Anda di halaman 1dari 11

KOORDINASI, KOMUNIKASI DAN SUPERVISI MANAJEMEN

BERBASIS SEKOLAH

A. Koordinasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)


Koordinasi atau dalam bahasa Inggris coordination, berasal dari bahasa latin, yakni cum yang
berarti berbeda-beda, dan ordinare yang berarti penyusunan atau penempatan sesuatu pada
keharusannya (westra, 1983). Dalam kamus besar Indonesia, koordinasi diartikan sebagai perihal
mengatur suatu organisasi atau kegiatan sehingga peraturan dan tindakan yg akan dilaksanakan
tidak saling bertentangan atau simpang siur.
Koordinasi berkaitan dengan penempatan berbagai kegiatan yang berbeda-beda pada
keharusan tertentu, sesuai dengan aturan yang berlaku untuk mencapai tujuan dengan sebaik-
baiknya melalui proses yang tidak membosankan. Koordinasi juga dapat diartikan sebagai suatu
usaha kerja sama antara badan, instansi, unit dalam pelaksanaan tugas-tugas tertentu, sehingga
terdapat saling mengisi, saling membantu dan saling melengkapi.
Penggunaan istilah koordinasi sering tertukar dengan istilah kerja sama (cooperation).
Padahal, koordinasi lebih daripada sekedar kerja sama karena dalam koordinasi juga terkandung
singkronisaasi. Sementara kerja sama merupakan suatu kegiatan kolektif dua orang atau lebih
untuk mencapai tujuan bersama. Dengan demikian kerjasama dapat terjadi tanpa koordinasi,
sedangkan dalam koordinasi pasti ada upaya untuk menciptakan kerjasama.

1. Karakteristik Koordinasi
Handayaningrat (1992) mengemukakan karakteristik koordinasi sebagai berikut:
a.Tanggung Jawab koordinasi terletak pada pimpinan. Oleh karena itu, koordinasi menjadi
wewenang dan tanggung jawab pimpinan, sehingga dapat dikatakan bahwa pimpinan bisa
berhasil jika melakukan koordinasi.
b.Koordinasi adalah kerja sama. Hal ini disebabkan kerja sama merupakan syarat mutlak
terselenggaranya koordinasi.
c.Koordinasi merupakan proses yang terus menerus (continue process). Dan berkesinambungan
dalam rangka mewujudkan tujuan lembaga
d. Pengaturan usaha kelompok secara teratur. Hal ini disebabkan koordinasi adalah konsep yang
diterapkan di dalam kelompok, bukan usaha individu melainkan sejumlah individu yang
berkerjasama di dalam kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
e.Kesatuan tindakan merupakan inti koordinasi. Pimpinan merupakan pengatur usaha-usaha dan
tindakan-tindakan setiap individu sehingga diperoleh keserasian dalam mencapai hasil bersama.
f.Tujuan Koordinasi adalah tujuan bersama (common purpose) Kesatuan usaha yang meminta
kesadaran semua pihak untuk berpartisipasi secara aktif melaksanakan tujuan bersama sebagai
kelompok tempat mereka bekerja.

2. Prinsip-Prinsip Koordinasi
Prinsip-prinsip koordinasi adalah sebagai berikut :
a. Koordinasi harus dimulai dari tahap perencanaan awal.
b. Hal pertama yang harus diperhatikan dalam koordinasi adalah menciptakan iklim yang kondusif
bagi kepentingan bersama.
c.Koordinasi merupakan proses terus menerus dan berkesinambungan.
d.Koordinasi merupakan pertemuan-pertemuan bersama untuk mencapai tujuan.
e. Perbedaan pendapat harus diakui sebagai pengayaan dan harus dikemukakan secara terbuka dan
diselidiki dalam kaitannya dengan situasi secara keseluruhan.

