Anda di halaman 1dari 35

BAB 1

PENDAHULUAN

Kelainan kongenital merupakan manifestasi penyimpangan pertumbuhan dan


pembentukan organ tubuh. Penyebab kelainan kongenital tidak diketahui dengan
pasti, tetapi dapat diduga karena penyimpangan kromosom, pengaruh hormonal,
lingkungan-endometrium yang kurang subur, kelainan metabolisme, pengaruh obat
teratogenik, dan infeksi khususnya infeksi virus. Salah satunya adalah himen
imperforata. 1
Himen adalah suatu membran tipis tidak utuh yang melingkari orifisium
vagina dan mempunyai satu atau beberapa lubang yang memungkinkan keluarnya
aliran darah menstruasi. Himen imperforata adalah kelainan kongenital ringan sering
dijumpai, yaitu tidak terbentuk lubang himen (hiatus himenalis). Sehingga tidak
mungkin terjadi aliran darah pada saat menstruasi, molimina menstruasi (rasa sakit
saat waktunya menstruasi tanpa diikuti pengeluaran darah) terjadi tiap bulan. Suatu
kegagalan perkembangan vagina untuk membuat suatu saluran pada lingkaran himen.
Kelainan ini tidak diketahui sebelum menarche. 1
Gambaran klinik himen imperforata merupakan manifestasi dari tidak
tersalurnya darah menstruasi sehingga terjadi timbunan yang dapat mencapai ruangan
abdomen yaitu hematokolpos,hematometra dan hematosalping. Penanganan untuk
kasus himen imperforata adalah dengan dilakukan insisi berbentuk silang.1

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Embriologi Reproduksi Wanita

Hymen imperforata merupakan suatu malformasi kongenital tetapi dapat juga


terjadi akibat jaringan parut oklusif karena sebelumnya terjadi cedera atau infeksi.
Secara embriologi, hymen merupakan sambungan antara bulbus sinovaginal dengan
sinus urogenital, berbentuk membrane mukosa yang tipis. Hymen berasal dari
endoderm epitel sinus urogenital, dan bukan berasal dari duktus mullerian. Hymen
mengalami perforasi selama masa embrional untuk mempertahankan hubungan antara
lumen vagina dan vestibulum. Hymen merupakan lipatan membrane irregular dengan
berbagai jenis ketebalan yang menutupi sebagian orifisium vagina, terletak mulai dari
dinding bawah uretra sampai ke fossa navikularis. 2

Embryologic origin of the hymenal membrane

Hymen Imperforata terbentuk karena ada bagian yang persisten dari membran
urogenital dan terjadi ketika mesoderm dari primitive streak yang abnormal terbagi
menjadi bagian urogenital dari membran cloacal. Hymen Imperforata tanpa

2
mukokolpos yang berasal dari jaringan fibrous dan jaringan lunak antara labium
minora sulit dibedakan dengan tidak adanya vagina. Aplasia dan atresia vagina terjadi
karena kegagalan perkembangan duktus mullerian, sehingga vagina tidak terbentuk
dan lubang vagina hanya berupa lekukan kloaka. Pokorny & Kozinetz (1988)
menerangkan bahwa secara anatomi, hymen pada wanita usia prepubertas (anak-
anak) dengan masalah organ genitalia, dijumpai konfigurasi berupa hymen fimbrae,
sirkumferensial dan posterior ring.2

Dalam perkembangan embrio, pada hari kedua puluh satu setelah konsepsi
akan terbentuk genital ridge yang berasal dari proliferasi intermediate mesoderm.
Genital ridge ini terbentang dari kranial ke kaudal dari embrio yang merupakan asal
dari seluruh alat genital, kecuali vulva, uretra dan vagina bagian bawah.

(Gambar 1.1 embriologi sistem reproduksi)

Pada minggu ke-5 dan ke-6, terbentuk saluran Muller (Muller duct) atau
saluran paramesonefros yang berjalan kanan kiri yang berasal dari but Coelomic
epithelium. Pada minggu ke-7 dan 8 sampai minggu ke-12 terjadi penggabungan
(fusi) dari kedua saluran Muller pada bagian distalnya, sedangkan pada bagian
proksimal masih tetap terpisah. Bagian distal setelah berfusi, kemudian akan terjadi
rekanalisasi sehingga terbentuklah vaginadan uterus. Sedangkan bagian proksimal
saluran Muller yang tidak mengadakan fusi akan membentuk tuba fallopii. Vagina

3
bagian bawah atau distal dibentuk dari sinus urogenitalis. Pada tingkat permulaan
sekali, kloaca akan terbagi dua menjadi hindgut dan sinus urogenitalis karena
terbentuknya septum urorektal yang berasal dari mesoderm yang tumbuh ke bawah.

Pada waktu saluran Muller berfusi, ujung distalnya bersentuhan dengan sinus
urogenitalis, sehingga terjadi suatu invaginasi dari sinus urogenitalis dan disebut
Mullerian Tubercle. Dari daerah ini terjadi proliferasi dari sinus urogenitalis sehingga
terbentuk bilateral sino-vaginal bulbs. Kanalisasi dari sino-vaginal bulbs ini akan
membentuk vagina bagian bawah. Proses ini berlangsung sampai minggu ke 21.
Bagian sino-vaginal bulb yang pecah tidak sempurna akan menjadi selaput
hymenalis. Sedangkan bagian sinus urogenitalis yang berada di atas tuberkel akan
menyempit membentuk uretra, dan vestibulum vulva di mana uretra dan vagina
bermuara (terbuka). Beberapa penelitian terakhir mengatakan bahwa saluran vagina
sebenarnya sudah terbuka dan berhubungan pada uterus dan tuba bahkan pada
kehidupan embrional awal. Sebagian besar peneliti menyatakan bahwa vagina
berkembang di bawah pengaruh saluran Muller dan stimulasi estrogen. Secara umun
disepakati bahwa vagina terbentuk sebagian dari saluran Muller dan sebagian lagi
dari sinus urogenital.

