Pencegahan Infeksi Luka Op PDF
Pencegahan Infeksi Luka Op PDF
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Luka adalah suatu kerusakan pada struktur atau fungsi tubuh yang dikarenakan suatu
paksaan atau tekanan fisik maupun kimiawi. Luka dapat dibedakan menjadi beberapa jenis
berdasarkan penyebab dan tingkat kontaminasinya. Salah satu bentuk luka adalah luka bedah
atau luka operasi (Roper, 2006). Luka operasi termasuk dalam bentuk luka bersih. Meskipun
termasuk dalam kategori luka bersih, tetapi pasien dengan luka pasca operasi tetap berisiko
infeksi sebagai salah satu komplikasi luka pasca operasi (Sabiston 1995).
Infeksi sebagai salah komplikasi pasca operasi lebih dikenal dengan nama Infeksi Luka
Operasi (ILO) merupakan salah satu komplikasi pasca bedah yang ditakuti oleh dokter
spesialis bedah karena dapat meningkatkan lama perawatan yang tentunya akan menambah
biaya perawatan (Wulandari 2008). Pendapat senada dikemukakan Nainggolan (2007) yang
menyatakan bahwa kejadian infeksi pasca operasi mengakibatkan bertambahnya biaya
perawatan.
Selain meningkatkan meningkatkan lama perawatan dan biaya perawatan, ILO
merupakan masalah yang serius karena dapat mengakibatkan cacat dan bahkan kematian
(Wulandari, 2008). Pendapat yang sama disampaikan Potter dan Perry (2006) yang
menyatakan bahwa infeksi luka pasca operasi merupakan salah satu masalah utama dalam
praktek pembedahan dan infeksi menghambat proses penyembuhan luka sehingga
menyebabkan angka morbiditas dan mortalitas bertambah besar. Di samping itu Raihana
(2011) menyatakan infeksi luka operasi dapat menyebabkan pemberian antibiotika tambahan
untuk penanganan infeksi tersebut, yang dapat meningkatkan resiko terjadinya resistensi
bakteri.
Kejadian ILO pada tahun 2001 di rumah Sakit Umum Pemerintah (RSUP) Dr. Sardjito
1
untuk operasi bersih terkontam si 6% dan operasi kotor 50%. Penelitian Dharsini (2010)
menyatakan bahwa insiden infeksi nosokomial di Rumah Sakit Pendidikan di Indonesia
cukup tinggi yaitu 6-16 % dengan rata-rata 9,8% dari seluruh prosedur pemberdahan atau
operasi. Sedangkan Di RSUD Cilacap sampai saat ini belum ada catatan tentang angka
kejadian ILO.
Menurut Scaffer (2000) Insidensi infeksi luka secara keseluruhan adalah sekitar 5
sampai l0 persen di seluruh dunia dan tidak berubah selama dasawarsa yang lalu. Insidensi
memuat hubungan langsung dengan derajat kontaminasi yang terjadi selama operasi dari
proses penyakit sendiri.
Infeksi luka operasi terjadi karena adanya gangguan penyembuhan luka (Jong, 2007).
Morison (2003) mengatakan luka operasi dikatakan terinfeksi apabila luka tersebut
mengeluarkan nanah atau pus dan kemungkinan terinfeksi apabila luka tersebut mengalami
tanda-tanda inflamasi atau mengeluarkan rabas serosa.
Salah satu bentuk operasi yang memiliki tingkat risiko infeksi cukup tinggi adalah
operasi laparatomi. Sebagaima dikemukakan Haley (dalam Raihana, 2011) bahwa operasi
pada daerah abdominal merupakan salah satu faktor resiko terjadinya infeksi pada luka
operasi. Menurut Morison (2003) infeksi luka pasca operasi laparatomi sering muncul pada
36 – 46 jam setelah operasi laparatomi. Organisme yang paling sering menimbulkan infeksi
adalah stapilokokus aureus , organisme gram positif yang mengakibatkan pernanahan
(Morison, 2003).
Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi risiko terjadinya infeksi pada luka operasi
meliputi durasi rawat inap pra operatif, persiapan kulit pra operatif, penggunaan antibiotik
profilaksis, faktor operasi, perawatan luka operasi dan status gizi pasien. Semakin lama
pasien dirawat di rumah sakit sebelum operasi, maka semakin rentan terhadap infeksi luka.
Sedangkan beberapa bentuk persiapan kulit pra operasi meliputi mandi dengan sabun,
mencukur sekitar daerah yang akan dioperasi. Penggunaan antibiotik profilaksis membuat
risiko infeksi berkurang sampai dengan 75%. Lamanya operasi, tingkat trauma yang diderita
jaringan selama operasi, masuknya benda asing mempengaruhi probabilitas infeksi luka
operasi dan kemungkinan tinggi terjadinya kerusakan luka berikutnya (Morison, 2003).
Perawatan memiliki peranan yang sangat penting dalam penatalaksanaan luka bedah
tertutup. Perawatan luka pasca operasi juga termasuk faktor lingkungan, dimana ruang
perawatan juga berpengaruh terhadap peningkatan risiko infeksi karena infeksi dapat terjadi
melalui Untuk kontaminasi udara pada luka, khususnya pada ruang perawatan yang diisi
oleh banyak pasien (Morison, 2003).
Selain faktor lingkungan, status gizi yang cukup baik pada pasien sebelum dilakukannya
bedah mayor merupakan hal yang sangat penting. Fungsi imun akan terganggu pada kondisi
malnutrisi yang mengakibatkan meningkatnya resiko infeksi serta terjadinya komplikasi
seperti dehiscence, pneumonia dan sepsis (Pilchard, 2004). Proses penyembuhan luka
memerlukan protein sebagai dasar untuk terjadinya jaringan kolagen, sedangkan defisiensi
protein dapat diketahui melalui rendahnya kadar serum albumin berpengaruh terhadap
proses penyembuhan luka (Scaffer, 2000)
Rumah Sakit Umum Daerah ( RSUD ) Cilacap adalah Rumah Sakit milik Pemerintah
Kabupaten Cilacap yang dirintis mulai tahun 1964 dan secara yuridis formal ditetapkan
dengan Undang – Undang Nomor 17 Tahun1950 tentang pembentukan daerah – daerah kota
kecil dalam lingkungan Provinsi Jawa Tengah. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan
dan Kesejahteraan Sosial Republik Indonesia Nomor 1807 / Menkes – Kesos / SK / XII
Tahun 2000 tentang peningkatan RSUD Cilacap sebagai RSUD Tipe B Non Pendidikan.
Pada Tahun 2001, RSUD Cilacap telah memenuhi standar penilaian akreditasi untuk 12
bidang pelayanan rumah sakit dan mendapat status Akreditasi Penuh. Pada tahun 2008,
RSUD Cilacap menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah
(PPK-BLUD) berdasarkan Keputusan Bupati Cilacap, Nomor 446/209/44.1 Tahun 2008
tertanggal 27 Februari 2008. Terhitung sejak Bulan Mei Tahun 2010, RSUD Cilacap
mempunyai 238 tempat tidur terdiri dari kelas utama I: 18 tempat tidur, kelas utama II: 25
tempat tidur, kelas satu: 23 tempat tidur, kelas dua: 37 tempat tidur, kelas tiga: 109 tempat
tidur dan non kelas: 26 tempat tidur (RSUD Cilacap, 2010).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Instalasi Rekam Medis RSUD Cilacap (2010),
total kegiatan operasi Instalasi Bedah Sentral (IBS) tahun 2010 sebanyak 1481 yang terbagi
atas operasi besar: 255, operasi sedang:1022, operasi kecil: 14, operasi khusus: 190, yang
kemudian masuk dalam ruang perawatan kelas satu dan kelas dua: 827 pasien, kelas tiga:
1028 pasien. Sampai dengan saat ini, belum data tentang angka kejadian infeksi pasca
operasi di RSUD Cilacap.
Survey awal yang peneliti lakukan menunjukkan bahwa lama rawat inap pasien post
operasi laparatomi di RSUD Cilacap rata-rata adalah 7 hari. Di RSUD Cilacap telah ada
Instruksi Kerja (IK) yang mengatur persiapan pre operasi laparatomi, sehingga seluruh
pasien pre operasi laparatomi memiliki persiapan yang sama.
