NPM : 1102016072
Pembuluh darah adalah bagian dari sistem sirkulasi yang mengangkut darah ke
seluruh tubuh. Ada tiga jenis pembuluh darah, yaitu arteri yang berfungsi membawa
darah dari jantung,kapiler yang berfungsi sebagai tempat pertukaran
sebenarnya airdan bahan kimia antara darah dan jaringan dan vena, yang membawa
darah dari kapiler kembali ke jantung. pembuluh darah terbesar adalah aorta.
Pembuluh darah adalah bagian dari sistem peredaran darah. Pembuluh darah biasa di
sebut oleh orang awam dengan sebutan urat. Pembuluh darah merupakan jaringan
elastis membawa darah dari jantung ke seluruh tubuh, kemudian mengembalikannya
lagi kedalam jantung. Pembuluh darah termasuk kedalam sistem pembuluh
darah,yang mana pada mamalia, sistem ini terdiri jantung, arteri besar, arteriol (arteri
kecil), kapiler (pembuluh darah kecil di ujung jaringan dan sel), venula (vena kecil)
dan vena. Fungsi utama sistem ini adalah menyalurkan darah yang mengandung
oksigen ke sel dan jaringan dan mengembalika darah vena ke paru-paru untuk
pertukaran gas oksigen (O2) dengan karbon dioksida (CO2).
Pembuluh Limfa adalah pembuluh yang mengangkut cairan dari jaringan menuju
darah. Selain itu, juga mengangkut lemak dan bahan bahan asing untuk dirombak ke
nodus limfe. Pembuluh limfa bermuara di berbagai jaringan dan peredarannya
termasuk sirkulasi terbuka. Di dalam tubuh terdapat dua pembuluh limfe berukuran
besar sebagai berikut.
Sistem limfatik adalah suatu sistem sirkulasi sekunder yang berfungsi mengalirkan
limfa atau getah bening di dalam tubuh. Limfa (bukan limpa) berasal dari
plasma darah yang keluar dari sistem kardiovaskular ke dalam jaringan sekitarnya.
Cairan ini kemudian dikumpulkan oleh sistem limfa melalui proses difusi ke dalam
kelenjar limfa dan dikembalikan ke dalam sistem sirkulasi.
1.2 Mekanisme
Pertukaran darah dan jaringan disekitarnya melalui dinding kapiler berlangsung
melalui difusi pasif dan Bulk flow
1. Difusi pasif
Di dinding kapiler tidak terdapat sistem transportasi, maka dari itu zat-zat terlarut
berpindah melalui peroses difusi yang menuruni gradien kosentrasi mereka. Proses
homeostatik ini dilakukan secara terus menerus menambahkan nutrien dan O2. Serta
mengelurakan CO2 dan zat-zat sisa sewaktu darah melewati organ-organ itu. Karena
dinding kapiler tidak membatasi lewatnya konstituen apapun kecuali protein plasma
tingkat pertukaran untuk setiap zat terlarut secara independen ditentukan oleh gradien
konsentrasi antara darah dan jaringan. Difusi ini dilakukan sampai tidak ada
perbedaan konsentrasi.
2. Bulk flow
Suatu volume cairan bebas-protein sebenarnya tersaring ke luar kapiler bercampur
dengan cairan interstisium dan kemudian di reabsorbsi proses ini disebut bulk flow.
Dinding kapiler berfungsi sebagai ayakan, dengan cairan bergerak melalui pori-
porinya yang terisi air. Apabila tekanan di dalam kapiler melebihi tekanan diluar,
cairan terdorong ke luar melalui pori-pori tersebut dikenal sebagai ultrafiltrasi.
Sebaliknya jika tekanan yang mengarah ke dalam melebihi tekanan ke arah luar,
terjadi perpindahan cairan dari kompartemen interstisium ke dalam kapiler melalui
pori-pori disebut reabsorbsi. Bulk flow terjadi karena perbedaan tekanan hidrostatik
dan tekanan onkotik antara plasma dan cairan interstisium.
1.3 Fungsi
Fungsi Kapiler :
1. Alat penghubung antara pembuluh darah arteri dan vena
2. Tempat terjadinya pertukaran zat-zat antara darah dan cairan jaringan. Oksigen dan
zat- zat makanan dimasukkan kedalam sel melalui pembuluh kapiler. Zat-zat ini
digunakan sel untuk memperoleh energi dengan cara pembakaran.
