Anda di halaman 1dari 4

1. Bagaimana Standar pelayanan keselamatan di rumah sakit?

2. Apa saja macam insiden keselamatan pasien ?


3. Apa macam-macam medical error ?
(1) error of omission Kesalahan dalam mendiagnosis, keterlambatan dalam penanganan
pasien atau tidak meresepkan obat untuk indikasi yang tepat adalah contoh dari
error of omission. Dalam keseharian, daftar error of omission tentu akan sangat
panjang jika diidentifikasi satu per satu. Melakukan apendiktomi tanpa disertai
dengan pemeriksaan patologi anatomi termasuk error of omission yang sering
terjadi.
(2) Error of commission antara lain meliputi kesalahan dalam memutuskan pilihan
terapi, memberikan obat yang salah, atau obat diberikan melalui cara pemberian
yang keliru. Kebiasaan untuk meresepkan antibiotika pada penyakit-penyakit ringan
(minor ailment) atau memberikan obat per injeksi padahal pemberian secara oral
lebih aman termasuk dalam kategori error of commission.
4. Bagaimana staregi sistem patient safety di rumah sakit ?
5. Apa hubungan dari manajemen rumah sakit terhadap adanya medical
error, insiden keselamatan pasien, patient safety dan customer focused
services?
6. Bagaimana penerapan customer focused services di rumah sakit?
7. Mengapa perlu diterapkan customer focused services di rumah sakit?
8. Apa yang dimaksud cross infection dan bagaimana cara pencegahannya?
Infeksi Nosokomial
Infeksi nosokomial atau disebut juga Hospital Acquired Infection (HAI) adalah infeksi yang
didapatkan dan berkembang selama pasien di rawat di rumah sakit
Cara penularan Infeksi Nosokomial
Menurur Depkes RI (1995) macam-macam penularan infeksi nosokomial bisa berupa :
1. Infeksi silang (Cross Infection), yaitu infeksi yang disebabkan oleh kuman yang
didapat dari orang atau penderita lain di rumah sakit secara langsung atau tidak
langsung. Tindakan dalam praktek dokter gigi menempatkan dokter gigi beresiko
tinggi terutama terhadap penyakit menular berbahaya yang disebabkan oleh bakteri
dan virus
2. Infeksi sendiri (Self infection, Auto infection), yaitu infeksi yang disebabkan oleh
kuman dari penderita itu sendiri berpindah tempat dari satu jaringan kejaringan lain
3. Infeksi lingkungan (Enverenmental infection), yaitu infeksi yang disebabkan oleh
kuman yang berasal dari benda atau bahan yang tidak bernyawa yang berada di
lingkungan rumah sakit, misalnya lingkungan yang lembab dan lain-lain.
Dari gambar 2.1. diatas di jelaskan bahwa awal rantai penularan infeksi nosokomial dimulai
dari penyebab (di bagian tengah gambar) dimana penyebabnya seperti jamur, bakteri, virus
atau parasit menuju ke sumber seperti manusia ataupun benda. Selanjutnya kuman keluar
dari sumber menuju ke tempat tertentu, kemudian dengan cara penularan tertentu (baik itu
kontak langsung maupun tidak langsung) melalui udara, benda ataupun vektor masuk ke
tempat tertentu (pasien lain). Di karenakan di rumah sakit banyak pasien yang rentan
terhadap infeksi maka dapat tertular. Selanjutnya kuman penyakit ini keluar dari pasien
tersebut dan meneruskan rantai penularan lagi.

Patogenesis adalah kemampuan mikroba menyebabkan penyakit, patogenitas lebih jauh


