Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Dalam ilmu biologi, makhluk hidup dibagi menjadi dua yaitu makhluk bersel
satu (uniselluler) dan makhluk hidup bersel banyak (multiselluler). Makhluk hidup
uniselluler mulai banyak dilirik dalam ilmu penelitian mikrobiologi. Bahkan
merambah pasar bisnis, menurut salah satu survey menyebutkan bahwa pada 2015
pasar mikrobia algikultural mencapai penjualan 2,17 milliar USD pada suatu
lembaga. Bisnis ini meliputi penjualan bakteria, fungi, virus, dan protozoa.
Organisme bersel satu ini banyak digunakan dalam bioteknologi, industry makanan
dan minuman, obat-obatan, dan bahkan sumber daya energy.
Protozoa adalah salah satu jenis organisme uniselluler dalam kelompok
eukariotik. Organisme eukariotik adalah organisme ber sel satu yang inti selnya tidak
memiliki atau dilindungi membrane. Dalam klasifikasi protozoa dibagi lagi menjadi
beberapa kelas berdasarkan alat geraknya. Begitu juga dengan peran dan manfaatnya
yang begitu banyak bagi memenuhi kebutuhan hidup manusia. Jadi perlu dikaji lebih
lanjut mengenai klasifikasi, ciri, serta peran dari kelompok organisme protozoa.

I.2 Rumusan Masalah

a. Bagaimana klasifikasi organisme protozoa?


b. Bagimana ciri dan karakteristik protozoa?
c. Bagaimana peran protozoa dalam kehidupan ?

I.3 Tujuan

a. Untuk dapat mengetahui klasifikasi protozoa.


b. Untuk dapat mengetahui ciri-ciri dari organisme protozoa.
c. Untuk mengetahui peran protozoa dalam kehidupan sehari-hari.
I.4 Manfaat

a. Untuk dapat mengetahui klasifikasi protozoa.

b. Untuk dapat mengetahui ciri-ciri dari organisme protozoa.

c. Untuk mengetahui peran protozoa dalam kehidupan sehari-hari.


BAB II
PEMBAHASAN

2. 1 Klasifikasi Organisme Protozoa

Klasifikasi protozoa dibedakan menjadi dua berdasarkan masanya yairu


klasifikasi lama dan klasifikasi baru.
A. Klasifikasi Lama, protozoa dibedakan sesuai dengan alat geraknya antara lain:
- Sarcodina, bergerak secara amoeboid : Entamoeba histolytica
- Mastigophora bergerak dengan flagella: Trypanosoma brucei dan
Trichomonas vaginalis
- Ciliate alat gerak dengan cilia: Balantidium coli
- Sporozoa (tidak memiliki bentuk dewasa) : Plasmodium, Toxoplasma
B. Klasifikasi Baru mulai dimunculkan sejak tahun 1986. Teori klasifikasi ini
dibedakan berdasarkan struktur sel bila dilihat dengan mikroskop electron,
antara lain:
- Phylum: Sarcomastigophora : Trypanosoma
a. Sub-phylum Mastigophora
b. Sub-phylum Opalinata
c. Sub-phylum Sarcodina
- Phylum: Labyrinthomorpha : Labyrinthula
- Phylum: Apicomplexa : Toxoplasma
- Phylum: Myxozoa : Ceratomyxa
- Phylum: Microspora : Encephalitozoon
- Phylum: Ascetospora : Marteilia
- Phylum: Ciliophora Balantidium
C. Sarcomastigophora
 Flagella, pseudopoda, atau keduanya
 Sub-phylum Mastigophora (flagella ada pada tahap dewasa)
1. Kelas Phytomastigophora : Flagelata yang mirip tanaman,
misalnya Euglena, Volvox
2. Kelas Zoomastigophorea : flagelata yang tidak memiliki
kromoplast, misalnya Trichomonas, Trypanosoma
 Sub-phylum Opalinata : parasite
 Sub-phylum Sarcodina : pseudopodia
a. Kelas Rhizopoda : misal Amoeba, Entamoeba
b. Kelas Actinopoda : misal Plankton

2. 2 Ciri/Karakteristik Organisme Protozoa

 Umumnya tidak dapat membuat makanan sendiri (heterotrof)

 Protozoa memiliki alat gerak yaitu ada yang berupa kaki semu, bulu getar
(cillia) atau bulu cambuk (flagel).