3. Mengangkut zat-zat sisa pembakaran (oleh pembuluh kapiler yang berhubungan
dengan pembuluh balik)
4. Menyerap hasil makanan yang terdapat diusus
5. Menyaring darah yang terdapat diginjal
6. Mengambil hasil-hasil dari kelenjar
7. Mendistribusikan darah yang kaya oksigen ke jaringan tubuh
Pembuluh darah berfungsi membawa darah yang dipompa dari ventrikel kiri jantung
ke seluruh tubuh, darah tersebut mengandung oksigen yang diikat oleh hemoglobin
atau Hb didalam darah. Didalam darah juga terdapat protein dan glukosa yang mana
komponen tersebut dibutuhkan oleh jaringan dan sel nantinya. Setelah sampai ke
seluruh tubuh atau organ targetnya melaluianastomosis arteriovenosa dan
juga kapiler. Oksigen dan metabolit tersebut di pasok ke organ target hingga
tercapailah tujuan dengan oksigen dan metabolit seperti glukosa tersebut, sel-sel di
seluruh tubuh dapat mengalami metabolisme aerob (menggunakan O2) untuk
menjalankan fungsinya. Kemudian oksigen tersebut ditukar dengan karbon dioksidan,
kemudian kembalilah darah itu darah ke jantung melalui vena kecil kemudian vena
besar, setelah sampai dijantung, darah tersebut dipompa oleh ventrikel kanan jantung
ke dalam paru, atau sistem ini disebut juga dengan sirkulasi pulmoner. Sampai
diparu, darah yang membawa CO2 tersebut ditukar kembali dengan O2 yang baru kita
hirup, melalui mekanisme difusi. Pembuluh darah juga berfungsi untuk membawa sel
darah putih ketika terjadi infeksi untuk mekanisme penyembuhan, sel darah putih
tersebut yang merupakan imun tubuh seseorang akan melawan kuman ataupun benda
asing yang masuk kedalam tubuh, sehingga ketika imunitas seseorang melemah
ataupun kuman yang masuk kedalam tubuh terlalu kuat, disitulah seseorang terkena
penyakit.
2. Mengangkut limfosit
3. Membawa lemak emulsi dari usus
1.4 Struktur
Struktur rangkaian kapiler disini terlihat darah memasuki kapiler melalui arteriol dan
meninggalkan kapiler melalui venule. Darah dari arteriolaakan melewati serangkaian
pembuluh etarteriole (arteriol terminalis) dan yang mempunyai struktur pertengahan
antara arteriol dan kapiler. Setelah metarteriol dilewati darah masuk ke kapiler. Ada
pembuluh darah yang disebut saluran istimewa dan yang kecil disebut kapiler murni.
Arteriol sangat berotot dan diameternya dapat berubah beberapa kali lipat. Sedangkan
metarteriol tidak punya otot melainkan mempunyai serat-serat otot polos yang
mengelilingi pembuluh pada titik-titik yang bersambungan. Pada kapiler murni
terdapat serat otot polos mengelilinginya serat ini disebut sfingter prekapiler. Sfingter
ini dapat membuka dan menutup jalan masuk ke kapiler. Venula jauh lebih besar dari
pada arteriol dan punya lapisan otot yang lebih lemah. Tekanan venula lebih kecil
dibanding arteriol, sehingga venula tetap berkontraksi walau ototnya lemah.
Struktur dinding kapiler , total ketebalan 0,5 mikrometer. Diameternya 4 sampai 9
mikrometer, ukuran cukup besar untuk dapat dilewati oleh sel darah dan sel darah
lainnya. Dindingnya juga tersusun oleh sel-sel endotelial . ada penghubung /celah di
kapiler salah satu penghubung ini adalah cairan interselular .celah tipis ini terletak
antara sel-sel endotelialyang berdekatan. Normalnya, celah memiliki jarak yang sama
dengan lebar kira-kira 6-7 nanometer. Celah ini terletak di tepi sel endotelial, maka
luas permukannya tidak lebih dari 1/1000 total permukaan kapiler.
Kapiler tersusun atas selapis sel endotel yang berasal dari mesenkim, melingkar dalam
bentuk tabung, mengelilingi ruang silindris, garis tengah rata-rata kapiler berkisar dari
7 sampai 9 µm. Kapiler dapat dikelompokkan dalam 3 jenis menurut struktur dinding
sel endotel.