Gambar 1.2 : Gambar skematik yang memperlihatkan pembentukan uterus dan vagina
(A) pada minggu 9, (B) pada akhir bulan ke 3, (C) baru lahir

4
Jadi, bagian vagina atas (tiga perempat bagian) terbentuk dari saluran Muller
dan bagian distal dari sinus urogenital. Terjadinya gangguan dalam perkembangan
kedua jaringan (saluran) embrional ini akan menyebabkan timbulnya kelainan vagina,
uterus dan tuba follopii.

2.2 Anatomi Sistem Reproduksi Wanita

1. Sistem Reproduksi Eksterna

(Gambar 1.3 : Anatomi sistem reproduksi eksterna)

a. Mons pubis / mons veneris

Bagian yang menonjol dan terdiri dari jaringan lemak yang menutupi bagian
depan symphisis pubis, terbentuk dari tuberkel genital. Normalnya, pada awal
pubertas akan tumbuh rambut kasar berwarna hitam diatas mons pubis. Selama
masa reproduksi, rambut pubis sangat lebat, tetapi menjadi jarang setelah
menopause. Saraf-saraf sensorik mons pubis adalah nervusilioinguinal dan
nervus genitofemoral.

5
Mons pubis mendapatkan aliran darah dari arteri dan vena pudenda eksterna.
Saluran limfe bergabung dengan saluran limfe dari bagian lain vulva dan
abdomen superfisial. Persilangan peredaran limfe labia di dalam mons pubis
sangat penting secara klinis karena memungkinkan terjadinya penyebaran
metastasis kanker dari satu sisi vulva ke kelenjar inguinal di sisi yang berlawanan
serta sisi yang terkena

b. Labia mayora

Berupa dua buah lipatan jaringan lemak, berbentuk lonjong dan menonjol
yang berasal dari mons veneris dan berjalan kebawah dan ke belakang yang
mengelilingi labia minora. Homolog embriologik dengan skrotum pada pria.
Ligamentum rotundumuteri berakhir pada batas atas labia mayora.

Terdiri dari 2 permukaan, yaitu bagian luar yang menyerupai kulit biasa dan
ditumbuhi rambut, dan bagian dalam menyerupai selaput lendir dan mengandung
banyak kelenjar sebacea. Kelenjar sebasea berhubungan dan bermuara ke dalam
folikel rambut. Namun, pada labia minor yang tidak berambut, kelenjar sebasea
bermuara ke permukaan. Pada saat pubertas, kelenjar ini menghasilkan cairan
berminyak dengan sedikit berbau. Cairan ini melumasi dan melindungi kulit dari
iritasi oleh sekret vagina.

Dari korpus perineum, labia mayor kemudian meluas ke anterior mengelilingi


labia minor dan bergabung dengan mons pubis. Labia normalnya tertutup pada
wanita nulipara tetapi kemudian semakin lama akan semakin terbuka karena
persalinan per vaginam dan menjadi tipis serta atrofi dengan rambut yang jarang
pada usia lanjut

6
Labia mayor mendapat suplai darah dari arteri pudenda interna (berasal dari
bagian parietal anterior arteri iliaka interna atau arteri hipogastrikia). Drainase
melalui vena pudenda interna dan eksterna. Di bagian anterior, labia mayor
dipersarafi oleh nervus ilioinguinal dan nervus pudendus. Dibagian lateral dan
posterior dipersarafi oleh nervus kutaneus femoralis posterior.

c. Labia minora

Lipatan kulit yang memanjang, yang kecil, dan sempit, antara labia mayor
dan introitus vagina. Labia minor berasal dari lipatan kulit dibawah klitoris yang
berkembang. Pada nulipara, labia minor normalnya merapat, menutupi introitus.
Di posterior, labia minor menyatu pada fourchette. Labia terpisah dari himen,
suatu selaput yang menandai jalan masuk ke vagina atau introitus. Di anterior,
setiap labia bergabung di garis median dan bersatu berbentuk frenulum klitoris,
suatu lipatan posterior yang menjadi prepusium klitoris. Labia minor tidak
mempunyai folikel rambut ataupun kelenjar keringat tetapi kaya akan kelenjar
sebasea. Ukurannya dapat membesar dengan stimulasi hormon dari ovarium.
Tanpa stimulasi estrogen labia nyaris tidak tampak. Persarafan labia minor
melalui nervus ilioinguinal, pudendus, dan hemoroidalis. Aliran darahnya berasal
dari arteri pudenda interna dan eksterna.

d. Clitoris

Berukuran 2-3 cm, ditemukan pada garis tengah, sedikit anterior meatus
uretra. Tersusun atas dua korpus kecil yang erektil, masing-masing melekat ke
periosteum simfisis pubis dan sebuah struktur yang lebih kecil (glans klitoridis)
yang banyak sekali mendapat persarafan sensoris. Glans sebagian ditutupi oleh
labia minor dan lebih sensitif dari pada badannya. Klitoris mendapat persarafan

7
dari nervus pudendus dan hipogastrik serta saraf simpatis pelvis dan mendapat
aliran darah dari arteri dan vena pudenda interna.

e. Vestibulum

Merupakan rongga dengan batas atas clitoris, batas bawah fourchet, batas
lateral labia minora. Berasal dari sinus urogenital. Terdapat 6 lubang/orificium,
yaitu orificium urethrae externum, introitus vaginae, ductus glandulae Bartholinii
kanan-kiri dan duktus Skene kanan-kiri. Antara fourchet dan vagina terdapat
fossa navicularis

Daerah segitiga di antara labia minor yang berada di anterior muara uretra
dan pada posterior dibatasi oleh orifisium vagina disebut vestibulum vagina.
Ditutupi oleh epitel skuamosa tipis yang berlapis. Meatus urinarius terlihat
sebagai celah anteroposterior atau huruf v terbalik. Ditutupi oleh epitel
transisional. Dipersarafi oleh nervus pudendus dan diperdarahi oleh arteri dan
vena pudenda interna

f. Introitus / orificium vagina

Terletak di bagian bawah vestibulum. Pada gadis (virgo) tertutup lapisan tipis
bermukosa yaitu selaput dara / hymen, utuh tanpa robekan.

