Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

TUBERKLOSIS

OLEH :

BETTY SILALAHI, AMG


NIM: 1602031009

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................................. i


Daftar isi ........................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 2
C. Tujuan......................................................................................................................... 2
BAB II Tinjauan Teori ................................................................................................. 3
2.1. Pengetian Tuberkulosis ............................................................................................ 3
2.2. Etiologi ..................................................................................................................... 3
2.3. Patofisiologi ............................................................................................................. 4
2.4. Manifestasi Klinis .................................................................................................... 5
2.5. Komplikasi ............................................................................................................... 6
2.6. Klasifikasi Penyakit Tuberkulosis ........................................................................... 6
2.7. Cara Penularan Tuberkulosis ................................................................................... 7
2.8. Pengobatan Tuberkulosis ......................................................................................... 8
BAB III PENUTUP ....................................................................................................... 10
A. Kesimpulan ................................................................................................................ 10
B. Saran ........................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 11

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas berkat rahmat-
Nya kami dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya. Tak lupa pula kami mengucapkan
terima kasih kepada dosen Mata Gizi Keluarga yang telah memberikan tugas ini kepada kami
sebagai upaya untuk menjadikan kami manusia yang berilmu dan berpengetahuan.
Keberhasilan kami dalam menyelesaikan makalah ini tentunya tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak. Untuk itu, kami menyampaikan terima kasih pada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan
masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki, untuk itu, kami mengharapkan saran yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini, sehingga dapat bermanfaat bagi siapapun yang
membacanya.

Pematangsiantar, 12 Oktober 2017


Penulis

Betty Silalahi, AMG

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat
sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi
organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia.
Insidensi TBC dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir ini di seluruh
dunia. Demikian pula di Indonesia, Tuberkulosis / TBC merupakan masalah kesehatan, baik dari
sisi angka kematian (mortalitas), angka kejadian penyakit (morbiditas), maupun diagnosis dan
terapinya. Dengan penduduk lebih dari 200 juta orang, Indonesia menempati urutan ketiga
setelah India dan China dalam hal jumlah penderita di antara 22 negara dengan masalah TBC
terbesar di dunia.
Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes RI tahun 1992, menunjukkan
bahwa Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit kedua penyebab kematian, sedangkan pada
tahun 1986 merupakan penyebab kematian keempat. Pada tahun 1999 WHO Global Surveillance
memperkirakan di Indonesia terdapat 583.000 penderita Tuberkulosis / TBC baru pertahun dengan
262.000 BTA positif atau insidens rate kira-kira 130 per 100.000 penduduk. Kematian akibat
Tuberkulosis / TBC diperkirakan menimpa 140.000 penduduk tiap tahun. Jumlah penderita TBC
paru dari tahun ke tahun di Indonesia terus meningkat.
Saat ini setiap menit muncul satu penderita baru TBC paru, dan setiap dua menit muncul
satu penderita baru TBC paru yang menular. Bahkan setiap empat menit sekali satu
orang meninggal akibat TBC di Indonesia.Sehingga kita harus waspada sejak dini &
mendapatkan informasi lengkap tentang penyakit TBC.

4
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari TBC?
2. Bagaimana penyebab penyakit TBC?
3. Bagaimana Patofisiologi TBC?
4. Apa manifestasi klinis seseorang menderita TBC?
5. Apa komplikasi TBC?
6. Apa saja klasifikasi TBC?
7. Bagaimana Pengobatan TBC

C. Tujuan
Adapun tujuan penulisannya adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian dari TBC.
2. Untuk mengetahui penyebab penyakit TBC.
3. Untuk mengetahui patofisiologi TBC.
4. Untuk manifestasi klinis penderita TBC.
5. Untuk mengetahui kompilasi TBC.
6. Untuk mengetahui klasifikasi penderita TBC.
7. Untuk mengetahui pengobatan TBC

5
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1. Pengertian Tuberkulosis
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TBC
(Mycobacterium tuberculosis) (Kemenkes RI, 2013). Tuberkulosis adalah penyakit infeksius,
yang terutama menyerang parenkim paru. Sebagian besar kuman TBC menyerang paru, tetapi
dapat juga mengenai organ tubuh lainnya termasuk meninges, ginjal, tulang, dan nodus limfe
(Smeltzer & Bare, 2002). Tuberkulosis merupakan infeksi bakteri kronik yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis dan ditandai oleh pembentukan granuloma pada jaringan yang
terinfeksi dan oleh hipersensifitas yang diperantarai sel (cell- mediated hypersensitivity) (Wahid
dan Suprapto, 2014).
Menurut Depkes (2007) Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang
disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Tuberkulosis (TB) adalah penyakit
infeksius, yang terutama menyerang penyakit parenkim paru (Brunner & Suddarth, 2002).
Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksius yang menyerang paru-paru yang secara khas
ditandai oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan nekrosis jaringan. Penyakit ini bersifat
menahun dan dapat menular dari penderita kepada orang lain (Santa, dkk, 2009).

