Anda di halaman 1dari 20

FAKTOR KEJADIAN DIARE PADA BALITA DENGAN PENDEKATAN TEORI

NOLA J. PENDER DI IGD RSUD RUTENG


Factors Correlated With The Incidence Of Diarrhea In Infants with Nola J.Pender
Approach in Emergency Room of RSUD Ruteng

Susana Surya Sukut*, Yuni Sufyanti Arif**, Nuzul Qur’aniati**


*Program Studi Pendidikan Ners, Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga,
Jl. Mulyorejo Surabaya, Kampus C UNAIR Surabaya Telp. 031 5913754
E-mail: neniqsukut@gmail.com

ABSTRAK
Pendahuluan: Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan frekuensi yang lebih dari
biasa (> 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja(menjadi cair) dengan atau tanpa
darah dan lendir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang berhubungan
dengan kejadian diare pada balita di IGD RSUD Ruteng. Metodologi: Desain yang
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dengan pendekatan cross-
sectional. Populasi dalam penelitian adalah orang tua balita yang menderita diare yang
berkunjung ke IGD RSUD Ruteng dengan sampel 40 orang. Tekhnik sampling
menggunakan purposive sampling. Variabel bebas adalah, pengetahuan, manfaat tindakan,
hambatan yang dirasakan, kemampuan diri, sikap yang berhubungan dengan aktifitas,
kebersihan lingkungan, komitmen, dan variabel terikat adalah kejadian dire. Pengumpulan
data dengan pengisian kuesioner dan rekam medis. Analisis yang digunakan adalah regresi
linier. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan (p=0,004), kebersihan lingkungan
(p = 0,006), manfaat tindakan (p=0,009), hambatan yang dirasakan (p=0,430), komitmen
(p=0,006), keinginan untuk berkompetisi (p=0,007), kemampuan diri (p=0,007), sikap
yang berhubungan dengan aktifitas (p=0,009) berhubungan dengan kejadian diare.
Diskusi: Hasil penelitian membuktikan bahwa variabel independen dapat menyebabkan
terjadinya diare pada balita. Diharapkan pada peneliti selanjutnya dapat melakukan
penelitian pada orang tua tentang pemberian oralit untuk balita dengan diare.
Kata kunci : diare, manfaat tindakan, hambatan , kemampuan

ABSTRACT
Introduction : Diarrhea is a condition that is characterized by frequent bowel movements (
> 3 times each day) along with decrease in the form of stool (greater looseness of stool),
with or without blood and mucus. This study aimed to determine the factors correlated
with the incidence of diarrhea in infants in emergency room of RSUD Ruteng. Methods :
The design used in this research was descriptive analysis with cross-sectional approach.
The population was the parents of children under five years old who suffered from
diarrhea and visited emergency room of RSUD Ruteng with 40 children as the sample.
This study used purposive sampling technique. The independent variables were perceived
benefit, perceived barrier, perceived self-efficacy, activity-related affect, commitment,
mother’s knowledge, immediate competing demands and preferences, and situational
factors, while the dependent variable was the incidence of diarrhea. The data were
collected by questionnaires and medical records. This study used linear regression
analysis. Result : The result showed that relationship between knowledge with diarrhea
(p=0.004), relationship between environmental hygiene with diarrhea (p=0.006),

Jurnal Pediomaternal 230 Vol. 3 No. 2 April—Oktober 2015


relationship between action benefit with diarrhea (p=0.009), relationship between
perceived barriers with diarrhea (p=0.430), relationship between commitment with
diarrhea (p=0.006), relationship between desire to compete with diarrhea (p=0.007),
relationship between self-efficacy with diarrhea (p= 0.007), relationship between
attitudes towards activities with diarrhea (p=0.009). Discussion: The research proved that
independent variables were factors influencing diarrhea in infants. Suggestion was
addressed to future reaserch which would be interseted in conducting such study, but in
different methdos, for instance in parents’ knowledge and attitude towards oralite giving
for children with diarrhea.

Keywords : diarrhea, perceived benefit, perceived barriers, self-efficacy, attitudes towards


activities

PENDAHULUAN berusia kurang atau berat badan lahir


rendah (bayi atau anak dengan malnutrisi,
Penyakit diare masih menjadi anak-anak dengan gangguan imunitas),
masalah kesehatan utama pada balita di riwayat infeksi saluran nafas, ibu berusia
Indonesia dan juga merupakan masalah muda dengan pengalaman yang terbatas
kesehatan paling banyak terjadi pada dalam merawat bayi,tingkat pendidikan
balita yang berkunjung di IGD Rumah dan pengetahuan ibu mengenai higienis,
Sakit Umum Daerah Ruteng setiap tahun. kesehatan dan gizi, baik menyangkut ibu
Berbagai upaya penanganan, seperti sendiri ataupun bayi, pengetahuan, sikap,
penyuluhan tentang kebersihan dan perilaku dalam pemberian ASI serta
lingkungan, penyuluhan tentang makanan pendamping ASI, pengenalan
pemilahan sampah dan lain-lain yang susu non ASI/ penggunaan susu botol dan
selalu dilakukan saat jadwal posyandu pengobatan pada diare akut yang tidak
serta program kerja bakti dari dinas tuntas. Seseorang dapat menjadi sehat
kesehatan terus dilakukan, namun upaya- atau sakit akibat dari kebiasaan atau
upaya tersebut masih belum memberikan perilaku yang dilakukannya. Kebiasaan
hasil yang memuaskan. Angka kematian yang tidak sehat dapat menunjang
yang tinggi akibat diare akan berdampak terjadinya penyakit, sedangkan kebiasaan
negatif pada kualitas pelayanan kesehatan yang sehat dapat membantu mencegah
karena angka kematian anak (AKA) penyakit (Soemirat, 2004).
merupakan salah satu indikator untuk Perilaku baru terbentuk, terutama
menilai derajat kesehatan yang optimal, pada orang dewasa dimulai pada domain
kurang berhasilnya usaha dalam proses kognitif, subjek tahu terlebih dahulu
pencegahan diare merupakan salah satu terhadap stimulus yang berupa materi atau
faktor yang harus diperhatikan karena jika objek di luarnya sehinggga menimbulkan
upaya pencegahan tidak ditangggulangi pengetahuan baru pada subjek tersebut,
dengan baik, maka peningkatan penyakit dan selanjutnya menimbulkan respon
diare pada balita akan semakin meningkat batin dalam bentuk sikap subjek terhadap
(Depkes, 2010). Faktor-faktor penyebab objek yang diketahui itu, akhirnya
diare akut pada balita ini adalah faktor rangsangan yakni objek yang telah
lingkungan, tingkat pengetahuan ibu, diketahui dan disadari sepenuhnya
sosial ekonomi masyarakat, dan makanan tersebut akan menimbulkan tindakan
atau minuman yang di konsumsi terhadap stimulus atau objek tersebut
(Rusepno, 2008). Menurut penelitian (Notoatmodjo, 2012). Seseorang
Hazel ( 2013), faktor-faktor risiko mengabsorpsi perilaku (berperilaku baru),
terjadinya diare persisten yaitu : bayi pada awalnya ia harus tahu terlebih

Jurnal Pediomaternal 231 Vol. 3 No. 2 April—Oktober 2015


dahulu tahu apa arti atau manfaat perilaku optimum. Ruang lingkup kebersihan
tersebut bagi dirinya atau keluarganya. lingkungan antara lain mencakup :
Berdasarkan pengalaman dan penelitian perumahan, pembuangan kotoran manusia
terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh (tinja), penyediaan air bersih,
pengetahuan akan lebih langgeng daripada pembuangan sampah, pembuangan air
perilaku yang tidak didasari oleh kotor (air limbah), rumah hewan ternak
pengetahuan. Selanjutnya dari (kandang) dan sebagainya (Anwar, 2003).
pengetahuan tersebut menimbulkan Lingkungan yang sanitasinya buruk dapat
respon batin dalam bentuk sikap subjek menjadi sumber berbagai penyakit yang
terhadap objek yang diketahui itu. dapat menganggu kesehatan manusia
Menurut Beckler dan Wiggins yang pada akhirnya jika kesehatan terganggu ,
dikutip oleh Azwar (2005) sikap yang maka kesejahteraan juga akan berkurang,
diperoleh lewat pengalaman akan upaya kebersihan lingkungan menjadi
menimbulkan pengaruh langsung terhadap penting dalam meningkatkan kesehatan
perilaku berikutnya. Rangsangan yakni (Setiawan, 2008). Dua faktor yang
objek yang telah diketahui dan disadari dominan yang mempengaruhi terjadinya
sepenuhnya tersebut akan menimbulkan diare yaitu: sarana air bersih dan
tindakan terhadap stimulus atau objek pembuangan tinja, kedua faktor ini akan
tersebut sehingga terbentuk suatu perilaku berinteraksi bersama dengan perilaku
hidup individu (Notoatmodjo, 2012). manusia. Apabila faktor lingkungan tidak
Perilaku ibu yang meliputi pengetahuan, sehat karena tercemar kuman diare serta
sikap, dan tindakan menentukan dalam berakumulasi dengan perilaku manusia
pemilihan makanan bergizi, serta yang tidak sehat pula, yaitu melalui
menyusun menu seimbang sesuai makanan dan minuman, maka dapat
kebutuhan dan selera keluarga. Sehingga menimbulkan kejadian penyakit diare
pemenuhan kebutuha gizi balita (Azwar, 2006). Tingkat pengetahuan yang
tergantung pada perilaku ibu (Popularita , rendah tentang diare, seorang ibu
2010). Perilaku ibu dalam pemenuhan cenderung kesulitan untuk melindungi dan
kebutuhan gizi berpengaruh terhadap mencegah balitanya dari penularan diare.
status gizi anak, status gizi yang baik Pengetahuan yang rendah ini
dapat mencegah terjadinya berbagai menyebabkan masyarakat mempunyai
macam penyakit termasuk juga diare pandangan tersendiri dan berbeda
(Budiarti, Wahjurini, & Suryawati, 2011). terhadap penyakit diare. Pengetahuan
Kebersihan dalam kehidupan yang rendah tentang diare, pencegahan
sehari-hari merupakan hal yang sangat dan tindakan bila anak mengalami diare.
penting dan harus diperhatikan karena Personal higiene atau kebersihan diri
kebersihan akan mempengaruhi kesehatan adalah upaya seseorang dalam
seseorang. Seseorang mengalami sakit, memelihara kebersihan dan kesehatan
biasanya masalah kebersihan kurang dirinya untuk memperoleh kesejahteraan
diperhatikan, hal ini terjadi karena fisik dan psikologis (Wahit Iqbal, 2008).
menganggap bahwa masalah kebersihan Kebiasaan tidak mencuci tangan dengan
diri adalah masalah sepele, padahal jika sabun sesudah buang air besar merupakan
hal tersebut dibiarkan dapat kebiasaan yang dapat membahayakan
mempengaruhi kasehatan secara umum balita terutama ketika balita hendak
bisa menyebabkan penyakit seperti diare makan.
(Tarwoto dan Wartonah, 2008). Rumah Sakit Umum Daerah
Kebersihan lingkungan pada hakekatnya Ruteng adalah rumah sakit rujukan untuk
adalah kondisi atau keadaan lingkungan tiga kabupaten yaitu kabupaten
yang optimum sehingga berpengaruh Manggarai, Manggarai Barat dan
positif terhadap status kesehatan yang kabupaten Manggarai Timur. Rumah