1. Kapiler kontinu : Susunan sel endotel rapat.
2. Kapiler fenestrata atau perforata : ditandai oleh adanya pori-pori diantara sel
endotel. Kapiler perforata biasanya ditemukan dalam jaringan-jaringan dimana terjadi
pertukaran-pertukaran zat dengan cepat antara jaringan dan darah, seperti yang
terdapat pada ginjal, usus, dan kelenjar endokrin.
3. Kapiler sinusoid : berkelok-kelok dan garis tengahnya sangat besar (30-40
µm), sirkulasi darah lambat, tidak memiliki dinding yang dibatasi kontinu oleh sel–sel
endotel, tetapi terbuka pada ruang–ruang antara sel, dan adanya sel dengan dinding
bulat selain sel endotel yang biasa dengan aktivitas fogositosis. Kapiler sinusoid
terutama ditemukan pada hati dan organ-organ hemopoetik seperti sumsum tulang dan
limpa. Struktur ini diduga bahwa pada kapiler sinusoid pertukaran antar darah dan
jaringan sangat dipermudah, sehingga cairan darah dan makromolekul dapat berjalan
dengan mudah bolak-balik antara kedua ruangan tersebut. Kapiler-kapiler
beranastomosis (berhubungan satu dengan lainnya) membentuk jala-jala antar arteri-
arteri dan vena-vena kecil.
Struktur Pembuluh Kapiler Darah:
1. Tunica Intima : Lapisan yang kontak langsung dengan darah. Lapisan ini dibentuk
oleh sel endotel
2. Tunica Media : Lapisan yang berada diantara tunica Intima dan tunica Adventitia.
Lapisan ini dibentuk oleh sel otot polos
3. Tunica Adventitia : Lapisan yang paling luar yang tersusun oleh jaringan ikat.
1. Arteri
Arteri membawa darah dari jantung ke seluruh tubuh. Pembuluh darah arteri terdiri
atas lapisan-lapisan sebagai berikut:
Tunika intima adalah lapisan terdalam dari pembuluh darah yang terdiri atas
selapis sel endotel yang membatasi permukaan dalam pembuluh. Di bawah lapisan
endotel adalah lapisan subendotel, terdiri atas jaringan penyambung jarang halus
yang kadang-kadang mengandung sel otot polos yang berperan untuk kontraksi
pembuluh darah.
Tunika media ini adalah lapisan tengah yang terdiri dari serat otot polos yang
tersusun melingkar. Pada arteri yang lebih besar, tunika media dipisahkan dari
tunika intima oleh suatu lamina elastik interna. Membran ini terdiri atas serat
elastik, biasanya berlubang-lubang sehingga zat-zat dapat masuk melalui lubang-
lubang yang terdapat dalam membran dan memberikan supply O2 dan makanan
lainnya kepada sel-sel yang terletak jauh di dalam dinding pembuluh. Pada
pembuluh besar, sering ditemukanlamina elastika eksterna yang lebih tipis yang
memisahkan tunika media dari tunika adventitia yang terletak di luar.
Tunika adventitia atau lapisan terluar terdiri atas dengan jaringan ikat kolagen dan
elastik, terutama kolagen tipe I. Pada pembuluh yang lebih besar, terdapat vasa
vasorum bercabang-cabang luas dalam adventitia.
Anastomosis Arteriovenosa adalah hubungan langsung antara sirkulasi arteri dan
vena. Anastomosis arteriovenosa ini tersebar di seluruh tubuh dan umumnya
terdapat pada pembuluh-pembuluh kecil berfungsi mengatur sirkulasi pada daerah
tertentu, terutama pada jari, kuku, dan telinga. Sistem ini mempunyai peranan
pengaturan sirkulasi pada berbagai organ dan berperanan pada beberapa fenomena
fisiologi seperti menstruasi, perlindungan terhadap suhu yang rendah, dan ereksi.
Anastomosis arteriovenosa banyak dipersarafi oleh sistem saraf simpatis dan
parasimpatis (sistem saraf otonom). Selain mengatur aliran darah pada berbagai
organ, anastomosis ini mempunyai fungsi termoregulator atau pengatur suhu yang
khususnya terbukti pada kulit anggota gerak (ekstremitas).