Hymen normal terdapat lubang kecil untuk aliran darah menstruasi, dapat
berbentuk bulan sabit, bulat, oval, cribiformis, septum atau fimbriae. Akibat
coitus atau trauma lain, hymen dapat robek dan bentuk lubang menjadi tidak
beraturan dengan robekan (misalnya berbentuk fimbriae). Bentuk himen
postpartum disebut parous.

8
Corrunculae myrtiformis adalah sisa2 selaput dara yang robek yang tampak
pada wanita pernah melahirkan. Hymen yang abnormal, misalnya primer tidak
berlubang (hymen imperforata) menutup total lubang vagina, dapat menyebabkan
darah menstruasi terkumpul di rongga genitalia interna.
g. Kelenjar Bartholini dan Skene

Kelenjar yang penting didaerah vulva karena dapat mengeluarkan lendir


tetutama meningkat saat hubungan seks. Tepat di dalam uretra, pada bagian
posterolateral, terdapat dua lubang kecil yang menuju duktus tubuler yang
dangkal atau kelenjar skene yang merupakan sisa duktus wolfii. Dilapisi oleh sel
transisionil. Persarafan dan suplai darah sama dengan vestibulum.

h. Ostium Uretra

Walaupun bukan merupakan sistem reproduksi sejati, namun dimasukkan ke


dalam bagian ini karana letaknya menyatu dengan vulva. Biasanya terletak
sekitar 2,5 cm dibawak klitoris.

i. Hymen

Berupa selaput tipis yang cukup elastis yang biasanya menutupi sebagian
kanalis vaginalis tetapi jarang menutupinya secara total. Persarafan dilalui oleh
nervus pudenda dan suplai darah dari vena pudenda dan hemoroidalis inferior.

Biasanya hymen berlubang sebesar ujung jari berbentuk bulan sabit atau
sirkular sehingga darah menstruasi dapat keluar. Namun kadang kala ada banyak
lubang kecil (kribriformis), bercelah (septata), atau berumbai tidak beraturan
(fimbriata). Pada tipe himen fimbriata, pada gadis sulit membedakannya dengan
himen yang sudah mengalami penetrasi saat koitus.

9
Tepat diluar himen terdapat kelenjar paravagina, vulvovagina atau kelenjar
bartolini. Suatu saluran sempit berukuran 1-2 cm menghubungkan setiap lubang
kecil ini dengan kelenjar kecil, datar, dan menghasilkan mukus, yang terletak
antara labia minor dan dinding vagina.

j. Perineum

Daerah antara tepi bawah vulva dengan tepi depan anus. Batas otot-otot
diafragma pelvis (m.levator ani, m.coccygeus) dan diafragma urogenitalis
(m.perinealis transversus profunda, m.constrictor urethra). Perineal body adalah
raphe median m.levator ani, antara anus dan vagina. Perineum meregang pada
persalinan, kadang perlu dipotong (episiotomi) untuk memperbesar jalan lahir
dan mencegah ruptur.

2. System Reproduksi Interna

(Gambar 1.4 : Anatomi sistem reproduksi interna)

a. Vagina

10
Vagina adalah liang atau saluran muskulomembranosa yang menghubungkan
vulva dengan rahim, berbentuk tabung mulai dari tepi cervix uteri di bagian
kranial dorsal sampai ke vulva di bagian kaudal ventral yang terletak di antara
kandung kencing dan rectum. Ukuran panjang dinding depan vagina (= 9 cm)
lebih pendek dari belakang (= 11 cm). Pada dinding vagina terdapat lipatan-
lipatan yang berjalan sirkuler dan disebut: rugae, terutama pada bagian bawah
vagina. Setelah melahirkan, sebagian dari rugae akan menghilang. Walaupun
disebut selapur lender vagina, selaput ini tak mempunyai kelenjar-kelenjar sama
sekali sehingga tak dapat menghasilkan lender, mungkin lebih baik disebut kulit.
Ke dalam puncak vagina, menonjol ujung dari serviks yang menonjol ke dalam
dan disebut portio. Oleh portio ini, puncak vagina dibagi dalam 4 bagian ialah
fornix anterior, fornix posterior, fornix lateral kanan dan fornix lateral kiri.

Fungsi penting dari vagina ialah sebagai :


(a) Saluran keluar dari uterus untuk mengalirkan darah haid dan secret lain dari
uterus,
(b) Alat untuk bersenggama,
(c) Sebagai jalan lahir pada waktu partus.
Sel-sel dari lapisan atas epitel vagina mengandung glikogen. Glikogen ini
menghasilkan asam susu oleh karena adanya basil-basil Doderlein hingga vagina
mempunyai reaksi asam dengan pH = 4,5 dan memberi proteksi terhadap invasi
kuman-kuman.

b. Uterus

Dalam keadaan tidak hamil terdapat dalam ruangan pelvis minor di antara
vesika urinaria dan rectum. Permukaan belakang sebagian besar tertutup oleh
peritoneum sedangkan permukaan depannya hanya di bagian atasnya saja.

11
Bagian bawah dari permukaan depan melekat pada dinding belakang vesika
urinaria. Uterus merupakan alat yang berongga dan berbentuk sebagai bola
lampu yang gepeng dan terdiri dari 2 bagian:
o Corpus uteri berbentuk segitiga
o Cervix uteri berbentuk silindris

Bentuk dan ukuran uterus sangat berbeda-beda tergantung usia dan pernah
melahirkan anak atau belum. Sebelum pubertas, panjangnya bervariasi antara
2,5-3,5 cm. Uterus wanita nulipara dewasa panjangnya antara 6-8 cm, sedangkan
pada wanita multipara panjangnya 9-10 cm. Berat uterus wanita yang belum dan
sudah pernah melahirkan juga bervariasi antara 50-70 g pada yang belum pernah
melahirkan, dan 80 g atau lebih pada yang sudah pernah. Hubungan antara
panjang korpus uteri dan panjang serviks juga sangat bervariasi. Pada anak
perempuan pramenarke, panjang korpus kurang lebih setengah panjang serviks.
Pada wanita nulipara, panjang keduanya kira-kira sama. Sedangkan pada wanita
multipara, serviks hanya sedikit lebih panjang dari sepertiga panjang total organ.