Jurnal Pediomaternal 232 Vol. 3 No. 2 April—Oktober 2015


Sakit Umum Ruteng sebagai Rumah Sakit 18 penelitian akademik di Fakultas
rujukan banyak menerima pasien dengan Kesehatan Masyarakat Universitas
berbagai penyakit salah satunya adalah Indonesia pada tahun 2000-2005 yang
diare. IGD merupakan pintu masuk atau dilakukan terhadap 3884 (65-500) subyek
garda terdepan dalan suatu unit rumah penelitian. Tujuan penelitian tersebut
sakit dengan tingkat kesibukan dan adalah melihat faktor risiko diare pada
aktivitas dari petugas kesehatan dan para bayi dan balita di Indonesia. Hasil
medis yang sangat tinggi, sehingga dalam penelitian dapat disampaikan bahwa
melayani semua pasien yang datang faktor risiko yang sering diteliti adalah
petugas kesehatan dalam hal ini perawat faktor lingkungan yaitu sarana air bersih
tentu akan banyak menjalankan berbagai dan jamban. Faktor risiko diare dari faktor
perannya dalam melayani dan menangani ibu yang bermakna adalah pengetahuan,
pasien. Peran yang penting dari perawat perilaku dan kebersihan ibu sedangkan
adalah sebagai edukator atau pendidik, faktor risiko diare dari faktor anak yaitu
artinya perawat tidak hanya menjalankan status gizi dan pemberian ASI ekslusif.
tugas sebagai kolaborasi dengan profesi Faktor lingkungan berdasarkan sarana air
lain tetapi juga dapat menjadi pendidik bersih (SAB) yang lebih banyak diteliti
pasien ataupun keluarga dalam mencegah adalah jenis SAB (rerata OR=3,19), risiko
terjadinya diare. pencemaran SAB (rerata OR=7,89), dan
Data dari Depkes RI (2013), Insiden sarana jamban (rerata OR=17,25).
dan period prevalence diare untuk seluruh Penelitian lain terkait kejadian diare
kelompok umur di Indonesia adalah 3,5 adalah penelitian yang dilakukan oleh
persen dan 7,0 persen. Lima provinsi Warouw (2002) yang melakukan
dengan insiden maupun period prevalen penelitian tentang hubungan factor
diare tertinggi adalah Papua, Sulawesi lingkungan dan sosial ekonomi dengan
Selatan, Aceh, Sulawesi Barat, dan morbiditas keluhan diare dan ISPA. Dari
Sulawesi Tengah. Insiden diare pada hasil penelitian tersebut didapatkan
kelompok usia balita di Indonesia adalah gambaran prevalensi keluhan diare di
10,2 persen. Sementara data di IGD Indonesia sebesar 3,3% dimana tidak ada
RSUD Ruteng Flores adalah kunjungan perbedaan prevalensi diare antara di kota
pasien balita dengan diare selama 5 tahun dengan di desa. Dari hasil analisis
menunjukan jumlah kasus yaitu tahun multivariat diketahui bahwa factor risiko
2010 sebanyak 420 kasus, tahun 2011 terjadinya diare yaitu penghuni rumah
sebanyak 580 kasus, tahun 2012 yang ber alokasi di daerah rawan banjir
sebanyak 534 kasus, tahun 2013 sebanyak sebesar 43 kali (95% CI:1,15 – 1,79)
578 kasus, sedangkan pada tahun 2014 berisiko terhadap diare, kondisi fisik
terhitung bulan Januari sampai September rumah yang tidak baik berisiko sebesar
2014 ditemukan 593 kasus, lebih detail 1,23 kali (95%CI:1,03-1,46) terhadap
lihat di tabel 1. terjadinya diare dan jumlah balita lebih
dari satu dalam keluarga berisiko sebesar
Tabel 1.1 Penyakit terbesar pada balita di
0,83 kali (95%CI:0,071-0,98) terhadap
RSUD Ruteng (Januari-
September 2014). terjadinya diare. Penelitian yang
Jenis dilakukan oleh Winlar (2002) mengenai
No 2010 2011 2012 2013 2014 faktor-faktor yang mempengaruhi
penyakit
1. ISPA 427 595 560 580 580 kejadian diare pada anak usia 0-2 tahun di
2. Diare 420 580 534 578 593 kelurahan Turangga menyebutkan bahwa
ada empat faktor yang mempengaruhi.
Adisasmito (2007), melakukan Faktor-faktor tersebut adalah status sosial
systematic review terkait faktor diare pada ekonomi yang rendah sebesar 61,54%,
bayi dan balita, yang dilakukan terhadap kurangnya pengetahuan orang tua tentang

Jurnal Pediomaternal 233 Vol. 3 No. 2 April—Oktober 2015


cuci tangan yang benar sebesar 54,7%, peningkatan, pencegahan dan
kebiasaan ibu memberikan berbagai penyembuhan. Hal ini sesuai dengan
macam makanan selingan atau snack prilaku masyarakat yang di harapkan
sebesar 53,5% dan kebiasaan buruk pada dalam Indonesia Sehat 2010 yaitu: bersifat
kehidupan anak sebesar 61,87%. proaktif untuk memelihara dan
Beberapa faktor yang menyebabkan meningkatkan kesehatan, mencegah
kejadian diare pada balita yaitu infeksi resiko terjadinya penyakit dan melindungi
yang disebabkan bakteri, virus arau dari ancaman penyakit serta berpartisipasi
parasit, adanya gangguan penyerapan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat
makanan atau disebut malabsorbsi, alergi, (Sudayasa, 2010). Tujuan itu akan dicapai
keracunan bahan kimia atau racun yang antara lain melalui peningkatan dan
terkandung dalam makanan, pemantapan upaya kesehatan. Hidup sehat
imunodefisiensi yaitu kekebalan tubuh merupakan kebutuhan dan tuntutan yang
yang menurun serta penyebab lain semakin meningkat, walaupun pada
(Haikin, 2012). Penyebab lain dari diare kenyataannya derajat kesehatan
bisa karena kondisi lingkungan buruk masyarakat Indonesia masih belum sesuai
yang menjadi habitat dari patogen, dengan harapan. Pemerintah telah
sanitasi dan kebersihan rumah tangga mencanangkan Indonesia Sehat 2010,
yang buruk, kurang minum air yang aman, yang merupakan paradigma baru yaitu
pajanan pada sampah yang padat serta paradigma sehat, yang salah satunya
musim kemarau karena patogen di saluran menekankan pendekatan promotif dan
air yang bertambah (Adisasmito, 2011). preventif dalam mengatasi permasalahan
Hal-hal tersebut di atas tentu perlu untuk kesehatan di masyarakat (Sudayasa,
di perhatikan oleh berbagai pihak 2010). Terjadinya pergeseran paradigma
sehingga dapat mengurangi insiden atau dalam pemberian pelayanan kesehatan
kejadian diare dan mengurangi jumlah dari model medikal yang menitik beratkan
kunjungan pasien balita yang terus pada pelayanan pada diagnosis dan
bertambah di Rumah Sakit Umum Daerah pengobatan ke paradigma sehat yang lebih
Ruteng yang menunjukan peningkatan holistik yang melihat penyakit dan gejala
yang cukup tinggi setiap tahunnya. Bila sebagai informasi dan bukan sebagai
diare tidak ditangani dengan baik dan fokus pelayanan (Cohen, 1996).
tepat maka penderita akan mengalami Perubahan paradigma ini menempatkan
dehidrasi dengan derajat seperti, derajat perawat pada posisi kunci dalam peran
ringan kehilangan yaitu kehilangan cairan dan fungsinya. Hampir semua pelayanan
2-5% dari berat badan, dehidrasi sedang promosi kesehatan dan pencegahan
kehilangan cairan 5-8% dari berat badan, penyakit baik di rumah sakit maupun
dehidrasi berat kehilangan cairan 8-18% tatanan pelayanan kesehatan yang lain
dari berat badan penderita bahkan bila dilakukan oleh perawat (Cohen, 1996).
penanganannya terlambat bisa Perubahan paradigma pelayanan
menyebabkan kematian (Ngastiyah, kesehatan dari kuratif ke arah promotif
2012). dan preventif ini telah direspon oleh ahli
Pembangunan kesehatan teori keperawatan Nola. J Pender dengan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan menghasilkan sebuah karya fenomenal
dari pembangunan nasional yang tentang “Health Promotion Model “ atau
diupayakan oleh pemerintah. Tujuan model promosi kesehatan. Model ini
pokok pembangunan kesehatan salah menggabungkan 2 teori yaitu teori nilai
satunya adalah peningkatan kemampuan harapan (expectancy value) dan teori
masyarakat untuk hidup sehat dan kognitif sosial (social cognitive theory)
mengatasi sendiri masalah kesehatan yang konsisten dengan semua teori yang
sederhana terutama melalui upaya memandang pentingnya promosi

