Anda di halaman 1dari 7

LI LBM 1 BLOK 23 SGD 6

Liftia Layyinatus Syifa’


31101400439

1. Bagaimana Standar pelayanan keselamatan di rumah sakit?


Jawab :
Standar pelayanan yang harus dimiliki oleh rumah sakit menurut Azwar (1996) adalah
sebagai berikut:
a. Pelayanan farmasi harus dilakukan dibawah pengawasan tenaga ahli farmasi yang
baik
b. Rumah sakit harus menyediakan pelayanan laboratorium patologi
anatomi dan patologi klinik
c. Rumah sakit harus menyediakan ruang bedah lengkap dengan
fasilitasnya
d. Rumah sakit harus dibangun, dilengkapi dan dipelihara dengan baik untuk menjamin
kesehatan dan keselamatan pasiennya.

STANDAR PELAYANAN MINIMAL RUMAH SAKIT


Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit dalam pedoman ini meliputi jenis-jenis
pelayanan indikator dan standar pencapaiain kinerja pelayanan rumah sakit.
A. Jenis – jenis pelayanan rumah sakit
Jenis – jenis pelayanan rumah sakit yang minimal wajib disediakan oleh rumah sakit
meliputi :
1. Pelayanan gawat darurat
2. Pelayanan rawat jalan
3. Pelayanan rawat inap
4. Pelayanan bedah
5. Pelayanan persalinan dan perinatologi
6. Pelayanan intensif
7. Pelayanan radiologi
8. Pelayanan laboratorium patologi klinik
9. Pelayanan rehabilitasi medik
10. Pelayanan farmasi
11. Pelayanan gizi
12. Pelayanan transfusi darah
13. Pelayanan keluarga miskin
14. Pelayanan rekam medis
15. Pengelolaan limbah
16. Pelayanan administrasi manajemen
17. Pelayanan ambulans/kereta jenazah
18. Pelayanan pemulasaraan jenazah
19. Pelayanan laundry
20. Pelayanan pemeliharaan sarana rumah sakit
21. Pencegah Pengendalian Infeksi
Bisa dicari di : Kepmenkes no 129 Tahun 2008 Tentang Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit
2. Apa saja macam insiden keselamatan pasien ?
Jawab :
1) Kondisi Potensial Cidera - KPC (A reportable circumtance) adalah situasi yang
sangat berpotensi untuk menimbulkan cidera tetapi belum terjadi cidera dan kondisi
atau situasi ini termasuk yang perlu untuk dilaporkan contohnya ruangan ICU yang
sangat sibuk tetapi jumlah personil selalu kurang (understaffed), penempatan
defibrilator di IGD ternyata diketahui bahwa alat tersebut rusak, walaupun belum
diperlukan,
2) Kejadian Nyaris Cidera – KNC (A near Miss) adalah terjadinya insiden yang
belum sampai terpapar atau terkena pasien, contohnya unit transfusi darah sudah
terpasang pada pasien yang salah tetapi kesalahan tersebut segera diketahui sebelum
transfusi dimulai sehingga tidak terjadi hal yang tidak diinginkan,
3) Kejadian Tidak Cidera – KTC (A No Harm Incident) adalah suatu insiden yang
sudah terpapar ke pasien tetapi tidak timbul cidera, contohnya darah transfusi yang
salah sudah dialirkan tetapi tidak timbul gejala inkompatibiltas,
4) Kejadian Tidak Diharapkan – KTD (A Harmful incident/adverse event) adalah
insiden yang mengakibatkan cidera pada pasien, contohnya transfusi yang salah
mengakibatkan pasien meninggal karena reaksi hemolysis
5) Kejadian Sentinel (Sentinel Event) yang artinya suatu Kejadian Tidak Diharapkan
– KTD yang mengakibatkan kematian atau cidera yang serius, biasanya dipakai
untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima seperti operasi
pada bagian tubuh yang salah. Pemilihan kata “sentinel” terkait dengan keseriusan
cedera yang terjadi misalnya amputasi pada kaki yang salah dan sebagainya sehingga
pencarian fakta terhadap kejadian ini mengungkapkan adanya masalah yang serius
pada kebijakan dan prosedur yang berlaku.

