Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Suatu organisasi merupakan suatu lembaga yang semakin kompleks dan
semakin sulit untuk dikelola. Selain daripada itu untuk meningkatkan kepercayaan
masyarakat terhadap organisasi perlu ditingkatkan. Bahkan semakin besar
organisasi dan makin banyaknya kegiatan cenderung semakin banyak pula
permasalahan yang muncul
Hal ini mengakibatkan persaingan antar organisasi atau perusahaan.
Persaingan ini salah satunya berkaitan dengan kompleksitas teknologi yang
semakin meningkat. Sebagian organisasi beranggapan bahwa teknologi yang kuat
maka dapat memenangkan persaingan tersebu.
Oleh karena itu diperlukan salah satunya adalah Sistem informasi manajemen
(SIM). SIM merupakan kegiatan yang penting dalam suatu organisasi atau
perusahaan. Kegiatan SIM berkaitan dengan kegiatan operasi dalam organisasi.
SIM berkaitan dengan pengolahan data baik secara manual dan elektronik.
Dengan berkembangnya waktu, SIM semakin berkembang dengan adanya
kemajuan dalam bidang teknologi. Perkembangan teknologi dalam sistem
informasi merupakan salah satu penyebab terjadinya perubahan-perubahan yang
cepat dalam organisasi atau perusahaan. Perubahan-perubahan ini dapat berupa
kesalahan-kesalahan yang perlu dibetulkan dan adanya pertentangan-
pertentangan, dan pergeseran-pergeseran seperti dalam bidang sumber daya
manusia dalam suatu organisasi.
Suatu perkembangan yang sangat penting artinya adalah kemungkinan praktis
untuk menerapkan suatu MIS yang menyeluruh dalam organisasi. Perlu kita sadari
bahwa betapa pentingnya keterangan yang relevan dan tepat pada waktunya bagi
para pimpinan sebagai sarana untuk membuat keputusan dan pengawasan yang
efektif juga betapa sukarnya menyediakan keterangan pengawasan semacam ini,
misalnya.
1. Keterangan yang dibutuhkan terlalu rumit dan banyak.
2. Biaya pembuatannya lebih besar jika dibandingkan dengan manfaatnya.

-1-
3. Ada beberapa data yang tidak dapat dipercaya, yang terutama disebabkan
karena sukarnya mendapatkan sumber data yang tepat dari organisasi
sendiri.
4. Data yang tidak lengkap, terutama yang berasal dari lingkungan di luar
organisasi.

Oleh karena itu diperlukan juga informasi. Informasi atau data adalah aset
bagi perusahaan. Keamanan data secara tidak langsung dapat memastikan
kontinuitas bisnis, mengurangi resiko, mengoptimalkan return on investment dan
mencari kesempatan bisnis. Semakin banyak informasi perusahaan yang
disimpan, dikelola dan di-sharing maka semakin besar pula resiko terjadinya
kerusakan, kehilangan atau tereksposnya data ke pihak eksternal yang tidak
diinginkan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud Sistem Informasi manajemen ?
2. Apa saja Tujuan Sistem Informasi Manajemen ?
3. Apa yang dimaksud dengan Pengambilan Keputusan ?
4. Apa saja Dasar dan Faktor Pengambilan Keputusan ?
5. Model yang di gunakan dalam Pengambilan Keputusan ?
6. Bagaimanakah peranan Sistem Informasi Manajemen dalam pengambilan
keputusan seorang manajer ?