Jurnal Pediomaternal 234 Vol. 3 No. 2 April—Oktober 2015


kesehatan dan pencegahan penyakit diare pada balita dengan pendekatan teori
adalah suatu yang hal logis dan ekonomis. Nola J. Pender di Instalasi Gawat Darurat
Teori HPM ini juga dipakai pada (IGD) RSUD Ruteng. Populasi dalam
penelitian dengan judul analisis perilaku penelitian ini berdasarkan pengambilan
ibu rumah tangga tentang pap smear data awal selama bulan Juli-September
berdasarkan teori health promotion model diperoleh informasi bahwa rata-rata dalam
Nola J. Pender di Pakis Gunung rw 04 setiap bulan jumlah pasien balita yang
Kecamatan Sawahan Surabaya oleh Layli diare sebanyak 40 orang. Populasi dalam
Sulaiha, mahasiswa FKP UNAIR program penelitian ini adalah orang tua dari balita
A tahun 2012 dan juga pada penelitian yang pernah menderita diare. Variabel
dengan judul analisis faktor penghambat independen dalam penelitian ini adalah
motivasi berhenti merokok berdasarkan faktor yang mempengaruhi kejadian diare
health belief model pada mahasiswa dengan pendekatan teori Nola J. Pender
fakultas teknik Universitas Brawijaya yaitu: pengetahuan ibu, manfaat tindakan,
Malang oleh Kumboyono program studi hambatan yang dirasakan, sikap yang
ilmu keperawatan Universitas Brawijaya berhubungan dengan aktivitas, kebersihan
Malang tahun 2011. lingkungan, kebutuhan untuk
HPM membantu perawat berkompetisi, komitmen. Variabel
memahami determinan perilaku kesehatan dependennya dalam penelitian ini adalah
individu, yang menjadi dasar diare. Instrumen pengumpulan data yang
Intervensi/konseling perilaku untuk digunakan yaitu kuesioner. Analisis data
meningkatkan gaya hidup sehat (Pender, yang digunakan regresi linier untuk
2011). Perilaku sebelumnya, faktor mengukur hubungan setiap variabel
personal, manfaat tindakan, hambatan, independen terhadap variabel dependen,
kemampuan diri, komitmen, sikap yang banyaknya kemaknaan ditentukan oleh
berhubungan dengan aktivitas, pengaruh nilai p jika hasil perhitungan p ≤ 0,05.
situasi, immediate competing demands
and preferences, health promoting
behavior sangat mempengaruhi dan HASIL
saling berkaitan terhadap terjadinya diare.
Teori Nola J. Pender menjelaskan bahwa 1. Tingkat Pengetahuan
semua faktor di atas mempengaruhi Tabel 5.15 Hubungan pengetahuan
perilaku seseorang dalam mencapai status responden (ibu) dengan
kesehatan yang optimal, sehingga kejadian diare pada balita
diharapkan dengan pendekatan teori Nola di IGD RSUD Ruteng
J. Pender dapat mencapai atau bulan Desember 2014
terhindarnya balita dari terjadinya diare. No Pengetahuan ∑ %
ibu
1. Baik 3 7.5%
2. Cukup 24 60.0%
BAHAN DAN METODE 3 Kurang 13 32.5%
Penelitian ini menggunakan desain Total 40 100%
penelitian analisis deskriptif dengan
pendekatan cross-sectional, yaitu jenis Hasil uji statistik dengan
penelitian yang menekankan waktu menggunakan uji regresi linier
pengukuran atau observasi data variabel didapatkan hasil Sig.(2-tailed) yaitu 0.006
independen dan dependen hanya satu kali atau nilai Sig.(2-tailed) ˂ α. Hasil ini
pada satu saat (Nursalam, 2013). Dalam menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1
penelitian ini peneliti akan menganalisis diterima, artinya ada hubungan yang
faktor yang berhubungan dengan kejadian

Jurnal Pediomaternal 235 Vol. 3 No. 2 April—Oktober 2015


signifikan antara pengetahuan responden balita di IGD RSUD Ruteng
(ibu) dengan kejadian diare pada balita. bulan Desember 2014
No Kemampuan ∑ %
2. Manfaat tindakan diri
Tabel 5.16 Hubungan manfaat tindakan 1. Baik - -
dengan kejadian diare pada 2. Cukup 31 77.5%
balita di IGD RSUD Ruteng 3 Kurang 9 22.5%
bulan Desember 2014 Total 40 100%
No Pengetahuan ∑ % Hasil uji statistik dengan
Manfaat menggunkan uji regresi linier didapatkan
Tindakan hasil Sig.(2-tailed) yaitu 0.007 atau nilai
1. Baik - -
Sig.(2-tailed) < α. Hasil ini menunjukkan
2. Cukup 24 60.0%
bahwa H0 ditolak dan H1 diterima,
3 Kurang 16 40.0%
artinya ada hubungan yang signifikan
Total 40 100%
antara kemampuan diri responden (ibu)
Hasil uji statistik dengan menggunkan uji dengan kejadian diare pada balita.
regresi linier didapatkan hasil Sig.(2- 5. Sikap Yang Berhubungan Dengan
tailed) yaitu 0.009 atau nilai Sig.(2-tailed) Aktifitas
˂ α. Hasil ini menunjukkan bahwa H0
ditolak dan H1 diterima, artinya ada Tabel 5.19 Hubungan sikap yang
hubungan yang signifikan manfaat berhubungan dengan
tindakan dengan kejadian diare pada aktivitas dengan kejadian
balita. diare pada balita di IGD
RSUD Ruteng bulan
3. Persepsi hambatan yang dirasakan Desember 2014
Tabel 5.17 Hubungan antara hambatan No Sikap yang ∑ %
yang dirasakan responden berhubungan
(ibu) dengan kejadian diare dengan
pada balita DI IGD RSUD aktivitas
Ruteng bulan Desember 2014 1. Baik - -
No Hambatan ∑ % 2. Cukup 24 60.0%
yang 3 Kurang 16 40.0%
dirasakan Total 40 100%
1. Baik - -
2. Cukup 25 62.5% Hasil uji statistik dengan
3 Kurang 15 37.5% menggunakan uji regresi linier didapatkan
Total 40 100% hasil Sig.(2-tailed) yaitu 0.009 atau nilai
Sig.(2-tailed) ˂ α. Hasil ini menunjukkan
Hasil uji statistik dengan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima,
menggunkan uji regresi linier didapatkan artinya ada hubungan yang signifikan
hasil Sig.(2-tailed) yaitu 0.009 atau nilai antara sikap yang berhubungan dengan
Sig.(2-tailed) ˂ α. Hasil ini menunjukkan aktifitas dengan kejadian diare pada balita
bahwa H0 ditolak dan H1 diterima,
artinya ada hubungan yang signifikan 6. Kebersihan Lingkungan
antara hambatan yang dirasakan Tabel 5.20 Hubungan kebersihan
responden (ibu) dengan kejadian diare lingkungan dengan kejadian
pada balita. diare pada balita di IGD
RSUD Ruteng bulan
4. Kemampuan Diri Desember 2014
Tabel 5.18 Hubungan kemampuan diri No Kebersihan ∑ %
dengan kejadian diare pada Lingkungan