2.2. Etiologi
Penyakit tuberkulosis disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Kuman ini
berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh
karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA) (Depkes RI, 2008). Basil ini tidak
berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan, sinar matahari dan sinar ultraviolet
(Nurarif dan Kusuma, 2013), tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan
lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant, tertidur selama beberapa tahun
(Depkes RI, 2008). Ada dua macam mikobakteria tuberkulosis yaitu tipe human dan tipe bovin.
Basil tipe bovin berada dalam susu sapi yang menderita mastitis tuberkulosis usus. Basil tipe
human bisa berada di bercak ludah (droplet) di udara yang berasal dari penderita TBC terbuka
(Nurarif dan Kusuma, 2013).

6
2.3. Patofisiologi
Tempat masuk kuman mycobacterium adalah saluran pernafasan, infeksi tuberculosis
terjadi melalui (airborn) yaitu melalui instalasi dropet yang mengandung kuman-kuman basil
tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi. Basil tuberkel yang mempunyai permukaan
alveolis biasanya diinstalasi sebagai suatu basil yang cenderung tertahan di saluran hidung atau
cabang besar bronkus dan tidak menyebabkan penyakit.

Setelah berada dalam ruangan alveolus biasanya di bagian lobus atau paru-paru atau
bagian atas lobus bawah basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan, leukosit
polimortonuklear pada tempat tersebut dan memfagosit namun tidak membunuh organisme
tersebut. Setelah hari-hari pertama masa leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang
akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut. Pneumonia seluler ini dapat
sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa yang tertinggal atau proses dapat juga
berjalan terus dan bakteri terus difagosit atau berkembang biak, dalam sel basil juga menyebar
melalui gestasi bening reginal. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan
sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit,
nekrosis bagian sentral lesi yang memberikan gambaran yang relatif padat dan seperti keju-lesi
nekrosis kaseora dan jaringan granulasi di sekitarnya terdiri dari sel epiteloid dan fibrosis
menimbulkan respon berbeda, jaringan granulasi menjadi lebih fibrasi membentuk jaringan parut
akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel.

Lesi primer paru-paru dinamakan fokus gholi dengan gabungan terserangnya kelenjar
getah bening regional dari lesi primer dinamakan komplet ghon dengan mengalami pengapuran.
Respon lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan dimana bahan cairan lepas
ke dalam bronkus dengan menimbulkan kapiler materi tuberkel yang dilepaskan dari dinding
kavitis akan masuk ke dalam percabangan keobronkial. Proses ini dapat terulang kembali di
bagian lain dari paru-paru atau basil dapat terbawa sampai ke laring, telinga tengah atau usus.
Kavitis untuk kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dengan meninggalkan
jaringan parut yang terdapat dekat dengan perbatasan bronkus rongga. Bahan perkijaan dapat
mengontrol sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran penghubung, sehingga kavitasi penuh
dengan bahan perkijuan dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang terlepas. Keadaan ini dapat

7
tidak menimbulkan gejala dalam waktu lama dan membentuk lagi hubungan denganbronkus dan
menjadi limpal peradangan aktif.
Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah.Organisme atau
lobus dari kelenjar betah bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah kecil, yang kadang-
kadang dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal sebagai
penyebaran limfo hematogen yang biasanya sembuh sendiri, penyebaran ini terjadi apabila fokus
nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk ke dalam sistem vaskuler
dan tersebar ke organ-organ tubuh (Price & Wilson,2005).