3. Manfaat Koordinasi
Koordinasi sangat diperlukan dalam managemen, terutama untuk menyatukan kesamaan
pandangan antara berbagai pihak yang berkepentingan dengan kegiatan dan tujuan organisasi.
Koordinasi diperlukan untuk menghubungkan bagian yang satu dengan bagian yang lain
sehingga tercipta suatu kegiatan yang terpadu mengarah pada tujuan umum lembaga
sebagaimaana jari-jari kerangka payung. Tanpa koordinasi, spesialisasi dan lembagian kerja yang
dilakukan pada setiap usaha kerja sama akan sia-sia karena setiap bagian cenderung hanya
memikirkan pekerjaan atau tugas masing-masing dan melupakan tujuan lembaga secara
keseluruhan.
Melalui koordinasi setiap bagian yang menjalankan fungsi dengan spesialisasi tertentu dapat
disatupadukan dan dihubungkan satu sama lain sehingga dapat menjalankan peranannya secara
selaras dalam mewujudkan tujuan bersama. Koordinasi sangat penting meningkatkan efesiensi
dan efektifitas pencapaian tujuan lembaga.
Dengan demikian, manfaat koordinasi dalam manajemen dapat diidentifikasikan sebagai
berikut :
a. Menghilangkan dan menghindarkan perasaan terpisah satu sama lain antara atasan dan bawahan.
b.Menghindarkan perasaan atau pendapat bahwa dirinya atau jabatannya merupakan yang paling
penting.
c.Mengurangi dan menghindakan kemungkinan timbulnya pertentangan antar pejabat dan pelaksana.
d. Menghindarkan timbulnya rebutan fasilitas.
e.Menghindarkan terjadinya peristiwa menunggu yang memakan Waktu lama.
f.Menghindarkan kemungkinan terjadinya kesamaan pekerjaan sesuatu kegiatan.
g.Menghindarkan kemungkinan terjadinya kekosongan pekerjaan sesuatu program atau kekosongan
pengerjaan tugas oleh para manajer.
h.Menumbuhkan kesadaran tugas oleh para manajer untuk saling memberikan bantuan satu sama
lain terutama bagi mereka yang berada dalam wilayah yang sama.
i. Menumbuhkan kesadaran para manajer untuk saling memberitahu masalah yang dihadapi bersama
dan bekerjasama dalam memecahkannya.
j.Memberikan jaminan tentang kesatuan langkah di antara para atasan atau bawahan.
k.Menjamin adanya kesatuan langkah dan tindakan diantara manajer.
l. Menjamin kesatuan sikap diantara manajer.
m.Menjamin kesatuan kebijaksanaan di antara manajer dalam wilayah tertentu.
Dapat dikemukakan bahwa manfaat utama koordinasi dalam managemen adalah untuk
menumbuhkan sikap egaliter, serta meningkatkan rasa kesatuan dan persatuan diantara atasan
dan bawahan dengan tetap menghargai kewajian dan wewenang masing-masing. Dengan
demikian, setiap atasan dan bawahan, tidak terjebak oleh kepentingan masing-masing bagian
yang sempit sehingga dapat menjalankan perannya secara efektif dan efisien dalam mencapai
tujuah sekolah secara kaffah ( menyeluruh).
4. Macam-Macam Koordinasi
Dalam rangka meningkatkan efektivitas, efisiensi, dan produktifitas kerja, koordinasi harus
dilakukan di semua tingkatan, baik di pusat maupun didaerah, bahkan dalam kesatuan-kesatuan
administratif, seperti bidang, seksi, bagian, sampai dengan kesatuan-kesatuan yang paling
kecil. Demikian halnya dalam pendidikan, koordinasi dapat dilaksanakan pada setiap jenjang
manajemen pendidikan, mulai dari pusat, tingkat nasional (makro) sampai tingkat lembaga
(mikro).
Secara teoritis dapat dikemukakan beberapa macam koordinasi sesuai dengan ruang lingkup
dan arah kegiatannya. Berdasarkan ruang lingkupnya, koordinasi dapat diidentifikasikan ke
dalam koordinasi intern dan ekstern. Koordinasi intern adalah koordinasi antar pejabat atau antar
unit di dalam suatu lembaga, sedangkan koordinasi ekstern adalah koordinasi antar pejabat dari
berbagai lembaga atau antar lembaga.
Sejalan dengan uraian diatas, Handaningrat (1982) mengemukakan koordinasi berdasarkan
hubungan antara pejabat yang mengkoordinasikan dan pejabat yang dikoordinasikan sebagai
berikut:
a. Koordinasi Intern
Koordinasi Intern terbagi menjadi tiga sebagai berikut :
1) Koordinasikan vertikal atau structural, yaitu antara yang mengkoordinasikan dengan yang
dikoordinasikan secara struktural terdapat hubungan hierarkis atau pengarahan yang dijalankan
oleh atasan terhadap kegiatan unit-unit, kesatuan kerja yang ada di bawah wewenang dan
tanggung jawabnya. Hal ini dapat juga dikatakan koordinasi yang bersifat garis komando (line of
command).
2)Kordinasi horizontal, yaitu koordinasi fungsional, kedudukan antara yang mengkoordinasikan dan
yang dikoordinasikan setingkat eselonnya. Menurut tugas dan fungsinya keduanya mempunyai
kaitan satu sama lain sehingga perlu dilakukan koordinasi. Koordinasi horisontal terbagi :
(a) Interdiciplinary, Koordinasi dalam rangka mengarahkan, menyatukan tindakan, mewujudkan,
menciptakan disiplin antara unit yang satu dengan unit yang lain secara intern maupun ekstern
pada unit-unit yang sama tugasnya.
(b)Inter-Related, koordinasi antar badan (instansi). Unit-unit yang fungsinya berbeda, tetapi
instansinya saling berkaitan secara intern-ekstern yang selevel.
3)Koordinasi diagonal, yaitu koordinasi fungsional, yang mengkoordinasikan mempunyai
kedudukan yang lebih tinggi eselonnya dibandingkan yang dikoordinasikan, tetapi satu dengan
yang lainnya tidak berada pada satu garis komando (line of command)