-2-
BAB II
PEMBAHASAN

1. Konsep Sistem Informasi

Setiap organisasi memerlukan informasi dalam menunjang kegiatan baik


yang terorganisir maupun yang tidak terorganisir. Informasi ini dapat membantu
manajemen dalam mengadakan transaksi maupun dalam pengambilan keputusan.
Proses ini dinamakan Sistem Informasi Manajemen.
Barry E. Cushing mengemukakan pengertian Sistem Informasi Manajemen
sebagai berikut
Sistem Informasi Manajemen adalah suatu kumpulan manusia dan sumber modal
di dalam suatu organisasi yang bertanggung jawab untuk pengumpulan dan
pengolahan data untuk menghasilkan informasi yang berguna bagi setiap tingkat
manajemen dalam perencanaan dan pengendalian aktivitas-aktivitas organisasi
(1986 : 10)
Selain daripada itu George M. Scott mengemukakan definisi Sistem
Informasi Manajemen sebagai berikut :
Sistem Informasi Manajemen adalah serangkaian sub-sistem informasi yang
menyeluruh dan terkoordinasi dan secara rasional terpadu yang mampu
mentransformasikan data sehingga menjadi informasi lewat serangkaian
cara guna meningkatkan produktivitas yang sesuai dengan gaya dan sifat
mnajer atas dasar kriteria mutu yang telah ditetapkan. (1995 : 100)

Sedangkan menurut Davis dan Olson (1999) mengemukakan definisi Sistem


Informasi Manajemen sebagai berikut ;
…...an integrated, user-machine system for providing information to
support operations, management and decision making functions in an
organization. The system utilizes computer hardware and software; manual
procedures; model for analysis, planning, control and decision making ;
and a data base.

Berdasarkan definisi di atas bahwa SIM menitikberatkan pada integritas,


konsep user machine, mendukung operasi dan pengambilan keputusan seorang

-3-
manajer serta dilakukan dalam sebuah organisasi. Selanjutnya berkaitan dengan
alat yang digunakan seperti perangkat keras dan lunak computer, model-model
analiss, digunakan dalam bidang perencanaan, pengendalian dan pengambilan
keputusan serta dibutuhkan database (kumpulan data). Artinya SIM ini tidak
identik hanya manuasi atau mesinnya saja tetapi adanya interaksi antara manusia
sebagai pengolah informasi dan pengambil keputusan dan computer merupakan
alat bantu dalam pelaksanaan Sistem Informasi Manajemen.
Sistem Informasi Manajemen merupakan sistem informasi yang
menghasilkan hasil keluaran (output) dengan menggunakan masukan (input) dan
berbagai proses yang diperlukan untuk memenuhi tujuan tertentu dalam suatu
kegiatan manajemen.
Agar pelaksanaan sistem informasi manajemen dapat mendukung kegiatan
organisasi maka pelaksanaannya harus sesuai dengan aturan-aturan tertentu agar
sistem informasi manajemen tersebut berjalan efektif. Salah satunya adalah
dilaksanakan sesuai dengan fungsi dari sistem informasi manajemen. Berkaitan
dengan hal tersebut, Barry E. Cushing (1986 : 13) Sistem Informasi untuk
menyelenggarakan :
1) Pengumpulan dan pengolahan data dengan cara yang efisien.
2) Penyiapan informasi yang teliti dan dapat diandalkan.
3) Penyiapan informasi yang tepat pada waktunya agar supaya bermanfaat
bagi manajemen.
4) Pengolahan data dan penyiapan informasi dengan biaya lebih murah
(rendah) daripada manfaat yang timbul daripadanya dan
5) Koordinasi yang efektif antara manusia dan mesin selama siklus
pengolahan data.

Sistem Informasi Manajemen adalah kunci dari bidang yang menekankan


finansial dan personal manajemen. Sistem Informasi adalah Proses yang
menjalankan fungsi mengumpulkan, memproses, menyimpan, menganalisis, dan
menyebarkan informasi untuk kepentingan tertentu; kebanyakan SI
dikomputerisasi.

