Anda di halaman 1dari 6

DERMATITIS KONTAK IRITAN

 Klasifikasi
Berdasarkan penyebab dan pengaruh beberapa faktor, DKI dibagi menjadi 10:
1. DKI akut
Disebabkan oleh iritan kuat seperti asam sulfat, asam hidroklorid, dan basa kuat
seperti natrium dan kalium hidroksida. Biasanya terjadi karena kecelakaan tempat
kerja, dan reaksi segera timbul. Intensitas reaksi sebanding dengan konsentrasi dan
lama kontak, serta reaksi hanya terbatas pada tempat kontak. Kulit terasa pedih,
panas, lesi tampak berupa eritema, edema, bula, dan nekrosis dengan pinggir berbatas
tegas dan asimetris
2. DKI akut lambat
Gambaran sama dengan DKI akut namun baru muncul 8-24 jam atau lebih setelah
kontak. Biasanya disebabkan oleh bahan iritan podofilin, etilen klorida, dll. Dermatitis
venenata (disebabkan oleh bulu serangga) merupakan salah satu contoh tipe ini
3. DKI kumulatif kronik
Merupakan jenis dermatitis kontak yang paling sering terjadi. Hal ini didasarkan
pada kontak berulang-ulang dengan iritan lemah misal deterjen, sabun, dll. Kelainan
tampak setelah bermingu-minggu hingga bertahun-tahun. gambaran berupa kulit
kering, eritema, skuama, dan hyperkeratosis. DKI tipe ini yang sering berhubungan
dengan dermatitis akibat kerja
4. DKI iritan
Bentuk subklinik pada seseorang yang terpajan pekerjaan basah, seperti penata
rambut dan penambang logam. Kelainan kulit bersifat monomorf seperti skuama,
vesikel, pustul, dan erosi. Dermatitis ini umumnya sembuh sendiri atau berlanjut
menimbulkan penebalan kulit menjadi DKI kumulatif
5. DKI traumatik
Kelainan kulit setelah trauma panas atau laserasi. Bentuknya menyerupai
dermatitis numularis dengan masa penyembuhan lama, paling cepat kira-kira 6
minggu
6. DKI subyektif
Disebut juga DKI sensori. Kelainan kulit tidak terlihat, namun penderita merasa
perih atau seperti terbakar setelah kontak dengan bahan kimia tertentu seperti asam
laktat
7. DKI noneritematosa
DKI dengan fungsi sawar stratum korneum tanpa kelainan secara klinis.
8. Exsiccation eczematid
9. Reaksi pustular dan akneformis
10. Dermatitis karena friksi

DERMATITIS ATOPIK
 Klasifikasi
Berdasarkan atas keterlibatan organ tubuh maka dermatitis atopik dibedakan menjadi
2, antara lain:
1. DA murni
Hanya terdapat di kulit. Dibedakan lagi menjadi 2 tipe:
- DA intrinsik
DA tanpa bukti hipersensitivitas dan tanpa peningkatan kadar IgE total di dalam
serum
- DA ekstrinsik
Bila terbukti pada uji kulit terdapat hipersensitivitas terhadap alergen
hirup/makanan
2. DA dengan kelainan organ lain seperti asma bronkial, rinitis alergi, dll
Berdasarkan usia, dibagi menjadi 3:
1. DA fase infantil
- Sering pada bayi usia 2 bulan sampai 2 tahun
- Predileksi utama di wajah yaitu kedua pipi kemudian dapat meluas ke dahi,
kulit kepala, telinga, leher, pergelangan tangan, tungkai (bagian volar/fleksor)
- Gambaran klinis mirip dengan dermatitis akut, eksudatif, erosi, dan ekskoriasi.
- Semakin bertambah usia maka kemampuan motorik akan berkembang misal
bayi sudah bisa merangkak sehingga lesi seing timbul di lutut, siku, dll.
2. DA fase anak
- Terjadi pada anak usia 2-10 tahun dan dapat merupakan kelanjutan dari fase
infantil atau bukan kelanjutannya.
- Predileksinya terdapat pada fosa kubiti dan poplitea, fleksor pergelangan
tangan, kelopak mata dan leher, tersebar simetris
- Kulit dan kulit sekitar lesi cenderung kering
- Lesi cenderung menjadi kronis disertai hiperkeratosis, hiperpigmentasi, erosi,
ekskoriasi, kusta, dan skuama.
3. DA fase remaja dan dewasa
- Terjadi pada usia lebih dari 13 tahun, dapat merupakan kelanjutan dari fase
infantil atau fase anak
- Predileksi mirip dengan DA fase anak, meluas mengenai kedua telapak
tangan, jari-jari, pergelangan tangan, bibir, leher anterior, skalp, dan puting
susu.
- Bersifat kronis berupa plak hiperpigmentasi, hiperkeratosis, likenifikasi,
ekskoriasi, skuamasi
- Gatal lebih hebat pada saat istirahat, udara panas, dan berkeringat
- Fase ini berlangsung kronik residif sampai usia 30 tahun atau lebih
 Diagnosis
Menurut kriteria William:
1. Harus ada : Kulit yang gatal ( atau tanda garukan pada anak kecil)
2. Ditambah 3 atau lebih:
a. Riwayat perubahan kulit atau kering di fosa kubiti, fosa poplitea, bagian anterior
dorsum pedis, atau sekitar leher (termasuk pipi pada anak di bawah 10 tahun).
b. Riwayat asma atau hay fever (ada riwayat penyakit atopi pada anak kurang dari 4
tahun pada generasi pertama dalam keluarga).
c. Kulit kering sepanjang akhir tahun.
d. Dermatitis fleksural (termasuk pipi, dahi, paha lateral pada anak <4 tahun).
e. Mulai terkena pada usia dibawah 2 tahun (tidak digunakan pada anak <4 tahun).

