Anda di halaman 1dari 6

FURUNKEL

 Definisi
Furunkel ialah radang folikel rambut dan sekitamya. Jika lebih dari satu disebut
furunkulosis. Karbunkel ialah kumpulan furunkel.
 Etiologi
Staphylococcus aureus
 Gejala Klinis
Keluhan nyeri, dengan kelainan berupa nodus eritematosa berbentuk kerucut, di tengah
terdapat pustul. Kemudian melunak menjadi abses yang berisi pus dan jaringan nekrotik, lalu
memecah membentuk fistel. Tempat predileksi ialah tempat yang banyak friksi, misalnya
aksila dan bokong.
 Diagnosis
Anamnesis dan gambaran klinis
 Pemeriksaan Penunjang
Pewarnaan gram didapatkan bakteri dengan ciri S. aureus
 Pengobatan
Jika sedikit cukup dengan antibiotik topikal. Jika banyak digabung dengan antibiotik
sistemik. Kalau berulang-ulang mendapat furunkulosis atau karbunkel, cari faktor
predisposisi, misalnya diabetes melitus.

SKABIES
 Definisi
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap
Sarcoptes scabiel var hominis, dan produknya. Ditandai gatal malam hari, mengenai
sekelompok orang, dengan tempat predileksi di lipatan kulit yang tipis, hangat, dan lembab.
Gejala klinis dapat terlihat polimorfi tersebar di seluruh badan.
 Epidemologi
Ada dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemi skabies. Cara penularan:
1. Kontak langsung (kontak kulit dengan kulit), misalnya berjabat tangan, tidur bersama,
dan hubungan seksual
2. Kontak tak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal, dan lain-
lain.
 Gejala Klinis dan Diagnosis
Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda kardinal sebagai berikut:
1. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan oleh aktivitas tungau
lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.
2. Penyakit ini menyerang sekelompok manusia, misalnya dalam sebuah keluarga. Sehingga
seluruh keluarga terkena infeksi, di asrama. atau pondokan.
3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau
keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung
terowongan ditemukan papul atau vesikel. Namun, kunikulus biasanya sukar terlihat.
karena sangat gatal pasien selalu menggaruk, kunikulus dapat rusak karenanya. Tempat
predileksinya biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis yaitu sela-
sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian
depan, areola mame (perempuan), umbilikus, bokong, genitalia eksterna (laki-laki). Serta
pada bayi dapat menyerang telapak tangan, telapak wajah, kepala.
4. Menemukan tungau merupakan hal yang paling menunjang diagnosis. Dapat ditemukan
satu atau lebih stadium hidup tungau. Selain tungau dapat ditemukan telur dan kotoran
(skibala).
 Varian Skabies
1. Skabies Norwegia (skabies berkrusta)
Bentuk skabies ini ditandai dengan dermatosis berkrusta pada tangan dan kaki, kuku yang
distrofik, serta skuama yang generalisata. Bentuk ini sangat menular, tetapi rasa gatalnya
sangat sedikit. Tungau dapat ditemukan dalam jumlah yang sangat banyak. Penyakit
terdapat pada pasien dengan retardasi mental, kelemahan fisis, gangguan imunologik dan
psikosis.
2. Skabies nodular
Skabies dapat berbentuk nodular bila lama tidak mendapat terapi. sering terjadi pada bayi
dan anak, atau pada pasien dengan imunokompremais.
 Pemeriksaan Penunjang
Cara menemukan tungau:
1. Carilah mula-mula terowongan kemudian pada ujung yang terlihat papul atau vesikel
dicongkel dengan jarum dan diletakkan di atas sebuah objek, lalu ditutup dengan kaca
penutup dan dilihat dengan mikroskop cahaya
2. Dengan cara menyikat dengan sikat dan ditampung di atas selembar kertas putih dan
dilihat dengan kaca pembesar.
3. Dengan membuat biopsi
 Tata Laksana
Jenis obat topikal:
1. Belerang endap (sulfur presipitatum) dengan kadar 4-20% dalam bentuk salap atau krim.
Preparat ini karena tidak efektif terhadap stadium telur, maka penggunaan dilakukan
selama 3 hari berturut-turut. Kekurangan yang lain ialah berbau dan mengotori pakaian
serta kadang-kadang menimbulkan iritasi. Dapat dipakai pada bayi berumur kurang dari 2
tahun.
2. Emulsi benzi -benzoas (20-25%), efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam
selama 3 hari. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi, dan kadang-kadang makin
gatal dan panas setelah dipakai.
3. Gama benzena heksa klorida (gemeksan/gammexane) kadarnya 1% dalam krim atau losio,
termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan, dan
jarang memberi iritasi. Obat ini tidak dianjurkan pada anak di bawah 6 tahun dan ibu
hamil karena toksis terhadap susunan saraf pusat. Pemberian cukup sekali, kecuali jika
masih ada gejala, diulangi seminggu kemudian.
4. Krotamiton 10% dalam krim atau losio juga merupakan obat pilihan, mempunyai du efek
sebagai antiskabies dan antigatal; arus dijauhkan dari mata, mulut dan uretra.
5. Permetrin dengan kadar 5% dalam krim efektivitas sama, aplikasi hanya sekali, dan
dibersihkan dengan mandi setelah 8-10 jam. Pengobatan diulangi setelah seminggu.
Tidak dianjurkan pada bayi di bawah umur 2 bulan.
HIPERSENSITIVITAS TERHADAP GIGITAN SERANGGA