 Hidup bebas, saprofit atau parasit

 Organisme bersel tunggal (uniseluler)

 Eukariotik atau memiliki membran nukleus/ berinti sejati

 Hidup soliter (sendiri) atau berkoloni (kelompok)

 Dapat membentuk kista untuk bertahan hidup. kista, merupakan bentuk sel
protozoa yang terdehidrasi dan berdinding tebal mirip dengan endospora yang
terjadi pada bakteri

 Protozoa mampu bertahan hidup dalam lingkungan kering maupun basah.

 Protozoa tidak mempunyai dinding sel

 Protozoa merupakan organisme mikroskopis yang prokariot

2.2.1 Ciri Tubuh


Ciri Protozoa meliputi ukuran dan bentuk, serta struktur dan fungsi tubuh.

1. Ukuran dan bentuk tubuh

Protozoa berukuran mikroskopis, yaitu sekitar 10 – 200 mikron


(πm). Bentuk selnya sangat bervariasi, ada yang tetap dan ada yang
berubah-ubah. Protozoa merupakan sel tunggal, yang dapat bergerak
secara khas menggunakan pseudopodia (kaki palsu), flagela atau silia,
namun ada yang tidak dapat bergerak aktif. Berdasarkan alat gerak yang
dipunyai dan mekanisme gerakan inilah protozoa dikelompokkan ke
dalam 4 kelas.

Protozoa yang bergerak secara amoeboid dikelompokkan ke dalam


Sarcodina, yang bergerak dengan flagela dimasukkan ke dalam
Mastigophora, yang bergerak dengan silia dikelompokkan ke dalam
Ciliophora, dan yang tidak dapat bergerak serat merupakan parasit hewan
maupun manusia dikelompokkan ke dalam Sporozoa.

2. Struktur dan Fungsi Tubuh

Gambar 2.1 Struktur Tubuh Protozoa

Sel protozoa umumnya terdiri dari membrane sel, sitoplasma, vakuola


makanan, vakuola kontraktil (vakuola berdenyut), dan inti sel.

 Membran Sel

Fungsi : sebagai pelindung serta pengatur pertukaran makanan dan gas

 Vakuola Makanan

Fungsi : mencerna makanan. Vakuola makanan terbentuk dari proses


makan sel atau sel dengan cara ‘menelan’ oleh setiap bagian membrane sel
atau melalui sitostoma (mulut sel). Zat-zat makanan hasil cernaan dalam
vakuola makanan masuk ke dalam sitoplasma secara difusi. Sedangkan sisa
makanan dikeluarkan dari vakuola ke luar sel melalui membrane plasma.

 Vakuola Kontraktil

Fungsi : mengeluarkan sisa makanan berbentuk cair ke luar sel melalui


membrane sel serta mengatur kadar air dalam sel. Vakuola kontraktil
merupakan vakuola yang selalu mengembang dan mengempis.

 Inti Sel

Fungsi : mengatur aktivitas sel

Tabel 2.1 Sistem Protozoa

JENIS
SISTEM PROTOZOA
SISTEM
Otot-rangka Protozoa tidak memiliki kerangka dalam atau luar. Mereka bergerak
dengan berbagai cara. Amoeba memiliki kaki palsu atau
pseudopodia yang meluas ketika bergerak. Paramecium ditutupi
dengan rambut yang disebut silia. Euglena viridis memiliki cambuk
seperti ekor yang disebut flagel untuk bergerak.
Pencernaan Protozoa mengambil makanan melalui air dan menyimpan makanan
di kantung yang disebut vakuola. Mereka memakan ganggang kecil
dan bakteri.
Saraf Protozoa memiliki tingkat reaksi yang sangat rendah terhadap dunia
di sekitar itu dan tidak mempunyai sistem saraf. Mereka dapat
bereaksi terhadap cahaya dan perubahan suhu.
Sirkulasi Protozoa memiliki aliran air yang masuk melalui pori-pori. Air
berisi makanan dan kebutuhan oksigen protozoa.
Respirasi Protozoa mengambil oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida
melalui membran selnya.
Reproduksi Protozoa dapat berkembang biak secara seksual dan aseksual.
Ekskresi Protozoa memiliki kantung disebut vakuola yang berfungsi
mengambil dan membuang air.
Simetri Protozoa biasanya asimetris.
Warna Protozoa umumnya berwarna pucat.

