Anda di halaman 1dari 1

Rumitnya Pengurusan Perizinan Indikasi dari Kolusi

Oleh Annisa Diah Dwi Cendikia (160565201048)

Terhambatnya perkembangan bisnis properti di wilayah kota Batam akibat rumitnya


pengurusan perizinan yang harus melibatkan dua instansi yakni Pemerintah Kota Batam dan
Badan Pengusahaan (BP) Batam, sungguh memprihatinkan. Setidaknya ada 22 izin yang
harus diurus oleh pengembang bisnis properti, khususnya Izin Peralihan Hak (IPH) yang
dianggap belum cukup baik sehingga membuat bisnis properti tidak berkembang.

Hal ini sangat bertentangan dengan kebijakan Presiden yang menginginkan


pemangkasan perizinan, sungguh tidak sesuai dengan kode etik seorang ASN sesuai pasal 5
huruf b no. 5 yang mengharuskan seorang ASN melaksanakan tugasnya sesuai perintah
atasan atau pejabat yang berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan etika pemerintahan. Seorang ASN harus memiliki loyalitas yang
tinggi terhadap tugas yang diberikan, selama itu tidak bertentangan dengan peraturan
perundangan-undangan. Apalagi bisnis properti ini berkaitan dengan pembangunan rumah
subsidi atau rumah murah yang sangat dibutuhkan oleh warga Batam.

Terkadang, birokrasi yang rumit dan panjang sering mengindikasikan adanya penyakit
di dalam pemerintahan itu sendiri. Terjadinya kasus-kasus kolusi akibat adanya keinginan
untuk memudahkan segala urusan perizinan dalam dunia bisnis antara pejabat dan pengusaha,
tentu sudah melanggar Undang-undang No. 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara
secara keseluruhan.

Peningkatan penerapan kode etik dan nilai dasar ASN sesuai pasal 5 dan 4 Undang-
undang No. 5 Tahun 2014, diharapkan dapat menciptakan birokrasi yang sederhana, jauh dari
kekurangan, serta terciptanya kepastian hukum dan waktu dalam segala urusan perizinan.

Sumber berita : Batam Pos, edisi Minggu, 08 Oktober 2017. “Perizinan Hambat Bisnis
Properti”.

Anda mungkin juga menyukai