Sebagian besar korpus uteri terdiri dari otot, tetapi tidak demikian halnya
dengan serviks. Permukaan dalsm dinding anterior dan posterior uterus hamper
bersentuhan, rongga di antaranya hanya merupakan celah sempit. Pada
penampang frontal, rongga korpus berbentuk segitiga. Kanalis servikalis
berbentuk fusiformis dengan lubang kecil pada kedua ujungnya, yaitu os interna
dan os eksterna. Pada wanita yang pernah melahirkan, tepi uterus menjadi
cekung bukannya cembung, dan karenanya bentuk segitiga rongga uterus
menjadi tidak jelas terlihat lagi.

Setelah menopause, ukuran uterus berkurang sebagai konsekuensi dari atrofi


miometrium dan endometrium. Anomali congenital pada fusi mullerian

12
menyebabkan sejumlah kelainan uterus yang dapat dideteksi dengan
hysterosalpingogram atau MRI.

Dinding rahim secara histologik terdiri dari 3 lapisan:

1.) Lapisan serosa (lapisan peritoneum), meliputi dinding rahim bagian luar.
Menutupi bagian luar uterus. Merupakan penebalan yang diisi jaringan ikat dan
pembuluh darah limfe dan urat syaraf. Peritoneum meliputi tuba dan mencapai
dinding abdomen.
2.) Lapisan otot (miometrium), terdiri otot polos yang disusun sedemikian rupa
sehingga dapat mendorong isinya keluar pada persalinan. Otot uterus terdiri dari
3 lapisan :
 Lapisan luar:
Lapisan seperti cup melengkung melalui fundus menuju kearah ligament.

 Lapisan dalam:
Merupakan serabut-serabut otot yang berfungsi sebagai sphincter terletak pada
ostium internum tubae dan orificium uteri internum.

 Lapisan tengah:
Terletak antara ke dua lapisan di atas, merupakan anyaman serabut otot yang
tebal ditembus oleh pembuluh-pembuluh darah, jadi dinding uterus terutama
dibentuk oleh lapisan tengah ini. Masing-masing serabut mempunyai 2
lengkungan hingga keseluruhannya berbentuk angka 8, dengan struktur seperti
ini setelah persalinan serabut-serabut ini berkonstriksi dan menekan pembuluh
darah, jadi bekerja sebagai penjepit pembuluh darah, dengan demikian
pendarahan dapat terhenti.
3.) Lapisan mukosa (endometrium), pada endometrium didapatkan lubang- lubang
kecil, merupakan muara-muara dari saluran-saluran kelenjar uterus yang dapat

13
menghasilkan sektret alkalis yang membasahi cavum uteri. Epitel endometrium
berbentuk silindris. Tebalnya, susunan dan faalnya berubah secara siklis karena
dipengaruhi oleh hormon- hormon ovarium.

c. Ovarium

Ovarium merupakan bangunan oval di kanan dan kiri uterus berukuran kira-
kra 5x3x1,5 cm pada masa reproduksi. Ovarium terletak di fossa ovarica ( fossa
Waldeyer), yaitu suatu cekungan pada percabangan a. Iliaca eksterna dan a.
Hipogastrika. Vaskularisasi berasal dari a. Ovarica dan a.Uterina.

Ovarium diikat oleh dua ligament yaitu ligamentum ovarii proprium yang
menggantungkan ke uterus dan ligamentum suspensorium ovarii (infundibulo-
pelvicum) yang menggantungkan ke dinding lateral panggul. Selain fungsi utama
sebagai tempat pematangan sel-sel germinal, ovarium juga berfungsi sebagi
sumber produksi hormon-hormon.

Ovarium terdiri dari bagian luar (cortex) dan bagian dalam (medulla). Pada
cortex terdapat folikel-folikel primordial. Pada medulla terdapat pembuluh darah,
urat saraf dan pembuluh lympha.

2.3 Fisiologi Alat Reproduksi Wanita

Berdasarkan fungsinya alat reproduksi wanita mempunyai 3 fungsi, yaitu:

a. Fungsi Seksual
Alat yang berperan adalah vulva dan vagina. Kelenjar pada vulva yang
dapat mengeluarkan cairan, berguna sebagai pefumas pada saat sanggama. Selain
itu vulva dan vagina juga berfungsi sebagai jalan lahir.

14
b. Fungsi Hormonal
Yang disebut fungsi hormonal ialah peran indung telur dan rahim didalam
mempertahankan ciri kewanitaan dan pengaturan haid. Perubahan-perubahan
fisik dan psikis yang terjadi sepanjang kehidupan seorang wanita erat
hubungannya dengan fungsi indung telur yang menghasilkan hormon-harmon
wanita yaitu estrogen dan progesteron.
Dalam masa kanak-kanak indung telur belum menunaikan fungsinya
dengan baik. ketika indung telur mulai berfungsi, yaitu kurang lebih pada usia 9
tahun, mulailah ia secara produktif menghasilkan hormon wanita. Hormon-
hormon ini mengadakan interaksi dengan hormon-hormon yang dihasilkan
kelenjar-kelenjar di otak. Akibatnya terjadilah perubahan-perubahan fisik pada
wanita. terjadi pertumbuhan payudara, kemudian terjadi pertumbuhan rambut
kemaluan diikuti rambut-rambut di ketiak. Selanjutnya terjadilah haid yang
pertama kali, disebut menarche, yaitu sekitar usia 10-16 tahun.