2.3 Klasifikasi Protozoa

Protozoa yang sudah teridentifikasi berjumlah lebih dari 60 ribu species. Jenis
protozoa yang sangat beragam tersebut dapat dibedakan menjadi empat kelas
berdasarkan alat geraknya, yaitu Rhizopoda, Ciliata, Flagellata, dan Sporozoa.

2.3.1 Rhizopoda (Sarcodina)

Gambar 2.2 Rhizopoda

Rhizopoda berasal dari bahasa Yunani, yaitu rhizo = akar, dan podos =
kaki, atau Sarcodina (sarco = daging). Semua protozoa yang tergolong kelas
Rhizopoda bergerak dengan penjuluran sitoplasma selnya yang membentuk
kaki semu (pseudopodia). Bentuk pseudopodia beragam, ada yang tebal
membulat dan ada yang tipis meruncing. Pseupodia berfungsi sebagai alat
gerak dan memangsa makanan. Hewan ini ada yang bercangkang, contohnya
Globigerina dan ada yang telanjang, contohnya Amoeba proteus. Pada
Rhizopoda yang bercangkang, pseudopodia menjulur keluar dari cangkang.
Cangkang tersusun dari silica atau kalsium carbonat. Cangkang berukuran 0,5
mm.
Bentuk sel Rhizopoda berubah-ubah saat diam dan bergerak. Sitoplasma
terdiri dari ektoplasma dan endoplasma. Ektoplasma adalah sel bagian luar
yang berbatasan dengan membrane plasma. Endoplasma adalah plasma sel
pada bagian dalam sel. Ektoplasma bersifat lebih kental daripada endoplasma.
Aliran endoplasma dan ektoplasma tersebut berperan dalam penjuluran dan
penarikan pseudopodia. Amoeba proteus memiliki dua jenis vakuola yaitu
vakuola makanan dan vakuola kontraktil. Pada proses makan, pseudopodia
mengelilingi makanan dan membentuk vakuola makanan. Di dalam valuola
makanan, makanan dicerna. Zat makanan hasil cernaan dalam vakuola
makanan masuk ke dalam sitoplasma secara difusi. Sedangkan sisa makanan
dikeluarkan dari vakuola keluar sel melalui membrane plasma.

Rhizopoda berkembang biak secara vegetatif (aseksual) dengan


pembelahan biner, contohnya pada Amoeba sp. Amoeba dapat berkembang biak
dengan pembelahan biner tanpa melalui tahap-tahap mitosis. Pembelahan
dimulai dari membelahnya inti sel menjadi dua, lalu diikuti oleh pembelahan
sitoplasma.

Pembelahan inti tersebut menimbulkan lekukan yang sangat dalam yang


lama-lama akan putus sehingga terbentuklah dua sel anak Amoeba yang baru
yang masing-masing mempunyai inti baru dan sitoplasma yang baru pula.
Kedua sel anak ini akan mengalami pembelahan biner sehingga menjadi empat
sel, delapan sel, enam belas sel, dan seterusnya.

Pada Amoeba apabila keadaan lingkungan kurang baik misalnya


kekeringan, maka Amoeba akan membentuk kista. Didalam kista Amoeba
dapat membelah menjadi amoeba-amoeba baru yang lebih kecil. Bila keadaan
menguntungkan maka amoeba-amoeba tadi dapat keluar dan selanjutnya
amoeba ini akan tumbuh. Setelah mencapai pada ukuran tertentu maka amoeba
tadi akan membelah diri seperti semula.
Gambar 2.6 Pembelahan biner pada Amoeba

Makananya dapat berupa ganggang, bacteri atau sisa-sisa organik.


Ektoamoeba adalah jenis Amoeba yang hidup liar di luar tubuh organisme lain
(hidup bebas). Contohnya Amoeba proteus, Foraminifera, Arcella, Radiolaria.
Entamoeba adalah jenis Amoeba yang hidup di dalam tubuh organisme ,
contohnya Entamoeba histolityca, dan Entamoeba coli.