3. Apa macam-macam medical error ?


Jawab :
1. tindakan operasi :
a. komplikasi
b. kecelakaan
c. kecelakaan anestesi (alergi)
d. tindakan operasi beresiko
e. keadaan pasien yang penuh resiko
2. pemberian pengobatan
a. komplikasi pengobatan
b. kecelakaan medic
c. kesalahan diagnostic
d. kesalahan memilih obat
Beberapa penyebab ketidak berhasilan dalam pemberian obat kepada pasien adalah:
1. kekurangan pengobatan
2. kelebihan pengobatan
a. pemberian obat tanpa indikasi yang jelas
b. kelebihan dosis
c. pemberian obat yang tidak cocok
d. reaksi obat yang tidak diinginkan,

4. Bagaimana staregi sistem patient safety di rumah sakit ?


Jawab :

Kegiatan Pelaksanaan Patient Safety Di Rumah Sakit

1. Rumah sakit agar membentuk Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit, dengan susunan
organisasi sebagai berikut: Ketua: dokter, Anggota: dokter, dokter gigi, perawat,
tenaga kefarmasian dan tenaga kesehatan lainnya.
2. Rumah sakit agar mengembangkan sistem informasi pencatatan dan pelaporan
internal tentang insiden.
3. Rumah sakit agar melakukan pelaporan insiden ke Komite Keselamatan Pasien
Rumah Sakit (KKPRS) secara rahasia.
4. Rumah Sakit agar memenuhi standar keselamatan pasien rumah sakit dan menerapkan
tujuh langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit.
5. Rumah sakit pendidikan mengembangkan standar pelayanan medis berdasarkan hasil
dari analisis akar masalah dan sebagai tempat pelatihan standar-standar yang baru
dikembangkan.

Depertemen Kesehatan R.I (2006). Upaya peningkatan mutu pelayanan rumah sakit.
(konsep dasar dan prinsip). Direktorat Jendral Pelayanan Medik Direktorat Rumah Sakit
Khusus dan Swasta.

Strategi untuk meningkatkan keselamatan pasien :


a. menggunakan obat dan peralatan yang aman
b. melaukan praktek klinik yang aman, agar tidak terjadi medical error atau
adverse event dan dalam lingkungan yang aman
c. melaksanakan manajemen resiko contoh : pengendalian infeksi
d. membuat dan meningkatkan sistem yang dapat menurunkan resiko yang
berorientasi kepada pasien
e. meningkatkan keselamatan pasien dengan :
- mencegah terjadinya kejadian yang tidak diharapkan (advers event)
- membuat sistem identifikasi dan pelaporan advers event
- mengurangi efek akibat advers event
5. Apa hubungan dari manajemen rumah sakit terhadap adanya medical error,
insiden keselamatan pasien, patient safety dan customer focused services?
Jawab :
Manajemen rumah sakit adalah suatu tata kelola bagaimana menjalankan
proses pelayanan di rumah sakit, Mulai dari planning, organizing dll. 
sedangkan sistem dalam rumah sakit juga harus memiliki acuan bagaimana
penanganan terbaik untuk pasien dalam hal ini adalah sistem customer
focused services  insiden keselamatan penyakit lebih tertangani
didalam suatu rumah sakit  berkurangnya medical error  mencapai
pelayanan optimal.

