BERBASIS SEKOLAH
1. Karakteristik Koordinasi
Handayaningrat (1992) mengemukakan karakteristik koordinasi sebagai berikut:
a.Tanggung Jawab koordinasi terletak pada pimpinan. Oleh karena itu, koordinasi menjadi
wewenang dan tanggung jawab pimpinan, sehingga dapat dikatakan bahwa pimpinan bisa
berhasil jika melakukan koordinasi.
b.Koordinasi adalah kerja sama. Hal ini disebabkan kerja sama merupakan syarat mutlak
terselenggaranya koordinasi.
c.Koordinasi merupakan proses yang terus menerus (continue process). Dan berkesinambungan
dalam rangka mewujudkan tujuan lembaga
d. Pengaturan usaha kelompok secara teratur. Hal ini disebabkan koordinasi adalah konsep yang
diterapkan di dalam kelompok, bukan usaha individu melainkan sejumlah individu yang
berkerjasama di dalam kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
e.Kesatuan tindakan merupakan inti koordinasi. Pimpinan merupakan pengatur usaha-usaha dan
tindakan-tindakan setiap individu sehingga diperoleh keserasian dalam mencapai hasil bersama.
f.Tujuan Koordinasi adalah tujuan bersama (common purpose) Kesatuan usaha yang meminta
kesadaran semua pihak untuk berpartisipasi secara aktif melaksanakan tujuan bersama sebagai
kelompok tempat mereka bekerja.
2. Prinsip-Prinsip Koordinasi
Prinsip-prinsip koordinasi adalah sebagai berikut :
a. Koordinasi harus dimulai dari tahap perencanaan awal.
b. Hal pertama yang harus diperhatikan dalam koordinasi adalah menciptakan iklim yang kondusif
bagi kepentingan bersama.
c.Koordinasi merupakan proses terus menerus dan berkesinambungan.
d.Koordinasi merupakan pertemuan-pertemuan bersama untuk mencapai tujuan.
e. Perbedaan pendapat harus diakui sebagai pengayaan dan harus dikemukakan secara terbuka dan
diselidiki dalam kaitannya dengan situasi secara keseluruhan.
3. Manfaat Koordinasi
Koordinasi sangat diperlukan dalam managemen, terutama untuk menyatukan kesamaan
pandangan antara berbagai pihak yang berkepentingan dengan kegiatan dan tujuan organisasi.
Koordinasi diperlukan untuk menghubungkan bagian yang satu dengan bagian yang lain
sehingga tercipta suatu kegiatan yang terpadu mengarah pada tujuan umum lembaga
sebagaimaana jari-jari kerangka payung. Tanpa koordinasi, spesialisasi dan lembagian kerja yang
dilakukan pada setiap usaha kerja sama akan sia-sia karena setiap bagian cenderung hanya
memikirkan pekerjaan atau tugas masing-masing dan melupakan tujuan lembaga secara
keseluruhan.
Melalui koordinasi setiap bagian yang menjalankan fungsi dengan spesialisasi tertentu dapat
disatupadukan dan dihubungkan satu sama lain sehingga dapat menjalankan peranannya secara
selaras dalam mewujudkan tujuan bersama. Koordinasi sangat penting meningkatkan efesiensi
dan efektifitas pencapaian tujuan lembaga.
Dengan demikian, manfaat koordinasi dalam manajemen dapat diidentifikasikan sebagai
berikut :
a. Menghilangkan dan menghindarkan perasaan terpisah satu sama lain antara atasan dan bawahan.
b.Menghindarkan perasaan atau pendapat bahwa dirinya atau jabatannya merupakan yang paling
penting.
c.Mengurangi dan menghindakan kemungkinan timbulnya pertentangan antar pejabat dan pelaksana.
d. Menghindarkan timbulnya rebutan fasilitas.
e.Menghindarkan terjadinya peristiwa menunggu yang memakan Waktu lama.
f.Menghindarkan kemungkinan terjadinya kesamaan pekerjaan sesuatu kegiatan.
g.Menghindarkan kemungkinan terjadinya kekosongan pekerjaan sesuatu program atau kekosongan
pengerjaan tugas oleh para manajer.
h.Menumbuhkan kesadaran tugas oleh para manajer untuk saling memberikan bantuan satu sama
lain terutama bagi mereka yang berada dalam wilayah yang sama.
i. Menumbuhkan kesadaran para manajer untuk saling memberitahu masalah yang dihadapi bersama
dan bekerjasama dalam memecahkannya.
j.Memberikan jaminan tentang kesatuan langkah di antara para atasan atau bawahan.
k.Menjamin adanya kesatuan langkah dan tindakan diantara manajer.
l. Menjamin kesatuan sikap diantara manajer.
m.Menjamin kesatuan kebijaksanaan di antara manajer dalam wilayah tertentu.