-4-
2. Tujuan Sistem Informasi Manajemen

Menurut Murdick, Ross dan Clagget : The Objective of an MIS is to provide


information for decision making on planning, initiating, organizing and
controlling the operations of the sub system of the firm and to provide a
synergistic organization in the process. Dari tujuan tersebut terdapat 3 sistem
yang berhubungan :
1) Social System yang disebut organisasi.
2) Sistem of management yang dipergunakan dalam prakteknya untuk
meningkatkan operasi-operasi dan produktivitas dari suatu organisasi dan
sub-sub sistemnya.
3) Management Information System yang menyelenggarakan informasi untuk
pengambilan keputusan dengan memperhatikan integritas dari suatu
organisasi melalui proses manajemen.
Selanjutnya Bridgemen dan Green menyatakan bahwa SIM dapat disamakan
dengan susunan syaraf yang akan membantu manajemen untuk merasakan
ketidakseimbangan yang terjadi, mengawasi organisasi secara efektif tetapi
manajemen masih tetap merupakan otaknya.

3. Konsep Pengambilan Keputusan

Menurut Terry (dalam Ibnu Syamsi, 1995: 5) pengambilan keputusan adalah


tindakan pimpinan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam organisasi
yang dipimpinnya dengan melalui pemilihan satu di antara alternatif-alternatif
yang dimungkinkan Hakikatnya pembuatan keputusan adalah suatu pendekatan
yang sistematis terhadap hakikat alternatif yang dihadapi, dan mengambil
tindakan yang tepat. Sedangkan menurut Siagian (dalam Ibnu Syamsi, 1995: 5)
pada hakikatnya pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan terhadap
hakikat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan data, penentuan yang matang
dari alternative yang dihadapi dan pengambil tindakan yang paling tepat.
Sedangkan menurut Redford (1981 : 11) mengatakan bahwa pengambilan
keputusan merupakan suatu proses yang mencakupi beberapa tahap yang saling
terjalin, dan bukanlah merupakan suatu perbuatan yang terpisah. Intinya

-5-
pengambilan keputusan berkaitan suatu proses yang merupakan langkah dari
pengambil keputusan.
Jadi pada hakekatnya, “pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan
yang sistematis terhadap hakekat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan
data, penentuan yang matang dari alternatif yang dihasilkan dan mengambil
tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat”.
Dengan perkataan lain : Pengambilan Keputusan adalah suatu teknik untuk
memecahkan suatu masalah dengan menggunakan teknik-teknik ilmiah.

4. Dasar dan Faktor Pengambilan Keputusan

Dalam prakteknya pengambilan keputusan sangat tergantung dari macam


permasalahan yang dihadapinya, namun juga sangat tergantung pada individu
yang membuat keputusan. Terry (dalam Ibnu Syamsi, 1995: 16-23)
mengemukakan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut:
1) Pengambilan keputusan berdasarkan intuisi
2) Pengambilan keputusan rasional
3) Pengambilan keputusan berdasarkan fakta
4) Pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman
5) Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang

Sedangkan faktor-faktor pengambilan keputusan Ibnu Syamsi (1995: 23)


adalah :
1) Keadaan intern organisasi
2) Tersedianya informasi yang dibutuhkan
3) Keadaan ekstern organisasi
4) Kepribadian dan kecakapan pengambil keputusan

5. Model Pengambilan Keputusan

Salah satu pengarang pertama yang melukiskan proses pengambilan


keputusan Pengarang pertama adalah John Dewey (dalam Redford, 1981 : 11)
Karyanya dikarang pada tahun 1910, ia mengemukakan bahwa proses pemecahan

-6-
masalah dapat dipandang terdiri atas 3 (tiga) tahap, yaitu jawaban atas tiga
pertanyaan :
1) Apa masalahnya ?
2) Bagaimana masing-masing alternatifnya ?
3) Alternatif yang manakah yang lebih unggul ?

Selanjutnya Model yang paling terkenal dan bermanfaat ialah model dari
Herbert A Simon.(Redford. 1981 : 11) Model ini terdiri atas 3 (tiga) tahap yang
dapat diperinci sebagai berikut :

1) Intelligence (Penyelidikan) :
Lingkungan intern dan ekstern dari pengambil keputusan diselidiki untuk
menemukan kondisi yang memerlukan keputusan, lalu dikumpulkan informasi
tentang aneka kondisi itu.