Jurnal Pediomaternal 236 Vol. 3 No. 2 April—Oktober 2015


1. Baik - - Total 40 100%
2. Cukup 25 62.5%
3 Kurang 15 37.5% Hasil uji statistik dengan menggunakan uji
Total 40 100% regresi didapatkan hasil Sig.(2-tailed)
yaitu 0.006 atau nilai Sig.(2-tailed) ˂ α.
Hasil uji statistik dengan Hasil ini menunjukkan bahwa H0 ditolak
menggunakan uji regresi linier didapatkan dan H1 diterima, artinya ada hubungan
hasil Sig.(2-tailed) yaitu 0.013 atau nilai yang signifikan antara komitmen dengan
Sig.(2-tailed) ˂ α. Hasil ini menunjukkan kejadian diare pada balita.
bahwa H0 ditolak dan H1 diterima,
artinya ada hubungan yang signifikan
antara tingkat kebersihan lingkungan PEMBAHASAN
dengan kejadian diare pada balita.
Pengetahuan ibu dari balita
7. Keinginan untuk Berkompetisi penderita diare tentang apa itu diare dan
Tabel 5.21 Hubungan antara keinginan beberapa hal lain tentang diare
responden (ibu) untuk menunjukan bahwa sebagian besar cukup
berkompetisi dengan dan sisanya adalah kurang dan baik.
kejadian diare pada balita Responden yang anaknya mengalami
di IGD RSUD Ruteng diare akut lebih banyak dibandingkan
bulan Desember 2014 dengan yang mengalami diare persisten.
No Keinginan ∑ % Hasil uji statistik menggunakan regresi
untuk linier menunjukan ada hubungan antara
berkompetisi
pengetahuan ibu dari balita diare dengan
1. Baik 1 2.5%
kejadian diare yang menjelaskan tingkat
2. Cukup 24 60.0%
3 Kurang 15 37.5%
hubungan sangat rendah. Ini berarti
Total 40 100% pengetahuan orang tua (ibu) yang rendah
menyebabkan terjadinya diare akut dan
Hasil uji statistik dengan persisten pada balita Penelitian ini sama
menggunakan uji regresi linier didapatkan dengan hasil penelitian yang dilakukan
hasil Sig.(2-tailed) yaitu 0.008 atau nilai oleh Hajar (2013) yaitu analisis faktor-
Sig.(2-tailed) ˂ α. Hasil ini menunjukkan faktor yang berhubungan dengan kejadian
bahwa H0 ditolak dan H1 diterima, diare pada balita dimana ada hubungan
artinya ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan terjadinya
antara keinginan responden (ibu) untuk diare.
berkompetisi dengan kejadian diare pada Salah satu faktor yang
balita. mempengaruhi pengetahuan seseorang
adalah pendidikan. Pendidikan
mempengaruhi proses belajar, makin
8. Komitmen tinggi pendidikan seseorang makin mudah
Tabel 5.22 Hubungan komitmen orang tersebut menerima informasi, baik
responden (ibu) dengan dari orang lain maupun dari media masa.
kejadian diare pada balita di Makin banyak informasi yang masuk
IGD RSUD Ruteng bulan maka semakin banyak pula pengetahuan
Desenber 2014 yang didapat tentang penyakit diare
No Komitmen ∑ % (Notoatmodjo, 2007).
ibu Pender (Tomey & Alligood, 2006)
1. Baik - - menyatakan bahwa salah satu bagian di
2. Cukup 25 62.5% dalam faktor personal adalah
3 Kurang 15 37.5% pengetahuan. Pengetahuan dapat
mempengaruhi komitmen seseorang untuk
Jurnal Pediomaternal 237 Vol. 3 No. 2 April—Oktober 2015
berperilaku kesehatan yang baik. mulut. Kuman tersebut dapat melalui air,
Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang makanan atau minuman yang
dapat terjadi setelah seseorang melakukan terkontaminasi kotoran manusia atau
penginderaan terhadap suatu objek hewan, kontaminasi tersebut dapat melalui
tertentu. Tanpa pengetahuan, seseorang jari/tangan penderita yang telah
tidak mempunyai dasar untuk mengambil terkontaminasi ( Suzanna, 2000). Penyakit
keputusan dan menentukan tindakan diare pada anak balita sangat berbahaya,
terhadap masalah kesehatan yang karena dapat menyebabkan kekurangan
dihadapinya. Pengetahuan juga cairan dan menyebabkan kematian (
merupakan dominan yang sangat penting Abdurahman, 2010). Faktor-faktor
untuk membentuk tindakan seseorang penyebab diare akut pada balita ini adalah
(Notoatmodjo, 2007). Penelitian yang faktor lingkungan, tingkat pengetahuan
dilakukan oleh Santosa (2009), tentang ibu, social ekonomi masyarakat, dan
hubungan tingkat pendidikan ibu dengan makanan atau minuman yang di konsumsi
kejadian diare pada anak, diperoleh hasil (Rusepno, 2008).
bahwa ada hubungan yang signifikan Diare persisten atau kronis, yaitu
dengan tingkat korelasi kuat antara tingkat diare yang berlangsung lebih dari 14 hari,
pendidikan ibu dengan perilaku berat badan turun, demam (Lorraine,
pencegahan diare pada anak, semakin 2013). Diare persisten adalah diare yang
tinggi tingkat pendidikan yang dimiliki berlangsung lebih dari 14 hari dimana
semakin baik pula perilaku pencegahan infeksi adalah sebagai penyebabnya atau
terhadap penyakit diare. Menurut Khalili diare kronik yang disebabkan infeksi
(2006) menjelaskan pendidikan orang tua (WHO 1988). Gordon dan Taylor
adalah faktor yang sangat penting dalam mengatakan adannya hubungan timbal
keberhasilan manajemen diare pada anak. balik antara infeksi dan nutrisi, infeksi
Orang tua dengan tingkat pendidikan akan menyebabkan gangguan nutrisi
rendah, khususnya buta huruf tidak akan dimana berkurangnya intake kalori dan
dapat memberikan perawatan yang tepat absorbsi intestinal, meningkatnya
pada anak diare karena kurang katabolisme dan kebutuhan nutrient untuk
pengetahuan dan kurangnya kemampuan pertumbuhan dan sintesa sel. Sebaliknya
menerima informasi. kekurangan nutrisi akan menyebabkan
Diare akut adalah diare yang meningkatnya risiko infeksi oleh karena
berlangsung kurang dari 14 hari, encer, berkurangnya kemampuan proteksi kulit
cair (Depkes,2011). Diare akut dan mukosa disamping terganggunya
disebabkan oleh 90% oleh infeksi bakteri fungsi imun dari host. Faktor resiko
dan parasit. Patogenesis diare akut yang tersebut adalah usia penderita, karena
disebabkan oleh bakteri dibedakan diare persisten ini umumnya terjadi pada
menjadi dua yaitu bakteri non invasif dan tahun pertama kehidupan dimana pada
bakteri enteroinvasif. Bakteri non invasif saat itu pertumbuhan dan pertambahan
yaitu bakteri yang memproduksi toksin berat badan bayi berlangsung cepat.
yang nantinya tosin tersebut hanya Berlanjutnya paparan etiologi diare akut
melekat pada usus halus dan tidak seperti infeksi Giardia yang tidak
merusak mukosa. Bakteri non invasif terdeteksi dan infeksi shinggella yang
memberikan keluhan diare seperti air resisten ganda terhadap antibiotik dan
cucian beras. Sedangkan bakteri infeksi sekunder karena munculnya C.
enteroinvasif yaitu diare yang Defficile akibat terapi antibiotika. Infeksi
menyebabkan kerusakan dinding usus oleh mikro organisme tertentu dapat
berupa nekrosis dan ulserasi. Diare akut menimbulkan bakteri tumbuh lampau
karena infeksi disebabkan oleh masuknya yang menyebabkan kerusakan mukosa
mikroorganisme atau toksin melalui usus karena hasil metaboliknya yang

Jurnal Pediomaternal 238 Vol. 3 No. 2 April—Oktober 2015


bersifak toksik, sehingga terjadi gangguan adanya pendidikan yang baik. Sehingga
penyerapan dan bakteri itu sendiri pendidikan juga akan sangat
berkompetisi mendapatkan mikronutrien. mempengaruhi cara seseorang dalam
Gangguan gizi yang terjadi sebelum sakit menerima atau mengadopsi suatu ilmu
akan bertambah berat karena atau pengetahuan yang baru. Bila di
berkurangnya masukan selama diare dan hubungkan dengan usia maka bisa dilihat
bertambahnya kebutuhan serta kehilangan responden lebih banyak yang usianya
nutrien melalui usus. Gangguan gizi tidak tergolong dewasa muda dan dewasa akhir
hanya mencakup makronutrien tetapi juga yaitu rentang antara 31-40 tahun. Usia
mikronutrien seperti difisiensi Vitamin A adalah umur individu yang terhitung
dan Zinc. Faktor resiko lain berupa mulai saat dilahirkan sampai saat berulang
pemberian jenis makanan baru dan tahun, semakin cukup umur tingkat
menghentikan pemberian makanan selama kematangan dan kekuatan seseorang maka
diare akut, menghentikan atau tidak akan seseorang tersebut akan lebih matang
memberikan ASI sebelum dan selama dalam berfikir (Depkes, 2013).
diare akut dan pemberian PASI selama Gambaran bahwa pengetahuan ibu
diare akut. Menurut penelitian Hazel yang kurang dan pengetahuan ibu yang
(2013), faktor-faktor risiko terjadinya cukup memperlihatkan masih banyaknya
diare persisten yaitu : bayi berusia kurang ibu dari balita penderita diare yang tidak
atau berat badan lahir rendah (bayi atau pernah mendapatkan penyuluhan tentang
anak dengan malnutrisi, anak-anak diare, dan sebagian besar dari mereka
dengan gangguan imunitas), riwayat tidak mengetahui tentang faktor-faktor
infeksi saluran nafas, ibu berusia muda penyebab diare. Sehingga secara langsung
dengan pengalaman yang terbatas dalam maupun tidak langsung rendahnya
merawat bayi,tingkat pendidikan dan pemahaman ibu balita penderita diare dan
pengetahuan ibu mengenai higienis, keluarganya tentang diare dapat
kesehatan dan gizi, baik menyangkut ibu mempengaruhi terjadinya diare
sendiri ataupun bayi, pengetahuan, sikap, Manfaat tindakan sangat penting
dan perilaku dalam pemberian ASI serta dalam menekan peningkatan jumlah
makanan pendamping ASI, pengenalan pasien balita yang berkunjung ke IGD
susu non ASI/ penggunaan susu botol. RSUD Ruteng. Dari data jawaban
Studi yang dilakukan di Bangladesh responden yang menunjukkan bahwa
menunjukkan bahwa rata-rata usia anak persepsi responden terhadap manfaat
penderita diare persisten adalah 10,7 tindakan pada balita diare lebih banyak
bulan. Hasil studi ini sama pada penelitian dalam kategori cukup, sisanya adalah
ini dimana terlihat bahwa yang mengalami kurang dan tidak ada yang memiliki
diare persisten semuanya berusia dibawah persepsi yang baik. Hasil uji statistik
10,7 bulan. dengan menggunakan regresi menunjukan
Dari hasil penelitian ini menunjukan hubungan yang signifikan antara manfaat
bahwa pengetahuan seseorang sangat tindakan dengan kejadian diare pada balita
mempengaruhi segala hal yang dia tahu yang menjelaskan tingkat hubungan
dan bisa dia terima secara intelektual. sedang. Hal ini berarti rendahnya persepsi
Dengan adanya pengetahuan yang baik ibu tentang manfaat tindakan
maka dapat mempengaruhi perilaku menyebabkan terjadinya diare pada balita.
individu menjadi lebih baik, dimana Dalam teori HPM menurut Pender
dengan pengetahuan akan membuat (2002) menyatakan bahwa persepsi
individu dapat membedakan antara hal manfaat tindakan (perceived benefits of
yang baik dan tidak baik, begitupun action) sangat mempengaruhi perilaku
sebaliknya. Faktor pengetahuan tidak akan kesehatan seseorang terhadap munculnya
berdiri sendiri tanpa didukung oleh suatu masalah kesehatan. Manfaat