2. Vena
Vena berfungsi membawa darah dari perifer (ujung) kembali ke jantung dan paru-
paru. Vena terdiri dari beberapa lapisan, yaitu :
Tunica intima: terdiri dari lapisan endothelium yang mengandung sel pipih selapis,
dan lapisan subendothelium yang berisi jaringan ikat tipis langsung berhubungan
dengan tunica adventitia.
Tunica media: lapisan ini tipis, otot polosnya bercampur dengan jaringan ikat.
Tunica adventitia: adalah lapisan paling tebal pada vena, lapisan ini juga lapisan
yang paling berkembang. Jaringan ikat longgar dengan serabut kolagen yang
membentuk berkas-berkas longitudinal, sel fibroblas tampak diantaranya. Sel-sel
otot polos juga sering tampak pula.
Vasa vasorum adalah pembuluh darah kecil yang memberikan pasokan metabolit-
metabolit untuk sel-sel di tunika adventitia dan tunika mediapembuluh-pembuluh
darah besar, apakah itu vena besar maupun arteri besar, karena lapisan-lapisannya
terlalu tebal untuk diberi makanan oleh difusi langsung dari aliran darah.
Limpa dikelilingi oleh suatu kapsul dari jaringan fibroelastic dan otot lunak.
Kapsul itu ditutupi oleh suatu Serous Membrane Peritoneum. Perpanjangan kapsula
ke dalam parenkim limpa disebut trabekula. Trabekula mengandung arteri, vena,
saraf, dan pembuluh limfe
Aspek Biokimia
Definisi
Jika konsentrasi protein plasma sangat menurun, cairan tidak ditarik kembali kedalam
kompartmen intravaskular tetapi ditimbun di dalam ruang jaringan ekstravaskular dan
menjadi edema. Salah satu penyebab edema adalah defisiensi protein. Edema jaringan
lunak yang disebabkan tekanan osmotik koloid intravaskular yang menurun juga
berasal dari pengaruh konsentrasi albumin yang rendah.
Patofisiologi
Jika tekanan hidrostatik kapiler dan tekanan onkotik intersisial yang memindahkan
cairan dari vaaskular ke ekstravaskular lebih besar daripada tekanan hidrostatik
interstisial dan tekanan onkotik kapiler yang memindahkan cairan dari ekstravaskular
ke vaskular maka hal ini dapat menyebabkan pembengkakan jaringan lunak di
ekstravaskular (interstisial).
Aspek Fisiologi
Pembengkakan jaringan akibat kelebihan cairan interstisium dikenal sebagai edema.
Penyebab edema secara umum dapat diklasifikasikan menjadi 4, yaitu:
Perubahan volume cairan ekstrasel dalam jumlah kecil tidak akan memberi
reaksi fisiologik. Keseimbangan cairan dipertahankan dengan mengatur volume dan
osmolaritas cairan ekstrasel. Bila terjadi peningkatan volume dalam jumlah besar
akan timbul mekanisme koreksi yang serupa dengan pengaturan volume dan tekanan
darah.
Peningkatan volume cairan ekstrasel akan meningkatkan volume dan tekanan
darah; demikian pula sebaliknya. Jadi, pengaturan volume cairan ekstrasel sangat
penting dalam pengaturan tekanan darah. Oleh karena itu, pemantauan jumlah cairan
ekstrasel dilakukan dengan melakukan tekanan darah.
Bila asupan (intake) air terlalu banyak, akan segera dikeluarkan dengan
mengurangi seksresi anti diuretic hormone (ADH) dari hipfisis posterior, yang
mengurangi reabsorbsi air ditubulus distal dan duktus koligentes nefron ginjal.
Peningkatan volume plasmaakan diikuti oleh berkurangnya venous retum yang akan
meregang dinding atrium.
Pada keaadan hipovolemia (dehidrasi) baik karena kekurangan intake atau
pengeluaran berlebihan seperti pada diare dan muntah-muntah, tubuh berusaha
menghambat pengeluaran air berkelanjutan dengan cara meningkatkan sekresi ADH,
yang selanjutnya akan meningkatkan reabsorbsi air di ginjal. Bersamaan dengan
peristiwa tersebut, juga timbul rasa haus dan dorongan untuk minum, agar kekurangan
segera teratasi.