Dapat dikemukakan bahwa manfaat utama koordinasi dalam managemen adalah untuk
menumbuhkan sikap egaliter, serta meningkatkan rasa kesatuan dan persatuan diantara atasan
dan bawahan dengan tetap menghargai kewajian dan wewenang masing-masing. Dengan
demikian, setiap atasan dan bawahan, tidak terjebak oleh kepentingan masing-masing bagian
yang sempit sehingga dapat menjalankan perannya secara efektif dan efisien dalam mencapai
tujuah sekolah secara kaffah ( menyeluruh).
4. Macam-Macam Koordinasi
Dalam rangka meningkatkan efektivitas, efisiensi, dan produktifitas kerja, koordinasi harus
dilakukan di semua tingkatan, baik di pusat maupun didaerah, bahkan dalam kesatuan-kesatuan
administratif, seperti bidang, seksi, bagian, sampai dengan kesatuan-kesatuan yang paling
kecil. Demikian halnya dalam pendidikan, koordinasi dapat dilaksanakan pada setiap jenjang
manajemen pendidikan, mulai dari pusat, tingkat nasional (makro) sampai tingkat lembaga
(mikro).
Secara teoritis dapat dikemukakan beberapa macam koordinasi sesuai dengan ruang lingkup
dan arah kegiatannya. Berdasarkan ruang lingkupnya, koordinasi dapat diidentifikasikan ke
dalam koordinasi intern dan ekstern. Koordinasi intern adalah koordinasi antar pejabat atau antar
unit di dalam suatu lembaga, sedangkan koordinasi ekstern adalah koordinasi antar pejabat dari
berbagai lembaga atau antar lembaga.
Sejalan dengan uraian diatas, Handaningrat (1982) mengemukakan koordinasi berdasarkan
hubungan antara pejabat yang mengkoordinasikan dan pejabat yang dikoordinasikan sebagai
berikut:
a. Koordinasi Intern
Koordinasi Intern terbagi menjadi tiga sebagai berikut :
1) Koordinasikan vertikal atau structural, yaitu antara yang mengkoordinasikan dengan yang
dikoordinasikan secara struktural terdapat hubungan hierarkis atau pengarahan yang dijalankan
oleh atasan terhadap kegiatan unit-unit, kesatuan kerja yang ada di bawah wewenang dan
tanggung jawabnya. Hal ini dapat juga dikatakan koordinasi yang bersifat garis komando (line of
command).
2)Kordinasi horizontal, yaitu koordinasi fungsional, kedudukan antara yang mengkoordinasikan dan
yang dikoordinasikan setingkat eselonnya. Menurut tugas dan fungsinya keduanya mempunyai
kaitan satu sama lain sehingga perlu dilakukan koordinasi. Koordinasi horisontal terbagi :
(a) Interdiciplinary, Koordinasi dalam rangka mengarahkan, menyatukan tindakan, mewujudkan,
menciptakan disiplin antara unit yang satu dengan unit yang lain secara intern maupun ekstern
pada unit-unit yang sama tugasnya.
(b)Inter-Related, koordinasi antar badan (instansi). Unit-unit yang fungsinya berbeda, tetapi
instansinya saling berkaitan secara intern-ekstern yang selevel.
3)Koordinasi diagonal, yaitu koordinasi fungsional, yang mengkoordinasikan mempunyai
kedudukan yang lebih tinggi eselonnya dibandingkan yang dikoordinasikan, tetapi satu dengan
yang lainnya tidak berada pada satu garis komando (line of command)
b. Koordinasi Ekstern
Koordinasi ekstern, termasuk koordinasi fungsional. Dalam koordinasi ekstern yang bersifat
fungsional, koordinasi itu hanya bersifat horizontal dan diagonal. Siagian
(1979) mengelompokkan koordinasi menjadi sebagai berikut :
1)Koordinasi menjadi atasan dengan bawaan, yang disebut koordinasi vertikal.
