Oleh :
MOCHAMMAD RIZALDY
NPM. 200110140067
KELAS D
Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan akhir
praktikum dengan judul “ Pengelolaan limbah ternak terpadu “. Laporan akhir praktikum
ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Pengelolaan Limbah Peternakan
Program Studi Peternakan Universitas Padjadjaran.
Kami menyadari bahwa laporan akhir praktikum ini masih memiliki banyak
kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB Halaman
KATA PENGANTAR ...................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................... ii
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Identifikasi masalah .................................................................... 2
1.3 Maksud dan Tujuan .................................................................... 2
1.4 Waktu dan tempat ........................................................................ 3
1.5 Manfaat ...................................................................................... 3
II KAJIAN KEPUSTAKAAN
2.1 Dekomposisi awal .................................................................. 4
2.1.1 Proses dekomposisi awal ......................................................... 4
2.1.2 Perubahan pada proses dekomposisi awal .............................. 5
2.2 Pupuk organik cair ............................................................... 6
2.2.1 Pupuk organik ......................................................................... 6
2.2.2 Manfaat pupuk organik cair ..................................................... 7
2.3 Pembuatan biogas ................................................................. 9
2.3.1 Pengertian biogas .................................................................... 9
2.3.2 Tahapan pembuatan biogas ..................................................... 9
2.3.4 Manfaat biogas ........................................................................ 12
2.4 Vermicomposting .................................................................. 13
2.4.1 Pengertian vermicomposting ................................................. 13
2.4.2 Pembuatan vermicomposting ................................................. 14
2.4.3 Kriteria cacing tanah .............................................................. 14
V KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan .................................................................................. 30
5.2 Saran ............................................................................................ 31
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
I
PENDAHULUAN
Dewasa ini semakin dunia menuju era teknologi yang canggih semakin pula
aktivitas manusia yang dilakukan yang bertujuan untuk pemenuhan kebutuhan hidup .
Semakin banyak aktivitas manusia semakin banyak masalah pula yang ada terutama
Kebutuhan protein terutama hewani terutama di era saat ini terus meningkat
sehingga produksi hewan ternak tinggi dan permintaan konsumsi daging ternak terus
meningkat alhasil limbah yang dihasilkan oleh hewan ternak pula semakin tinggi dan
pemanasan global di dunia semakin meningkat menjadi sumber masalah dalam kehidupan
menggangu kesehatan manusia dan juga sebagai salah satu penyumbang emisi gas efek
rumah kaca.
Untuk mengatasi hal tersebut tentu ada teknologi pengelolaan limbah yang menjadi
salah satu teknologi untuk mengurangi pemanasan global. Dan salah satu limbah yang
dihasilkan dari aktifitas kehidupan manusia adalah limbah dari usaha peternakan sapi yang
terdiri dari feses, urin, gas dan sisa makanan ternak.
Oleh karena itu pemanfaatan limbah terus dikembangkan dan diterapkan seperti
pembuatan pupuk organik padat, pupuk organik cair, biogas, vermikomposting , sehingga
limbah yang dihasilkan industri peternakan memiliki nilai ekonomis dan dapat
1.2.4 Vermicomposting
1.3.4 Vermicomposting
1.5 Manfaat
perah dan jerami padi serta dapat mensosialisasikanya terhadap peternak akan
manfaat dari pembuatan pupuk organik cair, biogas dan proses vermicomposting.
II
TINJAUAN PUSTAKA
lemak,karbohidrat dan selulosa) menjadi bahan organik senyawa sederhana (asam amino,
asam lemak, gula sederhana) oleh mikroorganisme (bakteri, ragi dan jamur) sebagai agen
perombaknya.
