serta 0,5 % protein, glikoprotein dan elektrolit.
Protein yang terpenting dari saliva yaitu amilase, mukus, dan lisozim yang
berperan penting dalam fungsi saliva.. Selain itu, saliva juga berfungsi
untuk menjaga higiene mulut karena mampu membersihkan residu-
residu makanan dalam mulut karena berfungsi sebagai penyangga bikarbo
nat yang berfungsi untuk menetralkan asam dalam makanan serta asam
yang dihasilkan oleh bakteri di mulut sehingga membantu mencegah karies
(Sherwood,2001).
Saliva terdiri dari tiga kelenjar utama yang terdiri dari kelenjar parotis
, kelenjar submandibular, dan kelenjar sublingual serta kelenjar-
kelenjar tambahan yang terdiri dari kelenjar palatinal, kelenjar bukal,
kelenjar labialis, kelenjar lingualis, dan kelenjar glossopalatinal.Setiap
kelenjar memiliki hasil sekret yang berbeda-beda. kelenjar parotis dan
submandibular menghasilkan sekresi yang bersifat serous (encer), kelenjar
lingualis menghasilkan sekret yang mukus, serta kelenjar-kelenjar minor
sebagian besar menghasilkan sekret yang mukus. Hal ini berkaitan dengan
viskositas atau kekentalan dari saliva. Viskositas ini
dipengaruhi oleh faktor pengunyahan dan jenis makanan. Selain
viskositas, pH juga sangat dipengaruhi oleh pengunyahan dan jenis makan
an(Sherwood,2001)
Dari hasil yang kami peroleh pada percobaan ini terdapat butir butir lemak,
sel epitel, dan leukosit sementara bakteri tidak dapat teramati karena pada
page. 10
ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA
saat proses pengamatan, pengamat tidak melihat dengan teliti, bakteri tidak
bisa teramati oleh metilen blue dikarenakan pemilik saliva membersihkan
mulutnya terlebih dahulu sehingga bakteri mati dan hanya terdapat sedikit
pada saliva, namun walaupun sedikit bakteri tetap tidak bisa diamati oleh
pengamat, saliva pengamat dalam kategori normal karena jumlah bakteri
tidak terlalu banyak.
page. 11
ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA
page. 12
ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA
sebagai hasil dari reaksi yang positif akan menghilang. (Page, 1989 :
237)
Saliva mengandung amilase dan lipase. Amilase salivarius
mampu menghidrolisis pati dan glikogen menjadi maltosa. Hasil
hidrolisis enzimatiknya berupa sakarida yang sederhana dan dekstrin,
tergantung dari tingkat hidrolisis amilum maka dekstrin yang terbentuk
memiliki berat molekul yang berbeda-beda. Makin lama dekstrin yang
terbentuk, makin kecil pula berat molekulnya. Dekstin merupakan
senyawa awal yang akan diproses lebih lanjut oleh amilase menjadi
senyawa-senyawa disakarida. Pada suhu optimum amilase dapat
menjalankan fungsinya mengubah amilum menjadi maltosa. Pada saat
senyawa-senyawa dekstrin telah diubah seluruhnya menjadi senyawa
disakarida, penambahan iodium akan menghasilkan larutan menjadi
tidak berwarna atau jernih. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh
senyawa dekstrin yang berwarna merah telah diubah seluruhnya oleh
amilase. Saat dimana seluruh amilum dipecah menjadi akromodekstrin
disebut dengan titik akromik. Warna jernih dapat terbentuk disebabkan
amilum yang berikatan dengan iod sehingga warna ungu telah
mengalami proses hidrolisis menjadi maltosa dan dekstrin yang tidak
menimbulkan warna apabila berada dalam larutan iodium. Jika saliva
tidak dapat mencapai titik akromatik itu terjadi karena enzim amilase
mengalami denaturasi pada suasana basa sehingga enzim amilase tidak
dapat menghidrolisis pati. Kelenjar saliva yang utama adalah kelenjar
parotis, sub mandibularis dan sublingualis, selain itu juga ada beberapa
kelenjar bukalis yang kecil.
Kandungan enzim amilase pada saliva dapat menjadi rendah
akibat amilase banyak dikeluarkan untuk mencerna makanan sebelum
diuji pada saat praktikum dan pH makanan yang dimakan membuat
page. 13
ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA
page. 14
ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA
page. 15
ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA
page. 16
ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA
page. 17
ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA
sendiri, pepsin harus disimpan pada suhu yang sangat rendah yang
berkisar antara -80 ° C dan -20 ° C.