2) Design (Disain/Perancangan) :
Berbagai macam tindakan yang tersedia pada para pengambil keputusan itu
ditetapkan lalu dianalisa setelah melacak problematik pemecahan potensial bagi
masing-masing masalah keputusan.

3) Choice (Pilihan) :
Salah satu langkah tindakan itu dipilih untuk dilaksanakan atas dasar penilaian
tentang keefektifannya guna mencapai sasaran.
Jadi proses keputusan dapat dianggap sebagai sebuah arus dari intelijen
sampai disain dan kemudian pilihan. Tetapi pada setiap tahap hasilnya mungkin
dikembalikan ke tahap sebelumnya untuk dimulai lagi. Tahapan tersebut
merupakan unsur-unsur sebuah proses yang berkesinambungan, misal : pilihan
mungkin menolak semua alternatif dan kembali ke tahap perancangan untuk
menerbitkan pemecahan tambahan.

-7-
Jelasnya dapat terlihat dari bagan Arus / Proses Keputusan sebagai berikut:

Intelligence

Design

Choice

Dalam suatu karya kemudian Simon menambahkan tahap yang keempat


yang disebutnya tahap Review atau tahap Peninjauan.
Tahap peninjauan ini mencakupi suatu proses penilaian terhadap pilihan-
pilihan terdahulu, untuk mempertimbangkan kemungkinan penyesuaian terhadap
pendekatan yang telah diterapkan sebagai persiapan untuk kegiatan pengambilan
keputusan selanjutnya. Tahap keempat ini merupakan suatu penyesuaian terhadap
teknik-teknik pengambilan keputusan umumnya, dan bukan merupakan bagian
dari proses yang diterapkan terhadap situasi keputusan khas tertentu.
Cara lain untuk menjelaskan proses pengambilan keputusan dalam arti
suatu kegiatan berkesinambungan yang digerakkan oleh sebuah sasaran mengubah
sistem (usaha, bagian, dan sebagainya) dari keadaan sekarang menjadi suatu
keadaan baru. Keadaan yang diharapkan atau tujuan mengakibatkan suatu
pencarian cara mencapainya. Proses ini sering disebut means-end analysis atau
analisis cara tujuan.
Beberapa model pengambilan keputusan lebih banyak menekankan pada
feedback hasil keputusan. Misal : Rubenstein dan Haberstroh mengusulkan
langkah-langkah sebagai berikut :
1) Pengenalan persoalan atau kebutuhan untuk pengambilan keputusan.
2) Analisis dan penetapan alternatif-alternatif.
3) Pemilihan diantara alternatif yang ada.
4) Komunikasi dan pelaksanaan keputusan.
5) Langkah lanjut dan umpan balik hasil keputusan.

-8-
Suatu uraian lebih terperinci mengenai proses pengambilan keputusan adalah
yang dikemukakan oleh Eilon. Ia melukiskannya dalam 8 (delapan) tahap :
1) Masukan (input) informasi.
2) Analisis dari informasi yang tersedia.
3) Spesifikasi tolok ukur dari prestasi dan biaya.
4) Pembuatan model tentang situasi keputusan.
5) Perumusan beraneka alternatif (atau strategi) yang tersedia bagi pengambil
keputusan.
6) Peramalan mengenai hasil masing-masing alternatif.
7) Perincian kriteria pilihan diantara berbagai alternatif.
8) Penjelasan pemecahan situasi keputusan.

Model Simon maupun Eilon keduanya menyajikan suatu kerangka awal untuk
mempertimbangkan proses keputusan dan memberi gambaran tentang urutan
tindakan yang perlu dilakukan sebelum situasi keputusannya dapat diselesaikan.

