Nim : 1601112093
Kelas: B
Matkul : Teologi Islam
Dosen : CECEP ZAKARIAS El Bilad,S.Ip.,M.
A. ALIRAN MU’TAZILAH
Mu’tazilah yang berprinsip keadilan tuhan mengatakan bahwa tuhan itu adil dan tidak
mungkin berbuat zalim dengan memaksa kan kehendak kepada hambanya kemudian
mengharuskan hamba nya itu kemudian mengharuskan hambanya itu untuk menanggung
akibat perbuatanya. Dengan demikian, manusia mempunyai kebebasan untuk melakukan
perbuatannya tampa ada paksaan sedikit pun dari tuhan. Dengan kebebasan itulah, manusia
dapat bertanggung jawab atas segala perbuatan nya. Tidak lah adil jika tuhan memberikan
pahala atau siksaan kepada hamba nya tampa mengiringinya dengan memberikan kebebasan
terlebih dahulu.
Secara lebih jelas, aliran mu’tazilah mengatakan bahwa kekuasaan tuhan sebenar nya
tidak mutlak lagi. Ketidak mutlakan kekuasaan tuhan itu di sebabkan oleh kebenasan yang di
berikan tuhan yang di beri kepada manusia serta adanya hukum alam (sunatullah) yang
menurut al-quran tidak pernah berubah.
Oleh sebab itu, dalam pandangan mu’tazilah kekuasaan dan kehendak mutlak tuhan
berlaku dalam jalur hukum-hukum yang tersebar di tengah alam semesta. Itulah sebabnya
mu’tazilah mempergunakan ayat 62 surat al-ahzab(33,) di samping ayat-ayat yang di
menjelaskan kebebasan manusia yang di singgung dalam pembicaraan tentang free will dan
predes tination.
Kebebasan manusia, yang memang di berikan tuhan kepadanya. Baru bermakna kalau
tuhan membatasi kekuasaan dan kehendak mutlaknya, demikian pula keadilan tuhan,
membuat tuhan sendiri terikat pada norma-norma keadilan yang bisa di langgar membuat
tuhan bersifat tidak adil atau zalim.
Apabila kita memperhatikan uraian di atas, jelas sekali bahwa keadilan tuhan menurut
konsep mu’tazilah merupakan titik tolak dalam pemikiranya tentang kehendak mutlak tuhan,
keadilah tuhan terletak pada keharusan adanya tujuan dalam perbuata-perbuatan nya, yaitu
kewajiban berbuat baik dan terbaik bagi mahkluk dan memberi kebebasan kepada manusia
adapun kehendak mutlak nya di batasi oleh keadilan tuhan itu sendiri.
Pertentangan faham kaum mu’tazilah dengan kaum asy’ariah berkisar sekitar
persoalan apakah tuhan mempunyai sifat, sifat itu mestilah kekal seperti hal nya zat tuhan
jika sifat itu kekal, yang bersifat kekal bukan hanya satu sifat, tetapi bayak .
tegasnya,kekalnya sifat-sifat membawa pada faham bayak yang kekal , ini lanjutan nya
membawa pula kepada faham syiri.
Kaum mu’tazilah mencoba menyesaikan persoalan ini dengan mengatakan bahwa
tuhan tidak mempunyai sifat, definisi mereka tentang tuhan, sebagai mana yang telah
dijelaskan oleh asy’ariah bersifat negative. Tuhan tidak mempunyai pengetahuan, kekuasaan,
hajat, dan sebagainya ini tidak hidup, dan sebagainya, tuhan bagi mereka tidak tetap
mengetahui, berkuasa, dan sebagainya tetapi bukan dengan sifat dalam arti sebenar nya.”
Artinya tuhan mengetahui dengan pengetahuan dan pengetahuan itu adalah tuhan itu sendiri”.
1. At-Taudid
At-tauhid ( pengesahan tuhan ) merupakan prinsip utama dan intisari ajaran
mu’tazilah teologis dalam islam memegang doktrin ini,namun bagi mu’tazilah tauhid,
memilikiarti spesifik, tuhan harus di sucikan dari segala sesuatu yang dapat mengurangi atri
kemahaesaan nya tuhanlah satu-satunya yang esa, dan taka da satupun yang menyamahinya
oleh karena itu hanya dialah yang qadim, bila ada yang qadim lebih dari satu, maka telah jadi
taa’ddud al-qudama (berbilangan zat yang tak berpermulaan ).
Doktrin tauhid mu’tazilah lebih lanjut menjelaskan bahwa tidak ada satupun yang
dapat menyamai tuhan, begitu pula sebaliknya tuhan tidak serupa dengan mahkluknya. Tuhan
adalah immaterial, oleh karena itu mu’tazilah tidak dapat diterima oleh akal dan itu adalah
mustahel. Maha suci tuhan dari penyerupaan dengan ciptaannya tegasnya, mu’tazilah
menolak antropomorfisme.
2.Al-Adl
Ajaran dasar mu’tazilah yang kedua adalah al-adl, yang berarti tuhan mahaadil, adil ini
merupakan sifat yang paling gampang untuk menunjuk kan kesempurnaan, karena tuhan
maha sempurna, dia sudah pasti adil, ajaran ini bertujuan untuk menempatkan tuhan benar-
benar adil menurut sudut pandang manusia, karena alam semesta ini sesungguhnya diciptakan
untuk kepentingan manusia, tuhan di pandang adil apabila bertindak yang baik dan terbaik,
dan bukan yang tidak baik, begitu juga tuhan itu adil bila tidak melanggar janjinya dengan
begitu tuhan terikat dengan janjinya.
a. Perbuatan manusia
Manusia menurut mu’tazilah, melakukan dan menciptakan perbuatanya sendiri,
terlepas dari kehendak dan kekuasaan tuhan bila secara langsung atau tidak manusia benar-
benar bebas untuk menentukan pilihan perbuatanya baik atau buruk tuhan hanya menyuruh
dan menghendaki yang baik, bukan yang buruk adapun yang di suruh tuhan pastilah baik dan
yang di larang tuhan tentu buruk, tuhan berlepas diri dari perbuatan yang buruk.
3. Al-Wa’d wa al-Waid
Ajaran ketiga ini sangat erat hubungan nya dengan ajaran kedua di atas Al-Wa’d wa
al-Wa’id berarti janji dan ancaman. Tuhan yang maha adil dan maha bijaksana, tidak akan
melanggar janjinya. Perbuatan tuhan terikat dan dibatasi oleh janjinya sendiri, yaitu memberi
pahala surge bagi yang berbuat baik dan mengancam dengan siksa neraka atas orang yang
durhaka begitu pula janji tuhan untuk memberi ampunan pada orang yang bertaubat nasuha
pasti benar adanya, ini sesuai dengan prinsip keadilan jelasnya siapapun berbuat baik akan di
balas dengan kebaikan, siapapun yang berbuat jahat akan di balasnya dengan siksaan yang
sangat pedih