Genus/Species Rhizopoda
1. Amoeba proteus
Tubuhnya bersel tunggal, di dalamnya
terdapat:
a. Nukleus, berperan dalam pengaturan
aktivitas hidup.
b. Vakuola makanan, berperan dalam
pencernaan makanan.
c. Vakuola kontraktil, berperan dalam
Gambar 2.7 struktur amoeba
memelihara tekanan osmosis sel.
d. Dinding sel atau plasmolemma dengan sitoplasma yang terdiri dari
ektoplasma dan endoplasma.
Hidup di tempat yang lembab yang kaya bahan organik, baik di darat, laut dan
air tawar, atau sebagai parasit pada manusia maupun hewan. Berkembang biak
dengan cara membelah diri.
2. Entamoeba disentri (Entamoeba histolitica)
 Tubuh bersel tunggal, bentuknya tidak tetap
 Hidup dalam jaringan usus (bersifat endoparasit)
 Makanan eritrosit dan mampu membentuk cysta bila keadaan tidak
menguntungkan.

Gambar 2.8 struktur entamoeba histolytiva

Entamoeba histolytica mempunyai siklus hidup secara berurutan dari


trophozoite (bentuk vegetatif), prakisa, kista (dengan satu atau dua inti),
metatropozoite. Bentuk tropozoitenya aktif bergerak, ukurannya 10-60
mikron, sedangkan kistanya tidak bergerak ukurannya 5-20 mikron.

Bentuk tropozoitenya mudah mati di luar tubuh manusia. Bentuk


kistanya mudah mati dengan pengeringan atau pemanasan 550C, tetapi
tahan hidup sampai dua bulan di dalam air (selokan, kali, sawah) tidak mati
pada kadar chlor yang biasa dipakai dalam pengolahan air minum, tahan
terhadap desinfektan. Pada feses yang basah tahan sampai 12 hari.

3. Entamoeba coli
Tubuh bersel tunggal, hidup pada usus besar, kadang-kadang bersifat
parasit sehingga dapat menimbulkan penyakit diarrhea. Berfungsi membantu
membusukkan sisa pencernaan juga menghasilkan vitamin B12, dan vitamin
K yang penting dalam proses pembekuan darah. Dalam organ pencernaan
berbagai hewan ternak dan kuda, bakteri anaerobik membantu mencernakan
selusosa rumput menjadi zat yang lebih sederhana sehingga dapat diserap
oleh dinding usus.

4. Arcella
Tubuh memiliki rangka luar zat tanduk (kitin) Berbentuk seperti piring, dengan
satu permukaan cembung dan permukaan lainnya cekung atau datar , yang
ditengahnya terdapat lubang tempat keluarnya kaki palsu.
5. Diflugia
Tubuh memanjang, hidup di air tawar. Tubuh memiliki kerangka yang terdiri
dari pasir.
6. Foraminifera
Tubuh memiliki kerangka yang terdiri dari zat kapur dan tanah yang
mengandung endapan tersebut dinamakan “tanah Globigerina”. Fosil
Foraminifera merupakan petunjuk adanya sumber minyak.
7. Radiolarian (Heliosphaera)
Hidup di laut dengan tubuh yang memiliki zat kersik, tanah yang memiliki
endapan rangka tersebut dinamakan tanah radiolarian yang berguna untuk
bahan penggosok.
2.3.2 Ciliata (Ciliophora/Infusoria)
Gambar 2.9 Ciliata

Ciliata berasal dari bahasa Latin, yaitu cilia = rambut kecil, atau ciliophora,
yaitu phora = gerakan, bergerak dengan menggunakan silia (rambut getar).
Ciliata juga disebut Infusoria (Infus = menuang) karena hewan ini ditemukan
juga pada air buangan atau air cucuran. Silia terdapat pada seluruh permukaan
sel atau hanya pada bagian tertentu. Selain berfungsi untuk bergerak, silia juga
merupakan alat Bantu untuk makan. Silia membantu pergerakan makanan ke
sitoplasma. Makanan yang terkumpul di sitoplasma akan dilanjutkan ke dalam
sitofaring (kerongkongan sel). Apabila telah penuh, makanan akan masuk ke
sitoplasma dengan membentuk vakuola makanan.