Dekomposisi awal dapat dilakukan dengan cara aerobik atau anaerobik.Pada sistem
aerobik, untuk keperluan respirasi mikroorganisme yang terlibat (bakteri dan atau kapang)
mikroorganismenya (bakteri dan atau ragi) menggunakan oksigen yang terikat, misal
ternak dalam bentuk silase (silage) dan proses pembuatan biogas, walaupun beberapa
produk pakan menggunakan sistem aerobik. Untuk membuat pupuk organik, fermentasi ini
harus diteruskan agar bahan organik senyawa sederhana terus terurai sampai kondisinya
stabil sehingga membentuk unsur hara sebagai nutrisi bagi tanaman. Proses ini dikenal
Baik pada proses dekomposisi awal maupun pengomposan, hal yang perlu
diperhatikan adalah bagaimana agar mikroorganisme yang aktif dapat tumbuh dan
organik sebagai sumber nutrisi mikroba, Keberadaan mikroba, Kadar air bahan organik
Pada proses dekomposisi awal Nisbah C dan N mutlak harus sesuai kebutuhan,
karena apabila kurang atau berlebih, keduanya menjadi penyebab terhambatnya proses,
Pada dekomposisi aerobik, oksigen harus tercukupi agar produk yang dikehendaki
dapat dihasilkan dengan sempurna. Bila kekurangan oksigen maka proses akan berubah
Secara teknis, transformasi bahan organik tidak-stabil menjadi bahan organik stabil
(kompos matang) ditandai oleh pembentukan panas dan produksi CO2. Selama proses
pengomposan, komposisi populasi mikroba berubah dari tahap mesofilik (suhu 20-40oC)
ke tahap termofilik (suhu bisa mencapai 80◦C), dan terakhir tahap stabilisasi atau
protein, gula, dan pati yang selanjutnya digantikan oleh mikroba termofilik yang secara
cepat merombak substrat organik.Pada tahap akhir stabilisasi, jumlah populasi mikroba
meningkat. Panas yang timbul selama fase termofilik mampu membunuh mikroba patogen
(>55oC) dan benih gulma (>62◦C menurut Husen dan Irawan 2008 , sehingga kompos
matang sering dipakai sebagai media pembibitan tanam. Penggunaan kompos matang
mampu menstimulasi perkembangan mikroba dan menghindari bibit dari serangan patogen
tular tanah (Husen dan Irawan.2008).
Kompos mengalami tiga tahap proses pengomposan yaitu Pada tahap pertama yaitu
tahap penghangatan (tahap mesofilik), mikroorganisme hadir dalam bahan kompos secara
cepat dan temperatur meningkat. Mikroorganisme mesofilik hidup pada temperatur 10-
45oC dan bertugas memperkecil ukuran partikel bahan organik sehingga luas permukaan
bahan bertambah dan mempercepat proses pengomposan. Pada tahap kedua yaitu tahap
mengkonsumsi karbohidrat dan protein sehingga bahan kompos dapat terdegradasi dengan
dekomposisi mulai melambat dan temperatur puncak dicapai. Setelah temperatur puncak
ini juga berkurang, hal ini mengakibatkan organisme mesofilik mulai beraktivitas kembali.
Organisme mesofilik tersebut akan merombak selulosa dan hemiselulosa yang tersisa dari
proses sebelumnya menjadi gula yang lebih sederhana, tetapi kemampuanya tidak sebaik
organism termofilik. Bahan yang telah didekomposisi menurun jumlahnya dan panas yang
Pupuk organik merupakan pupuk yang bahan bakunya berasal dari makhluk hidup
baik berupa tumbuhan maupun hewan. Biasanya yang dijadikan bahan baku adalah limbah
tumbuhan seperti daun kering, jerami, maupun tumbuhan lain dan limbah peternakan
seperti kotoran sapi, kotoran kerbau dan kotoran ternak lainnya. Kualitas pupuk organik
sangat bervariasi, tergantung pada jenis ternak yang menghasilkan kotoran, umur ternak,
jenis pakan yang dikonsumsi, campuran bahan selain feses, proses pembuatan, serta teknik
organik merupakan hasil akhir dari peruraian bagian – bagian atau sisa sisa tanaman dan
binatang (makhluk hidup) misalnya pupuk kandang, pupuk hijau, kompos, bungkil, guano,
revolusi hijau di Indonesia. Setelah revolusi hijau, kebanyakan petani lebih suka
menggunakan pupuk buatan karena praktis menggunakannya, jumlahnya jauh lebih sedikit
dari pupuk organik, harganyapun relatif murah, dan mudah diperoleh. Kebanyakan petani
sudah sangat tergantung pada pupuk buatan, sehingga dapat berdampak negatif terhadap
perkembangan produksi pertanian. Tumbuhnya kesadaran para petani akan dampak negatif
penggunaan pupuk buatan dan sarana pertanian modern lainnya terhadap lingkungan telah
Pupuk organik cair adalah jenis pupuk berbentuk cair tidak padat mudah sekali larut
pada tanah dan membawa unsur-unsur penting untuk pertumbuhan tanaman. Pupuk
organik cair mempunyai banyak kelebihan diantaranya, pupuk tersebut mengandung zat
tertentu seperti mikroorganisme jarang terdapat dalam pupuk organik padat dalam bentuk
kering
Pupuk organik cair adalah pupuk yang berbemtuk cairan, dibuat dengan cara
melarutkan kotoran ternak, dan jenis kacang – kacangan dan rumput jenis tertentu ke
dalama air. Pupuk cair mengandung unsur – unsur hara yang dibutuhkan untuk
Unsur-unsur hara itu terdiri dari: Unsur Nitrogen (N), untuk pertumbuhan tunas, batang
dan daun. Unsur Fosfor (P), untuk merangsang pertumbuhan akar buah, danbiji. Unsur
danpenyakit. Pupuk cair ini memiliki keistimewaan yaitu pupuk ini dibanding dengan
pupuk alam yang lain (pupuk kandang, pupuk hijau dan kompos) lebih cepat diserap
tanaman.
Pupuk organik cair umumnya tidak merusak tanah dan tanaman walaupun digunakan
sesering mungkin. Selain itu, pupuk organik cair juga memiliki bahan pengikat sehingga
larutan pupuk yang diberikan kepermukaan tanah bisa langsung digunakan oleh tanaman
(Hadisuwito. 2007 ).
Menurut Purwowidodo (1992) bahwa pupuk organik cair mengandung unsur kalium
yang berperan penting dalam setiap proses metabolisme tanaman, yaitu dalam sintesis
asam amino dan protein dari ion-ion ammonium serta berperan dalam memelihara tekanan
Pupuk organik cair selain dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah,
juga membantu meningkatkan produksi tanaman, meningkatkan kualitas produk tanaman,
mengurangi penggunaan pupuk anorganik dan sebagai alternatif pengganti pupuk kandang
( Parman . 2007).
8
Pengomposan cair pada dasarnya sama dengan pengomposan padat, yaitu dekomposisi
bahan organik senyawa kompleks dan atau senyawa sederhana menjadi unsur hara
tanaman oleh mikroorganisme dan atau hewan tingkat rendah secara terkendali. Bahan
baku yang digunakan berupa filtrat yang diperoleh dengan cara ekstraksi produk dari
Dekomposisi secara anaerob biasanya berlangsung lama. Oleh karena itu untuk
mempercepat perlu pengendalian, yaitu memasukkan oksigen dari luar, yang dinamakan
aerasi. Dengan aerasi proses berlangsung dengan lebih cepat, selain itu bahan organik
Pupuk cair mampu menyediakan nitrogen dan unsur mineral lainnya yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan tanaman, seperti halnya pupuk nitrogen kimia. Kehidupan organisme
di dalam tanah juga terpacu dengan penggunaan pupuk cair. Pupuk cair lebih mudah
terserap oleh tanaman karena senyawa kompleks di dalamnya sudah terurai dan dalam
bentuk cair sehingga mudah terserap oleh tanaman, baik melalui akar maupun daun.
Pupuk organik cair mempunyai beberapa manfaat diantaranya adalah (Nur Fitri, Erlina
(1) Dapat mendorong dan meningkatkan pembentukan klorofil daun dan pembentukan
bintil akar pada tanaman leguminosae sehingga meningkatkan kemampuan
(2) Dapat meningkatkan vigor tanaman sehingga tanaman menjadi kokoh dan kuat,
meningkatkan daya tahan tanaman terhadap kekeringan, cekaman cuaca dan serangan
Pemberian pupuk organik cair harus memperhatikan konsentrasi atau dosis yang
tanamanyang lebih baik daripada pemberian melalui tanah. Semakin tinggi dosis pupuk
yang diberikan maka kandungan unsur hara yang diterima oleh tanaman akan semakin
9
tinggi,begitu pula dengan semakin seringnya frekuensi aplikasi pupuk daun yang
dilakukan padatanaman, maka kandungan unsur hara juga semakin tinggi. Namun,
pemberian dengan dosis yang berlebihan justru akan mengakibatkan timbulnya gejala
kelayuan pada tanaman Oleh karena itu, pemilihan dosis yang tepat perlu diketahui oleh
para peneliti maupun petani dan hal ini dapat diperoleh melalui pengujian-pengujian di
Tanda-tanda yang bisa dikenali pupuk organik cair adalah bila dilihat suspensi berubah
menjadi larutan (keruh menjadi bening), warna hitam pekat tetapi bening, bila dicium
sudah tidak berbau, bila dirasakan terasa netral , Uji menggunakan kadang-kadang
Untuk mengetahui secara pasti apakah bahan organik sudah menjadi unsur hara
harus dilakukan analisis di laboratorium. Namun demikian, ada cara yang ebih praktis
yang dapat dilakukan, yaitu dengan mengguna-kan indera kita, yaitu dengan melihat, men
ditimbulkan jika bahan – bahan organik, seperti kotoran hewan, kotoran manusia, atau
sampah, direndam di dalam air dan disimpan di dalam tempat tertutup atau anaerob.