2)Koordinasi diantara sesama pejabat yang setingkat dalam suatu instansi, disebut koordinasi
horizontal.
3)Koordinasi fungsional, koordinasi antarinstansi, tiap-tiap instansi mempunyai tugas dan fungsi
dalam suatu bidang tertentu.
7. Sifat-Sifat Koordinasi
Sifat-sifat koordinasi adalah sebagai berikut :
a. Koordinasi adalah dinamis, bukan statis.
b.Koordinasi menekankan pandangan menyeluruh oleh seorang manajer dalam kerangka mencapai
sasaran.
c.Koordinasi hanya meninjau suatu pekerjaan secara keseluruhan.
2. Komunikasi Ekstern
a. Hubungan Sekolah dengan Orang Tua
Tujuan : saling membantu dan saling isi mengisi mengenai bantuan keuangan dan barang-
barang, untuk mencegah perbuatan yang kurang baik, dan bersama-sama membuat rencana yang
baik untuk sang anak. Cara menjalin hubungan sekolah dengan orang tua :
1)Melalui dewan sekolah : tujuannya untuk membantu menyukseskan kelancaran proses belajar
mengajar di sekolah baik menyangkut perencanaan, pelaksanaan,dan penilaian.
2)Melalui BP3 : memberi bantuan penyelenggaraan pendidikan di sekolah (masalah sarana prasarana
penunjang KBM).
3)Melalui pertemuan penyerahan buku laporan pendidikan : pemberian penjelasan tentang kegiatan
belajar mengajar serta prestasi peserta didik dan kelemahan yang perlu ditingkatkan.
4)Melalui ceramah ilmiah : menghadirkan ahli untuk menyampaikan permasalahan dan
pemecahannya dalam forum tersebut.
3. Tekhnik Supervisi
a. Kunjungan dan Observasi Kelas
Kunjungan dan observasi kelas sangat bermanfaat untuk mendapatkan informasi tentang
peroses belajar mengajar secara langsung, baik yang menyangkut kelebihan, maupun kekurangan
dan kelemahannya. Kepala sekolah mengamati langsung guru saat melaksanakan tugas,
mengajar, penggunaan alat, metode, teknik mengajar, secara keseluruhan dengan berbagai factor
yang mempengaruhi. Ada tiga pola yang dapat dilakukan dalam kegiatan ini, yaitu tanpa
memberitahu guru, memberi tahu lebih dahulu, dan kunjungan atas undangan guru.
b. Pembicaraan Individual
Merupakan alat supervise yang penting karena dalam kesempatan tersebut supervisor dapat
bekerja secara individu dengan guru dalam memecahkan masalah pribadi yang berhubungan
dengan proses belajar mengajar.
c. Diskusi Kelompok / Pertemuan Kelompok
Merupakan kegiatan mengumpulkan sekelompok orang dalam situasi tatap muka dan
interaksi lisan untuk bertukar info atau berusaha mencapai suatu keputusan tentang masalah
bersama. Kegiatan diskusi kelompok dapat dikembangkan mlalui rapat sekolah untuk membahas
bersama-sama masalah pendidikan dan pengajaran di sekolah itu.
d. Demonstrasi Mengajar
Proses belajar mengajar yang yang dilakukan oleh seorang guru yang memiliki kemampuan
dalam hal mengajar sehingga guru lain dapat mengambil hikmah dan manfaatnya. Tujuannya
member contoh bagaimana cara melaksanakan proses belajar mengajar yang baik dalam
menyajikan materi, menggunakan pendekatan, metode, dan media pembelajaran.
e. Perpustakaan Professional
Ciri professional tercermin dalam kemauan untuk belajar secara terus menerus dalam rangka
meningkatkan dan memperbaiki tugas utamanya. Guru hendaknya merupakan kelompok
“reading people” dan menjadi bagian dari masyarakat belajar yang menjadikan belajar sebagai
kebutuhan hidup.