Sel Ciliata memiliki ciri khusus lain, yaitu memiliki dua inti, yaitu
makronukleus dan mikronukleus. Makronukleus berukuran lebih besar
daripada mikronukleus. Makronukleus memiliki fungsi vegetatif, yaitu untuk
pertumbuhan dan perkembangbiakan yang mengendalikan fungsi hidup sehari-
hari dengan cara mensisntesis RNA, juga penting untuk reproduksi aseksual.
Mikronukleus memiliki fungsi reproduktif, yaitu pada konyugasi. Ciliata juga
memiliki trikokis yang fungsinya untuk pertahanan dri dari musuh dan
memiliki dua jenis vakuola yaitu vakuola makanan dan vakuola kontraktil yang
berfungsi untuk mengatur kesetimbangan tekanan osmosis (osmoregulator)..

Ciliata hidup bebas di lingkungan berair, baik air tawar maupun laut.
Ciliata juga hidup di dalam tubuh hewan lain secara simbiosis maupun parasit.
Ciliata yang hidup bebas di alam contohnya adalah Paramecium caudatum,
Didinium, Stentor, Balantidium, dan vorticella. Jenis lainnya hidup
bersimbiosis dalam perut hewan pemakan rumput dan berfungsi membantu
hewan tersebut mencerna sellulosa yang terdapat dalam rumput. Hanya sedikit
jenis Ciliata yang hidup sebagai parasit. Salah satunya adalah Balantidium coli.
Ciliata ini hidup pada usus besar ternak atau manusia dan dapat menyebabkan
diare (balantidiosis).
Ciliata melakukan reproduksi secara aseksual dan seksual. Reproduksi
aseksual, yaitu dengan pembelahan biner membujur (transversal). Reproduksi
seksual dilakukan dengan konyugasi. Ciliata memiliki dua inti yaitu,
makronukleus dan mikronukleus. Makronukleus berukuran lebih besar
dibandingkan mikronukleus. Makronukleus memiliki fungsi vegetatif, yaitu
untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan. Mikronukleus memiliki fungsi
reproduktif, yaitu pada konjugasi. Contohnya pada Paramaecium sp.

Ciliata melakukan reproduksi secara vegetatif (aseksual) dan generatif


(seksual). Reproduksi vegetatif, yaitu dengan pembelahan biner membujur
(transversal) sepanjang selnya. Pembelahan diawali dengan pembelahan
mikronukleus dan diikuti dengan pembelahan makronucleus.

Gambar 2.10 Pembelahan biner pada Paramecium

Reproduksi generatif dilakukan dengan konjugasi yaitu dengan cara


penggabungan atau penyatuan fisik sementara antara dua individu kemudian
terjadi pertukaran nukleus. Dengan demikian, akan terjadi perpaduan sifat yang
dibawa oleh kedua individu tersebut dan menghasilkan satu individu baru.
Reproduksi generatif Paramaecium berlangsung sebagai berikut :

1. Dua Paramaecium saling mendekat dan menempel pada bagian mulut sel
untuk kawin, lalu terbentuk tabung konjugasi.

2. Mikronukleus masing-masing individu bermeosis 2 kali, lalu menghasilkan 4


mikronukleus haploid pada asing-masing individu.

3. Tiga mikronukleus melebur/hilang dan satu mikronukleus akan membelah


secara mitosis menjadi dua mikronukleus.
4. Pasangan tersebut kemudian mempertukarkan satu mikronukleusnya.

5. Mikronukleus yang sudah dipertukarkan akan melebur dengan


makronukleus, terjadilah singami. Terbentuklah zigot nucleus yang diploid.
Kemudian pasangan Paramaecium memisah.

6. Zigot nucleus masing-masing membelah secara mitosis sebanyak 3 kali


berturut turut sehingga terbentuk 8 mikronukleus yang identic pada asing-
masing paramaecium.

7. Selanjutnya masing-masing makronukleus yang asli hancur. (kenapa


hancur?karena yang berperan dalam proses konjugasi hanya mikronukleus,
sedangkan makronukleus untuk proses metabolisme).

8. Empat mikronukleus akan hilang sehingga tersisa akan tersisa empat


mikronukleus.

9. Tiga mikronukleus akan bergabung menjadi satu mikronukleus dan satu


mikronukleus lainnya akan tetap menjadi mikronukleus.

