Pendidikan Kimia
ARTICLE
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi tentang pengaruh pembelajaran berbasis proyek
terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen
dengan desain penelitian noneqivalent control group design. Sampel penelitian adalah siswa kelas XI SMA semester
genap Tahun Ajaran 2014/2015 yang diambil dengan teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data
diperoleh melalui instrumen tes yang kemudian hasilnya dianalisis menggunakan Uji t. Hasil Uji t instrumen
menunjukkan bahwa thitung sebesar 7,35 lebih besar dari ttabel yaitu 2,0049 dengan taraf signifikansi 5%, maka
hipotesis penelitian yang menyatakan terdapat pengaruh pembelajaran berbasis proyek terhadap kemampuan
berpikir kreatif siswa diterima. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat pengaruh signifikan pada kelas yang
menggunakan pembelajaran berbasis proyek terhadap kemampuan berpikir kreatif pada materi koloid.
Abstract
The aim of this study was to determine the influence of Project Based Learning on creative thinking skills of student
on colloid concept. The method used in this study was quasi experiment with non-equivalent control group design.
The population in this study was second semester students of SMAN 5 in Bekasi of Academic Years 2014/2015.
Samples are class XI MIA-4 as the experimental class (given treatment by project-based learning model), and class
MIA XI-2 as the control class (given treatment by lecture method). Data collection techniques were gained through
an essay test instrument. Data value of the average pretest-posttest control group and experimental group were
analyzed using t-test. The average of pretest score for control class is 19.89 and experiment class is 18.11, while the
average of postest score of control class is 24.5 and experimental class is 29.35. The t-test result showed that tcount
(7.35) was greater than ttable (2.0049) with significance level 5%, so the research hypothesis which states that there
are significant influence of project-based learning to the creative thinking skills of students on colloid concept are
accepted. In order to obtain the greatest number of information about creative thinking skills, when implemented
project based learning must consider several things, that are: time management, formulation of the problem, step of
project work, and assessment systems should be informed to the students in a clear and focused so that students can
understand and have a passion in running the project.
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk dalam mengahadapi era globalisasi. Siswa yang
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, memiliki kemampuan berpikir kreatif yang tinggi
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak akan kreatif dalam mengahadapi segala persoalan.
mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, Salah satu model pembelajaran yang sesuai dalam
masyarakat, bangsa dan negara” [1]. pembelajaran kimia adalah model pembelajaran
Berdasarkan tujuan pendidikan nasional di berbasis proyek. Melalui pembelajaran berbasis
atas, maka pendidikan merupakan jalan yang proyek, kreativitas dan motivasi siswa akan
sangat efektif untuk mencetak masyarakat yang meningkat [6]. Pembelajaran berbasis proyek
cerdas baik dari sisi intelligence, emotional, adalah sebuah model pembelajaran yang inovatif
maupun spiritual. Depdiknas menyatakan bahwa dan lebih menekankan pada belajar kontekstual
hakikat IPA meliputi empat unsur, yaitu sikap, melalui kegiatan-kegiatan. Fokus pembelajaran
proses, produk, aplikasi. Pada proses terletak pada prinsip dan konsep inti suatu disiplin
pembelajaran IPA keempat unsur tersebut ilmu, melibatkan siswa untuk menginvestigasi
diharapkan dapat muncul, sehingga siswa dapat pemecahan masalah dan kegiatan tugas-tugas
mengalami proses pembelajaran secara utuh, bermakna yang lain, memberi kesempatan siswa
memahami pengetahuan melalui kegiatan ilmiah bekerja secara otonom dalam mengkontruksi
[2]. Kimia yang juga termasuk satu rumpun IPA pengetahuan mereka sendiri, dan mencapai
juga harus mengembangkan empat unsur tersebut. puncaknya untuk mengahasilkan produk nyata [6].
Dengan modal inilah bangsa Indonesia dapat Pembelajaran IPA menekankan pada pengalaman
menjadi negara yang maju. Salah satu tempat langsung untuk mengembangkan kompetensi agar
terjadinya proses pendidikan adalah sekolah. peserta didik mampu memahami alam sekitar
Sekolah menjadi institusi resmi untuk melalui proses “mencari tahu” dan “berbuat”, hal
mengembangkan semua unsur tersebut. Salah satu ini akan membantu siswa untuk memperoleh
faktor yang mempengaruhi kesuksesan proses pemahaman konsep yang lebih mendalam [2]. Hal
pendidikan di sekolah adalah kegiatan belajar inilah yang membuat keterkaitan antara model
mengajar [3]. pembelajaran berbasis proyek dengan
Kegiatan belajar mengajar adalah inti pembelajaran IPA. Selain itu, melalui tahapan
kegiatan dalam pendidikan. Dalam kegiatan model pembelajaran berbasis proyek diharapkan
belajar mengajar akan melibatkan semua dapat mengembangkan kemampuan berpikir
kompenen pengajaran, kegiatan belajar akan kreatif siswa. Pada tahapan perencanaan proyek,
menentukan sejauh mana tujuan yang telah kemampuan berpikir kreatif yang dikembangkan
ditetapkan dapat tercapai. Dalam kegiatan belajar adalah berpikir lancar, luwes, orisinal dan menilai.