Menurunnya fungsi indung telur ini sering disertai gejala-gejala panas,


berkeringat, jantung berdebar, gangguan psikhis yaitu emosi yang labil. Pada saat
ini terjadi pengecilan alat-alat reproduksi dan kerapuhan tulang.

c. Fungsi reproduksi

Tugas reproduksi dilakukan oleh indung telur, saluran telur dan rahim.
Sel telur yang setiap bulannya dikeluarkan dari kantung telur pada saat masa
subur akan masuk kedalam saluran telur untuk kemudian bertemu dan menyatu
dengan sel benih pria ( spermatozoa ) membentuk organisme baru yang disebut
zygote, pada saat inilah ditentukan jenis kelamin janin dan sifat -sifat genetiknya.
Selanjutnya zygote akan terus berjalan sepanjang saluran telur dan masuk
kedalam rahim. Biasanya pada bagian atas rahim zygote akan menanamkan diri

15
dan berkembang menjadi mudigah. Mudigah selanjutnya tumbuh dan
berkembang sebagai Janin yang kemudlan akan lahir pada umur kehamilan
cukup bulan. Masa subur pada siklus haid 28 hari, terjadi sekitar hari ke
empatbelas dari hari pertama haid. Umur sel telur sejak dikeluarkan dari indung
telur hanya benumur 24 jam, sedangkan sel benih pria berumur kurang lebih 3
hari.

2.4 Definisi Hymen Imperforata

Hymen imperforata/ Atresia hymen merupakan hymen dengan membrane


yang solid tanpa lubang. Hymen imperforata merupakan salah satu dari penyebab
Pseudoamenorrhea / Cryptomenorrhea (haid ada, tetapi darah haid tidak keluar) yang
bersifat kongenital dan abnormalitas ini terjadi pada bagian distal saluran genitalia
wanita.2
Pada Kasus :
- Tampak hymen menutupi seluruh introitus vagina, warna kemerahan, hymen
buldging (+), darah (-).
- Usia pubertas tapi belum menarche

2.5 Epidemiologi
• Insiden terjadinya hymen imperforata adalah sebesar 0.1% dari seluruh wanita
usia pubertas.
• 1 kasus dari 1000 populasi sampai 1 kasus dari 10.000 populasi.
• Dari 147 gadis premenstruasi dengan usia 63 bulan, < 1% mengalami hymen
imperforata dan 2% mengalami septa hymen.3

16
2.6 Etiologi

Anomali traktus genitalia akibat perkembangan embriologi yang abnormal


atau kurang sempurna. Hymen imperforata merupakan suatu malformasi kongenital
tetapi dapat juga terjadi akibat jaringan parut oklusif karena sebelumnya terjadi
cedera atau infeksi. Secara embriologi, hymen merupakan sambungan antara bulbus
sinovaginal dengan sinus urogenital, berbentuk membrane mukosa yang tipis. Hymen
berasal dari endoderm epitel sinus urogenital, dan bukan berasal dari duktus
mullerian. Hymen mengalami perforasi selama masa embrional untuk
mempertahankan hubungan antara lumen vagina dan vestibulum. Hymen merupakan
lipatan membrane irregular dengan berbagai jenis ketebalan yang menutupi sebagian
orifisium vagina, terletak mulai dari dinding bawah uretra sampai ke fossa
navikularis.2
Hymen Imperforata terbentuk karena ada bagian yang persisten dari
membrane urogenital dan terjadi ketika mesoderm dari primitive streak yang
abnormal terbagi menjadi bagian urogenital dari membran cloacal. Hymen
Imperforata tanpa mukokolpos yang berasal dari jaringan fibrous dan jaringan lunak
antara labium minora sulit dibedakan dengan tidak adanya vagina. Aplasia dan atresia
vagina terjadi karena kegagalan perkembangan duktus mullerian, sehingga vagina
tidak terbentuk dan lubang vagina hanya berupa lekukan kloaka.2

2.7 Gejala Klinis


Sebagian kelainan ini tidak dikenali sebelum menarche, setelah itu akan
terjadi molimenia menstrualia (nyeri yang siklik tanpa haid), yang dialami setiap
bulan. Sesekali hymen imperforata ditemukan pada neonatus atau anak kecil. Vagina
terisi cairan (sekret) yang disebut hidrokolpos. Bila diketahui sebelum pubertas, dan
segera diberi penanganan asimptomatik, serta dilakukan hymenektomi, maka dari
vagina akan keluar cairan mukoid yang merupakan kumpulan dari sekresi serviks.
Kebanyakan pasien datang berobat pada usia 13-15 tahun, dimana gejala mulai

17
tampak, tetapi menstruasi tidak terjadi. Darah menstruasi dari satu siklus menstruasi
pertama atau kedua yang terkumpul di vagina belum menyebabkan peregangan
vagina dan belum menimbulkan gejala.2

Hymen Buldging

Darah yang terkumpul di dalam vagina (hematokolpos) menyebabkan hymen


tampak kebiru-biruan dan menonjol (hymen buldging) akibat meregangnya membran
mukosa hymen. Keluhan yang timbul pada pasien adalah rasa nyeri, kram pada perut
selama menstruasi dan haid tidak keluar. Bila keadaan ini dibiarkan berlanjut maka
darah haid akan mengakibatkan over distensi vagina dan kanalis servikalis, sehingga
terjadi dilatasi dan darah haid akan mengisi kavum uteri (Hematometra).2

Hematometra dan Hematokolpos dengan Ultrasonografi

18
Tekanan intra uterin mengakibatkan darah dari kavum uteri juga dapat
memasuki tuba fallopi dan menyebabkan hemotosalfing karena terbentuknya adhesi
(perlengketan) pada fimbriae dan ujung tuba, sehingga darah tidak masuk atau hanya
sedikit yang dapat masuk ke kavum peritoneum membentuk hematoperitoneum.2

Gejala yang paling sering terjadi akibat over distensi vagina, diantaranya
rasa sakit perut bagian bawah, nyeri pelvis dan sakit di punggung bagian belakang.
Gangguan buang air kecil terjadi karena penekanan dari vagina yang distensi ke
uretra dan menghambat pengosongan kandung kemih. Rasa sakit pada daerah supra
pubik bersamaan dengan gangguan air kecil menimbulkan disuria, urgensi,
inkontinensia overflow, selain itu juga dapat disertai penekanan pada rectum yang
menimbulkan gangguan defekasi.2