Gambar 2.11 Reproduksi secara konjugasi pada Paramecium

2.3.3 Flagellata (Mastigophora)


Gambar 2.12 Flagellata

Flagellata berasal dari flagell = cambuk, atau dengan menggunakan bulu


cambuk, phora = gerakan yang bergerak dengan menggunakan bulu cambuk
atau flagellum. Sebagian besar flagellata mempumyai dua flagellum. Letak
flagellum ada yang di bagian belakang sel (posterior) sehingga saat bergerak
seperti mendorong sel, dan ada yang di bagian depan sel (anterior) sehingga
saat bergerak seperti menarik sel. Flagellata autotrofik (berkloroplas),
dapat berfotosintesis. Contohnya : Euglena viridis, Noctiluca milliaris, Volvox
globator, Zooflagellata.
Flagellata heterotrofik (Tidak berkloroplas). Contohnya : Trypanosoma
gambiens, Leishmania.

Flagellata berkembang biak secara aseksual dengan pembelahan biner


membujur, misalnya pada Trypanosoma. Flagellata yang hidup bebas di
lingkungan berair, baik air tawar maupun air laut, dan ada yang hidup
bersimbiosis dalam tubuh hewan. Flagellata yang hidup bersimbiosis, misalnya
Trichonympha campanula hidup pada usus rayap dan kecoa kayu. Flagellata
ini membantu rayap atau kecoa mencerna kayu yang dimakan serangga
tersebut.

Flagellata yang hidup parasit antara lain adalah Trypanosoma brucei


menyebabkan penyakit tidur pada manusia di Afrika, Trypanosoma evansi
penyebab penyakit surra pada ternak. Trichomonas vaginalis penyebab
penyakit pada alat kelamin wanita dan saluran kelamin pria, serta Leishmania
penyebab penyakit kala-azar yang merusak sel darah manusia. Trypanosoma
dan Leishmania dibawa oleh jenis lalat tertentu yang menghisap darah manusia,
contohnya lalat tsetse (Glossina moritans) yang menularkan penyakit tidur.
Penyakit ini merusak system saraf pusat dan pembuluh darah sehingga
penderita tidak dapat berbicara dan berjalan, tidur terus-menerus , dan akhirnya
dapat mengakibatkan kematian.

Gambar 2.13 Pembelahan biner pada Euglena sp (kiri) dan T.evansi (kanan)

2.3.4 Sporozoa (Apicomplexa)

Gambar 2.13 Sporozoa

Sporozoa berasal dari bahasa Yunani, spore = biji, zoa = hewan;


Sporozoa adalah hewan uniselluler yang pada salah satu tahapan dalam
siklus hidupnya memiliki bentuk seperti spora. Sporozoa tidak memiliki
alat gerak. Cara bergerak hewan ini dengan cara mengubah kedudukan
tubuhnya. Seluruh jenis Sporozoa hidup sebagai parasit pada hewan atau
manusia.
Sporozoa melakukan reproduksi secara vegetatif (aseksual) dan
generatif (seksual). Sporozoa memiliki pergiliran antara fase seksual dan
aseksualnya. Reproduksi vegetatif dilakukan dengan pembentukan spora.
Reproduksi generatif dilakukan dengan pembentukan gamet dan
dilanjutkan dengan penyatuan gamet jantan dan betina. Misalnya pada
Plasmodium. Pada Plasmodium peleburan gamet jantan dan gamet betina
terjadi di dalam tubuh nyamuk Anopheles betina.

 Fase vegetatif / aseksual/ skizogoni

Berlangsung di dalam tubuh manusia.


a. Siklus Eksoeritrositer (EE).

Nyamuk Anopheles betina mengisap darah manusia, sporozoit


(bibit penyakit) dalam air liur nyamuk masuk ke dalam tubuh manusia.
Sporozoit menyerang butir-butir sel darah merah kemudian masuk ke
hati menjadi skizont kriptozoik. Skizont kriptozoik berkembang biak
secara vegetatif dengan membelah diri membentuk merozoit
cryptozoik.

b. Siklus Eritrositer (E).

Merozoit cryptozoik masuk ke dalam sel darah merah dan


berkembang menjadi bentuk tropozoit. Selanjutnya inti tropozoit
tersebut mengalami pembelahan secara berganda membentuk merozoit
. Kemudian sel darah merah pecah. Sebagian merozoit ada yang
berkembang membentuk gametofit, sedang sebagian yang lain ada
yang menyerang sel darah merah yang lain. Proses merozoit
menyerang sel darah merah disebut sporulasi .