2.4. Manifestasi Klinik


Tanda dan gejala tuberculosis menurut Perhimpunan Dokter Penyakit Dalam
(2006) dapat bermacam-macam antara lain :
1. Demam
Umumnya subfebris, kadang-kadang 40-41 C, keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan
tubuh pasien dan berat ringannya infeksi kuman tuberculosis yang masuk.
2. Batuk
Terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang produk
radang. Sifat batuk dimulai dari batuk kering (non produktif). Keadaan setelah timbul
peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum atau dahak). Keadaan yang lanjut berupa
batuk darah haematoemesis karena terdapat pembuluh darah yang cepat. Kebanyakan batuk
darah pada TBC terjadi pada dinding bronkus.
3. Sesak nafas
Pada gejala awal atau penyakit ringan belum dirasakan sesak nafas. Sesak nafas akan ditemukan
pada penyakit yang sudah lanjut dimana infiltrasinya sudah setengah bagian paru-paru.
4. Nyeri dada
Gejala ini dapat ditemukan bila infiltrasi radang sudah sampai pada pleura, sehingga
menimbulkan pleuritis, akan tetapi, gejala ini akan jarangditemukan.

8
5. Malaise
Penyakit TBC paru bersifat radang yang menahun. Gejala malaise seringditemukan anoreksia,
berat badan makin menurun, sakit kepala, meriang, nyeri otot dan keringat malam. Gejala
semakin lama semakin berat dan hilang timbul secara tidak teratur.

2.5. Komplikasi
Menurut Suriadi (2006) kompliki dari TB Paru antara lain :
1. Meningitisas
2. Spondilitis
3. Pleuritis
4. Bronkopneumoni
5. Atelektasi
2.6. Klasifikasi Penyakit Tuberkulosis

a. Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru (parenkim paru)
tidak termasuk pleura (selaput paru). Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, menurut Depkes RI
(2008), TBC paru dibagi dalam :
 Tuberkulosis Paru BTA Positif
Sekurang-kurang 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif. Satu spesimen dahak SPS
hasilnya BTA positif dan foto rontgen dada menunjukkan gambar tuberkulosis aktif. Satu
spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TBC positif. Satu atau lebih
spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya
hasil BTA negative dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT
 Tuberkulosis Paru BTA Negatif
Pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif. Foto rontgen dada menunjukkan
gambar tuberkulosis aktif. TBC paru BTA negatif rontgen positif dibagi berdasarkan tingkat
keparahan penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan. Bentuk berat bila gambar foto rontgen
dada memperlihatkan gambar kerusakan paru yang luas dan/atau keadaan umum penderita
buruk (Depkes RI, 2008). Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan.

9
b. Tuberkulosis Ekstra Paru
Tuberkulosis ekstra paru adalah tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain
paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium) kelenjar lymfe, tulang
persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin dan lain-lain.
TBC ekstra paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakit yaitu :
 TBC Ekstra Paru Ringan
Misalnya TBC kelenjar limfe, pleuritis eksudativa unilateral tulang (kecuali tulang belakang),
sendi, dan kelenjar adrenal.
 TBC Ekstra Paru Berat
Misalnya meningitis, millier, perikarditis, peritionitis, pleuritis eksudativa duplex, TBC tulang
belakang, TBC usus, TBC saluran kencing dan alat kelamin (Depkes RI, 2008).

2.7. Cara Penularan Tuberkulosis


Sumber penularan adalah penderita TBC BTA (+) yang ditularkan dari orang ke orang
oleh transmisi melalui udara. Pada waktu berbicara, batuk, bersin, tertawa atau bernyanyi,
penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percian dahak) besar (>100 µ)
dan kecil (1-5 µ). Droplet yang besar menetap, sementara droplet yang kecil tertahan di udara
dan terhirup oleh individu yang rentan (Smeltzer & Bare, 2002). Droplet yang mengandung
kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam dan orang dapat terinfeksi
kalau droplet tersebut terhirup kedalam saluran pernapasan.
Setelah kuman TBC masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernapasan, kuman TBC
tersebut dapat menyebar dari paru ke bagian tubuh lainnya, melalui saluran peredaran darah,
sistem saluran limfe, saluran nafas, atau penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya.
Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari
parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut
(Depkes RI, 2008). Kemungkinan seseorang terinfeksi TBC ditentukan oleh tingkat penularan,
lamanya pajanan/kontak dan daya tahan tubuh (Kemenkes RI, 2013).
Infeksi HIV mengakibatkan kerusakan luas sistem daya tahan tubuh seluler,
sehingga jika terjadi infeksi oportunistik, seperti tuberkulosis, maka yang bersangkutan akan
menjadi sakit parah bahkan bisa mengakibatkan kematian. Bila jumlah orang terinfeksi HIV

10
meningkat, maka jumlah penderita TBC akan meningkat, dengan demikian penularan TBC di
masyarakat akan meningkat pula.