10
biogas adalah fermentasi anaerob bahan organik yang dilakukan oleh mikroorganisme
sehingga menghasilkan gas yang mudah terbakar (flammable). Secara kimia, reaksi yang
terjadi pada pembuatan biogas cukup panjang dan rumit, meliputi tahap hidrolisis, tahap
Biogas adalah gas-gas yang dihasilkan dari proses penguraian bahan organik oleh
dapat terjadi di alam bebas (alamiah) tanpa ikut campur tekno-logi manusia atau
Pembentukan biogas yang dikendalikan manusia diperluka alat yang membuat kondisi
Pada dasarnya kotoran hewan yang ditumpuk atau dikumpulkan begitu saja dalam
beberapa waktu tertentu dengan sendirinya akan membentuk gas metan. Namun karejna
tidak ditampung, gas iitu akan hilang menguap ke udara. Karena itu, untuk menampung
gas yang terbentuk dari kotoran sapi dapat dibuat beberapa model konstruksi alat
Menurut Simamora, S et.al (2006), menyatakan bahwa dalam pembuatan biogas ada
beberapa syarat yang harus dipenuhi yakni;
1. Ada bahan pengisi yang berupa bahan organik, terutamqa limbah pertanian dan
peternakan.
2. Ada intalasi biogas yang memenuhi beberapa persyaratan seperti, lubang pemasukan
Pembuangan).
3 Terpenuhinya faktor pendukung yakni faktor dalam (dari digester) yang meliputi
imbangan C/n, pH, dan struktur bahan isian (kehomogenan) dan faktor luar yang
Pada tahap ini bahan organik utama seperti karbohidrat, lemak, dan protein dalam
limbah ternak terlarut dalam air sehingga enzim-enzim yang dihasilkan bakteri dapat
11
dipecah menjadi asam-asam organik dilanjutkan menjadi asam asetat, H2 dan CO2.
serta memproduksi CH4 dan CO2. Urea yang berasal dari protein dihidrolisa oleh bakteri
menjadi gas metana (CH4) dan NH4+. Asam asetat serta asam propionat dari lemak
difermentasi menjadi CH4 dan CO2 CO2 yang dihasilkan direduksi menjadi CH4 dan
H2O.
Methanococcus sp, dan Methanosarcina sp 70% gas metana dihasilkan dari asam asetat,
fermentasi adalah kondisi lingkungan yang optimal bagi pertumbuhan bakteri perombak.
Ada beberpa faktor yang berpengaruh terhadap produksi biogas yakni sebagai berikut:
sisa dapaur, dan sampah organik yang terhindar dari bahan anorganik. Bahan isian
12
air).
3. Imbangan C/N
Derajat keasaman yang optimum bagi kehidupan mikroorganisme adalah 6,8 – 7,8.
5. Temperatur
Produksi biogas akan menurun secara cepat akibat perubahan temperatur yang
6. Starter
komersil dapat juga digunakan lumpur aktif organik atau cairan rumen.
tanah dan dipergunakan untuk memasak kemudian sebagai bahan pengganti bahan bakar
minyak (bensin, solar). Dalam skala besar, biogas dapat digunakan sebagai pembangkit
energi listrik. Di samping itu, dari proses produksi biogas akan dihasilkan sisa kotoran
ternak yang dapat langsung dipergunakan sebagai pupuk organik pada tanaman / budidaya
Hal tersebut mengingat cukup banyaknya populasi sapi, kerbau dan kuda, yaitu 11
juta ekor sapi, 3 juta ekor kerbau dan 500 ribu ekor kuda pada tahun 2005. Setiap 1 ekor
ternak sapi/kerbau dapat dihasilkan + 2 m3 biogas per hari. Potensi ekonomis Biogas
adalah sangat besar, hal tersebut mengingat bahwa 1 m3 biogas dapat digunakan setara
dengan 0,62 liter minyak tanah. Di samping itu pupuk organik yang dihasilkan dari proses
produksi biogas sudah tentu mempunyai nilai ekonomis yang tidak kecil pula.