mengajar, guru dan anak didik terlibat dalam Pada tahapan pelaksanaan proyek, kemampuan
sebuah interaksi dengan bahan pelajaran sebagai berpikir kreatif yang dikembangkan adalah
mediumnya. Dalam interaksi itu anak didiklah berpikir lancar. Pada tahapan penyelidikan
yang lebih aktif, bukan guru. Guru hanya berperan terbimbing dan pembuatan produk, kemampuan
sebagai motivator dan fasilitator. Namun, pada berpikir kreatif yang dikembangkan adalah
pembelajaran IPA guru cenderung berceramah berpikir memperinci. Selanjutnya, pada tahapan
atau menjelaskan sedangkan siswa mendengarkan kemampuan kesimpulan proyek, kemampuan
ataupun mencatat [4]. Hal inilah yang membuat berpikir kreatif yang dikembangkan adalah
siswa kurang didorong untuk mengembangkan berpikir menilai. Salah satu penelitian yang
keterampilan untuk berpikir khususnya mendukung yaitu penelitian yang dilakukan oleh
keterampilan berpikir kreatif. Padahal, menurut Satria Mihardi, dkk hasilnya menunjukkan
Munandar (2011) berpikir kreatif adalah kemampuan berpikir kreatif dalam model
kemampuan yang mencerminkan kelancaran, pembelajaran berbasis proyek lebih baik
keluwesan (fleksibilitas), dan orisinalitas dalam dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.
berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi Ini membuktikan proses dalam model
(mengembangkan, memperkaya, memperinci) pembelajaran berbasis proyek efektif untuk
suatu gagasan [5]. Hal ini tentu sangat diperlukan
mengembangkan kemampuan berpikir kreatif Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap,
siswa [7]. yaitu pada tanggal 9 sampai 20 Februari 2015 di
Salah satu materi kimia adalah koloid. kelas XI IPA SMA. Sampel pada penelitian ini
Berdasarkan standar kompetensi koloid yaitu adalah kelas XI MIA-4 sebagai kelas eksperimen,
“menjelaskan sistem dan sifat koloid serta dan kelas XI MIA-2 sebagai kelas kontrol.
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari” dan Data kemampuan keterampilan berpikir
kompetensi dasar yaitu “mengelompokkan sifat- kreatif siswa diperoleh dari tes esai yang diberikan
sifat koloid dan penerapannya dalam kehidupan pada pretest dan posttest. Data yang diperoleh
sehari-hari, membuat berbagai sistem koloid kemudian diinterpretasikan kedalam kriteria nilai
dengan bahan-bahan yang ada di sekitarnya serta sebagai berikut: sangat kurang (<21), kurang (21 –
menganalisis sifat-sifat dari sistem koloid yang 40), cukup (41 – 60), baik (61 – 80), dan sangat
dibuat” [8]. Sesuai kompetensi dasar tersebut, baik (81 – 100) [11]. Data penelitian dianalisis
bahwa siswa diarahkan unutuk membuat sistem dengan melakukan uji persyaratan analisis dan uji
koloid dari bahan sekitar dan menganlisis sifat hipotesis. Uji persyaratan analisis terdiri dari uji
koloidnya. Hal inilah yang membuat keterkaitan normalitas dan uji homogenitas. Sedangkan uji
antara model pembelajaran berbasis proyek hipotesis menggunakan uji-t.
dengan materi koloid. Penelitian yang dilakukan
oleh Pradita, et. al (2015) bahwa penerapan model 3. Hasil dan Pembahasan
pembelajaran berbasis proyek pada materi koloid
dapat meningkatkan kualitas pembelajaran [9]. Data jumlah persentase nilai rata-rata
Dengan menggunakan model pembelajaran pretest dan posttest yang diperoleh dari setiap
berbasis proyek dalam materi koloid diharapkan indikator berpikir kreatif pada kelas kontrol dapat
dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dilihat pada gambar 1 berikut.
siswa. Dari pemaparan di atas maka peneliti
tertarik untuk mengkaji bagaimana “Pengaruh
Model Pembelajaran Berbasis Proyek Terhadap 62.91
Rata-rata
Kemampuan Berpikir Kreatif Siwa Pada Materi 51.36
Koloid”.