2.8.Pengobatan Tuberkulosis
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan
fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Paduan obat yang digunakan terdiri dari paduan obat utama dan
tambahan.
a. Obat Antituberkulosis (OAT)
Obat yang dipakai:
1. Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah:
 Rifampisin
 INH
 Pirazinamid
 Streptomisin
 Etambutol
2. Kombinasi dosis tetap (Fixed dose combination)
Kombinasi dosis tetap ini terdiri dari :
 Empat obat antituberkulosis dalam satu tablet, yaitu rifampisin 150 mg, isoniazid 75
mg, pirazinamid 400 mg dan etambutol 275 mg dan
 Tiga obat antituberkulosis dalam satu tablet, yaitu rifampisin 150 mg, isoniazid 75 mg
dan pirazinamid. 400 mg
3. Jenis obat tambahan lainnya (lini 2)
 Kanamisin
 Kuinolon
 Obat lain masih dalam penelitian ; makrolid,
 amoksilin + asam klavulanat
 Derivat rifampisin dan INH

11
Dosis OAT
 Rifampisin . 10 mg/ kg BB, maksimal 600mg 2-3X/ minggu atau BB > 60 kg : 600 mg
BB 40-60 kg : 450 mg BB < 40 kg : 300 mg Dosis intermiten 600 mg / kali
 INH 5 mg/kg BB, maksimal 300mg, 10 mg /kg BB 3 X seminggu, 15 mg/kg BB 2 X
semingggu atau 300 mg/hari untuk dewasa. lntermiten : 600 mg / kali
 Pirazinamid : fase intensif 25 mg/kg BB, 35 mg/kg BB 3 X semingggu, 50 mg /kg BB 2 X
semingggu atau : BB > 60 kg : 1500 mg BB 40-60 kg : 1 000 mgBB < 40 kg : 750 mg
 Etambutol : fase intensif 20mg /kg BB, fase lanjutan 15 mg/kg BB, 30mg/kg BB 3X
seminggu, 45 mg/kg BB 2 X seminggu atau : BB >60kg : 1500 mgBB 40 -60 kg : 1000 mg
BB < 40 kg : 750 mg Dosis intermiten 40 mg/ kgBB/ kali
 Streptomisin:15mg/kgBB atau BB >60kg : 1000mg BB 40 - 60 kg : 750 mg BB < 40 kg
: sesuai BB
 Kombinasi dosis tetap
Rekomendasi WHO 1999 untuk kombinasi dosis tetap, penderita hanya minum obat 3-4 tablet
sehari selama fase intensif, sedangkan fase lanjutan dapat menggunakan kombinasi
dosis 2 obat antituberkulosis seperti yang selama ini telah digunakan sesuai dengan pedoman
pengobatan. Pada kasus yang mendapat obat kombinasi dosis tetap tersebut, bila mengalami
efek samping serius harus dirujukke rumah sakit / fasiliti yang mampu menanganinya.

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan demikian, bahwa penyakit tuberculosis (TBC) itu disebabkan karena adanya bakteri
Mikobakterium tuberkulosa. Oleh karena itu untuk mencegah penularan penyakit ini sebaiknya
harus menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Tuberkulosis juga penyakit yang harus benar-
benar segera ditangani dengan cepat.
B. Saran
Saran yang paling tepat untuk mencegah penyakit tuberkulosis adalah
Meningkatkan daya tahan tubuh dengan makanan bergizi TBC adalah penyakit yang dapat
disembuhkan, untuk mencapai hal tersebut penderita dituntut untuk minum obat secara benar
sesuai yang dianjurkan oleh dokter serta teratur untuk memeriksakan diri ke klinik/puskesmas.

13
DAFTAR PUSTAKA

BAB II Konsep dasat tuberculosis,http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=8591(diakses


pada 11 Oktober 2017)

TB.repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/27940/Chapter%20II.pdf?...4.(diakses pada
12 Oktober 2017)

Makalah TBC pdf.erepo.unud.ac.id/11065/3/24c84443f9f66c008cfe2967d4ec91e9.pdf.(diakses


pada 12 Oktober 2017)

Pengobatan tuberculosis. eprints.undip.ac.id/44615/3/2.pdf.(diakses pada 12 Oktober 2017)

14

Anda mungkin juga menyukai