Jurnal Pediomaternal 239 Vol. 3 No. 2 April—Oktober 2015


tindakan merupakan persepsi positif atau cukup dan kurang. Persepsi manfaat
keuntungan yang menguatkan individu tindakan responden yang rendah akan
untuk melakukan perilaku kesehatan mempengaruhi komitmen responden
tertentu (Pender, 2011). Kesadaran akan untuk melakukan tindakan pencegahan
manfaat tindakan merupakan hasil positif diare. Orang yang memiliki tingkat
yang diharapkan dari perilaku sehat pendidikan lebih tinggi lebih berorientasi
individu. Keuntungan dari berperilaku pada tindakan preventif, mengetahui lebih
menjaga kebersihan diri maupun banyak tentang masalah kesehatan dan
lingkungan, memenuhi gizi sesuai memiliki status kesehatan yang lebih baik.
kebutuhan, mencegah penyakit adalah Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh
tetap sehat dan hidup lebih lama (Strolla, Santosa (2009), tentang hubungan tingkat
Gans & Risica,2006). pendidikan ibu dengan kejadian diare
Dari item pertanyaan tentang pada anak diperoleh hasil bahwa ada
manfaat tindakan pencegahan diare hubungan yang signifikan dengan tingkat
kebiasaan ibu mencuci tangan sebelum korelasi kuat antara tingkat pendidikan ibu
memberikan makan pada anak dengan dengan perilaku pencegahan diare pada
kejadian diare pada penelitian ini anak, semakin tinggi tingkat pendidikan
menunjukkan ibu memiliki persepsi yang yang dimiliki semakin baik pula perilaku
kurang tentang pentingnya manfaat pencegahan terhadap penyakit diare.
tindakan mencuci tangan sebelum Konstruksi manfaat yang dirasakan adalah
memberikan makanan anak dan sebelum pendapat seseorang dari nilai atau
mennyiapkan makanan untuk seluruh kegunaan dari suatu perilaku baru dalam
anggota keluarga. Perilaku hidup bersih mengurangi risiko pengembangan
penting dilakukan, perilaku cuci tangan penyakit. Orang-orang cenderung
ibu yang tidak memenuhi syarat kesehatan mengadopsi perilaku sehat ketika mereka
berpotensi untuk meningkatkan risiko percaya perilaku baru akan mengurangi
terjadinya diare pada anak. resiko mereka untuk berkembangnya
Pender (2002) menyatakan bahwa suatu penyakit.
perilaku individu sebelumnya mempunyai Persepsi hambatan yang dirasakan
pengaruh langsung dan tidak langsung responden dalam melakukan pencegahan
dalam pelaksanaan perilaku promosi diare terhadap balita adalah kebanyakan
kesehatan, termasuk didalamnya perilaku cukup sisanya kurang dan tidak ada
mencuci tangan pada ibu sebelum responden yang memiliki persepsi baik
memberikan makan pada anak. Bila ibu dalam hal ini. Hasil uji stastik
sebelumnya mempunyai perilaku mencuci menggunakan regresi menunjukkan
tangan yang baik maka dapat mencegah bahwa terdapat hubungan yang signifikan
terjadinya penyakit, hal ini juga antara hambatan yang dirasakan
dipengaruhi oleh persepsi ibu terhadap responden (ibu) dalam mencegah diare
manfaat dari perilaku tersebut. dengan kejadian diare pada balita yang
Rendahnya persepsi responden menunjukan tingkat hubungan sedang. Ini
(ibu) terhadap manfaat tindakan berarti bahwa banyaknya persepsi ibu
pencegahan diare dapat terjadi karena terhadap hambatan yang dirasakan
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah menyebabkan terjadinya diare pada balita.
satu faktor yang mempengaruhinya adalah Persepsi hambatan yang baik adalah
tingkat pendidikan yang umumnya persepsi yang berarti bahwa ibu dari
berpendidikan SD. Hasil analisis penderita diare merasa memiliki sedikit
hubungan antara pengetahuan ibu dengan hambatan atau paling banyak satu saja
kejadian diare didapatkan bahwa anak hambatan dari lima hambatan yang ada.
yang mengalami diare lebih banyak Persepsi hambatan yang dirasakan adalah
memiliki ibu dengan tingkat pengetahuan persepsi adanya hambatan yang

Jurnal Pediomaternal 240 Vol. 3 No. 2 April—Oktober 2015


dibutuhkan untuk melakukan perilaku menderita penyakit menular seperti diare
kesehatan tertentu (Pender, 2011). ini. Kemiskinan bertanggung jawab atas
Hambatan dalam perilaku pemenuhan gizi penyakit yang ditemukan pada anak. Hal
sesuai dengan rekomendasi diantaranya ini karena kemiskinan mengurangi
biaya, selera, kesulitan dalam kapasitas orangtua untuk mendukung
menyediakan( tidak tersedia pilihan bahan perawatan kesehatan yang memadai pada
makanan) (Strolla, Gans & Risica,2006). anak, cenderung memiliki higiene yang
Pender (2002) yang menyatakan bahwa kurang, miskin diet, miskin pendidikan.
hambatan yang dirasakan merupakan Sehingga anak yang miskin memiliki
suatu kesadaran akan hambatan tindakan angka kematian dan kesakitan yang lebih
yang dirasakan yang dapat menimbulkan tinggi untuk hampir semua penyakit.
masalah kesehatan dalam hubungannya (Behrman, 1999). Sistem imun anak yang
dengan perilaku promosi kesehatan. berasal dari sosio ekonomi rendah akan
Kesadaran terhadap hambatan yang lebih rendah dibanding anak yang berasal
kemungkinan akan terjadi memerlukan dari sosio ekonomi tinggi. Sehingga lebih
tindakan antisipasi perlu diperhitungkan rentan terinfeksi kuman penyebab diare
dalam perilaku kesehatan seseorang, baik ini. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
sebagai upaya pencegahan maupun upaya dilakukan oleh Sonny (2002).
penanganan awal terhadap masalah Karena perubahan adalah bukan
kesehatan yang dialaminya. Dalam sesuatu yang datang dengan mudah bagi
hubungannya dengan perilaku kesehatan, kebanyakan orang, konstruk terakhir dari
hambatan ini dapat berupa imajinasi HBM adalah masalah hambatan yang
ataupun riil atau nyata sudah terjadi dirasakan untuk berubah. Ini adalah
(Pander, 2002). evaluasi individu sendiri atas hambatan
Hambatan yang dirasakan bisa yang dihadapi untuk mengadopsi perilaku
dipengaruhi oleh banyak faktor salah baru. Dari semua konstruksi, hambatan
satunya bisa karena alasan ekonomi. yang dirasakan adalah yang paling
Menurut Pender (2002) dalam salah satu signifikan dalam menentukan perubahan
konsepnya menyatakan bahwa kesadaran perilaku (Janz & Becker, 1984). Dalam
seseorang tentang kesehatan dan perilaku rangka untuk perilaku baru yang akan
promosi kesehatan dapat terhambat oleh diadopsi, seseorang perlu untuk percaya
rendahnya pendapatan seseorang sehingga manfaat dari perilaku baru lebih besar
akan berdampak pula terhadap daripada konsekuensi melanjutkan
kemampuan seseorang untuk perilaku lama (Pusat Pengendalian dan
mempertahankan status kesehatan mereka, Pencegahan Penyakit A.S., 2004). Hal ini
tapi hal ini dapat dicegah bila individu memungkinkan hambatan yang harus
mempunyai kesadaran diri dan diatasi dan perilaku baru yang akan
kemampuan diri untuk dapat mengatasi diadopsi.
masalah tersebut dengan perilaku yang Hambatan yang dirasakan atau yang
positif. Penelitian yang dilakukan oleh dipersepsikan ibu sangat mempengaruhi
Yance Warma (2008), dimana dalam niat atau komitmennya untuk berperilaku
penelitiannya ini diketahui bahwa 83% positif dalam melakukan tindakan
responden tergolong keluarga pra pencegahan diare. Tingginya persepsi
sejahtera dan keluarga sejahtera I, artinya responden terhadap hambatan yang
secara umum responden masih tergolong dirasakan tentu sangat mempengaruhi
keluarga miskin. Oleh sebab itu usaha seseorang atau responden itu sendiri untuk
untuk pencegahan penyakit, pemanfaatan berkomitmen dalam melakukan perilaku
pelayanan kesehatan tidak terpenuhi oleh promosi kesehatan yang positif. Hambatan
karena keterbatasan uang. Hal ini yang dirasakan cukup banyak sehingga
menyebabkan masyarakat rentan rentan terjadinya diare pada balita.