6. Peranan Sistem Informasi Manajemen dalam Pengambilan Keputusan


seorang Manajer

Setiap organisasi membutuhkan sistem informasi manajemen untuk


membantu manajer dalam mengambil berbagai macam keputusan yang
dibutuhkan. Sistem informasi berperan dalam proses pengambilan keputusan
operasional harian (perencanan jangka pendek) sampai perencanaan jangka
panjang. Pengambilan keputusan merupakan suatu proses yang mencakup
beberapa tahap yang saling terjalin, dan bukanlah merupakan suatu perbuatan
yang terpisah.
Salah satu model pengambilan keputusan adalah Model Herbert A Simon.
Model Simon adalah relevan bagi perancangan Sistem Informasi Manajemen.
Relevansi ini diuraikan untuk ketiga tahap model Simon sebagai berikut :

-9-
Tahap Pengambilan Keputusan Relevansi dengan SIM
1.Intelligence : Proses pencarian melibatkan suatu
a. Persepsi dan perumusan pengujian data baik dalam cara yang telah
situasi ditentukan dahulu, maupun dalam cara
b. Menyusun model situasi khusus.
c. Menentukan tolok ukur SIM harus menyediakan kedua fasilitas
kuantitatif atas keuntungan tersebut.
dan biaya yang tepat SI-nya sendiri harus memeriksa semua
mengenai situasi yang sedang data dan menimbulkan suatu permintaan
dibahas uji pada manusia atas situasi yang jelas
menuntut perhatian.
Baik SIM maupun organisasi harus
menyediakan saluran komunikasi untuk
persoalan yang diterima agar dialirkan ke
atas dalam organisasi sampai diambil
suatu tindakan terhadapnya.

2. Design : SIM harus memiliki model-model


Spesifikasi aneka alternatif yang keputusan untuk mengolah data dan
tersedia menimbulkan pilihan pemecahan. Model
tersebut harus membantu menganalisis
alternatif

3. Choice : Sebuah SIM adalah paling efektif bila


a. Evaluasi keuntungan biaya hasil rancangan disajikan dalam suatu
dari beberapa kemungkinan bentuk yang mendorong keputusan.
langkah tindakan yang Jika pilihan telah diambil, peranan SIM
tersedia berubah menjadi pengumpulan data untuk
b. Menentukan kriteria guna feedback dan penaksiran kelak.
memilih antara berbagai cara
penanganan
c. Pemecahan dari situasi
keputusan
Sumber ; RM Sanoesi, 2000

- 10 -
Berdasarkan hal tersebut, maka SIM yang berkaitan dengan pengambilan
keputusan seorang manajer dapat dibagi kedalam 4 (empat) tingkatan dan
dilukiskan seperti piramida yang bertingkat empat sebagai berikut :

I
MIS for strategic
and policy planning
and decision making

II
Management Information for
tactical planning and decision making

III
Management Information for operational planning,
decision making and control

IV
Transaction processing inquiry response.

Sumber : Davis dan Olson, 1999

Berdasarkan gambaran di atas maka dapat dikatakan bahwa Top manajemen


memiliki tipe informasi yang lebih terfilter dibanding yang lain, karena seorang
top manajemen hanya memerlukan ringkasan dari informasi yang digunakan
sebagai pengambilan keputusan yang sangat berkualitas dan sangat strategis (jauh
kedepan) dan mempengaruhi keseluruhan struktur organisasi.
Sedangkan Middle manajemen memiliki tipe informasi yang terfilter
dikarenakan seorang middle manajemen harus dapat mengakomodir beberapa
informasi yang diterima dari lower manajemen dan bertindak secara taktis atau
bisa dibilang mampu mengimplementasikan suatu keputusan melalui program
kerja untuk mencapai tujuan dari keputusan Top Manajemen.
Lower manajemen memiliki tipe informasi lebih terinci karena Lower manajemen
adalah pusat informasi dan bekerja secara teknis untuk membuat dan mengolah
informasi yang ada untuk mendukung pengambilan keputusan dan bersifat
kuantitatif.