dapat dinyatakan dalam virulensi dan daya invasinya. Virulensi adalah pengukuran dari
beratnya suatu penyakit dan dapat diketahui dengan melihat morbiditas dan derajat
penularan. Daya invasi adalah kemampuan mikroba menyerang tubuh. Jumlah mikroba yang
masuk sangat menentukan timbul atau tidaknya infeksi dan bervariasi antara satu mikroba
dengan mikroba lain dan antara satu host dengan host yang lain.
Jalur Penyebaran
A. Pasien ke Operator Penyebaran bisa terjadi melalui dua cara, yaitu kontak lansung dan
tidak langsung. Kontak lansung dengan saliva antara pasien bisa menjadi jalan masuk
mikroba melalui kulit yang luka, mukosa mata, hidung dan mulut. Infeksi tidak langsung
melibatkan perpindahan mikroorganisme dari sumber tertentu (mulut pasien) ke suatu
benda dan kemudian operator bersentuhan dengan benda yang sudah terkontaminasi
tersebut. Bisa melalui penyebaran droplet dan melalui udara yang terkontaminasi
mikroorganisme.
B. Operator ke Pasien Jalur penyebaran ini relatif jarang terjadi, tetapi bisa saja terjadi jika
prosedur pencegahan tidak dilakukan seperti semestinya. Infeksi dapat berasal dari
tenaga pelayanan kesehatan gigi yang tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD).
Tangan operator yang terluka dan mengenai instrumen atau alat-alat lain yang
kemudian digunakan di mulut pasien, patogen dan mikroorganisme lainnya yang
terkandung dalam darah bisa berpindah ke mulut pasien. Penularan juga bisa terjadi
melalui droplet infeksi dari operator kepada pasien, yang sebenarnya dapat terjadi
dalam kehidupan sehari-hari, jadi tidak khusus diruang perawatan gigi.

C. Pasien ke Pasien Mikroorganisme patogen dapat berpindah dari satu pasien ke pasien lain
melalui kontak tidak langsung, yaitu melalui alat-alat yang dipakai tanpa disterilkan dengan
baik dan permukaan peralatan dental unit yang terkontaminasi yang paling sering disentuh
tenaga pelayanan kesehatan gigi.8,10,12

C. D. Operator ke Lingkungan Sekitar Jalur ini dapat terjadi bila mikroorganisme dari pasien
mengkontaminasi benda-benda yang akan dibuang dari klinik apabila benda-benda
tersebut tidak disterilkan terlebih dahulu sebelum dibuang. Infeksi juga dapat berasal
dari kontak tidak langsung karena tidak menggunakan APD (misalnya melalui baju,
handphone, dan lain-lain ). Limbah medis (cair dan padat) yang tidak dikelola sesuai
aturan yang benar, untuk itu perlu memiliki instalasi pengelolaan limbah medis.8,10,12
E. Lingkungan Sekitar ke Pasien Infeksi dapat berasal dari sumber air yang digunakan di
tempat pelayanan kesehatan gigi.
9. Bagaimana implementasi dokter gigi dalam mencegah cross infection
pada tenaga kesehatan dan pasien?
Sebaiknya ditetapkan suatu standard untuk proteksi diri dokter gigi sehingga
kemungkinan infeksi silang sangatlah kecil
Standard Precautions
Standard Precautions rnerupakan upaya yang dilakukan dalarn rangka perlindungan,
pencegahan dan meminimalkan infeksi silang (cross infections) antara petugas- pasien
akibat adanya kontak langsung dengan pasien atau cairan tubuh pasien yang terinfeksi
penyakit menular.
Pencegahan yang dilakukan adalah evaluasi pasien, perlindungan diri, pengunaan alat
sekali pakai, kualitas air dental unit.
Evalusi pasien
Tenaga kesehatan gigi harus mengetahui riwayat kesehatan pasien dengan lengkap dan
jika memungkinkan sebaiknya diperbaharui setiap kunjungan pasien. Pengumpulan
riwayat medis yang teliti mutlak dilakukan dan bisa membantu identifikasi pasien
dengan daya tahan tubuh rendah yang membutuhkan perawatan khusus. Penggunaan
lembar riwayat medis dan kuesioner harus didukung dengan pertanyaan dan diskusi
langsung antara pasien dan dokter gigi.