Gejala teraba massa di daerah supra pubik karena terjadinya pembesaran


uterus, hematometra, distensi kandung kemih, hematoperitoneum, bahkan dapat
terjadi iritasi menyebabkan peritonitis. Rock dkk (1997), mengamati 13 pasien
hymen imperforata, 10 pasien diantaranya mengalami distensi uterus dan vagina yang
luas, setelah diamati sampai usia dewasa, seluruh pasien mengalami endometriosis
pelvik, diduga akibat menstruasi retrograde yang terjadi ke dalam rongga abdolmen,
saat hymen imperforata belum tertangani.2

Pada Kasus :

• Benjolan di perut kiri bawah yang dirasakan semakin hari semakin membesar,
keras dan nyeri jika ditekan

• Benjolan semakin nyeri dan nyeri menjalar ke punggung kiri

• Pasien sempat tidak bisa BAK selama 1 hari

Pemeriksaan Fisik

19
• Teraba massa at regio suprapubic sampai hipokondrium sinistra, ukuran
10x5x3 cm, konsistensi kistik, terfiksir, permukaan rata, nyeri tekan (+)

• Hymen buldging (+)

2.8 Patofisiologi
Hymen imperforata merupakan suatu malformasi kongenital tetapi dapat juga
terjadi akibat jaringan parut oklusif karena sebelumnya terjadi cedera atau infeksi.
Secara embriologi, hymen merupakan sambungan antara bulbus sinovaginal dengan
sinus urogenital, berbentuk membrane mukosa yang tipis. Hymen berasal dari
endoderm epitel sinus urogenital, dan bukan berasal dari duktus mullerian. Hymen
mengalami perforasi selama masa embrional untuk mempertahankan hubungan antara
lumen vagina dan vestibulum. Hymen merupakan lipatan membrane irregular dengan
berbagai jenis ketebalan yang menutupi sebagian orifisium vagina, terletak mulai dari
dinding bawah uretra sampai ke fossa navikularis.
Hymen Imperforata terbentuk karena ada bagian yang persisten dari membran
urogenital dan terjadi ketika mesoderm dari primitive streak yang abnormal terbagi
menjadi bagian urogenital dari membran cloacal. Hymen Imperforata tanpa
mukokolpos yang berasal dari jaringan fibrous dan jaringan lunak antara labium
minora sulit dibedakan dengan tidak adanya vagina. Aplasia dan atresia vagina terjadi
karena kegagalan perkembangan duktus mullerian, sehingga vagina tidak terbentuk
dan lubang vagina hanya berupa lekukan kloaka.

2.9 Pemeriksaan Penunjang


a. Pemeriksaan Laboratorium

 Pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan pemeriksaan darah rutin, dan


urinalisa. 3

20
b. Pemeriksaan Imaging

 Foto abdomen (BNO-IVP), USG abdomen serta MRI Abdominal dan pelvis
dapat memberikan gambaran imaging untuk uterovaginal anomali.
 Dengan USG dapat segera didiagnosis hematokolpos atau
hematometrokolpos, Selain itu, transrectal ultrasonography dalam membantu
delineating complex anatomy. Apabila dengan USG tidak jelas, diperlukan
pemeriksaan MRI.
 USG dan MRI sebagai pemeriksaan penunjang untuk mengetahui apakah ada
kongenital anomali traktus urinaria yang menyertai. 3

c. Pemeriksaan Tambahan Lain

 Pemeriksaan invasif tidak perlu dilakukan untuk membantu menegakkan


diagnosis sampai terapi definitif dilakukan, mengingat pasien akan merasa
cemas (kebanyakan pasien usia muda/usia pubertas).
 Laparoskopi direkomendasikan pada beberapa kasus tertentu untuk
mengevakuasi menstruasi retrograde yang memasuki rongga pelvik dan intra-
abdominal. Prosedur ini diharapkan dapat meminimalisir potensi terjadinya
endometriosis sekunder pada usia dewasa.3

2.10 Diagnosis Banding


- Adhesi labium congenital
- Septum vagina
- Kista vagina
- Vaginal agenesis (Mayer-Rokitansky-Kuster-Hauser syndrome)
- Testicular feminization syndrome 3

21
2.11 Penatalaksanaan
Terapi pada himen imperforata yang paling utama adalah membebaskan aliran keluar
cairan menstruasi dari orifisium vagina. Secara umum terdapat 2 terapi pada kasus
ini; medikamentosa dan tindakan bedah.

MEDIKAMENTOSA

Terapi medikamentosa pada kasus himen imperforata adalah bersifat


simptomatik untuk mengurangi gejala terutama nyeri. Pemberian NSAID (Non-
steroidal Anti-inflammatory Drugs) yang berfungsi sebagai analgesik dapat
mengurangi nyeri abdomen pada penderita. Contoh analgesik yang dapat diberikan
pada penderita: (5,7)

1. Aspirin 325-650mg P.O. / 4 jam

2. Paracetamol 500mg P.O /4-6 jam

3. Ibuprofen 200-400mg P.O / 4-6 jam

4. Ketorolac 10mg P.O / 4-6 jam

Penggunaan kontraseptif oral bermanfaat guna menekan proses menstruasi


untuk menghambat progesifitas penyakit dan akumulasi cairan menstruasi dalam
vagina sehingga memungkinkan pemeriksaan tambahan dilakukan pada pasien. (5)

TINDAKAN PEMBEDAHAN
Apabila hymen imperforata dijumpai sebelum pubertas, membran hymen
dilakukan insisi/ hymenotomi dengan cara sederhana dengan melakukan insisi silang
(gambar 1) atau dilakukan pada posisi 2, 4, 8 dan 10 arah jarum jam disebut insisi
stellate (gambar 2).4