Pepsin menghidrolisis ikatan peptida protein, memecah mereka
ke fragmen polipeptida kecil. Hal ini aktif dalam kondisi yang asam
yang disediakan oleh adanya asam lambung dalam perut. pH rendah
perut disebabkan oleh sekresi HCl oleh kelenjar lambung.
Keasaman lambung yang kuat mendenaturasi protein dari
makanan yang dicerna, sehingga meningkatkan pemaparan dari ikatan
peptida dari protein. Pepsin bekerja paling baik pada keasaman asam
lambung yang normal, yang memiliki pH yang berkisar antara 1,5 dan
2,5.
Impuls dari saraf vagus, serta sekresi gastrin dan hormon
sekretin merangsang pelepasan pepsinogen ke dalam lambung, di mana
ia dicampur dengan asam klorida dan cepat diubah menjadi enzim
pepsin. Harus dicatat bahwa pepsin hanya terlibat dalam degradasi
parsial protein. Situs utama pencernaan protein adalah usus, dimana
tripsin, kimotripsin (disekresi oleh pankreas), dan lain-lain bekerja pada
pencernaan protein, dengan demikian memecah mereka menjadi
peptida, yang pada gilirannya diubah menjadi asam
amino.(Ganong,2003)
Mekanisme Kerja Pepsin dan Faktor yang
Mempengaruhinya
Enzim mengkatalisis reaksi untuk membuat mereka terjadi lebih
cepat, Protease ialah enzim-enzim yang mendegradasi protein. Pepsin
ialah protease pencernaan yang memulai degradasi protein dalam
lambung. Seiring dengan kimotripsin dan tripsin dalam usus halus, akan
merusak protein dicerna sebagai makanan. Semua enzim ini memiliki
persyratan khusus untuk target mereka dan hanya akan menyerang
page. 18
ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA
page. 19
ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA
page. 20
ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA
3) Konsentrasi Substrat
Jelas saja konsentrasi substrat yang lebih tinggi berarti
lebih banyak jumlah molekul substrat yang terlibat dengan
aktivitas enzim. Sedangkan konsentrasi substrat yang rendah
berarti lebih sedikit jumlah molekul substrat yang dapat
melekat pada enzim, menyebabkan berkurangnya aktivitas
enzim.
Tapi ketika laju enzimatik sudah mencapai maksimum
dan enzim sudah dalam kondisi paling aktif, peningkatan
konsentrasi substrat tidak akan memberikan perbedaan
dalam aktivitas enzim. Dalam kondisi seperti ini, di sisi aktif
semua enzim terus terdapat substrat, sehingga tidak ada
tempat untuk substrat ekstra.
4) Konsentrasi Enzim
Semakin besar konsentrasi enzim maka kecepatan reaksi
akan semakin cepat pula. Konsentrasi enzim berbanding
lurus dengan kecepatan reaksi, tentunya selama masih ada
substrat yang perlu diubah menjadi produk.
5) Aktivator & Inhibitor
page. 21
ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA
page. 22
ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA
Cu2+ Cu+)
page. 23
ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA
page. 24
ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA
page. 25
ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA
dan warna yang dihasilkan adalah biru yang menandakan pepsin telah
diaktifasi oleh HCl dan protein telah rusak.
Dilihat dari hasil uji biuret campuran tabung 1 dan 2, serta
tabung 3 yang berbeda adalah ukuran pHnya. pH larutan di tabung 3
dijaga sedangkan pH di larutan campuran tabung 1 dan 2 tidak. Tetapi
yang berhasil memecah protein adalah pada tabung dengan isi
campuran tabung 1 dan tabung 2 karena warna yang dihasilkan dari
hasil uji adalah biru.
Pada usus dua belas jari bermuara saluran getah pankreas dan
saluran empedu. Pankreas menghasilkan getah pankreas yang
mengandung enzim-enzim sebagai berikut :
page. 26
ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA
page. 27
ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA
page. 28
ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA
Proteosa
& Pepton
e. proteolitik
e. proteolitik
Dipeptida
Pankreas
absorpsi
e. proteolitik
Pengertian Albumin
Albumin merupakan protein monomer yang larut dalam air atau garam dan
mengalami koagulasi saat terpapar panas. Substansi yang mengandung albumin,
seperti putih telur, disebut albuminoid. Pada manusia, albumin diproduksi oleh
retikulum endoplasma di dalam hati dalam bentuk proalbumin, kemudian diiris
oleh badan Golgi untuk disekresi memenuhi sekitar 60%. Pada praktikum kali ini
digunakan putih telur dan serum darah sebagai albumin untuk percobaan uji.