62
Berpikir Menilai
53
2. Metodologi Penelitian
55
Metode yang digunakan dalam penelitian Berpikir Memperinci
44
Indikator
B O3 𝑂4
postes pretes
indikator berpikir kreatif pada kelas eksperimen kreatif siswa pada materi koloid. Berdasarkan
dapat dilihat pada gambar 2 berikut. hasil uji t, saat model pembelajaran pada kelas
kontrol dan eksperimen belum diterapkan,
pengujian hipotesis terhadap pretest kedua kelas
Rata-rata
47.69
72.28 menunjukkan bahwa Ho diterima, artinya tidak
ada pengaruh kemampuan berpikir kreatif yang
71
Berpikir Menilai
57 signifikan antara kelas kontrol dan eksperimen,
76
dengan thitung lebih kecil dari ttabel (1,24 < 2,0049)
Berpikir Memperinci
34 atau dengan kata lain kelas kontrol dan eksperimen
Indikator
serta penjelasannya). Oleh karena itu, dapat pembelajaran berbasis proyek mengalami
terlihat bahwa siswa yang kreatif mampu peningkatan yang besar dibandingkan kelas
mengembangkan atau menambahkan baik suatu dengan metode konvensional sebagai berikut.
gagasan, produk maupun gambar yang ada secara Pertama, pembelajaran dengan menggunakan
terperinci. model pembelajaran berbasis proyek memberikan
Adapun berpikir orisinal memiliki tiga peluang siswa bekerja secara otonom,
definisi, yaitu mampu melahirkan ungkapan yang mengkonstruk belajar mereka sendiri melalui
baru dan unik, memikirkan cara yang tidak lazim pengalaman yang nyata dan puncaknya
untuk mengungkapkan diri, mampu membuat mengahasilkan produk. Kedua, pembelajaran
kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari berbasis proyek menuntut guru memberikan
bagian-bagian atau unsur-unsur dan pemikiran kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan
yang berasal dari seseorang dengan sendirinya ide-ide dan solusi variatif. Siswa diberikan waktu
bukan plagiasi [15]. Hal ini memungkinkan terjadi dan ruang untuk mengekspresikan ide kreatif yang
karena pada tahapan perencanaan proyek siswa ada dalam diri mereka. Karena sejatinya,
menentukan ide proyek yang kreatif. Berdasarkan kreativitas akan berkembang dalam suasana yang
enam ide proyek koloid makanan yaitu donat memberikan kebebasan untuk merancang dan
kentang, puding oreo, spaghetti sauce, cheese membuat. Ketiga, pemberian penugasan-
cake, devil egg, dan es krim. Berdasarkan kriteria penugasan pada pembelajaran berbasis proyek
penskoran proyek dengan skor maksimal 3 yaitu seperti merancang, mencari sumber, membuat,
kategori produk unik (produk berupa inovasi dan mempresentasikan serta menilai, akan merangsang
berbeda dari kebanyakan)) adalah devil egg. Devil seluruh indra siswa untuk menyelesaikan tugas-
egg adalah makanan koloid berupa olahan tugas maupun permasalahan yang ditemukan oleh
mayonaise dengan campuran daging dan kuning siswa saat pembelajaran. Apabila siswa mampu
telur yang disajikan dalam belahan telur matang. menyelesaikan permasalahan yang mereka
Oleh karena itu, dapat terlihat bahwa siswa yang temukan, maka secara tidak langsung dapat
kreatif memilki ide produk yang orisinal yaitu melatih kemampuan berpikir kreatif siswa.
berbeda dari kebanyakan orang lain. Munandar Pembahasan di atas sesuai dengan prinsip
(2011) menambahkan bahwa sesungguhnya apa dari model pembelajaran berbasis proyek yaitu
yang diciptakan itu tidak perlu hal-hal yang baru memfokuskan pembelajaran pada suatu disiplin
sama sekali, tetapi juga merupakan gabungan ilmu, melibatkan siswa dalam investigasi
(kombinasi) dari hal-hal yang sudah ada pemecahan masalah dan kegiatan tugas-tugas
sebelumnya [15]. bermakna yang lain, memberi siswa bekerja secara
Pada indikator berpikir luwes memiliki otonom dalam mengkonstruksi pengetahuan
perbedaan persentase sebesar 14%. Hal ini karena mereka sendiri, dan mencapai puncaknya untuk
berpikir luwes hanya dikembangkan pada sub menghasilkan produk nyata sehingga melalui
tahapan mengatur sumber belajar. Selain itu, pembelajaran kerja proyek, kreativiatas dan
terdapat indikator yang memiliki perbedaan motivasi siswa akan meningkat [6].