 Fase generatif / seksual / sporogoni


Berlangsung di dalam tubuh nyamuk Anopheles betina
Saat nyamuk menghisap darah manusia, gametosit ikut terbawa
masuk ke dalam tubuh nyamuk. Gametofit tersebut akan berkembang
menjadi mikrogamet (gamet jantan) dan makrogamet (gamet betina). Jika
terjadi pembuahan (gamet jantan membuahi gamet betina) maka akan
terbentuk zigot yang menempel di dinding lambung nyamuk. Zigot akan
berkembang menjadi Ookinet. Ookinet menembus dinding lambung dan
menempel di sebelah luar. Ookinet selanjutnya tumbuh menjadi Ookista.
Ookista membelah menjadi banyak. Tiap Ookista akan membungkus diri
dengan sedikit sitoplasma membentuk Oosit . Oosit akan berkembang
membentuk sporozoit baru yang tersebar ke dalam jaringan tubuh
nyamuk Anopheles termasuk ke dalam kelenjar liur.

Gambar 2.14 Reproduksi vegetatif dan generatif pada Plasmodium

Contoh Sporozoa adalah Toxoplasma gondii yang menyebabkan


toksoplasmosis dan Plasmodium yang menyebabkan penyakit malaria
pada manusia. Toxoplasma gondii masuk ke dalam tubuh manusia
melalui makanan, misalnya daging yang tercemar kista Toxoplasma dari
kotoran kucing. Infeksi Toxoplasma terutama membahayakan ibu hamil
karena dapat membunuh embrio atau bayi yang dilahirkan menjadi cacat.
Plasmodium masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan
nyamuk Anopheles betina. Di dalam tubuh manusia, Plasmodium
menyerang sel-sel hati dan sel-sel darah merah (eritrosit). Ada empat
jenis Plasmodium yang dapat menyebabkan penyakit malaria, yaitu
Plasmodium vivax, Plasmodium ovale, Plasmodium malariae, dan
Plasmodium falciparum. Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale
menyebabkan malaria tertiana, Plasmodium malariae meyebabkan
malaria kuartana, dan Plasmodium falciparum menyebabkan penyakit
malaria yang paling berbahaya, yaitu malaria tropiokana.

Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale dapat tetap hidup,


meskipun tidak aktif di dalam sel hati penderita malaria selama berbulan-
bulan bahkan bertahun-tahun. Akibatnya, di kemudian hari penyakit
malaria dapat kambuh lagi. Pemberantasan penyakit malaria dapat
dilakukan dengan memotong siklus hidup Plasmodium, yaitu dengan cara
mencegah adanya genangan air atau menutup tempat penampungan air.
Cara ini menyebabkan nyamuk tidak dapat tumbuh menjadi dewasa.
Cara lainnya adalah dengan memberi obat (misalnya obat kina) kepada si
penderita.

Siklus hidup Plasmodium terbagi menjadi dua, yaitu di dalam tubuh


nyamuk Anopheles betina dan di dalam tubuh manusia.