Dari latar belakang dan fenomena yang peneliti jumpai di lapangan, maka penulis
tertarik untuk meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian infeksi luka post
operasi laparatomi di RSUD Cilacap selama tahun 2012.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah “apa
sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian infeksi pasca operasi laparatomi di
RSUD Cilacap Tahun 2012 ?”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian infeksi pasca operasi
laparatomi di RSUD Cilacap Tahun 2012.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui kejadian infeksi pasca operasi laparatomi di RSUD Cilacap Tahun
2012.
b. Mengetahui hubungan faktor durasi perawatan pre operasi dengan kejadian infeksi
pasca operasi laparatomi di RSUD Cilacap.
c. Mengetahui hubungan faktor ruang perawatan dengan kejadian infeksi pasca
operasi laparatomi di RSUD Cilacap.
d. Mengetahui hubungan faktor status gizi berdasarkan kadar albumin dengan
kejadian infeksi pasca operasi laparatomi di RSUD Cilacap.
e. Mengetahui faktor yang paling dominan berhubungan dengan kejadian infeksi
pasca operasi laparatomi di RSUD Cilacap.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Perawat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang faktor-faktor
yang berhubungan dengan infeksi luka pasca operasi sehingga perawat dapat
mengurangi resiko terjadinya nosokomial infection (INOS) pada pasien yang dapat
berakibat bertambahnya hari rawat.
b. Bagi Rumah Sakit
Penelitian ini dapat menjadi masukan bagi RSUD Cilacap meningkatkan mutu
pelayanan sehingga dapat menjadi rumah sakit yang berkualitas dan dipercaya oleh
masyarakat.
E. Keaslian Penelitian
Penelitian tentang infeksi luka operasi diantaranya penelitian yang dilakukan oleh
Suprapti (2011) dengan judul Perbedaan Tingkat Infeksi Luka Pasca Operasi Mayor Di
Ruang Rawat Inap Kelas Tiga Dengan Di Ruang Rawat Inap Non Kelas Tiga RSUD Cilacap
Tahun 2011. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat infeksi luka
pasca operasi mayor yang di rawat di kelas tiga dengan non kelas tiga di RSUD Cilacap
2011. Desain penelitian deskriptif komparatif, pengambilan sampel dengan cara accidental
sampling berjumlah 20 pasien pasca operasi mayor yang di rawat di kelas tiga dengan non
kelas tiga di RSUD Cilacap tahun 2011. Analisa menggunakan statistik non parametrik
dengan uji beda Mann Whitney U Test. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan yang
signifikan antara tingkat infeksi luka pasca operasi pasien yang dirawat di kelas tiga dengan
kelas satu di RSUD Cilacap 2011 (pv = 0,014 < a = 0,05) serta kelas tiga dengan kelas
utama (pv = 0,014 < a = 0,05). Tidak ada perbedaan yang signifikan antara tingkat infeksi
luka pasca operasi pasien yang dirawat di kelas tiga dengan kelas dua di RSUD Cilacap
2011 (pv = 0,513 > a = 0,05). Ada perbedaan yang signifikan antara tingkat infeksi luka
pasca operasi pasien yang dirawat di kelas tiga dengan non kelas tiga di RSUD Cilacap 2011
(pv = 0,018 < a = 0,05).
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada desain. Penelitian
sebelumnya merupakan penelitian deskripsi komparatif, sedangkan penelitian ini
menggunakan desain deskripsi korelatif. Penelitian tersebut merupakan penelitian dengan
analisis bivariat sedangkan penelitian adalah penelitian dengan analisis multivariat. Rumus
analisis yang digunakan pada penelitian tersebut adalag uji mann whitney U Test , sedangkan
penelitian ini menggunakan uji regresi logistik dengan metode back ward untuk mengetahui
faktor yang paling dominan berhubungan dengan kejadian infeksi pasca operasi laparatomi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Luka
a. Pengertian
Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Kondisi ini dapat
disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia,
ledakan, sengata listrik atau gigitan hewan (Corwin, 2009). Sedangkan
mendefinisikan luka sebagai sesuatu kerusakan pada struktur atau fungsi tubuh
yang dikarenakan suatu paksaan atau tekanan fisik maupun kimiawi (Roper 2006).
