1. Bagaimana penerapan customer focused services di rumah sakit?
Budaya Customer service menurut (Rahmayanti, 2010: 204) yaitu: 1) Penerimaan pelanggan a) Sikap menyambut pelanggan b) Sikap dalam memberikan pelayanan c) Keramahan dalam memberikan pelayanan d) Kehandalan dalam memberikan pelayanan e) Cross Selling f) Sikap saat selesai kunjungan pelanggan 2) Penanganan keluhan pelanggan a) Cara menanggapi keluhan b) Hal-hal yang harus diperhatikan saat menanggapikeluhan pelanggan Hal-hal yang harus diperhatikan dalam memberikan pelayanan agar pelanggan tidak kecewa 3) Penampilan 4) Perlengkapan meja kerja 5) Aturan lainnya yang biasanya diterapkan oleh perusahaan 2. Mengapa perlu diterapkan customer focused services di rumah sakit? Untuk tercapainya kepuasan pelanggan sehingga dapat meningkatkan akuntabilitas rumah sakit 3. Apa yang dimaksud cross infection dan bagaimana cara pencegahannya? Infeksi silang adalah penularan penyakit dari seseorang kepada orang lain, yang umumnya melalui suatu perantara. Media perantara penularan mikroorganisme penyebab infeksi dapat terjadi melalui cara kontak langsung dengan contohnya melalui cairan mulut dan darah. Kontak tidak langsung, dapat melalui suatu objek yang tercemar mikroorganisme pathogen, yang umumnya terjadi karena instrumen yang digunakan tidak steril. Pencegahan infeksi adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk meminimalkan masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh termasuk di dalamnya bakteri, virus, fungi dan parasit. Definisi-definisi yang berhubungan dengan pencegahan infeksi antara lain : a. Antisepsis adalah proses menurunkan jumlah mikroorganisme pada kulit, selaput lender, atau jaringan lainnya dengan menggunakan bahan anti microbial (anti septic). b. Asepsis dan teknik aseptic adalah semua usaha yang dilakukan untuk mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh dan berpotensi untuk menimbulkan infeksi. Tujuan asepsis adalah menurunkan kembali ke tingkat aman atas jumlah mikroorganisme pada permukaan hidup (kulit dan jaringan) dan obyek mati (alat-alat kedoketeran gigi, alat bedah dan barang-barang yang lain). c. Dekontaminasi adalah proses yang membuat alat menjadi lebih aman untuk ditangani. d. Desinfeksi tingkat tinggi adalah proses menghilangkan semua mikroorganisme kecuali beberapa endospora pada alat-alat dengan merebus, mengukus atau penggunaan desinfeksi kimia. e. Pembersihan atau pencucian alat adalah proses secara fisik menghilangkan semua debu, kotoran darah atau yang lainnya, yang tampak pada benda atau alat-alat dan membuang atau menghilangkan sejumlah mikroorganisme untuk mengurangi risiko bagi mereka yang menyentuh kulit atau yang menangani alat tersebut. 4. Bagaimana implementasi dokter gigi dalam mencegah cross infection pada tenaga kesehatan dan pasien? Ada beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi antara lain : a. Petugas : Bekerja hanya di waktu sehat, dilakukan pemeriksaan kesehatan secara teratur (tiap 6 bulan), tidak bekerja bila menderita penyakit infeksi/menular, bekerja sesuai prinsip aseptic dan antiseptic, bekerja sesuai prosedur yang benar, mencuci tangan dengan teknik yang benar, memperhatikan hygiene perorangan yang baik, menjaga kebersihan lingkungan, melakukan asuhan keperawatan yang benar, isolasi dalam keadaan tertentu, bekerja sesuai peraturan tata tertib yang berlaku. b. Alat-alat : Selalu disimpan dalam keadaan kering, bersih steril dan disimpan dalam tempat khusus, tidak memakai alat yang rusak, tidak memakai alat yang diragukan sterilitasnya, linen harus bersih, kering dan licin, satu set alat untuk satu tindakan, tidak memakai alat yang kadaluwarsa, alat yang ada diruang perawatan seharusnya terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan, tidak terkontaminasi oleh penyakit tertentu. c. Pasien : Melakukan isolasi pada penyakit yang menderita penyakit menular, merawat personal hygiene pasien, memberikan perhatian khusus pada pasien dengan penyakit yang diyakini bisa menularkan penyakit d. Lingkungan : Penerangan / sinar matahari harus cukup, sirkulasi udara harus cukup, menjaga kebersihan, menghindarkan serangga, mencegah air menggenang, tempat sampah selalu dalam keadaan tertutup, permukaan lantai rata dan tidak berlubang, dinding ruang perawatan licin, mudah dibersihkan dan tidak bersudut, ruangan dibersihkan secara rutin. Upaya pengendalian infeksi bersifat multidisiplin, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengendalian infeksi : a. Disipline : Perilaku petugas kesehatan harus didasari disiplin yang tinggi untuk mematuhi prosedur aseptic, teknik invansif, upaya profilaksi, dan sebagainya. b. Defence mechanism : Melindungi pasien dengan mekanisme pertahanan diri supaya tidak terpapar oleh sumber infeksi. c. Drug : Pemakaian obat-obatan antiseptic, antibiotic dan lain-lain yang dapat mempengaruhi kejadian infeksi. d. Design : Rancang bangun ruang perawatan akan berpengaruh terhadap risiko penularan infeksi, khususnya melalui udara (airbone), atau kontak fisik yang dimungkinkan bila luas ruangan tidak cukup memadai. e. Device : peralatan protektif diperlukan sebagai penghalang penularan, misalnya pakaian pelindung, masker, kaca mata pelindung, sarung tangan dan sebagainya.