13
2.4 Vermicomposting
kompleks/ sederhana menjadi unsur hara oleh mikroorganisme dan hewan tingkat rendah
terutama cacing tanah sebagai agen pengurainya, yang saling berinteraksi satu dengan
yang lain secara terkendali menghasilkan bahan menye-rupai humus yang kondisinya
Selain istilah vermicomposting ada juga istilah vermiculture ( budi daya cacing
tanah). Pembeda nya adalah tujuan utam proses, tujuan utama vermicomposting adalah
hara dan kaya akan zat pengatur tumbuh yang mendukung pertumbuhan tanaman.
Vermikompos mengandung zat pengatur tumbuh seperti giberellin, sitokinin dan auxin,
penambat N nonsimbiotik yang akan memperkaya unsur N yang dibutuhkan oleh tanaman.
Vermikompos juga mengandung berbagai unsur hara mikro yang dibutuhkan tanaman
Lumbricus castaneus, Eisenia foetida, Dendrobaena veneta, Allobopora rosea dan lain
sebagainya. Cacing akan memakan habis seluruh kotoran dan sampah organik lainnya
hara pada kotoran sapi jauh melebihi hasil penguraian dengan bakteri. Sebagai contoh
hasil uji lab menunjukkan kadar N sebesar 1,79 % jauh dibandingkan kompos yang hanya
0,09 %. Vermikompos juga mempunyai kelebihan lain yaitu kandungan hormon dan
antibiotik. Kedua kandungan ini berasal dari tubuh cacing. Hormon dalam vermikompos
sangat baik untuk pertumbuhan tanaman sedangkan antibiotik berfungsi membunuh jamur
Vermikompos tampak seperti tanah kering yang telah digiling dan secara nyata
berasal dari sampah organik adalah 1,60% N-total; 14,97% C-organik; 0,02% P-total;
2,46% Ca; 0,59 Mg; 4,49% karbohidrat; 0,08% lemak; 24,86% protein. Persentase unsur
hara ini bergantung dari media dan jenis pakan yang diberikan kepada cacing. Selain
mengandung unsur hara tersebut, kascing juga mengandung zat pengatur tumbuh seperti
giberelin, sitokinin, auksin masing-masing sebanyak 2,75; 1,05; 3,80 miliequivalen tiap
gram bobot kering. Selain itu ditemukan sejumlah mikroba yang bersifat menguntungkan
Dalam pembuatan kascing, cacing tanah memegang peranan penting yaitu sebagai
dekomposer. Cacing tanah memiliki enzim seperti protease, Lipase, amilase, selulose dan
kitin yang memberikan perubahan kimia secara cepat terhadap meterial selulosa dan
dekomposisisi dan penghancuran sampah secara alami (60% - 80%). Hal ini sangat
partikel humus yang stabil, porositas, kemampuan menahan air dan aerasi, kaya nutrisi,
coklat gelap, tidak berbau dan mudah terserap air (Ismail . 1997).
biologis, fisis, kimiawi ataupun teknis. Secara umum, pemeliharaan ditujukan pada
perawatan bangunan, wadah, media, pakan dan serangan hama. Pemeliharaan bangunan
difokuskan apakah masih berfungsi dengan baik. Apabila terjadi kebocoran atap harus
segera ditanggulangi, jangan sampai percikan airnya jatuh pada media pemeliharaan.
15
Saat panen vermicompost yang paling tepat harus memperhatikan siklus hidup
cacing tanah. Panen vermicompost yang paling tepat adalah dari pemeliharaan cacing
tanah umur satu bulan. Cara panen vermicompost bisa dilakukan dengan cara migrasi,
yaitu cacing tanah pindah ke media baru. Untuk kondisi tertentu panen vermicompos
Cacing tanah peka cahaya dan peka perabaan, oleh karena itu cara panennya adalah
mengambil media yang menutupi badannya sampai media habis dan tinggal tersisa cacing
tanah, Cacing tanah selalu mengeluarkan kotorannya bila badannya terbuka dan medianya
habis. Bila cadangan feses habis cacing tanah mengeluarkan lendir untuk menutupi
badannya, keadaan ini menun-jukkan cacing tanah sudah bersih dari media yang
menempel.