Anda mungkin juga menyukai

  • Halaman A4
    Halaman A4
    Dokumen6 halaman
    Halaman A4
    NaztitiDianErlitaPutri
    Belum ada peringkat
  • ANALISIS
    ANALISIS
    Dokumen38 halaman
    ANALISIS
    NaztitiDianErlitaPutri
    Belum ada peringkat
  • Makalah Protozoa
    Makalah Protozoa
    Dokumen31 halaman
    Makalah Protozoa
    NaztitiDianErlitaPutri
    Belum ada peringkat
  • TABEL
    TABEL
    Dokumen1 halaman
    TABEL
    NaztitiDianErlitaPutri
    Belum ada peringkat
  • Laktat dan bakteriosin L. bulgaricus hambat K. pneumoniae
    Laktat dan bakteriosin L. bulgaricus hambat K. pneumoniae
    Dokumen1 halaman
    Laktat dan bakteriosin L. bulgaricus hambat K. pneumoniae
    NaztitiDianErlitaPutri
    Belum ada peringkat
  • Bab I 2003
    Bab I 2003
    Dokumen21 halaman
    Bab I 2003
    NaztitiDianErlitaPutri
    Belum ada peringkat
  • FERMENTASI BEKASAM
    FERMENTASI BEKASAM
    Dokumen22 halaman
    FERMENTASI BEKASAM
    NaztitiDianErlitaPutri
    Belum ada peringkat
  • PKL] Uji Kadar Air Boiler
    PKL] Uji Kadar Air Boiler
    Dokumen8 halaman
    PKL] Uji Kadar Air Boiler
    NaztitiDianErlitaPutri
    Belum ada peringkat
  • TABEL
    TABEL
    Dokumen1 halaman
    TABEL
    NaztitiDianErlitaPutri
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen4 halaman
    Bab I
    NaztitiDianErlitaPutri
    Belum ada peringkat
  • ANALISIS
    ANALISIS
    Dokumen38 halaman
    ANALISIS
    NaztitiDianErlitaPutri
    Belum ada peringkat
  • Sampel Gula
    Sampel Gula
    Dokumen1 halaman
    Sampel Gula
    NaztitiDianErlitaPutri
    Belum ada peringkat
  • Proposal Terbaru
    Proposal Terbaru
    Dokumen21 halaman
    Proposal Terbaru
    NaztitiDianErlitaPutri
    Belum ada peringkat
  • Bab I 2 3
    Bab I 2 3
    Dokumen23 halaman
    Bab I 2 3
    NaztitiDianErlitaPutri
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen4 halaman
    Bab I
    NaztitiDianErlitaPutri
    Belum ada peringkat
  • Paling Baruuuuuu (Repaired)
    Paling Baruuuuuu (Repaired)
    Dokumen29 halaman
    Paling Baruuuuuu (Repaired)
    NaztitiDianErlitaPutri
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen4 halaman
    Bab I
    NaztitiDianErlitaPutri
    Belum ada peringkat
  • Alur Perhitungan Fix
    Alur Perhitungan Fix
    Dokumen7 halaman
    Alur Perhitungan Fix
    NaztitiDianErlitaPutri
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen2 halaman
    Bab Iii
    NaztitiDianErlitaPutri
    Belum ada peringkat
  • JUDUL
    JUDUL
    Dokumen7 halaman
    JUDUL
    NaztitiDianErlitaPutri
    Belum ada peringkat
  • Seminar Biofertilizer
    Seminar Biofertilizer
    Dokumen31 halaman
    Seminar Biofertilizer
    NaztitiDianErlitaPutri
    Belum ada peringkat
  • Seminar Revisi
    Seminar Revisi
    Dokumen39 halaman
    Seminar Revisi
    NaztitiDianErlitaPutri
    Belum ada peringkat
  • Review Jurnal
    Review Jurnal
    Dokumen8 halaman
    Review Jurnal
    NaztitiDianErlitaPutri
    Belum ada peringkat
  • OPTIMALKAN PUPUK UREA
    OPTIMALKAN PUPUK UREA
    Dokumen7 halaman
    OPTIMALKAN PUPUK UREA
    NaztitiDianErlitaPutri
    Belum ada peringkat
  • Seminar Revisi
    Seminar Revisi
    Dokumen39 halaman
    Seminar Revisi
    NaztitiDianErlitaPutri
    Belum ada peringkat
  • AMPISILIN DAN PENGGUNAANNYA
    AMPISILIN DAN PENGGUNAANNYA
    Dokumen9 halaman
    AMPISILIN DAN PENGGUNAANNYA
    NaztitiDianErlitaPutri
    Belum ada peringkat
  • Penemuan Obat AIDS Terbaru
    Penemuan Obat AIDS Terbaru
    Dokumen11 halaman
    Penemuan Obat AIDS Terbaru
    NaztitiDianErlitaPutri
    Belum ada peringkat
  • OPTIMALKAN PUPUK UREA
    OPTIMALKAN PUPUK UREA
    Dokumen7 halaman
    OPTIMALKAN PUPUK UREA
    NaztitiDianErlitaPutri
    Belum ada peringkat
  • Ampisilin Word
    Ampisilin Word
    Dokumen4 halaman
    Ampisilin Word
    NaztitiDianErlitaPutri
    Belum ada peringkat