Fungsi dari Albumin
page. 29
ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA
page. 30
ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA
Pankreatin
Larutan pankreatin digunakan untuk mengubah protein menjadi pepton
atau untuk mengeluarkan enzim-enzim protein, protein di usus dicerna menjadi
pepton, maka pepton akan diuraikan oleh enzim tripsin, kimotripsin, dan
erepsin menjadi asam amino. (Syaifuddin, 2006)
Biuret
page. 31
ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA
larutan kedalam plat tetes lalu di tambah kan larutan biuret hasil pengamatan
tabung A dan tabung B satu tingkat lebih pekat di banding 15 menit pertama
warna dari A ungu kecoklatan sedangkan B warna larutan lebih keruh dari 15
menit pertama setelah diamati dan di uji biuret masukan kembali ke dalam
inkubator, setelah selang 15 menit berikut nya atau menit ke 45 diambil tabung
A dan tabung B dipipet larutan kedalam plat tetes lalu di tambah kan larutan
biuret hasil pengamatan tabung A dan tabung B satu tingkat lebih pekat di
banding pada menit ke 30 warna dari A ungu kecoklatan sedangkan B warna
larutan lebih keruh dari pada menit ke 30 setelah diamati dan di uji biuret
masukan kembali ke dalam inkubator, setelah selang 15 menit berikut nya atau
menit ke 60 diambil tabung A dan tabung B dipipet larutan kedalam plat tetes
lalu di tambah kan larutan biuret hasil pengamatan tabung A dan tabung B
mencapai warna paling pekat dibanding pengujian menit menit sebelumnya,
kemudian setelah diamati dan di uji biuret masukan kembali ke dalam
inkubator, setelah selang 15 menit berikut nya atau menit ke 75 diambil tabung
A dan tabung B dipipet larutan kedalam plat tetes lalu di tambah kan larutan
biuret hasil pengamatan tabung A dan tabung B menurun kepekatan atau
menjadi warna seperti pada menit ke 30 dimana tabung A berwarna keunguan
dan tabung B tidak berwarna namun sedikit keruh, kemudian setelah diamati
dan di uji biuret masukan kembali ke dalam inkubator, selang 15 menit
berikutnya atau pada menit terakhir pengamatan yaitu pada menit ke 90 di
peroleh hasil pengamatan tabung A dan tabung B kembali ke warna larutan
pada menit ke 15 dimana tabung A memiliki warna kuning keunguan
sedangkan tabung B tidak berwarna. Dapat di lihat ciri metabolisme semakin
jernih maka menandakan jumlah zat atau substrat semakin sedikit.
page. 32
ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA
lemak hewani. Proses pencernaan lemak yang sebenarnya terjadi di usus halus,
suatu zat hanya dapat dicerna jika terlarut dalam air, sedangkan lemak atau minyak
tidak bisa bercampur dengan air, maka untuk dapat mencerna lemak atau minyak
ada proses emulsifikasi lemak dan garam empedu sebagai emulgator nya, Proses
emulsifikasi sendiri terjadi ketika lemak masuk ke usus dua belas jari. Masuknya
lemak ke organ ini, secara biologis akan membuat kantung empedu menghasilkan
cairannya. Cairan yang disekresikan hepatosit hati ini adalah zat yang mampu
mengemulsikan lemak dan merubah ukurannya menjadi 300 kali lebih kecil dari
ukuran semula dengan bantuan enzim lipase dari pankreas, emulsi lemak kemudian
dihidrolisis menjadi asam lemak dan gliserol. Keduanya akan bereaksi dengan
garam empedu untuk kemudian menghasilkan butir-butir lemak (micel) yang siap
diabsorpsi oleh usus kosong (jejunum) dan usus penyerapan (ileum). Secara difusi
pasif, butir-butir lemak akan diserap oleh membran mukosa di dinding usus kosong
dan usus penyerapan. Butir-butir lemak ini kemudian dibawa dan disalurkan
melalui aliran darah ke seluruh tubuh. Pembentukan misel sangat penting untuk
penyerapan vitamin yang larut dalam lemak dan lipid yang rumit di dalam tubuh
manusia. Garam empedu terbentuk di hati dan disekresikan oleh kantung empedu
memungkinkan misel asam lemak terbentuk. Hal ini memungkinkan penyerapan
lipid yang rumit (misalnya lesitin) dan vitamin larut lemak (A, D, E, dan K) di
dalam misel oleh usus halus. Maka pada percobaan kali ini pada tabung 2 minyak