5. Bagaimana staregi sistem patient safety di rumah sakit ?
Tiga strategi penerapan budaya patient safety: 1. Strategy 1 a. Lakukan safe practices b. Rancang sistem pekerjaan yang memudahkan orang lain untuk melakukan tindakan medik secara benar c. Mengurangi ketergantungan pada ingatan d. Membuat protokol dan checklist e. Menyederhanakan tahapan-tahapan 2. Edukasi a. Kenali dampak akibat kelelahan dan kinerja b. Pendidikan dan pelatihan patient safety c. Melatih kerjasama antar tim d. Meminimalkan variasi sumber pedoman klinis yang mungkin membingungkan 3. Akuntabilitas a. Melaporkan kejadian error b. Meminta maaf c. Melakukan remedial care d. Melakukan root cause analysis e. Memperbaiki sistem atau mengatasi masalahnya Komunikasi dibentuk dari keterbukaan dan saling percaya Alur informasi dan prosesing yang baik Persepsi yang sama terhadap pentingnya keselamatan Disadari bahwa kesalahan tidak bias sepenuhnya dihindari Identifikasiancamanlatenterhadapkeselamatansecaraproaktif Pembelajaranorganisasi Memilikipemimpin yang komitdaneksekutif yang bertanggungjawab. Pendekatanuntuktidakmenyalahkandantidakmemberikanhukumanpadainsiden yang dilaporkan. Implementasi:
Setiap unit kerja di
rumahsakitmencatatsemuakejadianterkaitdengankeselamatanpasien (KejadianNyarisCedera, KejadianTidakDiharapkandanKejadian Sentinel) padaformulir yang sudahdisediakanolehrumahsakit. Setiap unit kerja di rumahsakitmelaporkansemuakejadianterkaitdengankeselamatanpasien (KejadianNyarisCedera, KejadianTidakDiharapkandanKejadian Sentinel) kepada Tim KeselamatanPasienRumahSakitpadaformulir yang sudahdisediakanolehrumahsakit. Tim KeselamatanPasienRumahSakitmenganalisisakarpenyebabmasalahsemuakejad ian yang dilaporkanoleh unit kerja. Berdasarkanhasilanalisisakarmasalahmaka Tim KeselamatanPasienRumahSakitmerekomendasikansolusipemecahandanmengir imkanhasilsolusipemecahanmasalahkepadaPimpinanrumahsakit. PimpinanrumahsakitmelaporkaninsidendanhasilsolusimasalahkeKomiteKesela matanPasienRumahSakit (KKPRS) setiapterjadinyainsidendansetelahmelakukananalisisakarmasalah yang bersifatrahasia. PimpinanRumahsakitmelakukan monitoring danevaluasipada unit-unit kerja di rumahsakit, terkaitdenganpelaksanaankeselamatanpasien di unit kerja
6. Apa macam-macam medical error ?
o error of omission Kesalahan dalam mendiagnosis, keterlambatan dalam penanganan pasien atau tidak meresepkan obat untuk indikasi yang tepat o error of commission kesalahan dalam memutuskan pilihan terapi, memberikan obat yang salah, atau obat diberikan melalui cara pemberianyang keliru. Berdasarkan proses terjadinya, medical error dapatdigolongkansebagai: a. Diagnostik, antara lain berupa: kesalahanatauketerlambatandalam menegakkan diagnosis, tidakmelakukansuatupemeriksaanpadahalada indikasiuntukitu, penggunaanuji/pemeriksaanatauterapi yang sudahtergolong usangatautidakdianjurkanlagi. b. Treatment, di antaranyaadalahkesalahan (error) dalammemberikanobat, dosis terapi yang keliru, ataumelakukanterapisecaratidaktepat (bukanatasindikasi) c. Preventive. Dalamkategoriinitermasuktidakmemberikanprofilaksiuntuk situasi yang memerlukanprofilaksi, danpemantauanataumelakukantindak lanjutterapisecaratidakadekuat. d. Lain-lain, misalnyaadalahkegagalandalamkomunikasi, alatmedik yang digunakantidakmemadai, ataukesalahanakibatkegagalansistem (system failure). 7. Apa saja macam insiden keselamatan pasien ?