- 11 -
Dengan memperhatikan tingkatan system informasi, maka management
memerlukan kerangka standarisasi, klasifikasi, generalisasi dan penyaringan
informasi, yang perlu disesuaikan dengan kebutuhan tingkat informasi tersebut.
Kegiatan Sistem informasi di atas dapat dijabarkan sebagai berikut :
Kegiatan perencanaan dan pengendalian manajemen dibagi atas tiga
macam yaitu: kontrol operasional, kontrol manajemen, dan perencanaan stategi.
Pengendalian operasional adalah proses penempatan agar kegiatan operasional
dilaksanakan secara efektif dan efisien. Pengendalian operasional menggunakan
prosedur dan aturan keputusan yang telah ditentukan lebih dahulu dalam jangka
waktu yang relatif pendek. Dukungan pengolahan untuk pengendalian operasional
terdiri atas: pengolahan transaksi, pengolahan laporan, dan pengolahan
pertanyaan. Ketiga jenis pengolahan berisikan berbagai macam pembuatan
keputusan yang melaksanakan aturan keputusan yang telah disetujui atau
menyajikan suatu keluhan yang mengeluarkan yang akan diambil (Gordon,1999)

Perencanaan Strategik adalah perencanaan yang berhubungan dengan proses


penetapan tujuan, pengalokasian sumber-sumber untuk mencapai tujuan itu dan
kebijakan yang dipakai sebagai pedoman untuk memperoleh, menggunakan, atau
menghilangkan hal-hal tersebut. Perencanaan strategik cenderung untuk
dipusatkan pada masalah-masalah yang tidak terstruktur yang melibatkan
variabel-variabel yang jumlahnya banyak dan parameternya tidak pasti. Kadang-
kadang perencanaan ini disebut perencanaan tingkat normatif karena keputusan
yang dibuat tidak didasarkan pada data statistik, tetapi pada pertimbangan
(judgment) dari para perencana.

Rencana Strategis yang sudah rampung akan meliputi sasaran-sasaran yang jelas,
yang berhubungan dengan :
1) Bidang usaha yang dipilih
2) Pasar produk dan jasa yang dipilih dan luas daerah yang dibutuhkan bagi
setiap pasar.
3) Hasil investasi bagi setiap bidang usaha, pasar dan produk, dan sasaran
yang terinci bagi setiap lapangan yang merupakan penghasil pokok.

- 12 -
4) Keputusan mengenai penarikan modal (investasi) dari aktivitas yang tidak
menguntungkan atau aktivitas yang tidak lagi sesuai dengan bentuk
perusahaan yang direncanakan.
5) Keputusan mengenai diversifikasi melalui :
a) Riset dan pengembangan atau
b) Merger atau akuisisi atau kedua-duanya.
6) Alokasi sumber-sumber kepada setiap unsur strategi dan suatu jadwal
hasil.

Rencana strategis merencanakan di muka mengenai bagaimana caranya


menggerakkan atau memanfaatkan sumber-sumber agar kesempatan-kesempatan
dalam pasar dan produk dapat dieksploitasikan seoptimal mungkin.

Perencanaan Manajerial adalah perencanaan yang ditujukan untuk


mengarahkan jalannya pelaksanaan, sehingga tujuan yang telah ditetapkan itu
dapat dicapai secara efektif dan efisien. Perencanaan ini menggunakan data
statistik dan sebagian pertimbangan akal sehat (common sense) serta mempunyai
cakupan semua aspek operasi sistem yang harus mematuhi kebijakan-kebijakan
yang telah ditetapkan pada tingkat perencanaan strategik.