III
(3) Timbangan
(4) Klem
(6) Air
17
(7) Kompor
3.1.4 Vermicomposting
(2) Bila kurang dari 55% hitung jumlah air yang harus ditambahkan
merata
(6) Susun ke dalam karung plastik yang telah disiapkan ( karung sudah diisi
(8) Pompa oksigen ke dalam susunan bahan campuran dengan tongkat bambu
(9) Setelah penuh, lapiasan atas dilapisi kembali dengan jerami kering. Fungsi
jerami kering adalah untuk menyerap bau yang timbul pada proses
dekomposisi awal
penguapan dan menahan panas tidak keluar dari tumpukan bagian atas
penutup terlihat kering celupkan dalam air sampai kain lembab kembali.
merendam dengan air panas sampai seluruh substrat terendam air, diamkan
liter filtrat yang kental atau hiitam pekat dan 4 liter untuk filtrat yang
untuk POC dan 4 liter filtrat encer dipersiapkan untuk pakan imbuhan,
(3) Inkubasi filtrat pekat dalam wadah plastik / tong plastik. Lakukan aerasi
setiap hari selama 15 menit. Lakukan aerasi setiap hari sampai larutan
19
tidak berbau dan tidak mengendap apabila disimpan dalam waktu relatif
lama.
(1) Siapkan instalasi biogas yang terdiri dari digester dan penampung gas .
(2) Rangkai instalasi biogas yang terdiri dari digester ( tong plastik dengan
(3) Kemudian penampung gas terbuat dari ban karet bagian dalam yang telah
dilepaskan pentilnya.
75%
(4) Timbang substrat dan air yang harus ditambahkan sesaui dengan
perhitungan
(7) Sisipkan sealer yang terbuat dari karet pada antara t ong dan penutupnya
3.2.4 Vermicomposting
(1) Substrat padat atau residu hasil ekstrasi POC diangin-angin selama 1
(2) Substrat yang sudah dikondisikan berfungsi sebagai media sekaligus pakan
(3) Timbang substrat 10kg, masukan pada wadah plastik yang sudah
disediakan
(4) Masukan cacing tanah sebanyak 250 g ke dalam media. Tutup dengan
(5) Setelah 1 minggu cacing tanah di panen. Timbang dan catat produksi
Tinggi : 40 cm
Rabu 52 55 49
Kamis 53 56 51
Jumat 52 55 60
Sabtu 40 44 45
Minggu 39 41 39
Senin 33 33 32
Selasa 34 36 36
22
Fisik : Tekstur remah, tidak bau, warna coklat tua kehitaman, aga
lembab
menyengat
Hasil :
Hasil : Tidak ada gas pada ban sehingga pembuatan biogas pada
4.2 Pembahasan
jerami dan feses sapi perah yang perbadinganya 2 : 1 ( Jerami : Feses sapi perah )
lalu pada prosesnya jerami dan feses sapi perah di homogen kan sehingga jerami
dan feses bersatu , lalu proses selanjutnya yaitu memasukan hasil jerami dan feses
sapi perah tersebut kedalam karung plastik yang sebelumnya setelah di beri alas
terlebih dahulu yaitu dengan menggunakan jerami karena jerami berfungsi untuk
menyerap kadar air yang berlebihan pada proses memasukan jerami ke dalam
karung dilakukan pemadatan dan diusahakan tidak ada ruang udara yang kosong
mikroorganisme yang berasal dari feses maupun jerami. Proses inilah awal yang
sangat menentukan keberhasilan pengelolaan limbah secara terpadu ini karena jika
menggunakan tali rapia agar menghindari bagian lancip pada kedua sisi karung
organik senyawa sederhana (asam amino, asam lemak, gula sederhana) oleh
suhu awal dan suhu pada hari pertama yaitu 29.5◦C lalu pada hari kedua dan
sehingga pada hari ketujuh dilakukan pengamatan didapatkan hasil suhu 35◦C.