b. Jenis-Jenis luka
Ismail (2007) menjelaskan bahwa luka dapat dikate-gorikan berdasarkan
beberapa hal, yaitu:
1) Berdasarkan mekanisme terjadinya luka
Mekanisme terjadinya luka dikelompokkan sebagai berikut:
a) Luka insisi (Incised Wounds )
Luka insisi terjadi karena teriris oleh instrumen yang tajam. Misal yang
terjadi akibat pembedahan. Luka bersih (aseptik) biasanya tertutup oleh
sutura setelah seluruh pembuluh darah yang luka diikat (ligasi).
b) Luka memar (Contusion Wound)
Luka memar terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan
dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak, perdarahan dan
bengkak.
c) Luka lecet (Abraded Wound)
Luka lecet terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain yang
biasanya dengan benda yang tidak tajam.
5) Functiolaesa
Adanya perubahan fungsi secara superficial bagian yang bengkak dan sakit
disertai sirkulasi dan lingkungan kimiawi lokal yang abnormal, sehingga organ
tersebut terganggu dalam menjalankan fungsinya secara normal.
d. Rantai Infeksi
Proses terjadinya infeksi seperti rantai yang saling terkait antar berbagai faktor
yang mempengaruhi, yaitu agen infeksi, reservoir, portal of exit, cara penularan,
portal of entry dan host/ pejamu yang rentan.
Agen Infeksi
Portal de Entry
Portal de Exit
Cara Penularan
g .
Rantai Infeksi
(Sumber: Potter & Perry 2005)
3. Operasi
a. Pengertian
Operasi atau pembedahan yang dalam bahasa Inggris adalah surgery dan dalam
bahasa Yunani: cheirourgia artinya pekerjaan tangan adalah spesialisasi dalam
kedokteran yang mengobati penyakit atau luka dengan operasi manual dan
instrumen (Bedah 2010).
b. Fase-Fase Operasi
Fase-fase operasi dalam lingkup aktivitas perawat menurut Yeni (2008) adalah
sebagai berikut:
1) Fase Praoperatif
Peran perawat dimulai ketika keputusan untuk intervensi pembedahan
dibuat dan berakhir ketika klien dikirim ke meja operasi. Lingkup aktivitas
perawat meliputi:
a) pengkajian dasar klien (di rumah sakit atau di rumah)
b) wawancara praoperatif
c) persiapan anestesia
d) persiapan pembedahan
2) Fase Intraoperatif
Dimulai ketika klien masuk atau dipindah ke bagian atau departemen bedah
dan berakhir saat klien dipindahkan ke ruang pemulihan. Lingkup aktivitas
perawat meliputi:
a) memasang Intravenous (IV)-line (infus)
b) memberikan medikasi intravena
c) melakukan pemantauan fisiologis menyeluruh sepanjang prosedur
pembedahan
d) menjaga keselamatan klien (menggenggam tangan klien, mengatur posisi
klien)
3) Fase Pascaoperatif
Dimulai dengan masuknya klien ke ruang pemulihan dan berakhir dengan
evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau di rumah. Lingkup aktivitas
perawat meliputi:
a) mengkaji efek dari agen anestesi
b) memantau fungsi vital
c) mencegah komplikasi
d) peningkatan penyembuhan klien
e) penyuluhan
f) perawatan tindak lanjut
g) rujukan yang penting untuk penyembuhan
h) rehabilitasi
i) pemulangan
c. Standar Praktik Keperawatan Perioperatif
Standar praktik keperawatan perioperatif menurut Yeni (2008) terdiri dari 7
standar. Standar I merupakan pengumpulan data tentang status kesehatan pasien
bersifat sistematis dan kontinyu. Data dapat dilihat kembali dan dikomunikasikan
pada orang yang tepat. Standar II menentukan diagnosis keperawatan berasal dari
data status kesehatan. Standar III merupakan rencana asuhan keperawatan
mencakup tujuan yang berasal dari diagnosis keperawatan. Standar IV adalah
rencana asuhan keperawatan menentukan tindakan keperawatan untuk mencapai
tujuan. Standar V adalah rencana untuk asuhan keperawatan tersebut
diimplementasikan. Standar VI merupakan rencana untuk asuhan keperawatan
tersebut dievaluasi dan standar VII adalah pengkajian ulang pasien, pertimbangan
ulang diagnosis keperawatan, menyusun kembali tujuan dan modifikasi dan
implementasi rencana asuhan keperawatan adalah sebuah proses yang
berkesinambungan.