Perlindungan Diri
Proteksi diri dokter gigi meliputi pemakaian baju praktek, masker, penutup rambut,
sarung tangan, pelindung mata sehingga seluruh tubuh dokter gigi dapat terlindungi dari
terpapar cairan penderita.
Mencuci Tangan
Dalam menjaga kesehatan tubuh, memelihara kebersihan tangan merupakan hal yang sangat
penting. Dalam aktivitas sehari-hari tangan sering kali terkontaminasi.
Menggunakan Masker
Tenaga pelayanan kesehatan gigi dan mulut wajib menggunakan masker pada saat melakukan
tindakan untuk mencegah potensi infeksi akibat kontaminasi aerosol serta percikan saliva dan
darah dari pasien dan sebaliknya.
Sarung Tangan
Tenaga pelayanan kesehatan gigi wajib menggunakan sarung tangan ketika melakukan perawatan
yang memungkinkan berkontak dengan darah atau cairan tubuh lainnya. Sarung tangan harus
diganti tiap pasien, lepaskan sarung tangan dengan benar setelah digunakan dan segera lakukan
kebersihan tangan untuk menghindari transfer mikroorganisme ke pasien lain atau permukaan
lingkungan.
Kaca Mata Pelindung
Tenaga pelayanan kesehatan gigi wajib menggunakan kacamata pelindung untuk menghindari
kemungkinan infeksi akibat kontaminasi aerosol dan percikan saliva dan darah.
Baju Pelindung Tenaga pelayanan kesehatan gigi wajib menggunakan gaun/baju pelindung yang
digunakan untuk mencegah kontaminasi pada pakaian dan melindungi kulit dari kontaminasi
darah dan cairan tubuh. Gaun pelindung ini harus dicuci setiap hari. Gaun pelindung terbuat dari
bahan yang dapat dicuci dan dapat dipakai ulang (kain), tetapi dapat juga terbuat dari bahan
kertas kedap air yang hanya dapat sekali pakai (dispossable). Lepaskan gaun/baju pelindung jika
tindakan telah selesai.Topi harus cukup besar untuk menutup semua rambut. Meskipun topi
dapat memberikan sejumlah perlindungan pada pasien, tetapi tujuan utamanya adalah untuk
melindungi pemakainya dari darah atau cairan tubuh yang terpecik dan menyemprot.
Sedangkan pelindung kaki digunakan untuk melindung kaki dari cedera akibat benda tajam atau
benda berat yang mungkin jatuh secara tidak sengaja ke atas kaki. Oleh karena itu, sandal jepit
atau sepatu yang terbuat dari bahan lunak (kain) tidak boleh dikenakan. Sepatu boot karet atau
sepatu kulit tertutup memberikan lebih banyak perlindungan, tetapi harus dijaga tetap bersih
dan bebas kontaminasi darah atau tumpahan cairan tubuh lain.
Imunisasi
Berdasarkan pada beberapa penelitian bahwa tenaga pelayanan kesehatan gigi mempunyai risiko
tinggi terhadap penularan hepatitis B, influenza, measles, mumps, rubela dan varisela. Pada saat
ini sudah ditemukan vaksin untuk mencegah infeksi dari penyakit-penyakit tersebut. Tenaga
pelayanan kesehatan gigi harus diberikan imunisasi atau memperoleh booster terhadap infeksi
yang umum terjadi: tetanus, ditieri, poliomielitis, tifoid, meningokokus, hepatitis A, hepatitis B,
rubela, tuberkulosis, measles, batuk rejan, mumps.
Penggunaan Alat Sekali Pakai
Bahan sekali pakai hanya digunakan untuk satu orang pasien.
Air Dental Unit
Air yang disuplai pemerintah merupakan salah satu sumber mikroorganisme penyebab penyakit
menular. Air yang mengandung mikrooranisme dapat tertahan pada saluran dental unit, akan
menyebabkan bakteri-bakteri melekat dan berakumulasi dipermukaan dalam saluran dan
membentuk lapisan pelindung yang kotor yang disebut biofilm.
Beberapa alat utk mencegah terjadinya infeksi silang melalui instrumen adalah
alat sterilisasi dry heat
autoclave.

Institute of Medicine. To err is human: building a safety health system. Washington, DC:
National Academy Press; 1999.
Charatan F. Medical errors kill almost 100,000 Americans a year. BMJ 1999;319:1519.
Utarini A. Medical error in health care organizations and quality system in higher education
institutions of health personnels. Laporan Penelitian, Fakultas Kedokteran UGM, Yogyakarta,
2000 (unpublished)

Anda mungkin juga menyukai