Hipersensitivitas (alergi) kulit terhadap serangga mencakup reaksi alergi akibat gigitan
(bites), sengatan (stings) serangga, dan kontak dengan bagian tubuh serangga. Serangga yang
paling sering menggigit (menusuk) di antaranya adalah nyamuk (mosquitoes), kutu berkaki 6
(fleas). kutu busuk (Cimex lectularius), dan serangga lainnya. Merupakan salah satu penyakit
kulit pada bayi dan anak yang banyak dijumpai sehari-hari. Gambaran klinis ditandai oleh papul
yang dikelilingi urtika dan di bagian tengahnya terdapat punctum (pungtum) bekas gigitan,
biasanya bersifat kronik-rekuren.
Mekanisme alergi, artropoda penyebab, dan penanggulangannya:
1. Kontak langsung, misalnya oleh kupu-kupu pada fase larva yaitu ulat bulu menyebabkan
catepillar dermatitis atau erusisme. Gambaran klinis berupa dermatitis disertai rasa panas dan
gatal. Penanggulangan: kulit segera dicuci atau direndam dengan air dan diolesi salap
kortikosteroid, serta dapat diberikan antihistamin oral
2. Sengatan, misalnya oleh lebah (terutama lebah pekerja dan betina) serta kalajengking, saat
menyengat mengeluarkan toksin yang mengandung enzim anafilaktogenik, hemolitik,
antigenik, sitolitik, dan neurotoksik, sehingga dapat menyebabkan edema, nekrosis, atau
urtikaria dan terberat adalah syok (renjatan) Sengat lebah dapat tertinggal di kulit.
Penanggulangan: bagian proksimal sengatan dipasang torniket, dibersihkan tidak boleh
ditekan, sengat lebah yang tertinggal di keluarkan, kompres es, lokal dapat diinfiltrasi
anestetikum. Bila terjadi renjatan (syok anafilaksis) diatasi sesuai SOP anafilaksis.
3. Gigitan, misalnya oleh kelabang, laba-laba, semut api, dan nyamuk. Kelabang mengeluarkan
toksin melalui kukunya menyebabkan rasa nyeri dan nekrotik di kulit, sedangkan laba-laba
mengeluarkan racun melalui mulutnya, namun hanya beberapa yang berbahaya bagi manusia,
gigitannya menyebabkan keracunan yang disebut dengan araknidisme. Penanggulangan
dapatdiberikan anti-histamin sistemik, bila berat diberikan kortikosteroid. Pengobatan topikal
berupa kortikosteroid potensi menengah atau kuat
4. Arthropod lain seperti skabies, pedikulosis, phthiriasis pubis dan capitis. Penanggulangan
sesuai tatalaksana baku
MELASMA
 Klasifikasi
Berdasarkan gambaran klinis:
1. Bentuk sentro-fasial meliputi daerah dahi, hidung, pipi, bagian medial, bawah hidung,
serta dagu (63%)
2. Bentuk malar meliputi hidung dan pipi bagian lateral (21%)
3. Bentuk mandibular meliputi daerah dagu (16%)
 Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Histopatologik
1. Tipe epidermal: melanin terutama terdapat di lapisan basal dan suprabasal, kadang-
kadang di seluruh stratum spinosum sampai stratum komeum; terdapat sel-sel