b. Koordinasi Ekstern
Koordinasi ekstern, termasuk koordinasi fungsional. Dalam koordinasi ekstern yang bersifat
fungsional, koordinasi itu hanya bersifat horizontal dan diagonal. Siagian
(1979) mengelompokkan koordinasi menjadi sebagai berikut :
1)Koordinasi menjadi atasan dengan bawaan, yang disebut koordinasi vertikal.
2)Koordinasi diantara sesama pejabat yang setingkat dalam suatu instansi, disebut koordinasi
horizontal.
3)Koordinasi fungsional, koordinasi antarinstansi, tiap-tiap instansi mempunyai tugas dan fungsi
dalam suatu bidang tertentu.

5. Cara Melakukan Koordinasi


Koordinasi dapat dilakukan secara formal dan informal, melalui konferensi lengkap,
pertemun berkala, pembentukan panitia gabungan, pembentukan badan koordinasi staff,
wawancara dengan bawahan, edaran/memo berantai, buku pedoman lembaga, tata kerja dan
sebagainya. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Sutarto (1983) yang mengemukakan cara-cara
koordinasi berikut :
a.Mengadakan pertemuan-pertemuan informal diantara para pejabat.
b. Mengadalan pertemuan formal antar para pejabat (rapat).
c.Membuat edaran berantai kepada para pejabat yang diperlukan.
d.Membuat penyebaran kartu kepada para pejabat yang diperlukan.
e.Mengangkaat koordinator.
f.Membuat buku pedoman lembaga, buku pedoman tata kerja, dan buku pedoman kumpulan
peraturan.
g.Berhubungan melalui alat penghubung (telepon).
h.Membuat tanda-tanda.
i. Membuat simbol.
j. Membuat kode.
k. Bernyanyi bersama.
Dalam koordinasi, setiap unit lembaga mengadakan hubungan untuk saling tukar pikiran
mengenai kegiatan dan hasil yang telah dicapai pada saat tertentu, serta saling mengungkapkan
masalah-masalah yang dihadapi dan mencari jalan pemecahannya, sekaligus saling membantu
memecahkan masalah. Dengan demikian, setiap pekerjaan dapat dilaksanakan dengan lancar dan
terarah pada pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
6. Syarat-Syarat Koordinasi
Syarat-syarat terjadinya koordinasi adalah sebagai berikut :
a.Sense of Cooperation, perasaan untuk saling bekerja sama, dilihat per-bagian.
b.Rivalry, dalam perusahaan besar, sering diadakan persaingan antar bagian, agar saling berlomba
untuk kemajuan.
c.Team Spirit, satu sama lain per bagian harus saling menghargai.
d.Esprit de Corps, bagian yang saling menghargai akan makin bersemangat.

7. Sifat-Sifat Koordinasi
Sifat-sifat koordinasi adalah sebagai berikut :
a. Koordinasi adalah dinamis, bukan statis.
b.Koordinasi menekankan pandangan menyeluruh oleh seorang manajer dalam kerangka mencapai
sasaran.
c.Koordinasi hanya meninjau suatu pekerjaan secara keseluruhan.

B. Komunikasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)


Komunikasi adalah proses menyalurkan informasi, ide, penjelasan, perasaan, pertanyaan dari
orang ke orang atau dari kelompok ke kelompok. Komunikasi adalah proses interaksi antara
orang-orang atau kelompok-kelompok yang ditujukan untuk mempengaruhi sikap dan perilaku
orang-orang dan kelompok-kelompok dalam suatu organisasi. (Oteng Sutisna, 1989).
Komunikasi memegang peranan penting dalam menunjang kelancaran aktifitas. Tanpa
komunikasi maka maksud bersama tidak dapat dipahami dan diterima oleh semua anggota
organisasi. Selain itu tanpa komunikasi maka tidak terjadi koordinasi yang menyebabkan
tercapainya tujuan organisasi. Komunikasi merupakan hal yang sangat pokok bagi eksistensi
suatu organisasi. Komunikasi sangat penting dalam menangani semua masalah yang muncul
dalam setiap organisasi. Komunikasi sangat penting bagi pembuatan putusan. Agar bisa
membuat putusan yang rasional diperlukan tersedianya semua keterangan yang mungkin tentang
alternatif-alternatif serta konsekuensi-konsekuensinya. Keterangan serupa hanya dapat dibuat
melalui komunikasi. Demikian juga kekuatan merancang, mengorganisasi, dan menilai selalu
bergantung kepada kualitas komunikasi. (Oteng Sutisna, 1989)
1. Komunikasi Intern
a. Dasar, Tujuan, dan Manfaat
1)Dasar : komunikasi yang baik antara berbagai personil harus dikembangkan untuk mencapai hasil
seoptimal mungkin. Kurang komunikasi akan mengakibatkan kurangnya hasil yang dapat
diwujudkan, bahkan sering gagal mencapai tujuan.
2) Tujuan : menciptakan kondisi menarik dan hangat, personil dapat bekerja terdorong untuk
berprestasi lebih baik dan mengerjakan tugas mendidik dengan penuh kesadaran.
3) Manfaat : mudah dalam memecahkan / menyelesaikan masalah dengan bantuan orang (diskusi).
b. Prinsip Komunikasi
Karakteristik hubungan professional antara lain dipengaruhi “tata karma” professional,
terbuka untuk mengemukakan pendapat, keputusan diambil berdasarkan pertukaran pendapat dan
memberikan keputusan yang bersifat pedoman, bukan sesuatu yang tegas dan praktis. Kepala
sekolah perlu memperhatikan prinsip dibawah ini :
1)Bersikap terbuka, tidak memaksakan kehendak tetapi bertindak sebagai fasilitator (demokratis dan
kekeluargaan).
2)Mendorong guru untuk mau dan mampu memecahkan masalah, serta mendorong aktivitas dan
kreativitas guru.
3)Mengembangkan kebiasaan untuk berdiskusi secara terbuka dan mendidik guru untuk mau
mendengar pendapat orang lain secara objektif.
4)Mendorong untuk mengambil keputusan yang baik dan mentaatinya.
5)Berlaku sebagai pengarah, pengatur pembicaraan, perantara dan pengambil kesimpulan secara
redaksional.
c. Memecahkan Masalah Bersama di Sekolah
1)Kegiatan pertemuan yang bersifat teratur dan berkala.
2)Guru bergiliran mengemukakan pendapat.
3)Peningkatan pengetahuan dan kemampuan professional dengan mengungkapkan pengetahuan
yang diperoleh dengan guru lain (diskusi).

2. Komunikasi Ekstern
a. Hubungan Sekolah dengan Orang Tua
Tujuan : saling membantu dan saling isi mengisi mengenai bantuan keuangan dan barang-
barang, untuk mencegah perbuatan yang kurang baik, dan bersama-sama membuat rencana yang
baik untuk sang anak. Cara menjalin hubungan sekolah dengan orang tua :
1)Melalui dewan sekolah : tujuannya untuk membantu menyukseskan kelancaran proses belajar
mengajar di sekolah baik menyangkut perencanaan, pelaksanaan,dan penilaian.
2)Melalui BP3 : memberi bantuan penyelenggaraan pendidikan di sekolah (masalah sarana prasarana
penunjang KBM).
3)Melalui pertemuan penyerahan buku laporan pendidikan : pemberian penjelasan tentang kegiatan
belajar mengajar serta prestasi peserta didik dan kelemahan yang perlu ditingkatkan.
4)Melalui ceramah ilmiah : menghadirkan ahli untuk menyampaikan permasalahan dan
pemecahannya dalam forum tersebut.