d. Tipe Operasi
Yeni (2008) menjelaskan tipe operasi dapat dibedakan menjadi beberapa
kategori, yaitu:
1) Menurut Fungsinya (tujuannya)
a) diagnostik: biopsi, laparotomi eksplorasi
b) kuratif: tumor, appendiktomi
c) reparatif : memperbaiki luka multiple
d) rekonstruktif atau kosmetik: mammoplasti, perbaikan wajah
e) paliatif: menghilangkan nyeri, memperbaiki masalah (gastrostomy)
f) transplantasi: penanaman organ tubuh untuk menggantikan organ atau
struktur tubuh yang malfungsi (cangkok ginjal, kornea).
2) Menurut tingkat Urgensinya:
a) Kedaruratan
Klien membutuhkan perhatian dengan segera, gangguan yang
diakibatkannya diperkirakan dapat mengancam jiwa (kematian atau
kecacatan fisik), tidak dapat ditunda. Contoh: perdarahan hebat, luka
tembak atau tusuk, fraktur tulang tengkorak.
b) Urgen
Klien membutuhkan perhatian segera, dilaksanakan dalam 24 – 30 jam.
Contoh: infeksi kandung kemih akut, batu ginjal atau batu pada uretra.
c) Diperlukan
Klien harus menjalani pembedahan, direncanakan dalam beberapa
minggu atau bulan. Contoh: katarak, gangguan thyroid, hiperplasia prostat
tanpa obstruksi kandung kemih.
d) Elektif
Klien harus dioperasi ketika diperlukan, tidak terlalu membahayakan
jika tidak dilakukan. Contoh: hernia simpel, perbaikan vagina, perbaikan
scar/cycatric/jaringan parut.
e) Pilihan
Keputusan operasi atau tidaknya tergantung kepada klien (pilihan
pribadi klien). Contoh: bedah kosmetik.
3) Menurut Luas atau Tingkat Resiko :
a) Operasi Mayor
Operasi yang melibatkan organ tubuh secara luas dan mempunyai
tingkat resiko yang tinggi terhadap kelangsungan hidup klien dan
dilakukan dengan bius total (general anethesi). Contoh: bypass arteri
coroner, amputasi dan laparatomy explorasi .
b) Operasi Minor
Operasi pada sebagian kecil dari tubuh yang mempunyai resiko
komplikasi lebih kecil dibandingkan dengan operasi mayor. Contoh:
katarak, operasi plastik pada wajah.
4. Laparatomi
1) Pengertian Laparatomi Eksplorasi
Bedah laparatomi merupakan tindakan operasi pada daerah abdomen, bedah
laparatomi merupakan teknik sayatan yang dilakukan pada daerah abdomen yang
dapat dilakukan pada bedah digestif dan kandungan (Medicastore, 2010).
2) Indikasi Laparatomi
1) Trauma abdomen (tumpul atau tajam) / Ruptur hepar
2) Peritonitis
3) Perdarahan saluran pencernaan ( Internal Blooding)
4) Sumbatan pada usus halus dan usus besar
5) Masa pada abdomen (Sjamsuhidajat 2007).
3) Komplikasi
1) Ventilasi paru tidak adekuat
2) Gangguan kardiovaskuler: hipertensi, aritmia jantung
3) Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
4) Gangguan rasa nyaman dan kecelakaan
4) Komplikasi Post Laparatomi
1) Tromboplebitis
Tromboplebitis post opersi biasanya timbul 7-14 hari setelah operasi.