melanosit yang padat mengandung melanin, sel-sel lapisan basal, dan suprabasal, juga
terdapat pada keratinosit dan sel-sel stratum komeum.
2. Tipe dermal : terdapat makrofag bermelanin di sekitar pembuluh darah pada dermis
bagian atas dan bawah; terdapat fokus-fokus infiltrat pada dermis bagian atas.
b. Pemeriksaan Mikroskop Elektron
Gambaran ultrastruktur melanosit dalam lapisan basal memberi kesan aktivitas melanosit
meningkat.
c. Pemeriksaan dengan Sinar Wood
1. Tipe epidermal : warna lesi tampak lebih kontras
2. Tipe dermal : warna lesi tidak bertambah kontras
3. Tipe campuran : lesi ada yang bertambah kontras ada yang tidak
4. Tipe tidak jelas: dengan sinar Wood lesi menjadi tidak jelas, sedangkan dengan sinar
biasa jelas terlihat.
 Tata Laksana
1. Pengobatan topikal
a. Hidrokinon
Hidrokinon dipakai dengan konsentrasi 2-5%. Krim tersebut dipakai pada malam hari
disertai pemakaian tabir surya pada siang hari. Umumnya tampak perbaikan dalam 6-
8 minggu dan dilanjutkan sampai 6 bulan. Efek samping adalah dermatitis kontak
iritan atau aiergik. Setelah penghentian penggunaan hidrokinon sering terjadi
kekambuhan.
b. Asam retinoat (retinoic acidhretinoin)
Asam retinoat 0,1% terutama digunakan sebagai terapi tambahan atau terapi
kombinasi. Krim tersebut juga dipakai pada malam hari, karena pada siang hari dapat
terjadi fotodegradasi. Efek samping berupa eritema, deskuamasi, dan fotosensitasi.
c. Asam azeleat (azeleic acid)
Asam azeleat merupakan obat yang aman untuk dipakai. Pengobatan dengan asam
azeleat 20% selama 6 bulan memberikan hasil yang baik. Efek sampingnya rasa
panas dan gatal.
2. Pengobatan sistemik
a. Asam askorbat/Vitamin C
Vitamin C mempunyai efek merubah melanin bentuk oksidasi menjadi melanin
bentuk reduksi yang berwarna lebih cerah dan mencegah pembentukan melanin.
b. Glutation
Glutation bentuk reduksi adalah senyawa sulfhidril (SH), berpotensi menghambat
pembentukan melanin.
3. Tindakan khusus
a. Pengelupasan kimiawi
b. Bedah laser
 Pencegahan
1. Pencegahan terhadap timbulnya atau bertambah berat serta kambuhnya melasma adalah
perlindungan terhadap sinar matahari. Penderita diharuskan menghindari pajanan
langsung sinar ultra violet terutama antara pukul 09.00-15.00. Sebaiknya jika keluar
rumah menggunakan payung atau topi yang lebar. Melindungi kulit dengan memakai
tabir surya yang tepat, baik mengenai bahan maupun cara pemakaiannya. Pemakaian
tabir surya dianjurkan 30 menit sebelum terkena pajanan sinar matahari.
2. Menghilangkan faktor yang merupakan penyebab melasma misalnya menghentikan
pemakaian pil kontrasepsi, menghentikan pemakaian kosmetika yang berwarna atau
mengandung parfum, mencegah penggunaan obat, seperti hidantoin, sitostatika obat
antimalaria, dan minosiklin.

Anda mungkin juga menyukai