b. Hubungan Sekolah dengan Masyarakat


1)Kepentingan sekolah : memelihara kelangsungan hidup sekolah, meningkatkan mutu pendidikan
di sekolah, memperlancar kegiatan belajar mengajar, memperoleh bantuan dan dukungan dari
masyarakat dalam rangka pengembangan dan pelaksanaan program sekolah.
2)Kebutuhan sekolah : memajukan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, memperoleh
kemajuan sekolah dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi masyarakat, menjamin
relevansi program sekolah dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat, memperoleh
kembali anggota masyarakat yang terampil dan makin meningkatkan kemampuannya.
3) Saling membantu, mengisi dan menggalang bantuan keuangan serta barang.
4) Program kegiatan luar sekolah, waktu libur, pengisi waktu luang.
5)Membantu pengadaan alat peraga, perpustakaan sekolah, beasiswa / orang tua asuh.

C. Supervisi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)


Supervisi secara etimologi berasal dari kata “super”dan “visi” yang mengandung arti melihat
dan meninjau dari atas dan menilai yang dilakukan oleh pihak terhadap aktivitas, kreativitas, dan
kenerja bawahan. Istilah yang hampir sama dengan supervisi, yaitu pengawasan. Pengawasan
adalah kegiatan untuk melakukan pengamatan agar pekerjaan dilakukan sesuai dengan
ketentuan. Pemeriksaan maksudnya untuk melihat bagaimana kegiatan yang dilaksanakan telah
mencapai tujuan. Inspeksi itu digunakan untuk mengetahui kekurangan- kekurangan atau
kesalahan yang perlu diperbaiki dalam suatu pekerjaan. Dalam MBS, supervisi ditekankan pada
pembinaan dan peningkatan kemampuan serta kinerja tenaga kependidikan di sekolah dalam
melaksanakan tugas.
Secara umum Supervisi Pendidikan diarahkan pada pembinaan guru dan staf sekolah. Kepala
sekolah/ pengawas berkewajiban untuk memberikan segala bantuan dalam bentuk bimbingan dan
penyuluhan terhadap berbagai aspek dalam KBM sehingga tujuan pendidikan dapat dicapai
secara optimal. Lebih lanjut, Good Carter dalam Sahertian (2000 : 17) menyatakan bahwa
supervisi merupakan suatu usaha dari petugas-petugas sekolah dalam memimpin guru-guru dan
petugas-petugas lainnya dalam memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulasi, menyeleksi
pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru serta merevisi tujuan-tujuan pendidikan,
bahan pengajaran, dan metode serta evaluasi pengajaran.
Lebih luas lagi pandangan Kimball Wiles dalam Sahertian (2000 : 18) bahwa supervisi ialah
bantuan yang diberikan untuk memperbaiki situasi belajar mengajar yang lebih baik. Mengacu
pada pengertian tersebut, jelas bahwa supervisi bukan merupakan suatu aktivitas yang bernuansa
mencari kesalahan guru maupun staf administrasi sekolah lainnya, melainkan membimbing,
mengarahkan dan memberi pertunjuk teknis dalam rangka meningkatkan profesionalisme dalam
melaksanakan tugas utamanya.