Pada hasil pengamatan hari ketujuh sifat fisik Tekstur remah, tidak bau, warna
coklat tua kehitaman, aga lembab, sifat kimia tidak mengandung nitrit, sulfit,
phosfit karena tidak bau menyengat, sifat biologi nya terdapat pertumbuhan jamur
Lalu jumlah yang diambil untuk praktikum selanjutnya yaitu 10 kg dan sisanya
8kg. dekomposan tersebut sudah seperti tanah yang menandakan dekomposan ini
dinyatakan berhasil bila berbau khas fermentasi, kering, dingin, dan ditumbuhi
jamur putih. Apabila berbau busuk maka pengomposan yang dilakukan gagal.
mikroba berubah dari tahap mesofilik (suhu 20 - 40◦C) ke tahap termofilik (suhu
bisa mencapai 80◦C), dan terakhir tahap stabilisasi atau pendinginan. Mikroba
mesofilik memulai dekomposisi substrat mudah hancur seperti protein, gula, dan
pati yang selanjutnya digantikan oleh mikroba termofilik yang secara cepat
meningkat. Panas yang timbul selama fase termofilik mampu membunuh mikroba
patogen (>55oC) dan benih gulma (>62◦C) jadi bisa dikatakan bahwa
dekomposisi awal melalui tahap mesofilik lalu ke tahap termofilik dan pada
Pada praktikum pembuatan pupuk organik cair ini diambil substrat yang
dihasilkan pada proses dekomposisi awal lalu siapkan air hangat lalu lakukan
penyaringan sehingga didapatkan pupuk organik cair. Menurut Pupuk organik cair
adalah jenis pupuk berbentuk cair tidak padat mudah sekali larut pada tanah dan
kalium yang berperan penting dalam setiap proses metabolisme tanaman, yaitu
dalam sintesis asam amino dan protein dari ion-ion ammonium serta berperan
Pada hasil pengamatan didapat bahwa warna coklat kehitaman tapi tidak
pupuk nitrogen kimia. Kehidupan organisme di dalam tanah juga terpacu dengan
penggunaan pupuk cair. Pupuk cair lebih mudah terserap oleh tanaman karena
senyawa kompleks di dalamnya sudah terurai dan dalam bentuk cair sehingga
yang mampu memperbaiki sifat fisika, kimia, dan biologi tanah. Perbaikan
terhadap sifat fisik yaitu menggemburkan tanah, memperbaiki aerasi dan drainase,
26
persiapkan instalasi biogas lalu pembuatan bioga. Bangunan utama dari instalasi
biogas adalah digester. Digester berfungsi untuk menampung gas metan hasil
perombakan bahan bahan organik oleh bakteri. Digester sebenarnya meniru alat
pencernaan dari ruminansia, untuk merubah gas metan. Digester yang kami
gunakan adalah berupa drum, dengan sealer dan klem. Memakai tutup kompresor,
Dalam digester juga dapat ditambahkan water trap untuk menangkap air
pada saat proses ini terjadi. Selang-selang ini dihubungkan dengan ban dalam dan
kompor. Supaya kompor menyala, makan gas metan harus lebih besar dari
saja dalam beberapa waktu tertentu dengan sendirinya akan membentuk gas
metan. Namun karejna tidak ditampung, gas itu akan hilang menguap ke udara.
Karena itu, untuk menampung gas yang terbentuk dari kotoran sapi dapat dibuat
Bahan baku isian berupa bahan organik seperti kotoran ternak, limbah pertanian,
sisa dapaur, dan sampah organik yang terhindar dari bahan anorganik. Bahan isian
air).
3.Imbangan C/N
7,8.
5.Temperatur
Produksi bigas akan menurun secara cepat akibat perubahan temperatur yang
6.Starter
dijual komersil dapat juga digunakan lumpur aktif organik atau cairan rumen.
faktor kegagalan pada percobaan kelompok kami karena faktor kebocoran selang
28
sehingga gas yang tercipta tidak terbuat sehingga gas keluar dan ban tidak
campuran kotoran cacing tanah (casting) dengan sisa media atau pakan dalam
budidaya cacing tanah. Oleh karena itu vermikompos merupakan pupuk organik
kompos lain yang kita kenal selama ini. Vermikomposting juga disebut proses
dekomposisi bahan organik yang melibatkan kerjasama antara cacing tanah dan
kesesuaian substrat, faktor lingkungan, jenis cacing tanah, desain composter dan
sebaiknya yang memenuhi syarat seperti memiliki laju reproduksi yang tinggi,
tingkat produksi kokon yang tinggi, waktu perkembangan kokon pendek dan
keberhasilan penetasan kokon yang tinggi. selain itu, cacing tanah yang memiliki
tingkat konsumsi bahan organik yang tinggi dan toleransi terhadap perubahan
dan aerasi, kaya nutrisi, hormon, enzim dan populasi mikroorganisme (Lavelle
dkk.