6. Bagaimana penerapan customer focused services di rumah sakit?


Jawab :
f. Memonitor permasalahan yang potensial terjadi
g. Mengevaluasi permasalahan dan mengusulkan solusi kepada pasien
h. Mengkomunikasikan solusi dan alternatif pemecahan masalah pelayanan
i. Melakukan tindakan emergensi jika diperlukan
j. Mengkoordinir pelaksanaan program
k. Penghubung pasien/keluarga dengan dokter utama atau bidang lain di rumah sakit
l. Penghubung antar dokter spesialis
m. Pertolongan gawat darurat
n. Pelayanan kepada pasien sesuai standar
o. Meningkatkan kepuasan pasien
p. Mengkoordinasikan pemberian pelayanan yang berkualitas
q. Mengkomunikasikan, memonitor dan mengevaluasi pelayanan pasien sejak masuk
sampai dengan keluar rumah sakit

7. Mengapa perlu diterapkan customer focused services di rumah sakit?


Jawab :
Karena sistem costumer focused services adalah Sebuah pelayanan yang dikhususkan untuk kepuasaan
pasien dalam hal kenyamanan pasien serta mengevaluasi untuk pengembangan suatu rumah
sakit yang mengfokuskan pada sumber daya manusia yang ada/terlibat(tenaga kesehatan)
agar menghasilkan mutu kepada pasien dan mencegah terjadinya advers event dan medical error
sehingga mendapatkan pelayanan yang optimal dan terbaik untu pasien.

8. Apa yang dimaksud cross infection dan bagaimana cara pencegahannya?


Jawab :
Ada beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi antara
lain:
a. Petugas : Bekerja hanya di waktu sehat, dilakukan pemeriksaan kesehatan secara
teratur (tiap 6 bulan), tidak bekerja bila menderita penyakit infeksi/menular, bekerja
sesuai prinsip aseptic dan antiseptic, bekerja sesuai prosedur yang benar, mencuci tangan
dengan teknik yang benar, memperhatikan hygiene perorangan yang baik, menjaga
kebersihan lingkungan, melakukan asuhan keperawatan yang benar, isolasi dalam
keadaan tertentu, bekerja sesuai peraturan tata tertib yang berlaku.
b. Alat-alat : Selalu disimpan dalam keadaan kering, bersih steril dan disimpan dalam
tempat khusus, tidak memakai alat yang rusak, tidak memakai alat yang diragukan
sterilitasnya, linen harus bersih, kering dan licin, satu set alat untuk satu tindakan, tidak
memakai alat yang kadaluwarsa, alat yang ada diruang perawatan seharusnya terbuat dari
bahan yang mudah dibersihkan, tidak terkontaminasi oleh penyakit tertentu.
c. Pasien : Melakukan isolasi pada penyakit yang menderita penyakit menular, merawat
personal hygiene pasien, memberikan perhatian khusus pada pasien dengan penyakit
yang diyakini bisa menularkan penyakit
d. Lingkungan : Penerangan / sinar matahari harus cukup, sirkulasi udara harus cukup,
menjaga kebersihan, menghindarkan serangga, mencegah air menggenang, tempat
sampah selalu dalam keadaan tertutup, permukaan lantai rata dan tidak berlubang,
dinding ruang perawatan licin, mudah dibersihkan dan tidak bersudut, ruangan
dibersihkan secara rutin.

9. Bagaimana implementasi dokter gigi dalam mencegah cross infection pada


tenaga kesehatan dan pasien?
Jawab :
Upaya pengendalian infeksi bersifat multidisiplin, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam pengendalian infeksi :
a. Disipline : Perilaku petugas kesehatan harus didasari disiplin yang tinggi untuk
mematuhi prosedur aseptic, teknik invansif, upaya profilaksi, dan sebagainya.
b. Defence mechanism : Melindungi pasien dengan mekanisme pertahanan diri
supaya tidak terpapar oleh sumber infeksi.
c. Drug : Pemakaian obat-obatan antiseptic, antibiotic dan lain-lain yang dapat
mempengaruhi kejadian infeksi.
d. Design : Rancang bangun ruang perawatan akan berpengaruh terhadap risiko
penularan infeksi, khususnya melalui udara (airbone), atau kontak fisik yang
dimungkinkan bila luas ruangan tidak cukup memadai.
e. Device : peralatan protektif diperlukan sebagai penghalang penularan, misalnya
pakaian pelindung, masker, kaca mata pelindung, sarung tangan dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai