Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Riset

Pendidikan Kimia

ARTICLE

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK TERHADAP KEMAMPUAN


BERPIKIR KREATIF SISWA PADA MATERI KOLOID
Desy Kumalasari1, Burhanudin Milama1, Evi Sapinatul Bahriah1
1
Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah, Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat 15412, Jakarta, Indonesia
Corresponding Author: evi@uinjkt.ac.id

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi tentang pengaruh pembelajaran berbasis proyek
terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen
dengan desain penelitian noneqivalent control group design. Sampel penelitian adalah siswa kelas XI SMA semester
genap Tahun Ajaran 2014/2015 yang diambil dengan teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data
diperoleh melalui instrumen tes yang kemudian hasilnya dianalisis menggunakan Uji t. Hasil Uji t instrumen
menunjukkan bahwa thitung sebesar 7,35 lebih besar dari ttabel yaitu 2,0049 dengan taraf signifikansi 5%, maka
hipotesis penelitian yang menyatakan terdapat pengaruh pembelajaran berbasis proyek terhadap kemampuan
berpikir kreatif siswa diterima. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat pengaruh signifikan pada kelas yang
menggunakan pembelajaran berbasis proyek terhadap kemampuan berpikir kreatif pada materi koloid.

Kata kunci: Pembelajaran Berbasis Proyek; Berpikir Kreatif; Koloid

Abstract
The aim of this study was to determine the influence of Project Based Learning on creative thinking skills of student
on colloid concept. The method used in this study was quasi experiment with non-equivalent control group design.
The population in this study was second semester students of SMAN 5 in Bekasi of Academic Years 2014/2015.
Samples are class XI MIA-4 as the experimental class (given treatment by project-based learning model), and class
MIA XI-2 as the control class (given treatment by lecture method). Data collection techniques were gained through
an essay test instrument. Data value of the average pretest-posttest control group and experimental group were
analyzed using t-test. The average of pretest score for control class is 19.89 and experiment class is 18.11, while the
average of postest score of control class is 24.5 and experimental class is 29.35. The t-test result showed that tcount
(7.35) was greater than ttable (2.0049) with significance level 5%, so the research hypothesis which states that there
are significant influence of project-based learning to the creative thinking skills of students on colloid concept are
accepted. In order to obtain the greatest number of information about creative thinking skills, when implemented
project based learning must consider several things, that are: time management, formulation of the problem, step of
project work, and assessment systems should be informed to the students in a clear and focused so that students can
understand and have a passion in running the project.

Keywords: Project Based Learning, Creative Thinking, Colloid.

1. Pendahuluan Menurut Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun


2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Pendidikan merupakan pilar utama suatu bangsa. menyatakan bahwa: “Pendidikan adalah usaha
Oleh karena itu, pendidikan dapat menjadi salah sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
satu indikator dari keberhasilan suatu bangsa. belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara

Jurnal Riset Pendidikan Kimia, 2017, Vol. 1, No. 1 | 22


Article

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk dalam mengahadapi era globalisasi. Siswa yang
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, memiliki kemampuan berpikir kreatif yang tinggi
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak akan kreatif dalam mengahadapi segala persoalan.
mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, Salah satu model pembelajaran yang sesuai dalam
masyarakat, bangsa dan negara” [1]. pembelajaran kimia adalah model pembelajaran
Berdasarkan tujuan pendidikan nasional di berbasis proyek. Melalui pembelajaran berbasis
atas, maka pendidikan merupakan jalan yang proyek, kreativitas dan motivasi siswa akan
sangat efektif untuk mencetak masyarakat yang meningkat [6]. Pembelajaran berbasis proyek
cerdas baik dari sisi intelligence, emotional, adalah sebuah model pembelajaran yang inovatif
maupun spiritual. Depdiknas menyatakan bahwa dan lebih menekankan pada belajar kontekstual
hakikat IPA meliputi empat unsur, yaitu sikap, melalui kegiatan-kegiatan. Fokus pembelajaran
proses, produk, aplikasi. Pada proses terletak pada prinsip dan konsep inti suatu disiplin
pembelajaran IPA keempat unsur tersebut ilmu, melibatkan siswa untuk menginvestigasi
diharapkan dapat muncul, sehingga siswa dapat pemecahan masalah dan kegiatan tugas-tugas
mengalami proses pembelajaran secara utuh, bermakna yang lain, memberi kesempatan siswa
memahami pengetahuan melalui kegiatan ilmiah bekerja secara otonom dalam mengkontruksi
[2]. Kimia yang juga termasuk satu rumpun IPA pengetahuan mereka sendiri, dan mencapai
juga harus mengembangkan empat unsur tersebut. puncaknya untuk mengahasilkan produk nyata [6].
Dengan modal inilah bangsa Indonesia dapat Pembelajaran IPA menekankan pada pengalaman
menjadi negara yang maju. Salah satu tempat langsung untuk mengembangkan kompetensi agar
terjadinya proses pendidikan adalah sekolah. peserta didik mampu memahami alam sekitar
Sekolah menjadi institusi resmi untuk melalui proses “mencari tahu” dan “berbuat”, hal
mengembangkan semua unsur tersebut. Salah satu ini akan membantu siswa untuk memperoleh
faktor yang mempengaruhi kesuksesan proses pemahaman konsep yang lebih mendalam [2]. Hal
pendidikan di sekolah adalah kegiatan belajar inilah yang membuat keterkaitan antara model
mengajar [3]. pembelajaran berbasis proyek dengan
Kegiatan belajar mengajar adalah inti pembelajaran IPA. Selain itu, melalui tahapan
kegiatan dalam pendidikan. Dalam kegiatan model pembelajaran berbasis proyek diharapkan
belajar mengajar akan melibatkan semua dapat mengembangkan kemampuan berpikir
kompenen pengajaran, kegiatan belajar akan kreatif siswa. Pada tahapan perencanaan proyek,
menentukan sejauh mana tujuan yang telah kemampuan berpikir kreatif yang dikembangkan
ditetapkan dapat tercapai. Dalam kegiatan belajar adalah berpikir lancar, luwes, orisinal dan menilai.
mengajar, guru dan anak didik terlibat dalam Pada tahapan pelaksanaan proyek, kemampuan
sebuah interaksi dengan bahan pelajaran sebagai berpikir kreatif yang dikembangkan adalah
mediumnya. Dalam interaksi itu anak didiklah berpikir lancar. Pada tahapan penyelidikan
yang lebih aktif, bukan guru. Guru hanya berperan terbimbing dan pembuatan produk, kemampuan
sebagai motivator dan fasilitator. Namun, pada berpikir kreatif yang dikembangkan adalah
pembelajaran IPA guru cenderung berceramah berpikir memperinci. Selanjutnya, pada tahapan
atau menjelaskan sedangkan siswa mendengarkan kemampuan kesimpulan proyek, kemampuan
ataupun mencatat [4]. Hal inilah yang membuat berpikir kreatif yang dikembangkan adalah
siswa kurang didorong untuk mengembangkan berpikir menilai. Salah satu penelitian yang
keterampilan untuk berpikir khususnya mendukung yaitu penelitian yang dilakukan oleh
keterampilan berpikir kreatif. Padahal, menurut Satria Mihardi, dkk hasilnya menunjukkan
Munandar (2011) berpikir kreatif adalah kemampuan berpikir kreatif dalam model
kemampuan yang mencerminkan kelancaran, pembelajaran berbasis proyek lebih baik
keluwesan (fleksibilitas), dan orisinalitas dalam dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.
berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi Ini membuktikan proses dalam model
(mengembangkan, memperkaya, memperinci) pembelajaran berbasis proyek efektif untuk
suatu gagasan [5]. Hal ini tentu sangat diperlukan

Jurnal Riset Pendidikan Kimia, 2017, Vol. 1, No. 1 | 23


Article

mengembangkan kemampuan berpikir kreatif Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap,
siswa [7]. yaitu pada tanggal 9 sampai 20 Februari 2015 di
Salah satu materi kimia adalah koloid. kelas XI IPA SMA. Sampel pada penelitian ini
Berdasarkan standar kompetensi koloid yaitu adalah kelas XI MIA-4 sebagai kelas eksperimen,
“menjelaskan sistem dan sifat koloid serta dan kelas XI MIA-2 sebagai kelas kontrol.
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari” dan Data kemampuan keterampilan berpikir
kompetensi dasar yaitu “mengelompokkan sifat- kreatif siswa diperoleh dari tes esai yang diberikan
sifat koloid dan penerapannya dalam kehidupan pada pretest dan posttest. Data yang diperoleh
sehari-hari, membuat berbagai sistem koloid kemudian diinterpretasikan kedalam kriteria nilai
dengan bahan-bahan yang ada di sekitarnya serta sebagai berikut: sangat kurang (<21), kurang (21 –
menganalisis sifat-sifat dari sistem koloid yang 40), cukup (41 – 60), baik (61 – 80), dan sangat
dibuat” [8]. Sesuai kompetensi dasar tersebut, baik (81 – 100) [11]. Data penelitian dianalisis
bahwa siswa diarahkan unutuk membuat sistem dengan melakukan uji persyaratan analisis dan uji
koloid dari bahan sekitar dan menganlisis sifat hipotesis. Uji persyaratan analisis terdiri dari uji
koloidnya. Hal inilah yang membuat keterkaitan normalitas dan uji homogenitas. Sedangkan uji
antara model pembelajaran berbasis proyek hipotesis menggunakan uji-t.
dengan materi koloid. Penelitian yang dilakukan
oleh Pradita, et. al (2015) bahwa penerapan model 3. Hasil dan Pembahasan
pembelajaran berbasis proyek pada materi koloid
dapat meningkatkan kualitas pembelajaran [9]. Data jumlah persentase nilai rata-rata
Dengan menggunakan model pembelajaran pretest dan posttest yang diperoleh dari setiap
berbasis proyek dalam materi koloid diharapkan indikator berpikir kreatif pada kelas kontrol dapat
dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dilihat pada gambar 1 berikut.
siswa. Dari pemaparan di atas maka peneliti
tertarik untuk mengkaji bagaimana “Pengaruh
Model Pembelajaran Berbasis Proyek Terhadap 62.91
Rata-rata
Kemampuan Berpikir Kreatif Siwa Pada Materi 51.36

Koloid”.
62
Berpikir Menilai
53
2. Metodologi Penelitian
55
Metode yang digunakan dalam penelitian Berpikir Memperinci
44
Indikator

ini adalah metode eksperimen semu (quasi


experiment) dengan desain noneqivalent control Berpikir Orisinal
54
46
group design [10]. Adapun desain penelitian
tersebut dinyatakan pada tabel 1 berikut:
72
Berpikir Luwes
61
Tabel 1 Desain Penelitian
70
Berpikir Lancar
Variabel 50
Kelas Pretest Posttest
Bebas 0 10 20 30 40 50 60 70 80
A O1 X 𝑂2 Nilai Rata-rata

B O3 𝑂4
postes pretes

Dimana: A = Kelas eksperimen, B = Kelas


Gambar 1 Presentase Kemampuan Berpikir Kreatif
control, X = Perlakuan, O1 = Tes awal (pretest)
pada Pretest dan Posttest Kelas Kontrol
kelas eksperimen, O2 = Tes akhir (posttest) kelas
eksperimen, O4 = Tes awal (pretest) kelas kontrol, Adapun data jumlah persentase nilai rata-
dan O5 = Tes akhir (posttest) kelas kontrol rata pretest dan posttest yang diperoleh dari setiap

Jurnal Riset Pendidikan Kimia, 2017, Vol. 1, No. 1 | 24


Article

indikator berpikir kreatif pada kelas eksperimen kreatif siswa pada materi koloid. Berdasarkan
dapat dilihat pada gambar 2 berikut. hasil uji t, saat model pembelajaran pada kelas
kontrol dan eksperimen belum diterapkan,
pengujian hipotesis terhadap pretest kedua kelas
Rata-rata
47.69
72.28 menunjukkan bahwa Ho diterima, artinya tidak
ada pengaruh kemampuan berpikir kreatif yang
71
Berpikir Menilai
57 signifikan antara kelas kontrol dan eksperimen,
76
dengan thitung lebih kecil dari ttabel (1,24 < 2,0049)
Berpikir Memperinci
34 atau dengan kata lain kelas kontrol dan eksperimen
Indikator