1999). Vermikompos yang dihasilkan berwarna coklat gelap, tidak berbau dan
sebelumnya, aktivitas gerak baik dan ada clitellium pada cacing. Menurut teori
bahwa dalam proses vermicomposting cacing tanah produksi kokon yang tinggi ,
laju reproduksi yang tinggi dan penetasan kokon yang tinggi.Berat cacing awal
sebelum dimasukan ke media berat nya 250 gram setelah panen cacing berat naik
Pada proses vermikomposting ini, tidak hanya warna cacing yang berubah,
Kriteria dari cacing tanah sendiri cacing tanah peka cahaya dan peka
perabaan, oleh karena itu cara panennya adalah mengambil media yang menutupi
badannya sampai media habis dan tinggal tersisa cacing tanah, Cacing tanah
selalu mengeluarkan kotorannya bila badannya terbuka dan medianya habis. Bila
cadangan feses habis cacing tanah mengeluarkan lendir untuk menutupi badannya,
keadaan ini menun-jukkan cacing tanah sudah bersih dari media yang menempel.
V
5.1 Kesimpulan
(2) Dekomposisi awal mengalami perubahan pada suhu hari pertama sampai
hari ketujuh
(3) Sifat fisik tekstur remah, tidak bau, warna coklat tua kehitaman, aga
lembab, sifat kimia tidak mengandung nitrit, sulfit, phosfit karena tidak
(4) Pupuk organik cair mengandung unsur kalium yang berperan penting
(5) Pupuk organik mampu menjadi solusi dalam mengurangi aplikasi pupuk
terbakar (flammable).
(8) Manfaat energi biogas adalah sebagai pengganti bahan bakar khususnya
dan hewan tingkat rendah terutama cacing tanah sebagai agen pengurainya
( 11 ) cacing tanah sendiri cacing tanah peka cahaya dan peka perabaan
5.2 Saran
Dalam praktikum pengolahan feses sapi perah dan jerami terpadu ini
melaksanakan praktikum dan tidak ada hambatan, namun pada praktikum masih
bisa kerjasama dengan baik dalam pelaksanaanya , sehingga suasana kelas tidak
kondusif.
teknologi pengelolaan limbah ini agar mendapatkan nilai jual dan peternak dapat
mengambil keuntungan.
DAFTAR PUSTAKA
Djuamani, N., Kristian dan S.S Budi. 2005. Cara Cepat Membuat Kompos. Agro
Media Pustaka. Jakarta
Hadisuwito, S. 2007. Membuat Pupuk Kompos cair. PT. Agromedia Pustaka.
Jakarta.
Husen, E. dan Irawan. 2008. Efektivitas dan Efisiensi Mikroba Dekomposer
Komersial dan Lokal dalam Pembuatan Kompos
Jerami.litbang pertanian
Khairuman dan K. Amri. 2009. Mengeruk Untung dari Beternak
Cacing. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Nurmawati, S. dan A. Suhardianto. 2000. Studi Perbandingan Penggunaan
Pupuk Kotoran Sapi dengan Pupuk Kascing Terhadap Produksi
Tanaman Selada. Universitas Terbuka. Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam/ Biologi.
Parman, S. 2007. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Kentang (Solanum tuberosum L.). Anatomi dan
Fisiologi Vol 15 (2) Hal : 1-4
Poewowidodo, 1992. Telaah Kesuburan Tanah. Penerbit Angkasa. Bandung
Samekto, Riyo. 2008. Pemupukan .PT. Aji Cipta Pratama.Yogyakarta
Setiawan, A.I. 2008. Memanfatkan Kotoran Ternak. Penebar Swadaya. Jakarta
Sharma S, Pradhan K, Satya S, Vasudevan P. 2005. Potentiality of eartworms for
waste management and in other uses. J Am Sci
Simamora, S. et al. 2006. Membuat Biogas Pengganti Bahan Bakar Minyak Dan
Gas Dari Kotoran Ternak. AgroMedia Pustaka. Jakarta
Sutanto, Rachman. 2002. Penerapan Pertanian Organik, Pemasyarakatan dan
Pengembangannya. Kanisius. Yogyakarta
Yuliarti, Nugraheti. 2009. 1001 Cara Menghasilkan Pupuk Organik. Lily
Publisher.Yogyakarta
LAMPIRAN
Dekomposisi awal
Pembuatan Biogas
Vermicomposting