DERMATITIS NUMULARIS
 Epidemiologi
Sering ditemukan pada orang dewasa dengan awitan usia antara 50-65 tahun. Lebih
banyak pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan. Jarang terjadi pada bayi dan
anak, kalaupun ada awitannya usia 5 tahun.
 Prognosis
Biasanya menetap berbulan-bulan, kronis, timbul lagi ditempat yang sama. Pada
sebuah penelitian didapatkan hasil 22% pasien sembuh, 25% pasien pernah sembuh, 53%
pasien tidak pernah bebas lesi kecuali pengobatan.
NEURODERMATITIS
 Gambaran Histopatologi
 Ortokeratosis, hipergranulasi, akantosis dengan rete ridges memanjang teratur
 Sebukan sel radang limfosit dan histiosit di sekitar pembuluh darah dermis bagian
atas, fibroblas bertambah, dan kolagen menebal

MILIARIA
 Gambaran Histopatologi
1. Miliaria kristalina
Vesikel intra/subkorneal yang berhubungan dengan duktus kelenjar ekrin tanpa ada
sel inflamasi disekitarnya
2. Miliaria rubra
Spongiosis dan vesikel spongiotik dalam stratum malpigi yang berhubungan dengan
kelenjar ekrin serta adanya inflamasi preduktal
3. Miliaria profunda
- Lesi akut : infiltrat limfosit periduktal dalam papila dermis dan epidermis bagian
bawah
- Lesi lanjut : spongiosis sekitar epidermis dan paraeratotik hiperkeratosis
akrosyringeum, sel inflamasi ditemukan di dermis bagian bawah dan terdapat
limfosit di dalam duktus ekrin
 Tata Laksana
1. Miliaria kristalina
Biasanya sembuh sendiri
2. Miliaria rubra
- Krim losio klorheksidin dengan/tanpa asidium salisikum 1% 3 kali sehari
- Jika gatal berat berikan kortikosteroid topikal (betametason 0,1% 2 kali sehari
selama 3 hari), atau antihistamin
- Bila infeksi beri antibiotik
3. Miliaria profunda
Beri anhidrous landin dan isotretinoin
URTIKARIA
 Definisi
Reaksi vaskular pada kulit, ditandai dengan adanya edema setempat yang cepat timbul
dan menghilang perlahan-lahan, warna pucat/kemerahan, umumnya dikelilingi oleh halo
kemerahan (flare) dan disertai rasa gatal yang berat, rasa tersengat atau terusuk
 Klasifikasi
1. Urtikaria Akut
Berlangsung <6 minggu, biasanya timbul akibat ISPA terutama infeksi streptococcus
2. Urtikaria Kronis
Berlangsung >6 minggu, biasanya timbul akibat infeksi pada tonsil, sinus, dll. Adanya
urtikaria kronis umumnya berhubungan dengan keganasan
 Etiologi
1. Obat, paling sering jenis penisilin dan derivatnya, sulfonamid, analgesik, aspirin,
NSAID, ACE inhibitor, narkotik (kodein dan morfin), dan alkohol
2. Makanan, gigitan/sengatan serangga
3. Penyakit infeksi (virus, parasit)
4. Agen fisik (panas, dingin, penekanan, matahari)
5. Penyakit sistemik (seperti SLE) dan keganasan
 Gejala Klinis
1. Bercak gatal putih sampai merah muda
2. Lesi umumnya warna merah muda, edema dengan berbagai bentuk dan ukuran
disekelilingnya eritema
3. Lesi memberi rasa gatal hingga nyeri dan seperti sensasi terbakar
4. Jarang bertahan >24 jam
 Diagnosis
Anamnesis dan gejala klinis
 Tata Laksana
1. Atasi etiologi
2. Hindari pencetus
3. Berikan AH1 generasi baru non-sedasi, bila gejala menetap setelah 2 minggu
4. AH1-ns dengan dosis ditingkatkan sampai 4x, bila menetap 1-4 minggu
5. AH1-s/ AH1-ns golongan lain + antagonis leukotrien, bila terjadi eksaserbasi gejala
tambahan kortikosteroid sistemik 3-7 hari
6. Bila gejala menetap setelah 1-4 minggu, tambahkan siklosporin A, AH2, dapson,
omalizumab
7. Eksaserbasi diatasi dngan kortikosteroid sistemin 3-7 hari

Sumber: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI

Anda mungkin juga menyukai