Berpikir Orisinal 72 memiliki kemampuan berpikir kreatif awal yang


50
sama (homogen).
Berpikir Luwes 86 Pengujian hipotesis terhadap data posttest
56
kelas kontrol dan eksperimen menggunakan uji-t
76
Berpikir Lancar
39
menunjukkan adanya pengaruh pada penggunaan
model pembelajaran berbasis proyek pada materi
0 20 40 60 80 100
Nilai Rata-rata koloid untuk kelas eksperimen, hal tersebut dapat
dilihat dari hasil perhitungan nilai thitung yang
postes pretes
lebih besar dari ttabel (7,35  2,0049) yang artinya
H0 yang berbunyi: “Tidak terdapat pengaruh
Gambar 2 Presentase Kemampuan Berpikir Kreatif kemampuan berpikir kreatif siswa antara siswa
pada Pretest dan Posttest Kelas yang mendapat pembelajaran melalui model
Eksperimen
pembelajaran berbasis proyek dengan siswa yang
Berdasarkan gambar 1 dan 2 dapat mendapat pembelajaran secara konvensional”,
diketahui bahwa persentase nilai rata-rata postes ditolak. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
pada indikator berpikir lancar persentase kelas dilakukan oleh Mihardi, et. al (2013) yang
kontrol sebesar 70% sedangkan kelas eksperimen menyatakan bahwa kemampuan berpikir kreatif
sebesar 76% maka terdapat perbedaan sebesar 6%. yang mengikuti model pembelajaran berbasis
Pada indikator berpikir luwes persentase kelas proyek lebih baik dibandingkan metode
kontrol sebesar 72% sedangkan kelas eksperimen konvensional [7].
sebesar 86% maka terdapat perbedaan sebesar Saat model pada masing-masing sampel
14%. Pada indikator berpikir orisinal persentase diterapkan, yaitu model pembelajaran berbasis
kelas kontrol sebesar 54% sedangkan kelas proyek pada kelas eksperimen dan metode
eksperimen sebesar 72% maka terdapat perbedaan konvensional (ceramah) pada kelas kontrol, maka
sebesar 18%. Pada indikator berpikir memperinci diperoleh perbedaan nilai rata-rata postest yaitu
persentase kelas kontrol sebesar 55% sedangkan kelas kontrol sebesar 24,5 dan kelas eksperimen
kelas eksperimen sebesar 76% maka terdapat 29,35 dengan selisih nilai keduanya sebesar 4,80.
perbedaan sebesar 21%. Pada indikator berpikir Ini menunjukkan secara umum bahwa kemampuan
menilai persentase kelas kontrol sebesar 62% berpikir kreatif siswa kelas eksperimen yang
sedangkan kelas eksperimen 71% maka terdapat menggunakan model pembelajaran pembelajaran
perbedaan sebesar 9%. Data tersebut berbasis proyek lebih baik daripada siswa kelas
menunjukkan bahwa pada indikator berpikir kontrol yang menggunakan metode konvensional.
memperinci dan orisinal memiliki perbedaan yang Sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh
besar yaitu 18% dan 21%. Sedangkan indikator Daryanto (2013) bahwa pembelajaran berbasis
yang memiliki perbedaan persentase kecil adalah proyek menitikberatkan pada kebebasan berpikir
berpikir lancar yaitu 6%. (kreativitas) kelompok atau individu untuk
Tujuan dari penelitian ini adalah mencapai tujuan [12].
mengetahui pengaruh model pembelajaran Model pembelajaran berbasis proyek
berbasis proyek terhadap kemampuan berpikir adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa
dalam rangkaian tugas kompleks yang meliputi

Jurnal Riset Pendidikan Kimia, 2017, Vol. 1, No. 1 | 25


Article

merencanakan dan merancang, memecahkan Pembuatan produk akan melibatkan kemampuan