ditambahkan dengan garam empedu lebih mudah terdispersi atau lebih mudah
teremulsi berbeda dengan tabung 1 dimana adanya 2 fase terpisahnya antara fase
air dan fase minyak, serta mengamati terjadinya emulsi dan dispersi, dilakukan
dengan menggunakan air, minyak. Emulsi merupakan jenis koloid dengan fase
terdispersinnya berupa fase cair dengan medium pendispersinya bisa berupa zat
padat, cair, ataupun gas. Emulsi merupakan suatu sistem yang tidak stabil,sehingga
dibutuhkan zat pengemulsi atau emulgator untuk menstabilkan. Pemecahan lemak
dengan cara hidrolisis dibantu oleh garam asam empedu yang terdapat dalam cairan
page. 33
ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA
empedu dan berfungsi sebagai emulgator. Dengan adanya garam asam empedu
sebagai emulgator, maka lemak dalam usus dapat dipecah-pecah menjadi partikel-
partikel kecil sebagai emulsi, sehingga luas permukaan lemak bertambah besar.Hal
ini menyebabkan proses hidrolisis berjalan lebih cepat. (Ville, 1998)
VI. Kesimpulan
1. Pada percobaan ini hanya terdapat butir butir lemak, sel epitel, dan
leukosit
2. Pemecahan protein dilakukan oleh enzim pepsin dibantu oleh HCl
3. Pepsin bekerja paling optimum pada pH asam
4. Garam empedu berperan untuk membuang limbah tubuh tertentu
(terutama pigmen hasil pemecahan sel darah merah dan kelebihan
kolesterol), serta membantu pencernaan lemak dan juga penyerapannya.
5. Pankreatin dalam usus halus bekerja untuk mengubah protein menjadi
pepton atau untuk mengeluarkan enzim-enzim protein, protein di usus
dicerna menjadi pepton, maka pepton akan diuraikan oleh enzim tripsin,
kimotripsin, dan erepsin menjadi asam amino maka albumin warna
lebih cepat berubah
page. 34
ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA
Stansfield, William D. et. al. 2003. Biologi Molekuler Dan Sel. Jakarta :
Erlangga.
Ville, 1998. Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat. EGC. Jakarta.
VIII. Lampiran
Tugas 3.1
page. 35
ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA
Tugas 3.2
page. 36
ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA
Tugas 3.3
Tugas 3.4
Pepsin adalah enzim yang terdapat dalam perut yang akan mulai mencerna
proteindengan memecah bagian protein menjadi bagian yang lebih kecil, enzim pepsin
memiliki pH optimum 2-4 dan akan inaktif diatas pH 6. Pepsin adalah salah satu dari
3 enzim yang berfungsi untuk mendegradasi protein yang lain adalah kemotripsin dan
tripsin. Pepsin disintesa dalam bentuk inaktif oleh lambung, asam hidroklori juga
diproduksi oleh gastric mukosa dan kemudian akan diaktifkan oleh pH optimum yaitu
1-3.
Tugas 3.5
Salah satu zat yang terkandung didalam serum darah adalah albumin yang
merupakan protein nebular. Sedang larutan pankreatin digunakan untuk mengubah
protein mejadi pepton, maka pepton, diuraikan oleh enzim tripsin dan erepsin menjadi
asam amino. Biuret digunakan untuk melihat perbedaan kecepatan antara albumin dan
serum darah dengan berubahnya warna. Terjadi perbedaan kecepatan pencernaan
antara sebelum dan ketika diinkubasi karena suhu mempengaruhi kelarutan.
Pencernaan oleh serum darah lebih cepat dibandingkan pencernaan albumin karena
ukuran partikel serum darah lebih kecil sehingga lebih cepat dicerna.
page. 37
ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA
Tugas 3.6
Emulsi merupakan jenis koloid dengan fase terdispersi berupa fase cair dengan
medium pendispersinya bisa berupa zat padat, cair, atau gas. Emulsi merupakann suatu
system yang tidak stabil sehingga dibutuhkan zat pengemulsi atau emulgator untuk
menstabilkan pemecahan lemak dengan cara hidrolisis dibantu oleh garam asam
empedu yang terdapat dalam cairan empedu dan berfungsi sebagai emulgator maka
lemak dalam usus dapat dipecah menjadi partikel-partikel kecil sebagai emulsi,
sehingga luas permukaan lemak bertambah besar. Hal ini menyebabkan proses
hidrolisis berjalan lebih cepat
page. 38