Jurnal Pediomaternal 241 Vol. 3 No. 2 April—Oktober 2015


Kemampuan diri sebagian besar dimiliki. Tingginya self efficacy
responden adalah cukup, sisanya memiliki membawa masyarakat lebih tahan
kemampuan yang kurang, dan tidak ada terhadap permasalahan yang susah,
responden memiliki kemampuan diri baik membuang pemecahan masalah yang
dalam mencegah diare. Hasil uji stastik tidak efektif dan lebih cepat mengambil
menggunakan regresi menunjukkan strategi, mengkaji ulang pekerjaan mereka
bahwa terdapat hubungan yang signifikan terhadap kesalahan, menyiapkan diri
antara kemampuan diri responden (ibu) mereka terhadap tujuan yang lebih
dalam mencegah diare dengan kejadian menantang dan menggunakan lebih
diare pada balita yang menunjukan sedikit waktunya untuk kuatir terhadap
tingkat hubungan sedang. Ini berarti konsekuensi kegagalan. Alwisol (2004)
bahwa rendahnya persepsi ibu tentang mengungkapkan implikasi psikologi ini
kemampuan diri menyebabkan terjadinya mengandung arti bahwa self efficacy
diare pada balita. cenderung menjadi keyakinan diri. Self
Pender (2002) dalam Alligood efficacy berhubungan dengan keyakinan
(2006) menjelaskan bahwa kesadaran bahwa diri memiliki kemampuan
akan kemampuan diri merupakan melakukan tindakan yang diharapkan.
penilaian kapabilitas diri untuk Hasil kemampuan diri yang rendah
mengorganisasikan perilaku promosi tentu sangat mempengaruhi komitmen
kesehatan. Kesadaran akan kemampuan individu untuk berkomitmen berperilaku
diri mempengaruhi kesadaran akan kesehatan yang positif karena sikap positif
adanya hambatan/ tantangan untuk terhadap suatu perilaku dapat berakibat
melakukan tindakan promosi kesehatan. pada kemampuan atau keyakinan diri.
Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian Atau hubungan keyakinan/ kemampuan
besar responden memiliki kemampuan diri dengan hambatan yang dirasakan
diri yang cukup, memiliki kemampuan yaitu semakin tinggi kemampuan/
diri yang kurang, dan tidak ada responden keyakinan diri maka akan semakin rendah
memiliki kemampuan diri baik dalam hambatan yang dirasakan untuk
mencegah diare. Fakta ini menunjukkan berperilaku sehat. Orang umumnya tidak
bahwa kemampuan diri responden (ibu) mencoba untuk melakukan sesuatu yang
yang rendah dalam pencegahan diare telah baru kecuali mereka pikir mereka bisa
memberi pengaruh yang signifikan melakukannya. Jika seseorang percaya
dengan kejadian diare yang dialami balita suatu perilaku baru yang berguna
dalam penelitian ini. Keadaan ini (manfaat dirasakan), tetapi berpikir dia
dipengaruhi oleh usia responden (ibu) dan tidak mampu melakukan itu (penghalang
tingkat pengetahuannya yang cukup dirasakan), kemungkinan bahwa hal itu
rendah tentang penyakit diare pada balita. tidak akan dilakukan.
Self efficacy menurut Bandura yang Sikap yang berhubungan dengan
dikutip dalam Santrock (2001) adalah aktivitas memiliki hasil yaitu sebagian
belief atau keyakinan seseorang bahwa ia besar cukup sisanya kurang dan tidak ada
dapat menguasai situasi dan menghasilkan yang baik. Hasil uji stastitik menggunakan
hasil (outcome) yang positif . Seseorang regresi linear bahwa ada hubungan yang
dalam hidupnya dituntut oleh keyakinan signifikan antara sikap yang berhubungan
dia akan self efficacynya. Menurut dengan aktivitas responden (ibu) dengan
Bandura (1997), untuk melihat self kejadian diare pada balita menunjukan
efficacy seseorang tidak perlu dengan tingkat hubungan sedang. Hal ini berarti
mengukur ketrampilan yang dimiliki, tapi rendahnya sikap yang berhubungan
kepercayaan tentang apa yang bisa dengan aktivitas dari ibu menyebabkan
dikerjakan seseorang dalam berbagai terjadinya diare.
kondisi dengan apapun ketrampilan yang

Jurnal Pediomaternal 242 Vol. 3 No. 2 April—Oktober 2015


Menurut pender dalam Alligod buruk jika diare akut melanjut menjadi
(2006) menyatakan bahwa sikap yang diare persisten sebab menimbulkan
berhubungan dengan aktivitas (activity- malabsorpsi, malnutrisi hingga gangguan
related affect) sangat mempengaruhi pertumbuhan. Terjadinya diare persisten
perilaku kesehatan seseorang. Sikap yang dapat kita cegah dengan mengobati diare
berhubungan dengan aktivitas akut dengan cepat dan tepat. Oleh karena
mendeskripsikan perasaan positif dan itu, WHO dan UNICEF pada tahun 2003
negatif perilaku itu sendiri. Perasaan yang membuat rekomendasi baru
dihasilkan kemungkinan akan penatalaksanaan diare akut pada anak
mempengaruhi apakah individu akan yang telah diadopsi di Indonesia menjadi
mengulang perilaku itu lagi atau program Lintas Diare (lima langkah
mempertahankan perilakunya (Pender tuntaskan diare) (Depkes, 2011).
,2002). Ada begitu banyak faktor yang Sikap yang berhubungan dengan
bisa mempengaruhi terjadinya diare yang aktivitas yaitu perasaan subyektif atau
salah satunya adalah sebagian besar emosi yang muncul sebelum, selama dan
responden berpendidikan SD. Ini setelah berperilaku kesehatan tertentu.
membuktikan bahwa tingkat pendidikan Pengaruh berdasarkan aktivitas
yang rendah, dan tingkat pengetahuan mempengaruhi kesadaran akan
yang kurang bisa juga membuat sikap kemampuan diri. Perasaan subjektif
responden dalam penelitian menjadi sebelum, saat dan setelah suatu respon
kurang dalam aktivitas pencegahan diare. afektif ini dapat ringan, sedang atau kuat
Sejumlah faktor risiko dihubungkan dan secara sadar ditandai, disimpan di
dengan terjadinya diare persisten antara dalam memori dan dihubungkan dengan
lain adalah: umur <12 bulan, berat pikiran-pikiran perilaku selanjutnya.
badanlahir rendah, manultrisi, defisiensi Respon-respon afektif terhadap perilaku
vitamin A, defisiensi cell mediated khusus terdiri atas 3 komponen yaitu
immune, pemberian obat antidiare, emosional yang muncul terhadap tindakan
pemberian antibiotika, anemia defisiensi itu sendiri (Activity-related), menindak
besi, riwayat diare berulang, kuman atau diri sendiri (self-related), atau lingkungan
parasit sebagai penyebab, pemberian susu dimana tindakan itu terjadi (context-
hewan, umur, pendidikan dan pengalaman related). Perasaan yang dihasilkan
ibu dan adanya penyakit penyerta. kemungkinan akan mempengaruhi apakah
Pengalaman serta penanganan dini dan individu akan mengulang perilaku itu lagi
tepat pada diare persisten sangat atau mempertahankan perilakulamanya.
diperlukan termasuk mengetahui faktor- Perasaan yang tergantung pada perilaku
faktor risiko berlanjutnya diare akut yang ini telah diteliti sebagai determinan
berkembang menjadi diare persisten perilaku kesehatan pada penelitian
(Putra dkk, 2008). Sedangkan faktor risiko terakhir. Afek yang berhubungan dengan
terjadinya diare akut pada bayi dan anak perilaku mencerminkan reaksi emosional
adalah tidak mendapat ASI selama 6 langsung terhadap pemikiran tentang
bulan pertama kehidupan (ASI eksklusif) perilaku tersebut, yang bias positif atau
dan tidak dilanjutkan sampai umur 1 negatif, apakah perilaku tersebut, yang
tahun, kejadian diare sebelumnya, status bisa positif atau negatif, apakah perilaku
gizi, kurangnya perawatan ibu, sumber air tersebut menggembirakan,
yang tidak bersih, anak diberi makanan menyenangkan, dapat dinikmati,
yang disimpan pada suhu kamar, serta membingungkan, atau tidak
kurangnya pengetahuan ibu. Diare akut menyenangkan. Perilaku yang
dapat menyebabkan terjadinya dehidrasi berhubungan dengan afek positif
yang mengancam nyawa dan penurunan kemungkinan akan diulang dan yang
berat badan. Prognosis akan semakin negatif kemungkinan akan dihindari.