persentase yang kecil yaitu indikator berpikir Betapa pentingnya pengembangan
lancar. Perbedaan persentasenya hanya 6% antara kreativitas dalam sistem pendidikan ditekankan
kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Hal ini oleh pemerintah dalam ketetapan MPR-RI No.
memungkinkan terjadi karena pada kelas kontrol 11/MPR/1983 tentang Garis-garis Besar Haluan
juga diberikan lembar kerja siswa seperti kelas Negara sebagai berikut: “Sistem pendidikan perlu
eksperimen. Lembar kerja siswa tersebut juga disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan di
berisi pertanyaan yang memicu berpikir lancar, segala bidang yang memerlukan jenis-jenis
contohnya: “Jika Anda diminta membedakan keahlian dan keterampilan serta dapat sekaligus
antara larutan dan koloid, apa yang akan Anda meningkatkan produktivitas, kreativitas, mutu dan
lakukan? Jelaskan!”. efisiensi kerja”. Oleh karena itu, hendaknya sistem
Ada beberapa alasan yang memungkinkan pendidikan dapat merangsang pemikiran, sikap,
kemampuan berpikir kreatif dengan model dan perilaku kreatif-produktif, disamping
pemikiran logis dan penalaran [15]. Dan salah satu bahwa model pembelajaran berbasis proyek
model pembelajaran yang dapat meningkatkan berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kreatif
kemampuan berpikir kreatif siswa adalah model siswa.
pembelajaran berbasis proyek, terlihat pada hasil Adapun saran untuk mendapatkan
penelitian yang dilakukan oleh Yulistyana Pradita, kemampuan berpikir kreatif yang maksimal, maka
dkk yang menunjukkan adanya peningkatan pembelajaran berbasis proyek yang dilaksanakan
kreativitas dari 57,14 % pada siklus I menjadi dalam proses pembelajaran harus memperhatikan
66,67 % pada siklus II [9]. beberapa hal, antara lain: (1) Manajeman waktu
yang baik, (2) Perumusan masalah, langkah kerja
4. Kesimpulan proyek, dan sistem penilaian harus diinformasikan
kepada siswa secara jelas dan terarah agar siswa
Berdasarkan hasil uji hipotesis, diperoleh dapat mengerti dan memiliki semangat dalam
data bahwa thitung lebih besar dari ttabel (7,35 2,00) menjalankan proyek, (3) Tidak hanya kemampuan
yang artinya H1 diterima, sehingga dapat diketahui berpikir kreatif yang dapat dinilai pada
bahwa terdapat pengaruh kemampuan berpikir pembelajaran berbasis proyek, sehingga penilaian
kreatif antara kelas kontrol dan kelas eksperimen lain dapat dilakakan, seperti penilaian proses dan
setelah adanya perlakuan berupa model produk.
pembelajaran berbasis proyek terhadap kelas
eksperimen. Dengan demikan dapat disimpulkan
Daftar Pustaka
[2] Zulfiani, Feronika T, Suhartini K. Strategi Pembelajaran Sains. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
Jakarta, 2009.
[3] Djamarah, Bahri S, Zain A. Strategi Belajar Mengaja. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta,
2006.
[4] Wiyanto -, Wiyanto -, Sopyan A, et al. Potret Pembelajaran Sains Di Smp Dan Sma. J Pendidik Fis
Indones 2012; 4: 63–66.
[5] Munandar U. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rinerka Cipta, 2011.
[6] Wena M. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011.
[7] Mihardi S, Harahap MB, Sani RA. The Effect of Project Based Learning Model with KWL
Worksheet on Student Creative Thinking Process in Physics Problems. J Educ Pract 2013; 4: 188–
200.
[9] Yulistyana Pradita & Bakti Mulyani & Tri Redjeki. Penerapan Model Pembelajaran Project Based
Learning untuk Meningkatkan Prestasi Belajar dan Kreativitas Siswa Pada Materi Pokok Sistem
Koloid Kelas XI IPA Semester Genap Madrasah Aliyah Negeri Klaten Tahun Pelajaran 2013/2014.
J Pendidik Kim Progr Stud Pendidik Kim Univ Sebel Maret 2015; 4: 89–96.
[11] Arikunto S, Jabar CSA. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2004.
[12] Daryanto. Strategi dan Tahapan Mnegajar Bekal Ketterampilan Dasar Bagi Guru. Bandung: CV
Yrama Widya, 2013.
[13] Evertson CM, Weinstein CS. Classroom Management as a Field Inquiry. 2011.
[14] De BE. Revolusi Berpikir Edward De Bono. Bandung: Mizan Pustaka, 2007.
[15] Munandar U. Mengembangkan Bakat dan Kreatifitas Anak Sekolah: Penuntun bagi Guru dan
Orang Tua. Jakarta: PT.Grasindo, 1999.