22
Pendapat lain mengatakan, bila dijumpai hymen imperforata pada anak kecil/
balita tanpa menimbulkan gejala, maka keadaan diawasi sampai anak lebih besar dan
keadaan anatomi lebih jelas, dengan demikian dapat diketahui apakah yang terjadi
hymen imperforata atau aplasia vagina.4
Pada insisi silang tidak dilakukan eksisi membrane hymen, sementara pada
insisi stellate setelah insisi dilakukan eksisi pada kuadran hymen dan pinggir mukosa
hymen di aproksimasi dengan jahitan mempergunakan benang delayed-absorbable.
Tindakan insisi saja tanpa disertai eksisi dapat mengakibatkan membrane hymen
menyatu kembali dan obstruksi membrane hymen terjadi kembali.5
Untuk mencegah terjadinya jaringan parut dan stenosis yang mengakibatkan
dispareunia, eksisi jaringan jangan dilakukan terlalu dekat dengan mukosa vagina.
Setelah dilakukan insisi akan keluar darah berwarna merah tua kehitaman yang
kental. Sebaiknya posisi pasien dibaringkan dengan posisi fowler. Selama 2-3 hari
darah tetap akan mengalir, disertai dengan pengecilan vagina dan uterus. Selain itu,
pemberian antibiotik profilaksis juga diperlukan.4
Evaluasi vagina dan uterus perlu dilakukan sampai 4-6 minggu paska
pembedahan, bila uterus tidak mengecil, perlu dilakukan pemeriksaan inspeksi dan
dilatasi serviks untuk memastikan drainase uterus berjalan dengan lancar. Bila
hematokolpos belum keluar, instrumen intrauterine jangan dipergunakan karena
bahaya perforasi dapat terjadi akibat peregangan uterus yang berlebihan.5

23
Insisi Silang Insisi Stellate

Insisi Stellate dilakukan pada posisi arah jam 2, 4, 8 dan 10


Tiap kuadran dieksisi ke arah lateral, tepi dari mukosa hymen dijahit dengan benang
delayed absorbable.

Beberapa Teknik Hymenektomi : 5

24
(1) The patient is placed in the dorsal (2) The hymenal tags are grasped by
lithotomy position. The perineum tissue forceps, and a small Metzenbaum
is prepped and draped. The labia scissors is inserted through the opening.
are retracted. Stellate incisions are made to open the
vaginal canal. If mucus is present, it is
gently irrigated away with saline
solution.

(3) As each stellate tag is elevated with


tissue forceps, it is excised at the
introital level, and its base is sutured
with interrupted 3-0 synthetic
absorbable suture.

Atlas of Pelvic Surgery (online edition) Clifford R. Wheeless, Jr., M.D. and Marcella
L. Roenneburg, M.D.

2.12 Komplikasi

• Penanganan dengan teknik operasi yang baik jarang menimbulkan komplikasi


• Hematocolpos faktor resiko terjadinya PID yang akan berimplikasi terhadap
terjadinya infertilitas, nyeri pelvis dan kehamilan ektopik. 3

25
2.13 Prognosis
Prognosis secara klinis umumnya baik. Angka kesembuhan mencapai 90%
kasus setelah dilakukan pembedahan. Dari hasil studi menunjukkan wanita dengan
hymen imperforata dapat mengalami siklus menstruasi normal dan kehamilan seperti
biasanya. Terdapat 10% kasus hymen dapat dapat tertutup kembali pada teknik
pembedahan tidak tepat.3

26
BAB III
LAPORAN KASUS

3.1 IDENTITAS PASIEN


Nama : Nn. TY
Usia : 12 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Dsn. II jalan peteran Pancur Batu
Tanggal Masuk RS : 11 November 2017
Tanggal Pemeriksaan : 11 November 2017
No. MR : 25.54.22

3.2 ANAMNESIS
KU : Nyeri perut
RPS : Nn.P0A0 datang ke Poli Obgyn RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam,
mengeluhkan nyeri perut bawah dialami 1 minggu dan memberat 2
hari sebelum masuk RS. Pasien belum pernah sakit sebelumnya,
riwayat keluar darah dari kemaluan (-), riwayat sudah pernah haid
sebelumnya (-). Riwayat BAB (+) normal. Riwayat demam (-). 10
hari SMRS pasien merasa benjolan semakin nyeri, nyeri terus
menerus dan nyeri menjalar ke punggung kiri. Muntah (-), mual (-),
pusing (-), nyeri ulu hati (-), pegal (+) di pinggang. Pasien sudah
pernah mengkonsumsi obat-obatan (tidak tahu nama obatnya) dan
berkurang setelah meminumnya.

27
RPD : Riwayat penyakit kista disangkal
Riwayat penyakit tumor disangkal
RPK : Riwayat penyakit tumor/keganasan di keluarga disangkal
Riwayat penyakit yang sama di keluarga disangkal

R. Perkawinan : Belum pernah kawin


R. Persalinan : Belum pernah melahirkan
R. Pengobatan : Mengkonsumsi obat-obatan
R. Operasi : Disangkal
R. Haid :
 Menarke : -
 Siklus haid: -
 Lama haid : -
 Nyeri haid : -

3.3 Pemeriksaan Fisik


A. Status Present :
 KU : Tampak sakit sedang
 Kesadaran : Compos mentis
 TD : 110/70 mmHg
 Nadi : 80 x/menit
 Pernapasan : 20 x/menit
 Suhu : 36,80 C
 BB : 47 kg
 TB : 155 cm

B. Status Generalis :
1. Kepala : normochepali

28
2. Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), radang (-/-), pupil
isokor , refleks cahaya (+/+)
3. Hidung : simetris, deformitas (-), sekret (-), darah (-)
4. Mulut : tidak ada gangguan dalam membuka rahang, tampak arkus faring,
uvula dan palatum molle, Tonsil T1/T1, darah (-), susunan gigi baik, gigi
palsu (-)
5. Telinga : nyeri tekan tragus (-), serumen (-)
6. Leher : Simetris, deviasi trakea(-), pembesaran KGB (-)