masalah, mengambil keputusan, membuat produk, berpikir kreatif seperti berpikir memperinci dan
dan mengkomunikasikan hasil [13]. Model berpikir menilai. Hal ini dikarenakan pada tahapan
pembelajaran berbasis proyek memiliki lima penyelidikan dan pembuatan proyek, siswa harus
karakteristik, yaitu pemusatan (centrality), mampu menambahkan detil-detil proyek agar
pertanyaan pendorong (driving question), terlihat menarik dan mampu menentukan apakah
penyelidikan konstruktif (constructive suatu tindakan atau rencana baik dalam langkah
investigation), otonomi (autonomy), dan realistis pembuatan proyek. Hal ini sesuai dengan prinsip
(realisme) [6]. Kelima karakteristik ini yang pembelajaran berbasis proyek yaitu otonomi
diharapkan melatih dan mengembangkan (autonomy) dimana siswa diarahkan untuk mandiri
kemampuan berpikir kreatif siswa melalui tahapan [6], dalam proses pembuatan proyek.
perencanaan proyek (project planning), Nilai rata-rata indikator berpikir kreatif
pelaksanaan proyek (project launch), penyelidikan yang memiliki perbedaan persentase yang besar
terbimbing dan pembuatan produk (guided inquiry antara kelas kontrol dan eksperimen adalah
and product creation), dan kesimpulan proyek berpikir memperinci dan berpikir orisinal yaitu
(project conclusion) [13]. 21% dan 18%. Berpikir memperinci memiliki dua
Tahapan yang berperan penting dalam definisi, yaitu mampu memperkaya dan
melatih kemampuan berpikir kreatif pada mengembangkan suatu gagasan atau produk,
penelitian ini adalah tahapan perencanaan proyek menambahkan atau memperinci detil-detil dari
serta penyelidikan terbimbing dan pembuatan suatu obyek, gagasan, atau situasi sehingga
produk. Pada tahapan perencanaan proyek menjadi lebih menarik [15]. Hal ini dapat terjadi
indikator kemampuan berpikir kreatif yang karena pada tahapan penyelidikan terbimbing dan
dikembangkan adalah berpikir orisinal, berpikir pembuatan produk siswa menambahkan detil-detil
lancar dan berpikir luwes. Hal ini dikarenakan proyek yang sudah dibuat sehingga menjadi lebih
pada tahapan perencanaan proyek, siswa akan menarik. Pada pembuatan koloid makanan, setiap
menentukan berbagai ide untuk membuat proyek kelompok dituntut tidak hanya membuat koloid
yang kreatif yakni berbeda dari lainnya dan siswa makanan saja tetapi membuat makanan koloid
harus mampu mencari berbagai alternatif sumber tersebut menarik dan disajikan dengan kreatif. Hal
yang dibutuhkan dalam pembuatan proyek. Hal ini juga berlaku pada pembuatan mading
ini didukung oleh Bono (2007) yang menyatakan pengolahan air bersih dan koloid pencemar, setiap
bahwa tanpa kreativitas kita tidak akan mengalami kelompok dituntut untuk membuat mading
kemajuan atau mengembangkan berbagai ide yang tersebut lengkap dan disajikan dengan menarik.
lebih baik lagi [14]. Hal ini dapat terjadi jika siswa memiliki
Pada proyek ini, siswa diminta untuk kemampuan berpikir memperinci.
mencari ide pembuatan koloid makanan dan Berdasarkan kriteria penskoran pada
mading pengolahan air bersih. Setiap siswa kategori penyajian koloid makanan, deviled egg
diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk menjadi produk yang penyajiannya memilki skor
mencari ide proyek kreatif. Pada pembuatan penuh yaitu 3 (menarik/mempunyai nilai jual).
koloid makanan terdapat enam ide proyek dari Selain itu pada kategori proses pembuatannya,
enam kelompok yaitu donat kentang, puding oreo, yang membuat produk koloid makanan secara
spaghetti sauce, cheese cake, devil egg, dan es lengkap dan tidak menggunakan bahan koloid
krim. Pada pembuatan mading pengolahan air yang sudah jadi adalah deviled egg. Pada kategori
bersih dan koloid pencemar pun setiap kelompok penyajian mading pengolahan air dan koloid
diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk pencemar, kelompok 1 dan 5 memiliki skor penuh
membuat mading kreatif, baik dalam bentuk yaitu 3 (tata letak rapih dan terdapat banyak
penyajian maupun isi mading. ornamen pemanis). Pada kategori isi mading
Pada tahapan penyelidikan dan pembuatan pengolahan air dan koloid pencemar, kelompok 2
produk kemampuan berpikir kreatif siswa dan 4 memiliki skor penuh yaitu 3 (lengkap proses
dikembangkan melalui pembuatan produk. pengolahan air dan terdapat ≥ 3 koloid pencemar