Pada saat terjadi oenurunan volume cairan ekstrasel, volume dan tekanan
darah akan berukurang. Hal ini akan menimbulkan rangsangan pada system rennin-
angiotensin sehingga timbul respons berupa pengurangan produksi urin (restriksi
pengeluaran cairan), rangsang yang haus yang disertai denganm meningkatnya
pemasukan cairan yang selanutnya akan meningkatkan volume cairan ekstrasel.
Keseimbangan cairan dipertahankan dengan mengatur volume dan osmolaritas cairan
ekstrasel.
Mekanisme homeostatis air dan elektrolit bertujuan untuk mempertahankan
volume dan osmolaritas cairan ekstrasel dalam batas normal, dengan mengatur
keseimbangan antara absorbsi diet (makanan dan minuman) dan eksresi ginjal yang
melibatkan juga system hormonal.
3. MM Edema
3.1 Definisi
Edema adalah suatu keaadan dimana terjadi akumulasi air dijaringan interstisium
secara berlebihan akibat penambahan volume yang melebihi kapasitas penyerapan
pembuluh limfe. (Gangguan keseimbangan air, FKUI)
Edema adalah adanya cairan dalam jumlah berlebihan diruang jaringan antar sel
tubuh, biasanya merujuk ke jaringan subkutis. Edema dapat bersifat local (obstruksi
vena atau peningkatan permeabilitas vascular) atau bersifat sistemis (gagal jantung
atau ginjal). (Kamus Dorland)
Edema adalah pembengkakan jaringan akibat kelebihan cairan interstisium
(Fisiologi Manusia, Sherwood)
Edema adalah keadaan bertambahnya jumlah cairan di dalam ruang-ruang jaringan
interstisial atau rongga tubuh ( misalnya Hidrotoraks,hidroperikardium;
hidroperitoneum yang juga disebut asites). (Dasar patologis penyakit, Rob
3.2 Jenis
Edema dapat dibedakan menjadi :
a. Edema lokalisata (edema lokal) Hanya tebatas pada organ/pembuluh darah
tertentu. Terdiri dari :
Ekstremitas (unilateral), pada vena atau pembuluh darah limfe
Ekstremitas (bilateral), biasanya pada ekstremitas bawah
Muka (facial edema)
Asites (cairan di rongga peritoneal)
Hidrotoraks (cairan di rongga pleura)
b. Edema Generalisata ( edema umum ) Pembengkakan yang terjadi pada seluruh
tubuh atau sebagian besar tubuh pasien. Biasanya pada :
Gagal jantung
Sirosis hepatis
Gangguan ekskresi
c. Edema Organ, adalah suatu pembengkakan yang terjadi di dalam organ, misalnya,
hati, jantung, ataupun ginjal. Edema akan terjadi di organ-organ tertentu sebagai
bagian dari peradangan, seperti dalam faringitis, tendonitis atau pancreatitis, sebagai
contoh. Organ-organ tertentu mengembangkan edema melalui mekanisme jaringan
tertentu
Edema dibagi 2 :
1. Edema Intrasel
Ada dua kondisi yang memudahkan terjadinya pembengkakan intrasel: (1) depresi
system metabolism jaringan dan (2) tidak adanya nutrisi sel yang adekuat. Contohnya,
bila aliran darah ke jaringan menurun,pengiriman oksigen dan nutrient berkurang.
Jika aliran darah menjadi sangat rendah untuk mempertahankan metabolism jaringan
normal,maka pompa ion membrane sel menjadi tertekan. Bila hal ini terjadi, ion
natrium yang biasanya masuk ke dalam sel tidak dapat lagi dipompa keluar dari sel,
dan kelebihan ion natrium dalam sel menimbulkan osmosis air ke dalam sel. Kadang
– kadang hal ini dapat meningkatkan volume intrasel suatu jaringan bahkan pada
seluruh tungkai yang iskemik,contohnya sampai dua atau tiga kali volume normal.
Bila hal ini terjadi, biasanya merupakan awal terjadinya kematian jaringan.
Edema intrasel juga dapat terjadi pada jaringan yang meradang. Peradangan biasanya
mempunyai efek langsung pada membrane sel yaitu meningkatnya permeabilitas
membrane, dan memungkinkan natrium dan ion-ion lain berdifusi masuk ke dalam
sel, yang diikuti dengan osmosis air ke dalam sel.