7. Thoraks
a. Pulmo
Inspeksi : Gerakan dinding dada simetris kiri kanan
Palpasi : stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi : vesikuler (+) normal, suara tambahan (-)
b. Jantung
Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba di SIC V linea midclavicula sinistra
Perkusi : batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : S1-S2 reguler, bising (-)
8. Abdomen
Inspeksi : tampak cembung
Palpasi : teraba massa at regio suprapubis ampai hipokondrium sinistra,
ukuran 10x5x3 cm, konsistensi keras, terfiksir, permukaan
rata, nyeri tekan (+).
Perkusi : timpani
Auskultasi : peristaltik (+) normal
9. Ekstremitas

29
Superior : tanda trauma (-/-), deformitas (-/-), oedem (+/+) sianosis (-/-)
Inferior : tanda trauma (-/-), deformitas (-/-), oedem (+/+) sianosis (-/-)

C. Status Ginekologi
 Inspeksi :Tampak hymen menutupi seluruh introitus vagina, warna
kemerahan, hymen buldging (+), darah (-), Labia mayor :
dalam batas normal, Labia minor : dalam batas normal,
klitoris : dalam batas normal.
 Inspekulo & VT : Tidak diperiksa
RT : Tidak diperiksa

3.4 Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan darah (tanggal 11 November 2017) :

Jenis Pemeriksaan Nilai Satuan Nilai Normal

L : 13-18
HB 14.0 g%
P : 12-16

LED 10 % 0-20
L : 4,5-6,5
Eritrosit 4,89 106/mm3
P : 3,8-5,8
Leukosit 11,7 103/mm3 4-11
HCT 40,6 % 37 – 47
MCV 83,1 Fl 80 – 94
MCH 28,6 Pg 27 – 31
MCHC 34,4 g/dl 33 – 37
PLT 360.0 103/mm3 150 – 450

30
2. Pemeriksaan USG :

 Kandung kemih terisi baik


 Tampak gambaran hipoechoic di dalam cavum uteri, kesan : hematometra
 Tampak gambaran hipoechoic pada kanalis servikalis dan vagina,
 Kesan : hematokolpos
 Kedua adneksa dalam batas normal
 Tidak tampak cairan bebas

Kesan :
Hematometra + Hematokolpos

3.5 Resume

Nn.P0A0 datang ke Poli Obgyn RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam, mengeluhkan
nyeri perut bawah dialami 1 minggu dan memberat 2 hari sebelum masuk RS. Pasien
belum pernah sakit sebelumnya, riwayat keluar darah dari kemaluan (-), riwayat
sudah pernah haid sebelumnya (-). Riwayat BAB (+) normal. Riwayat demam (-). 10

31
hari SMRS pasien merasa benjolan semakin nyeri, nyeri terus menerus dan nyeri
menjalar ke punggung kiri. Muntah (-), mual (-), pusing (-), nyeri ulu hati (-), pegal
(+) di pinggang. Pasien sudah pernah mengkonsumsi obat-obatan (tidak tahu nama
obatnya) dan berkurang setelah meminumnya.

Pemeriksaan abdomen: Palpasi teraba massa at regio suprapubic sampai


hipokondrium sinistra, ukuran 10x5x3 cm, konsistensi keras, terfiksir, permukaan
rata, nyeri tekan (+). Pemeriksaan ginekologi : Tampak hymen menutupi seluruh
introitus vagina, warna kemerahan, hymen buldging (+), darah (-). Pemeriksaan USG
menunjukkan kesan : Hematometra + Hematokolpos.

3.6 Diagnosa Banding

1) Hymen Imperforata
2) Ateresia Vagina
3) Kista Vagina

3.7 Diagnosis Kerja


Hymen Imperforata

3.8 Penatalaksanaan
a. Rencana Penatalaksanaan
- Rencana hymenektomi (insisi silang)
- Observasi KU, TTV, perdarahan, dan lab ulang post hymenektomi
- USG post hymenektomi
- Antibiotik dan analgetik oral

32
b. Penatalaksanaan
- Hymenektomi (insisi silang)
- IVFD RL 20 gtt/i
- Cefadroxil 2 x 500 mg
- Asam mefenamat 3 x 500 mg
- Inj.Ranitidine 1ampul /12jam
- Inj. Novalgin 1 ampul /12 jam

c. Laporan Operasi
- Jenis Operasi : Hymenektomi
- Diagnosis Pra operatif : Hymen Imperforata
- Diagnosis Post Operatif : Post hymenektomi
- Tanggal : Senin, 13 November 2017
- Jam Operasi mulai : 12.30 WIB
- Prosedur Operasi :
 Dibawah anestesi spinal dilakukan vulva hygiene lalu ditutup dengan doek steril
kecuali lapangan operasi.
 Dilakukan insisi pada septum dimulai dari arah jam 12 ke jam 3, lalu ke arah
jam 6, kemudian ke arah jam 9 lalu berakhir pada arah jam 12.
 Keluar darah haid dengan volume + 500 cc.
 KU pasien post op : baik

3.9 Prognosis
 Quo ad vitam : bonam
 Quo ad fungtionam : bonam
 Quo ad sanationam : bonam

33
BAB IV
KESIMPULAN

Kelainan kongenital merupakan manifestasi penyimpangan pertumbuhan dan


pembentukan organ tubuh. Himen adalah suatu membran tipis tidak utuh yang
melingkari orifisium vagina dan mempunyai satu atau beberapa lubang
memungkinkan keluarnya darah menstruasi. Sedangkan kelainan hymen imperforata
merupakan

34
DAFTAR PUSTAKA

1. Derek, Llewellyn. 2015. Obstetri dan Ginekologi Edisi 6. Jakarta: Hipokrates

2. Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina


Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

3. http://emedicine.medscape.com/article/269050-workup#a0720 diakses pada


21 November 2017.

4. Prawirohardjo, Sarwono. 2015. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta: Yayasan


Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

5. Wim, de Jong dan Sjamsuhidayat. 2015. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta:EGC

35

Anda mungkin juga menyukai