Perencanaan Operasional adalah perencanaan yang memusatkan perhatian pada


apa yang akan dikerjakan pada tingkat pelaksanaan di lapangan dari suatu rencana
manajerial. Perencanaan ini bersifat spesifik dan berfungsi untuk memberikan
petunjuk konkrit tentang bagaimana suatu program atau proyek harus
dilaksanakan menurut aturan, prosedur, dan ketentuan lain yang telah ditetapkan
secara jelas sebelumnya. Perencanaan ini tidak banyak meminta pertimbangan
individual (individual judgment) karena berdasarkan pada data kuantitatif yang
dapat diukur.
Sebagai contoh pada suatu perusahaan Informasi pengendalian manajemen
diperlukan oleh berbagai manajer bagian, pusat laba dan sebagainya untuk
mengukur prestasi, memutuskan tindakan pengendalian, merumuskan aturan
keputusan baru untuk ditetapkan personalian operasional dan mengalokasikan

- 13 -
sumber daya. Proses pengendalian manajemen memerlukan jenis informasi yang
berkaitan dengan tingkat ketelitian yang lebih tinggi menyangkut: pelaksanaan
yang direncanakan, alasan adanya perbedaaan, dan analisa atas keputusan atau
arah tindakan yang mungkin.
Perencanaan strategi mengembangkan strategi sebagai sarana suatu
organisasi untuk mencapai tujuannya. Kegiatan perencanaan strategi tidak
mempunyai keteraturan meskipun sebenarnya bisa dijadwalkan dalam periode
waktu yang relatif panjang. Informasi yang dibutuhkan haruslah memberikan
gambaran yang lengkap dan menyeluruh, walaupun tidak mempunyai ketelitian
yang tinggi.
1) Keputusan mengenai penarikan modal (investasi) dari aktivitas yang tidak
menguntungkan atau aktivitas yang tidak lagi sesuai dengan bentuk
perusahaan yang direncanakan.
2) Keputusan mengenai diversifikasi melalui :
c) Riset dan pengembangan atau
d) Merger atau akuisisi atau kedua-duanya.
3) Alokasi sumber-sumber kepada setiap unsur strategi dan suatu jadwal
hasil.

Rencana strategis merencanakan di muka mengenai bagaimana caranya


menggerakkan atau memanfaatkan sumber-sumber agar kesempatan-kesempatan
dalam pasar dan produk dapat dieksploitasikan seoptimal mungkin.

Perencanaan Manajerial adalah perencanaan yang ditujukan untuk


mengarahkan jalannya pelaksanaan, sehingga tujuan yang telah ditetapkan itu
dapat dicapai secara efektif dan efisien. Perencanaan ini menggunakan data
statistik dan sebagian pertimbangan akal sehat (common sense) serta mempunyai
cakupan semua aspek operasi sistem yang harus mematuhi kebijakan-kebijakan
yang telah ditetapkan pada tingkat perencanaan strategik.

Perencanaan Operasional adalah perencanaan yang memusatkan perhatian pada


apa yang akan dikerjakan pada tingkat pelaksanaan di lapangan dari suatu rencana

- 14 -
manajerial. Perencanaan ini bersifat spesifik dan berfungsi untuk memberikan
petunjuk konkrit tentang bagaimana suatu program atau proyek harus
dilaksanakan menurut aturan, prosedur, dan ketentuan lain yang telah ditetapkan
secara jelas sebelumnya. Perencanaan ini tidak banyak meminta pertimbangan
individual (individual judgment) karena berdasarkan pada data kuantitatif yang
dapat diukur.
Informasi pengendalian manajemen diperlukan oleh berbagai manajer
bagian, pusat laba dan sebagainya untuk mengukur prestasi, memutuskan tindakan
pengendalian, merumuskan aturan keputusan baru untuk ditetapkan personalian
operasional dan mengalokasikan sumber daya. Proses pengendalian manajemen
memerlukan jenis informasi yang berkaitan dengan tingkat ketelitian yang lebih
tinggi menyangkut: pelaksanaan yang direncanakan, alasan adanya perbedaaan,
dan analisa atas keputusan atau arah tindakan yang mungkin.
Perencanaan strategi mengembangkan strategi sebagai sarana suatu
organisasi untuk mencapai tujuannya. Kegiatan perencanaan strategi tidak
mempunyai keteraturan meskipun sebenarnya bisa dijadwalkan dalam periode
waktu yang relatif panjang. Informasi yang dibutuhkan haruslah memberikan
gambaran yang lengkap dan menyeluruh, walaupun tidak mempunyai ketelitian
yang tinggi.