Jurnal Pediomaternal 243 Vol. 3 No. 2 April—Oktober 2015


Beberapa perilaku, bisa menimbulkan positif terhadap status kesehatan yang
perasaan positif dan negatif. Dengan optimum. Ruang lingkup kebersihan
demikian, keseimbangan relatif diantara lingkungan antara lain mencakup :
afek positif dan negative sebelum, saat perumahan, pembuangan kotoran manusia
dan setelah perilaku tersebut merupakan (tinja), penyediaan air bersih,
hal yang penting untuk diketahui. pembuangan sampah, pembuangan air
Hasil uji stastistik menggunakan kotor (air limbah), rumah hewan ternak
regresi linier menunjukan bahwa ada (kandang) dan sebagainya (Anwar, 2003).
hubungan antara kebersihan lingkungan Air limbah ialah air bekas dari
dengan kejadian diare akut pada balita dan kamar mandi, tempat cuci dan dapur,
diare persisten menunjukan tingkat tidak termasuk air dari jamban/WC. Air
hubungan sedang. Ini berarti rendahnya limbah juga mengandung kuman yang
kebersihan lingkungan menyebabkan diantaranya kuman-kuman tersebut dapat
terjadinya diare akut atau persisten pada menyebabkan penyakit sehingga air
balita. limbah menjadi sumber penularan
Pender (2002) menyatakan bahwa penyakit. Sarana pembuangan air limbah
salah satu faktor yang dapat menimbulkan yang sehat yaitu yang dapat mengalirkan
masalah kesehatan adalah faktor air limbah dari sumbernya (dapur, kamar
situasional yaitu perhatian seseorang mandi) ke tempat penampungan air
terhadap kebersihan lingkungan. Tingkat limbah dengan lancar tanpa mencemari
kebersihan, baik kebersihan diri maupun lingkungan dan tidak dapat dijangkau
kebersihan lingkungan merupakan faktor serangga dan tikus. Sampah adalah semua
yang sangat mempengaruhi kondisi benda padat yang karena sifatnya tidak
kesehatan pasien. Nightingale (1860) dimanfaatkan lagi, tidak termasuk kotoran
dalam Kozier (2010) menyatakan manusia. Jenis sampah terdiri dari
semakin baik tingkat kebersihan beberapa macam yaitu sampah kering,
lingkungan maka semakin baik pula sampah basah, sampah berbahaya
kondisi kesehatan seseorang. Hasil beracun. Sarana pembuangan sampah
penelitian ini menunjukkan bahwa yang sehat harus memehuni beberapa
sebagian besar responden memiliki persyaratan yaitu, cukup kuat, mudah
tingkat kebersihan lingkungan yang dibersihkan dan dapat terhindarkan dari
cukup, lainnya memiliki tingkat jangkauan serangga dan tikus. Oleh
kebersihan lingkungan yang kurang, dan karena itu tempat sampah harus
tidak ada responden yang memiliki tingkat mempunyai tutup dan selalu dalam
kebersihan lingkungan yang baik. keadaan tertutup, bila tutup terbuka maka
Kebersihan dalam kehidupan sehari-hari menjadi tidak sehat. Membuang sampah
merupakan hal yang sangat penting dan di atas tanah terbuka sangat tidak sehat
harus diperhatikan karena kebersihan akan karena dapat menyebarkan bau yang tidak
mempengaruhi kesehatan seseorang. Jika sedap dan mengundang serangga dan
seseorang sakit, biasanya masalah tikus. Selain itu dapat mencemari sumber
kebersihan kurang diperhatikan, hal ini air seperti sungai dan sumur. Sakit perut
terjadi karena menganggap bahwa dan diare disebabkan karena
masalah kebersihan diri adalah masalah mengkonsumsi makanan atau minum air
sepele, padahal jika hal tersebut dibiarkan yang telah tercemar kotoran dari sampah.
dapat mempengaruhi kasehatan secara Lingkungan sangat mempengaruhi
umum bisa menyebabkan penyakit seperti kehidupan dan perkembangan suatu
diare (Tarwoto dan Wartonah, 2008). organisme. Faktor lingkungan sangat
Kebersihan lingkungan pada hakekatnya menentukan dalam hubungan interaksi
adalah kondisi atau keadaan lingkungan antara penjamu dengan faktor agen.
yang optimum sehingga berpengaruh Lingkungan dapat dibagi dalam 3 bagian

Jurnal Pediomaternal 244 Vol. 3 No. 2 April—Oktober 2015


yaitu pertama lingkungan biologis yaitu diare akut. Semua hal yang telah
mikroorganisme penyebab penyakit, dijelaskan diatas dapat menyebabkan
reservoir penyakit infeksi (binatang, terjadinya diare akut maupun diare
tumbuhan), vektor pembawa penyakit, persisten pada balita, karena lingkungan
tumbuhan dan binatang sebagai sumber adalah tempat manusia tumbuh dan
bahan makanan, obat dan lainnya. Kedua berkembang.
lingkungan fisik yang terdiri dari udara, Hasil penelitian yang telah
keadaan tanah, geografi, air, zat kimia dan dilakukan menunjukkan bahwa ada
populasi. Ketiga lingkungan sosial adalah hubungan yang signifikan antara
semua bentuk kehidupan sosial politik dan keinginan responden (ibu) untuk
sistem organisasi serta institusi yang berkompetisi (dalam mencegah) diare
berlaku bagi setiap individu yang pada balita menunjukan tingkat hubungan
membangun masyarakat tersebut, antara sedang. Hal ini berarti rendahnya
lain sistem ekonomi, bentuk organisasi keinginan ibu untuk berkompetisi
masyarakat, sistem pelayanan kesehatan, menyebabkan terjadinya diare.
keadaan kepadatan penduduk dan Perilaku kesehatan individu dapat
kepadatan rumah serta kebiasaan hidup ditingkatkan dengan meningkatkan
masyarakat (Subari, 2004). keinginan untuk berkompetisi (Ryan,
Faktor resiko terjadinya diare 2009). Keinginan untuk berkompetisi
persisten adalah usia penderita, karena adalah kemampuan individu untuk
persisten ini umumnya terjadi pada tahun merencanakan, menyusun pedoman, dan
pertama kehidupan dimana pada saat itu memonitor fleksibilitas perubahan
pertumbuhan dan pertambahan berat perilaku sebagai hasil interaksi dengan
badan bayi berlangsung cepat. lingkungan (Brown,1998). Keinginan
Berlanjutnya paparan etiologi diare akut berkompetisi turut menentukan
seperti infeksi Giardia yang tidak pengambilan keputusan untuk berperilaku
terdeteksi dan infeksi shinggella yang atau tidak berperilaku tertentu.
resisten ganda terhadap antibiotik dan Kebutuhan untuk segera
infeksi sekunder karena munculnya C. berkompetisi atau pilihan-pilihan merujuk
Defficile akibat terapi antibiotika. Infeksi pada alternatif perilaku yang memaksakan
oleh mikro organisme tertentu dapat kedalam kebingungan sebagai bagian dari
menimbulkan bakteri tumbuh lampau yang mungkin terjadi sebelumnya dan
yang menyebabkan kerusakan mukosa segera diharapkan menjadi perilaku
usus karena hasil metaboliknya yang promosi kesehatan yang direncanakan.
bersifak toksik, sehingga terjadi gangguan Kebutuhan berkompetisi dipandang
penyerapan dan bakteri itu sendiri sebagai perilaku alternatif dimana
berkompetisi mendapatkan mikronutrien. individu relatif memiliki level kontrol
Gangguan gizi yang terjadi sebelum sakit yang rendah karena ketergantungan
akan bertambah berat karena terhadap lingkungan seperti bekerja atau
berkurangnya masukan selama diare dan tanggung jawab perawatan keluarga.
bertambahnya kebutuhan serta kehilangan Kegagalan berespon terhadap suatu
nutrien melalui usus. Gangguan gizi tidak kebutuhan dapat memiliki efek yang tidak
hanya mencakup makronutrien tetapi juga menguntungkan untuk diri sendiri atau
mikronutrien seperti difisiensi Vitamin A untuk hal-hal lain yang penting. Pilihan
dan Zinc. Faktor resiko lain berupa berkompetisi dipandang sebagai alternatif
pemberian jenis makanan baru dan perilaku dengan kekuatan penuh yang
menghentikan pemberian makanan selama bersifat lebih yang mana individu relatif
diare akut, menghentikan atau tidak menggunakan level kontrol yang tinggi.
memberikan ASI sebelum dan selama Mereka dapat mengeluarkan perilaku
diare akut dan pemberian PASI selama promosi kesehatan dan setuju menjadi

Jurnal Pediomaternal 245 Vol. 3 No. 2 April—Oktober 2015


perilaku kompetisi. Tingkat dimana seperti tanggung jawab dan perawatan
individu mampu melawan pilihan keluarga sangat mempengaruhi status
kompetisi tergantung pada kesehatan seseeorang (Pander, 2002).
kemampuannya menjadi pengatur diri. Menurut Brown (1997), keinginan untuk
Contoh memberi pilihan kompetetisi berkompetisi turut menentukan
adalah memilih makanan tinggi lemak pengambilan keputusan untuk berperilaku
dari pada rendah lemak karena rasa atau atau tidak berperilaku terentu.
selera pilihan; mengemudi dengan Keinginan orang tua (ibu) yang
melewati pusat rekreasi; selalu berlatih kurang untuk berkompetisi dalam
berhenti di mall (suatu pilihan untuk mencegah diare inilah salah satu faktor
melihat-lihat atau belanja daripada terjadinya kejadian diare pada balita
berolahraga). Kedua kebutuhan kompetisi diwilayah penelitian. Usia orang tua (ibu)
dan pilihan dapat menggelincirkan suatu merupakan faktor yang ikut berperan
rencana tindakan yang salah satunya telah dalam hal ini. Penelitian yang dilakukan
dilakukan. Kebutuhan kompetisi dapat oleh Sintamurniwati (2006), yang
berbeda dari rintangan yang harus dibawa menjelaskan bahwa lebih banyak ibu
oleh individu dan perilaku yang tidak berusia > 30 tahun yang anaknya
diantisipasi berdasarkan pada kebutuhan mengalami diare dibandingkan dengan
eksternal atau hasil yang tidak usia ibu antara 20-30 tahun. Dari hasil
baik/diperhitungkan dapat terjadi. Pilihan analisa didapatkan bahwa ada hubungan
kompetisi dapat berbeda dari rintangan yang signifikan antara usia ibu dengan
seperti kekurangan waktu, karena pilihan kejadian diare. Hasil penelitian diatas
kompetisi adalah dorongan terakhir yang dapat dijelaskan bahwa pada usia >30
didasari pada hirarki pilihan yang tahun merupakan usia subur dan
menggelincirkan suatu rencana untuk produktif, kemungkinan ibu pada usia ini
tindakan kesehatan yang positif. Ada bekerja diluar rumah sehingga ibu kurang
terdapat bermacam kemampuan individu memperhatikan kondisi dan kesehatan
untuk mendukung perhatian dan anak.
menghindari gangguan. Beberapa individu Keinginan berkompetisi adalah
dapat mempengaruhi perkembangan atau suatu proses yang panjang dalam dam
secara biologis menjadi lebih mudah memiliki dan memutuskan untuk bisa
dipengaruhi selama tindakan. Hambatan mengambil bagian dalam melakukan
pilihan kompetensi memerlukan latihan suatu perilaku kesehatan. Karena individu
dari pengaturan diri sendiri. Komitmen atau seseorang itu harus melewati proses
yang kuat untuk menentukan tindakan menerima informasi, mengevaluasi
dapat mendukung pilihan untuk perilaku, memiliki kinginan untuk
melengkapi suatu perilaku mengingat berubah, mengidentifikasi perilaku yang
kebutuhan akan kompetisi atau pilihan. akan dimunculkan dan menyusun rencana
Didalam HPM, kebutuhan kompetisi atau strategi untuk mengadopsi perilaku
secara langsung mempengaruhi tersebut. Komponen ini harus sejalan jadi
kemungkinan terjadinya perilaku memerlukan kontrol diri yang baik dari
kesehatan. individu tersebut.
Semakin baik kompetisi dalam Hasil penelitian ini menunjukkan
masalah kesehatan, semakin baik status bahwa ada hubungan yang signifikan
kesehatan seseorang, begitupun antara komitmen responden (ibu) dengan
sebaliknya. Kebutuhan untuk kejadian diare pada balita yang
berkompetisi merupakan perilaku menunjukan tingkat hubungan sedang. Ini
alternatif bagi individu dengan kontrol diri berarti rendahnya komitmen ibu
yang lemah untuk mempertahankan status menyebabkan terjadinya diare.
kesehatannya, sebab ancaman lingkungan