Jurnal Riset Pendidikan Kimia, 2017, Vol. 1, No. 1 | 26


Article

serta penjelasannya). Oleh karena itu, dapat pembelajaran berbasis proyek mengalami
terlihat bahwa siswa yang kreatif mampu peningkatan yang besar dibandingkan kelas
mengembangkan atau menambahkan baik suatu dengan metode konvensional sebagai berikut.
gagasan, produk maupun gambar yang ada secara Pertama, pembelajaran dengan menggunakan
terperinci. model pembelajaran berbasis proyek memberikan
Adapun berpikir orisinal memiliki tiga peluang siswa bekerja secara otonom,
definisi, yaitu mampu melahirkan ungkapan yang mengkonstruk belajar mereka sendiri melalui
baru dan unik, memikirkan cara yang tidak lazim pengalaman yang nyata dan puncaknya
untuk mengungkapkan diri, mampu membuat mengahasilkan produk. Kedua, pembelajaran
kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari berbasis proyek menuntut guru memberikan
bagian-bagian atau unsur-unsur dan pemikiran kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan
yang berasal dari seseorang dengan sendirinya ide-ide dan solusi variatif. Siswa diberikan waktu
bukan plagiasi [15]. Hal ini memungkinkan terjadi dan ruang untuk mengekspresikan ide kreatif yang
karena pada tahapan perencanaan proyek siswa ada dalam diri mereka. Karena sejatinya,
menentukan ide proyek yang kreatif. Berdasarkan kreativitas akan berkembang dalam suasana yang
enam ide proyek koloid makanan yaitu donat memberikan kebebasan untuk merancang dan
kentang, puding oreo, spaghetti sauce, cheese membuat. Ketiga, pemberian penugasan-
cake, devil egg, dan es krim. Berdasarkan kriteria penugasan pada pembelajaran berbasis proyek
penskoran proyek dengan skor maksimal 3 yaitu seperti merancang, mencari sumber, membuat,
kategori produk unik (produk berupa inovasi dan mempresentasikan serta menilai, akan merangsang
berbeda dari kebanyakan)) adalah devil egg. Devil seluruh indra siswa untuk menyelesaikan tugas-
egg adalah makanan koloid berupa olahan tugas maupun permasalahan yang ditemukan oleh
mayonaise dengan campuran daging dan kuning siswa saat pembelajaran. Apabila siswa mampu
telur yang disajikan dalam belahan telur matang. menyelesaikan permasalahan yang mereka
Oleh karena itu, dapat terlihat bahwa siswa yang temukan, maka secara tidak langsung dapat
kreatif memilki ide produk yang orisinal yaitu melatih kemampuan berpikir kreatif siswa.
berbeda dari kebanyakan orang lain. Munandar Pembahasan di atas sesuai dengan prinsip
(2011) menambahkan bahwa sesungguhnya apa dari model pembelajaran berbasis proyek yaitu
yang diciptakan itu tidak perlu hal-hal yang baru memfokuskan pembelajaran pada suatu disiplin
sama sekali, tetapi juga merupakan gabungan ilmu, melibatkan siswa dalam investigasi
(kombinasi) dari hal-hal yang sudah ada pemecahan masalah dan kegiatan tugas-tugas
sebelumnya [15]. bermakna yang lain, memberi siswa bekerja secara
Pada indikator berpikir luwes memiliki otonom dalam mengkonstruksi pengetahuan
perbedaan persentase sebesar 14%. Hal ini karena mereka sendiri, dan mencapai puncaknya untuk
berpikir luwes hanya dikembangkan pada sub menghasilkan produk nyata sehingga melalui
tahapan mengatur sumber belajar. Selain itu, pembelajaran kerja proyek, kreativiatas dan
terdapat indikator yang memiliki perbedaan motivasi siswa akan meningkat [6].
persentase yang kecil yaitu indikator berpikir Betapa pentingnya pengembangan
lancar. Perbedaan persentasenya hanya 6% antara kreativitas dalam sistem pendidikan ditekankan
kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Hal ini oleh pemerintah dalam ketetapan MPR-RI No.
memungkinkan terjadi karena pada kelas kontrol 11/MPR/1983 tentang Garis-garis Besar Haluan
juga diberikan lembar kerja siswa seperti kelas Negara sebagai berikut: “Sistem pendidikan perlu
eksperimen. Lembar kerja siswa tersebut juga disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan di
berisi pertanyaan yang memicu berpikir lancar, segala bidang yang memerlukan jenis-jenis
contohnya: “Jika Anda diminta membedakan keahlian dan keterampilan serta dapat sekaligus
antara larutan dan koloid, apa yang akan Anda meningkatkan produktivitas, kreativitas, mutu dan
lakukan? Jelaskan!”. efisiensi kerja”. Oleh karena itu, hendaknya sistem
Ada beberapa alasan yang memungkinkan pendidikan dapat merangsang pemikiran, sikap,
kemampuan berpikir kreatif dengan model dan perilaku kreatif-produktif, disamping