- 15 -
Selanjutnya tipe sistem informasi manajemen dapat dijabarkan sebagai
berikut :

Dalam mendukung kegiatan pengambilan keputusan dalam organisasi


diperlukan keamanan informasi. Keamanan informasi terdiri dari perlindungan
terhadap aspek-aspek berikut:
1) Confidentiality (kerahasiaan) aspek yang menjamin kerahasiaan data atau
informasi, memastikan bahwa informasi hanya dapat diakses oleh orang
yang berwenang dan menjamin kerahasiaan data yang dikirim, diterima
dan disimpan.
2) Integrity (integritas) aspek yang menjamin bahwa data tidak dirubah tanpa
ada ijin fihak yang berwenang (authorized), menjaga keakuratan dan
keutuhan informasi serta metode prosesnya untuk menjamin aspek
integrity ini.
3) Availability (ketersediaan) aspek yang menjamin bahwa data akan tersedia
saat dibutuhkan, memastikan user yang berhak dapat menggunakan
informasi dan perangkat terkait (aset yang berhubungan bilamana
diperlukan).

- 16 -
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Sistem Informasi Manajemen (SIM) merupakan sistem yang dibutuhkan


dalam kegiatan organisasi. Hal ini dilakukan karena organisasi atau perusahaan
semakin lama semakin komplek. Serta terjadinya perubahan radikal yang terjadi
dalam suatu organisasi.
SIM diperlukan suatu organisasi selain berkaitan dengan kegiatan operasi
juga dapat mendukung pengambilan keputusan seorang manajer. Proses
pengambilan keputusan berkaitan dengan penyelidikan, rancangan dan pilihan
serta dilakukan suatu evaluasi atau review.
Untuk itu pengambilan keputusan ini memerlukan suatu data yang up to
date (segar), dapat dipertanggungjawabkan dan dapat menjangkau semua level
dalam organisasi. Masing-masing level manajer memerlukan informasi dibedakan
berdasarkan tingkatan yang ada. Hal yang membedakan lainnya hanyalah dilihat
dari tinbgkat standarisasik, klasifikasi, generalisasi dan penyaringan informasi.
Oleh karena itu perlu adanya keamanan informasi. Hal ini berkaitan
dengan kerahasiaan informasi yang diperoleh oleh seorang manajer, integritas dan
adanya ketersediaan informasi.

- 17 -
DAFTAR PUSTAKA

Cushing, Barry E. 1986. Accounting Information System and Business


Organization, 3rd Edition. Diterjemahkan oleh Drs. Ruchyat Kosasih.
Jakarta : Erlangga.
Davis B, Gordon. 1984. Management Information Systems Conceptual
Foundation , Structure, and Development, 2nd Edition. Mc. Graw Hill
Kogakusha Ltd., Tokyo.
Ibnu Syamsi. 1995. Pengambilan Keputusan dan Sistem Informasi. Bumi Aksara.
Jakarta
Jogianto, 1992. Pengendalian Komputer. Yogyakarta : Andi Offset.
Melwin Syafrizal. 2009. ISO 17799: Standar Sistem Manajemen Keamanan
Informasi.------------
Moekijat, 1988. Pengantar Sistem Informasi Manajemen. Bandung : CV Remadja
Karya.
Murdick, Robert G dkk. 1986. Information Systems For Modern
Management. Diterjemahkan oleh J. Djamil. Jakarta : Erlangga.
Radford K.J. 1981. Modern managerial Decision Making. Reston Publishing
Company, Inc. York University.
RM Sanoesi, 2000. Diktat Sistem Informasi Manajemen Bisnis. -----------------,
Bandung
Scott, George M. 1995. Principles Of Management Information System.
Diterjemahkan oleh
Achmad Nashir Budiman Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

- 18 -

Anda mungkin juga menyukai