Jurnal Pediomaternal 246 Vol. 3 No. 2 April—Oktober 2015


Komitmen didefinisikan sebagai responden yang rendah dan
intensi/ niat untuk melakukan perilaku pengetahuannya yang kurang tentang
keehatan tertentu, termasuk identifikasi penyakit diare dan bahaya komplikasinya
strategi untuk dapat melakukannya sepertinya telah menjadi faktor yang
dengan baik (Pender, 2011). menyebabkan rendahnya komitmen
Seseorang berperilaku karena faktor responden dalam merencanakan tindakan
keinginan, kesengajaan, atau karena pencegahan diare.
memang sudah direncanakan. Niat Sedangkan etiologi pada diare persisten
berperilaku masih merupakan suatu sangat komplek dan merupakan gabungan
keinginan atau rencana. Niat belum faktor yang saling berkaitan dan saling
merupakan perilaku, sedangkan perilaku mempengaruhi.
adalah tindakan nyata yang dilakukan.
Komitmen yang tinggi untuk berperilaku SIMPULAN & SARAN
tertentu sesuai rencana, meningkatkan Simpulan
kemampuan individu untuk
mempertahankan perilaku promosi Semakin tinggi pengetahuan ibu
kesehatannya sepanjang waktu(Pender, tentang diare maka makin tinggi upaya
Murdaugh & Parson, 2002). pencegahan yang akan dilakukan dan
Pander (2002) menyatakan bahwa sebaliknya makin rendah pengetahuan ibu
komitmen dengan rencana tindakan tentang diare makin rentan juga balita
(pencegahan) atau Commitmen to plan of untuk terkena diare.
action mendeskripsikan konsep tentang Persepsi seorang ibu tentang
keinginan dan identifikasi strategi yang manfaat tindakan pencegahan diare baik
terencana yang mendukung implementasi maka akan berpengaruh pada sikap dan
perilaku kesehatan. Seseorang berperilaku tindakan ibu dalam pencegahan diare dan
karena faktor keinginan, kesengajaan atau begitu juga sebaliknya bila ibu memiliki
karena memang sudah direncanakan. persepsi tentang manfaat tindakan
Niat berperilaku (behavior pencegahan diare yang rendah maka akan
intention) masih merupakan suatu berpengaruh juga dalam pencegahan
keinginan atau rencana. Niat belum terjadinya diare.
merupakan perilaku, sedangkan perilaku Persepsi seorang ibu tentang
(behavior) adalah tindakan nyata yang hambatan yang dirasakan dalam
dilakukan. Komitmen yang tinggi untuk pencegahan diare baik maka akan
berperilaku tertentu sesuai rencana berpengaruh pada sikap dan tindakan ibu
meningkatkan kemampuan individu untuk dalam pencegahan diare dan begitu juga
mempertahankan perilaku promosi sebaliknya bila ibu memiliki persepsi
kesehatan sepanjang waktu (Pender, tentang hambatan yang dirasakan dalam
2002). Pendidikan mempengaruhi proses pencegahan diare yang rendah maka akan
belajar, makin tinggi pendidikan berpengaruh juga dalam pencegahan
seseorang makin mudah orang tersebut terjadinya diare.
menerima informasi, baik dari orang lain Persepsi seorang ibu tentang
maupun dari media masa. Makin banyak kemampuan diri yang dirasakan dalam
informasi yang masuk maka semakin pencegahan diare baik maka akan
banyak pula pengetahuan yang didapat berpengaruh pada sikap dan tindakan ibu
tentang penyakit diare (Notoatmodjo, dalam pencegahan diare dan begitu juga
2007). sebaliknya bila ibu memiliki persepsi
Komitmen seseorang dalam tentang kemampuan diri yang dirasakan
merencanakan tindakan (pencegahan) dalam pencegahan diare yang rendah
dapat dipengaruhi oleh faktor, pendidikan maka akan berpengaruh juga dalam
dan pengetahuan. Tingkat pendidikan pencegahan terjadinya diare pada balita.

Jurnal Pediomaternal 247 Vol. 3 No. 2 April—Oktober 2015


Persepsi seorang ibu tentang sikap berpengaruh positif atau baik pula pada
yang berhubungan dengan aktivitas yang sikap dan tindakan ibu dalam pencegahan
dirasakan dalam pencegahan diare baik diare dan begitu juga sebaliknya bila ibu
maka akan berpengaruh pada sikap dan memiliki komitmen dalam pencegahan
tindakan ibu dalam pencegahan diare dan diare yang rendah maka akan berpengaruh
begitu juga sebaliknya bila ibu memiliki negatif atau rendah juga dalam
persepsi tentang sikap yang berhubungan pencegahan terjadinya diare pada balita.
dengan aktivitas yang dirasakan dalam
pencegahan diare yang rendah maka akan
berpengaruh juga dalam pencegahan Saran
terjadinya diare pada balita. Kepada perawat di IGD RSUD
Kebersihan lingkungan pada Ruteng diharapkan dapat lebih
hakekatnya adalah kondisi atau keadaan meningkatkan peran sebagai pendidik
lingkungan yang optimum sehingga kepada masyarakat atau pasien terutama
berpengaruh positif terhadap status tentang bagaimana cara mencegah
kesehatan yang optimum, artinya bila ibu terjadinya diare sehingga angka kejadian
tidak menjaga kebersihan lingkungan diare dapat ditekan. Kepada RSUD
yang baik maka status kesehatan balita Ruteng diharapkan lebih mengoptimalkan
akan rentan terkena diare. lagi program-program promotif seperti
Keinginan untuk berkompetisi penyuluhan rutin setiap hari Kamis
seorang ibu dalam pencegahan diare baik tentang kesehatan balita, khususnya
maka akan berpengaruh pada sikap dan tentang penyakit diare, agar orang tua
tindakan ibu dalam pencegahan diare dan balita dapat dapat berpartisipasi aktif
begitu juga sebaliknya bila ibu memiliki dalam mencegah dan menangani masalah
keinginan untuk berkompetisi dalam kesehatan yang dialaminya.
pencegahan diare yang rendah maka akan Bagi peneliti selanjutnya diharapkan
berpengaruh juga dalam pencegahan kepada peneliti selanjutnya untuk dapat
terjadinya diare pada balita. melakukan penelitian tentang perawatan
Komitmen seorang ibu dalam pasien balita dengan diare.
pencegahan diare baik maka akan

KEPUSTAKAAN
DepKes RI, 1999, Buku Ajar Diare, Nursalam, 2013, Metodelogi Penelitian
Direktorat Jendral Pemberantasan Ilmu Keperawatan, Pendekatan
Penyakit Menular dan Penyehatan Praktis Edisi 3. Jakarta : Salemba
Lingkungan Pemukiman, Jakarta Medika
Depkes RI, 2002, Pedoman Tarwoto, Wartonah, 2012, Kebutuhan
pemberantasan penyakit diare, Dasar Manusia Dan Proses
Jakarta Keperawatan, Salemba Medika,
Depkes RI , 2013, Profil Kesehatan Jakarta
Indonesia, Riskesdas, diakses 22 Azwar, 1990, Pengantar Ilmu Kesehatan
Ngastiyah, 2012, Perawatan Anak Sakit, Lingkungan, PT Mutiara Sumber
Edisi 2, Jakarta : EGC Widya, Jakarta
Notoatmodjo, 2011, Kesehatan Adisasmito,W. (2007). Faktor risiko diare
Masyarakat, Ilmu & Seni, Rineke pada bayi dan balita di
Cipta, Jakarta Indonesia: Systematic review
Notoadmodjo, 2010, Konsep Perilaku dan penelitian akademik di bidang
Perilaku Kesehatan, Rineka kesehatan masyarakat. Makara,
Cipta, Jakarta kesehatan, vol. 11, no. 1, Juni
2007: 1-10
Jurnal Pediomaternal 248 Vol. 3 No. 2 April—Oktober 2015
Alligood, M. R., & Tomey, A. M. (2006).
Nursing theory, utilization &
application. (3rd ed), Mosby
Elsevier, USA
Kozier, Berman, 2010, Buku Ajar
Fundamental Keperawatan,
Konsep, Proses dan Praktik,
Volume 2. EGC, Jakarta
Rumah Sakit Umum Ruteng 2014,
laporan jumlah kunjungan pasien,
Tidak dipublikasikan
Depkes RI, 2010, Hasil evaluasi program
pemberantasan penyakit diare,
Direktorat Pemberantasan
Penyakit Menular dan Penyehatan
Lingkungan Pemukiman
Departemen Kesehatan, Jakarta

Jurnal Pediomaternal 249 Vol. 3 No. 2 April—Oktober 2015

Anda mungkin juga menyukai