1) KondisiPotensialCidera - KPC (A reportable circumtance) adalahsituasi yang
sangatberpotensiuntukmenimbulkancideratetapibelumterjadicideradankondisiatausitua siinitermasuk yang perluuntukdilaporkancontohnyaruangan ICU yang sangatsibuktetapijumlahpersonilselalukurang (understaffed), penempatandefibrilator di IGD ternyatadiketahuibahwaalattersebutrusak, walaupunbelumdiperlukan, 2) KejadianNyarisCidera – KNC (A near Miss) adalahterjadinyainsiden yang belumsampaiterpaparatauterkenapasien, contohnya unit transfusidarahsudahterpasangpadapasien yang salahtetapikesalahantersebutsegeradiketahuisebelumtransfusidimulaisehinggatidakterj adihal yang tidakdiinginkan, 3) KejadianTidakCidera – KTC (A No Harm Incident) adalahsuatuinsiden yang sudahterpaparkepasientetapitidaktimbulcidera, contohnyadarahtransfusi yang salahsudahdialirkantetapitidaktimbulgejalainkompatibiltas, 4) KejadianTidakDiharapkan – KTD (A Harmful incident/adverse event) adalahinsiden yang mengakibatkanciderapadapasien, contohnyatransfusi yang salah mengakibatkanpasienmeninggalkarenareaksi hemolysis 8. Bagaimana Standar pelayanan keselamatan di rumah sakit? 1. Pembinaan dan pengawasan kesehatan dan keselamatan sarana, prasaranadanperalatankesehatan : Lokasi RumahSakitharusmemenuhiketentuanmengenaikesehatan, keselamatanlingkungan, dantataruang, sertasesuaidenganhasilkajiankebutuhandankelayakanpenyelenggaraanRum ahSakit; TeknisbangunanRumahSakit, sesuaidenganfungsi, kenyamanandankemudahandalampemberianpelayanansertaperlindunganda nkeselamatanbagisemua orang termasukpenyandangcacat, anakanak, dan orang usialanjut; Prasaranaharusmemenuhistandarpelayanan, keamanan, sertakeselamatandankesehatankerjapenyelenggaraanRumahSakit; Pengoperasiandanpemeliharaansarana, prasaranadanperalatanRumahSakitharusdilakukanolehpetugas yang mempunyaikompetensi di bidangnya (sertifikasipersonilpetugasjoperatorsaranadanprasaranasertaperalatankeseh atanRumahSakit); Membuat program pengoperasian, perbaikan, danpemeliharaanrutindanberkalasaranadanprasaranasertaperalatankesehata ndanselanjutnyadidokumentasikandandievaluasisecaraberkaladanberkesina mbungan; Peralatankesehatanmeliputiperalatanmedisdannonmedisdanharusmemenuh istandarpelayanan, persyaratanmutu, keamanan, keselamatandanlaikpakai; Membuat program pengujiandankalibrasiperalatankesehatan, peralatankesehatanharusdiujidandikalibrasisecaraberkalaolehBalaiPengujia nFasilitasKesehatandan/atauinstitusipengujianfasilitaskesehatan yang berwenang; Peralatankesehatan yang menggunakansinarpengionharusmemenuhiketentuandanharusdiawasiolehl embaga yang berwenang; Melengkapiperizinandansertifikasisaranadanprasaranasertaperalatankeseha tan; 2. Pembinaandanpengawasanataupenyesuaianperalatankerjaterhadap SDM RumahSakit : Melakukanidentifikasidanpenilaianrisikoergonomiterhadapperalatankerjad an SDM RumahSakit; Membuat program pelaksanaankegiatan, mengevaluasidanmengendalikanrisikoergonomi. 3. Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja : Manajemen harus menyediakan dan menyiapkan lingkungan kerja yang memenuhi syarat fisik, kimia, biologi, ergonomi dan psikososial; Pemantauan/pengukuranterhadapfaktorfisik, kimia, biologi, ergonomidanpsikososialsecara rutin dan berkala; Melakukan evaluasi dan memberikan rekomendasi untuk perbaikan lingkungan kerja. 4. Pembinaandanpengawasanterhadapsanitair : Manajemenharusmenyediakan, memelihara, mengawasisarana·danprasaranasanitair, yang memenuhisyarat, meliputi: Penyehatanmakanandanminuman; Penyehatan air; Penyehatantempatpencucian; Penanganansampahdanlim bah; Pengendalianseranggadantikus; Sterilisasi/desinfeksi; Perlindunganradiasi; Upayapenyuluhankesehatanlingkungan. 5. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan keselamatan kerja : Pembuatan rambu-rambu arah dan tanda -tanda keselamatan; Penyediaan peralatan keselamatan kerja dan Alat Pelindung Diri (APD); Membuat SOP peralatan keselamatan kerja dan APD; Melakukan pembinaan dan pemantauan terhadap kepatuhan penggunaan peralatan keselamatan dan APD. 6. Pelatihandanpromosi/penyuluhankeselamatankerjauntuksemua SDM RumahSakit :