Jurnal Riset Pendidikan Kimia, 2017, Vol. 1, No. 1 | 27


Article

pemikiran logis dan penalaran [15]. Dan salah satu bahwa model pembelajaran berbasis proyek
model pembelajaran yang dapat meningkatkan berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kreatif
kemampuan berpikir kreatif siswa adalah model siswa.
pembelajaran berbasis proyek, terlihat pada hasil Adapun saran untuk mendapatkan
penelitian yang dilakukan oleh Yulistyana Pradita, kemampuan berpikir kreatif yang maksimal, maka
dkk yang menunjukkan adanya peningkatan pembelajaran berbasis proyek yang dilaksanakan
kreativitas dari 57,14 % pada siklus I menjadi dalam proses pembelajaran harus memperhatikan
66,67 % pada siklus II [9]. beberapa hal, antara lain: (1) Manajeman waktu
yang baik, (2) Perumusan masalah, langkah kerja
4. Kesimpulan proyek, dan sistem penilaian harus diinformasikan
kepada siswa secara jelas dan terarah agar siswa
Berdasarkan hasil uji hipotesis, diperoleh dapat mengerti dan memiliki semangat dalam
data bahwa thitung lebih besar dari ttabel (7,35  2,00) menjalankan proyek, (3) Tidak hanya kemampuan
yang artinya H1 diterima, sehingga dapat diketahui berpikir kreatif yang dapat dinilai pada
bahwa terdapat pengaruh kemampuan berpikir pembelajaran berbasis proyek, sehingga penilaian
kreatif antara kelas kontrol dan kelas eksperimen lain dapat dilakakan, seperti penilaian proses dan
setelah adanya perlakuan berupa model produk.
pembelajaran berbasis proyek terhadap kelas
eksperimen. Dengan demikan dapat disimpulkan

Daftar Pustaka

[1] UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003: TENTANG SISTEM


PENDIDIKAN NASIONAL. Nomor 20 Tahun 2003, Indonesia.

[2] Zulfiani, Feronika T, Suhartini K. Strategi Pembelajaran Sains. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
Jakarta, 2009.

[3] Djamarah, Bahri S, Zain A. Strategi Belajar Mengaja. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta,
2006.

[4] Wiyanto -, Wiyanto -, Sopyan A, et al. Potret Pembelajaran Sains Di Smp Dan Sma. J Pendidik Fis
Indones 2012; 4: 63–66.

[5] Munandar U. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rinerka Cipta, 2011.

[6] Wena M. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011.

[7] Mihardi S, Harahap MB, Sani RA. The Effect of Project Based Learning Model with KWL
Worksheet on Student Creative Thinking Process in Physics Problems. J Educ Pract 2013; 4: 188–
200.

[8] PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 20 TAHUN 2016. NOMOR 20 TAHUN 2016, 2016.

[9] Yulistyana Pradita & Bakti Mulyani & Tri Redjeki. Penerapan Model Pembelajaran Project Based
Learning untuk Meningkatkan Prestasi Belajar dan Kreativitas Siswa Pada Materi Pokok Sistem
Koloid Kelas XI IPA Semester Genap Madrasah Aliyah Negeri Klaten Tahun Pelajaran 2013/2014.
J Pendidik Kim Progr Stud Pendidik Kim Univ Sebel Maret 2015; 4: 89–96.

Jurnal Riset Pendidikan Kimia, 2017, Vol. 1, No. 1 | 28


Article

[10] Sugiyono. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta, 2009.

[11] Arikunto S, Jabar CSA. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2004.

[12] Daryanto. Strategi dan Tahapan Mnegajar Bekal Ketterampilan Dasar Bagi Guru. Bandung: CV
Yrama Widya, 2013.

[13] Evertson CM, Weinstein CS. Classroom Management as a Field Inquiry. 2011.

[14] De BE. Revolusi Berpikir Edward De Bono. Bandung: Mizan Pustaka, 2007.

[15] Munandar U. Mengembangkan Bakat dan Kreatifitas Anak Sekolah: Penuntun bagi Guru dan
Orang Tua. Jakarta: PT.Grasindo, 1999.

Jurnal Riset Pendidikan Kimia, 2017, Vol. 1, No. 1 | 29

Anda mungkin juga menyukai