2. Edema Ekstrasel
Edema ekstrasel terjadi bila ada akumulasi cairan yang berlebihan dalam ruang
ekstrasel. Ada dua penyebab edema ekstrasel yang umum dijumpai : (1) kebocoran
abnormal cairan dari plasma ke ruangan interstisial dengan melintasi kapiler dan (2)
kegagalan system limfatik untuk mengembalikan cairan dari interstisium ke dalam
darah. Penyebab kliniis akumulasi cairan interstisial yang paling sering adalah filtrasi
cairan kapiler yang berlebihan.
1. Edema Intaseluler
Edema yang biasa terjadi akibat depresi sistem metabolik jaringan dan tidak adanya
nutrisi sel yang adekuat.
2. Edema Ekstraseluler
Edema yang biasanya disebabkan oleh kebocoran abnormal cairan dari plasma ke
ruang interstitial dengan melintasi kapiler dan kegagalan limfatik untuk
mengembalikan cairan dari interestitium ke dalam darah.
Gejala-Gejala :
1. Berkurangnya protein dari plasma
- Gangguan hati
- Gangguan ginjal
- Malnutrisi protein
Permeabilitas Kapiler
Selisih tekanan hidrolik dalam kapiler dengan Hidrolik dalam interstisium
Selisih tekanan Onkotik plasma dengan Onkotik dalam interstisium
Gejala :
1. Distensi vena jugularis, Peningkatan tekanan vena sentral
2. Peningkatan tekanan darah, Denyut nadi penuh,kuat
3. Melambatnya waktu pengosongan vena-vena tangan
4. Edema perifer dan periorbita
5. Asites, Efusi pleura, Edema paru akut (dispnea, takipnea, ronki basah di seluruh
lapangan paru)
6. Penambahan berat badan secara cepat: penambahan 2% = kelebihan ringan,
penambahan 5%= kelebihan sedang, penambahan 8% = kelebihan berat
7. Hasil laboratorium : penurunan hematokrit, protein serum rendah, natrium serum
normal, natrium urine rendah (<10 mEq/24 jam)
8. Pemendekan nafas
9. Perubahan mendadak pada mental dan abnormalitas tanda syaraf
3.4 Mekanisme
1. Mekanisme underfilling
Terjadinya edema akibat rendahnya kadar albumin serum rendahnya tekanan
osmotik plasma peningkatan transudasi cairan dari kapiler ke ruang
interstisial (hk. Starling )
2. Mekanisme Overfilling
Pada pasien sindrom nefrotik terganggu ekskresi Natrium tubulus distalis
tingginya volume darah (overfilling) penekanan sistem renin-angiotensin dan
vasopressin.
Skema hipotesis overfilling :
Kegagalan pompa jantung darah terbendung di vena vol darah arteri turun
sist. saraf simpatis vasokonstriksi suplai darah ke otak, jantung dan paru
vol darah ginjal berkurang ginjal akan menahan Na dan air
Gagal jantung berat hiponatremia ADH pemekatan urin produksi urin
berkurang
ADH pusat haus pemasukan air meningkat
Diuretik
Pada gagal jantung :
- hindari overdiuresis karena dapat menurunkan curah jantung dan menyebabkan
azotemia prerenal
- hindari diuretik yang bersifat hipokalemia karena dapat menyebabkan intoksikasi
digitalis
Pada sirosis hati :
- spironolakton dapat menyebabkan asidosis dan hiperkalemia
- dapat pula ditambahkan diuretik golongan tiazid
- deplesi volume yang berlebihan dapat menyebabkan gagal ginjal, hiponatremia
dan alkalosis
Pada sindroma nefrotik :
- pemberian albumin dibatasi hanya pada kasus yang berat
Hindari faktor yang memperburuk penyakit dasar : diuresis yang berlebihan
menyebabkan pengurangan volume plasma, hipotensi, perfusi yang inadekuat,
sehingga diuretic harus diberikan dengan hati-hati
• Bumetanide :
- 0,5 – 2 mg (1-2 kali sehari)
• Asam etakrinat
- 50-200 mg (1 kali sehari)
• Metolazone
- masa kerja panjang
• Amiloride
- 5-10 mg (1-2 kali sehari)
• Triamterene
- 100 mg (2 kali sehari)
- Asetazolamide (Diamoks)
- Teofilin
- Diperantarai oleh cyclic adenosine monophosphate.
3.6 Pemeriksaan
Pemeriksaan Fisis
Pemeriksaan penunjang