Bahaya besar tromboplebitis timbul bila darah tersebut lepas dari dinding
pembuluh darah vena dan ikut aliran darah sebagai emboli ke paru-paru, hati
dan otak. Pencegahan tromboplebitis yaitu latihan kaki post operasi, ambulatif
dini dan kaos kaki TED yang dipakai klien sebelum mencoba ambulatif.
2) Infeksi
Infeksi luka sering muncul pada 36-46 jam setelah operasi. Organisme
yang paling sering menimbulkan infeksi adalah stapilokokus aureus, organisme
;gram positif. Stapilokokus mengakibatkan pernanahan. Untuk menghindari
infeksi luka yang pali penting adalah perawatan luka dengan mempertahankan
aseptik dan antiseptik.
3) Dehisensi Luka atau Eviserasi
Dehisensi luka merupakan terbukanya tepi-tepi luka. Eviserasi luka
adalah keluarnya organ-organ dalam melalui insisi. Faktor penyebab dehisensi
atau eviserasi adalah infeksi luka, kesalahan menutup waktu pembedahan,
ketegangan yang berat pada dinding abdomen sebagai akibat dari batuk dan
muntah.
B. Kerangka Teori
Berdasarkan teori yang dikemuakakn oleh Proper (2006), Ismail (2007), Morison
(2003), Potter dan Perry (2005), Yenni (2008) dan Jati (2009), maka dapat disusun kerangka
teori sebagai berikut :
Bagan 2.2
Kerangka Teori
Faktor-faktor yang
mempengaruhi infeksi luka post
operasi:
1. Durasi rawat pre operasi Infeksi
2. Ruang perawatan
3. Gizi
4. Persiapan operasi
5. Antibiotik
6. Faktor selama operasi
Bagan 2.3
Kerangka Konsep Penelitian
Keterangan :
D. Hipotesis
Hipotesis adalah pernyataan suatu parameter yang akan diuji kebenarannya berdasarkan
statistik atau data-data sampel yang diperoleh (Pratiknya 2001, dalam Machfoedz 2007).
Dari hipotesis peneliti menarik kesimpulan dalam bentuk yang masih sementara dan harus
dibuktikan kebenarannya (hipotesis) sebagai titik tolak atau arah dari pelaksanaan penelitian
(Notoatmodjo, 2002). Berdasarkan teori di atas maka hipotesis dari penelitian ini adalah:
1. Ho : Tidak ada hubungan faktor durasi perawatan pre operasi dengan kejadian infeksi
Ha : Ada hubungan faktor durasi perawatan pre operasi dengan kejadian infeksi pasca
2. Ho : Tidak ada hubungan faktor ruang perawatan dengan kejadian infeksi pasca
operasi laparatomi di RSUD Cilacap Tahun 2012.
Ha Ada hubungan faktor ruang perawatan dengan kejadian infeksi pasca operasi
3. Ho Tidak ada hubungan faktor status gizi berdasarkan kadar albumin dengan
Ha Ada hubungan faktor status gizi berdasarkan kadar albumin dengan kejadian
4. Ho Tidak ada faktor yang paling dominan yang berhubungan dengan kejadian
5. Ha Ada faktor yang paling dominan yang berhubungan dengan kejadian infeksi
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelatif. Metode deskriptif adalah suatu metode
dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu obyek, suatu situasi kondisi, suatu sistem
pemikiran atau pun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Studi korelatif bertujuan
untuk mengetahui korelasi antara suatu variabel dengan variabel lainnya dengan
mengidentifikasi variabel yang ada pada suatu obyek, kemudian diidentifikasi pula variabel
lain yang ada pada objek yang sama dan dilihat apakah ada hubungan antara keduanya
(Notoatmodjo 2010).
Rancangan yang digunakan adalah cross sectional. Rancangan cross sectional adalah
suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan
efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat
(point time approach ) (Notoatmodjo, 2005).