1. Tujuan Supervisi Pendidikan


Tujuan supervisi pendidikan ialah memberikan layanan dan bantuan kepada guru-guru untuk
mengembangkan situasi belajar mengajar yang dilakukan guru di kelas. Sejalan dengan pendapat
yang dikemukakan Peter F. Olivia dalam Sahertian (2000 : 19) bahwa sasaran (domain) supervisi
pendidikan ialah :
a. Mengembangkan kurikulum yang sedang dilaksanakan di sekolah
Sejalan dalam penerapan kurikulum, hendaknya guru mampu membaca pokok-pokok
bahasan, konsep, dan tema-tema yang dirumuskan dalam kurikulum tersebut. Kemudian tugas
guru ialah merancangkan berbagai indikator berupa pengalaman belajar dan kegiatan belajar
dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
b. Meningkatkan proses belajar mengajar di sekolah
Untuk mencapai peningkatan proses pembelajaran, guru merancangkan sejumlah
pengalaman belajar. Melalui perolehan pengalaman belajar peserta didik memperoleh
pengertian, sikap penghargaan, kebiasaan, kecakapan, dan lainnya melalui sebuah kegiatan
belajar berupa kegiatan mengamati, mendengarkan, menanggapi, kegiatan berbicara, kegiatan
menerima, dan kegiatan merasakan. Sejumlah pegalaman belajar tersebut dapat bersifat sahih
(valid), lengkap (komprehensif), beragam (variasi), dan pengalaman yang bersifat relevan.
c. Mengembangkan seluruh staf di sekolah
Latar belakang supervisi yang utama adalah bahwa guru-guru perlu bertumbuh dalam
jabatannya, maka setiap guru harus berusaha untuk mengembangkan dirinya. Baik pada usaha
yang dilakukan berupa kebijakan yang daimbil oleh pimpinan maupun usaha yang datang dari
guru itu sendiri untuk meningkatkan kualitas profesi mengajarnya.
2. Fungsi Supervisi Pendidikan
Fungsi Supervisi pendidikan ditujukan pada perbaikan dan peningkatan kualitas pengajaran.
Swearingen dalam Sahertian (2000 : 21) menganalisis secara lebih luas dengan mengemukakan 8
fungsi supervise sebagai berikut :
a. Mengkoordinasi semua usaha sekolah.
b. Memperlengkapi kepemimpinan sekolah.
c. Memperluas pengalaman guru-guru.
d. Menstimulasi usaha-usaha yang kreatif.
e. Memberi fasilitas dan penilian yang terus-menerus.
f. Menganalisis situasi belajar-mengajar.
g.Memberikan pengetahuan dan keterampilan pada setiap anggota staf.
h.Memberi wawasan yang lebih luas dan terintegrasi dalam merumuskan tujuan-tujuan pendidikan
dan meningkatkan kemampuan mengajar guru-guru.

3. Tekhnik Supervisi
a. Kunjungan dan Observasi Kelas
Kunjungan dan observasi kelas sangat bermanfaat untuk mendapatkan informasi tentang
peroses belajar mengajar secara langsung, baik yang menyangkut kelebihan, maupun kekurangan
dan kelemahannya. Kepala sekolah mengamati langsung guru saat melaksanakan tugas,
mengajar, penggunaan alat, metode, teknik mengajar, secara keseluruhan dengan berbagai factor
yang mempengaruhi. Ada tiga pola yang dapat dilakukan dalam kegiatan ini, yaitu tanpa
memberitahu guru, memberi tahu lebih dahulu, dan kunjungan atas undangan guru.
b. Pembicaraan Individual
Merupakan alat supervise yang penting karena dalam kesempatan tersebut supervisor dapat
bekerja secara individu dengan guru dalam memecahkan masalah pribadi yang berhubungan
dengan proses belajar mengajar.
c. Diskusi Kelompok / Pertemuan Kelompok
Merupakan kegiatan mengumpulkan sekelompok orang dalam situasi tatap muka dan
interaksi lisan untuk bertukar info atau berusaha mencapai suatu keputusan tentang masalah
bersama. Kegiatan diskusi kelompok dapat dikembangkan mlalui rapat sekolah untuk membahas
bersama-sama masalah pendidikan dan pengajaran di sekolah itu.
d. Demonstrasi Mengajar
Proses belajar mengajar yang yang dilakukan oleh seorang guru yang memiliki kemampuan
dalam hal mengajar sehingga guru lain dapat mengambil hikmah dan manfaatnya. Tujuannya
member contoh bagaimana cara melaksanakan proses belajar mengajar yang baik dalam
menyajikan materi, menggunakan pendekatan, metode, dan media pembelajaran.
e. Perpustakaan Professional
Ciri professional tercermin dalam kemauan untuk belajar secara terus menerus dalam rangka
meningkatkan dan memperbaiki tugas utamanya. Guru hendaknya merupakan kelompok
“reading people” dan menjadi bagian dari masyarakat belajar yang menjadikan belajar sebagai
kebutuhan hidup.

Anda mungkin juga menyukai