Penggunaan desain penelitian deskriptif korelatif dengan rancangan cross sectional
adalah untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
infeksi pasca operasi laparatomi di RSUD Cilacap Tahun 2012.
D. Definisi Operasional
Ruang perawatan Ruang perawatan Diperoleh dengan cara Hasil ukur dibagi menjadi 2 Nominal
bagi pasien setelah melihat catatan medik kategori, yaitu:
menjalani operasi untuk melihat ruang 0. Ruang perawatan 1
perawatan pasien kamar diisi 1 pasien
1. Ruang perawatan 1
kamar lebih dari 1
pasien
Kadar albumin Kadar albumin Diperoleh dengan cara Hasil ukur dibagi menjadi 2 Nominal
darah yang dimiliki rekam medik tentang kategori, yaitu:
pasien pasca kadar albumin pasien 0. Normal, apabila kadar
operasi albumin 3,5 - 5
1. Kurang normal, apabila
kadar albumin < 3,5 atau
>5
Infeksi luka pasca Adanya tanda-tanda Diperoleh dengan cara Hasil ukur dibagi menjadi 2 Nominal
operasi proses invasif oleh observasi tanda-tanda kategori, yaitu:
mikroorganisme infeksi pada saat 0. Tidak ada infeksi,
patogen dan penggantian balutan hari apabila tidak ditemukan
berpoliferasi di ke empat pasca operasi. tanda-tanda infeksi dan
dalam jaringan Hasil pengukuran tidak0 disertai demam (>
tubuh di daerah dicantumkan dalam chek 38,6 C).
luka pasca operasi list yang telah disiapkan 1. Ada infeksi, apabila
ditemukan tanda infeksi
baik pada satu kategori
ataupun lain kategori
dengan0 disertai demam
(> 38,6 C).
3) Studi Pustaka
Dilakukan dengan membaca literatur, buku serta catatan kuliah yang
berhubungan dengan masalah yang diteliti.
(fo - fh)
2
X =
fh
Keterangan :
X2 : chi kuadrat
fo : data frekuensi yang observasi
fh : frekuensi yang diperoleh
Kriteria penolakan dan penerimaan hipotesa chi square dengan tingkat kemaknaan
95 % ( a = 0,05) menurut Santoso (2008) adalah sebagai berikut:
1) Bila p -value lebih besar dari a (0,05), maka Ho diterima atau tidak ada
perbedaan
2) Bila p -value lebih kecil atau sama dengan dari a (0,05), maka Ho ditolak atau
ada perbedaan
c. Analisis Multivariat
Sebelum melakukan analisa multivariat, ditentukan dulu variabel kandidat
yang akan dimasukkan dalam variabel multivariat. Variabel kandidat adalah
variabel yang dalam analisa bivariat memiliki nilai ρv ≤ 0,25 (Santoso, 2008).
Analisis Multivariat dengan uji regresi logistic menggunakan metode back
ward dilakukan untuk mengetahui faktor yang paling dominan mempengaruhi
kejadian infeksi. Digunakan metode ini dengan tujuan supaya variabel yang
mempunyai nilai p-value besar (hubungan paling lemah) akan dikeluarkan secara
bertahap dari analsis, sehingga akan diperoleh variabel yang mempunyai nilai p-
value paling kecil (hubungannya paling kuat). Untuk selanjutnya, variabel yang
mempunyai nilai p-value paling kecil disebut sebagi faktor utama (determinan).
H. Etika Penelitian
Penelitian yang dilakukan telah sesuai dengan etika penelitian menurut Notoatmodjo
(2010) yang meliputi:
1. Informed concent
Merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan
menggunakan lembar persetujuan ( informed concent). Tujuan informed concent adalah
agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Seluruh
responden telah mendapat informed concent dan lembar persetujuan menjadi responden.
2. Anonim (tanpa nama)
Merupakan masalah etika dalam penelitian dengan cara tidak memberikan nama
responden pada data penelitian.
3. Confidentiality (kerahasian)
Merupakan masalah etika dengan menjamin kerahasian dari hasil penelitian baik
informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan
dijamin kerahasiaan oleh peneliti, hanya data tertentu yang dilaporkan pada hasil riset.