Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN DENGAN CANCER MAMAE

NI PUTU GIRI KARMANY


1302105010

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSTAS UDAYANA
2017
LAPORAN PENDAHULUAN

1. Definisi
 Kanker payudara (ca mamae) adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara
yang terus tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk benjolan
di payudara. Jika benjolan kanker itu tidak dibuang atau terkontrol, sel-sel kanker
bisa menyebar (metastase) pada bagian-bagian tubuh lain. Metastase bisa terjadi
pada kelenjar getah bening (limfe) ketiak ataupun di atas tulang belikat. Selain itu
sel-sel kanker bisa bersarang di tulang, paru-paru, hati, kulit, dan bawah kulit (Erik,
2005).
 Carsinoma mamae dalah neoplasma ganas dengan pertumbuhan jaringan mammae
abnormal yang tidak memandang jaringan sekitarnya, tumbuh infiltrasi dan
destruktif dapat bermetastase (Smeltzer, 2001).
 Carsinoma mamae merupakan gangguan dalam pertumbuhan sel normal mammae
dimana sel abnormal timbul dari sel – sel normal, berkembang biak dan
menginfiltrasi jaringan limfe dan pembuluh darah (Lynda Juall, 2004).
Jadi, kanker payudara (ca mammae) adalah pertumbuhan sekelompok sel-sel jaringan
tubuh yang tidak normal, berkembang biak dan menginfiltrasi jaringan limfe dan
pembuluh darah yang pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk benjolan di payudara. .

2. Epidemiologi
Kanker payudara merupakan kanker terbanyak kedua sesudah kanker leher rahim di
Indonesia (Tjindarbumi, 1995). Kanker leher rahim dan kanker payudara tetap
menduduki tempat teratas. Selain jumlah kasus yang banyak, lebih dari 70% penderita
kanker payudara ditemukan pada stadium lanjut (Moningkey,
2000). Data dari Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan
menunjukkan bahwa Case Fatality Rate (CFR) akibat kanker payudara menurut
golongan penyebab sakit menunjukkan peningkatan dari tahun 1992-1993, yaitu dari 3,9
menjadi 7,8. Demikian pula di Bali, jumlah kasusnya meningkat dan menempati urutan
kedua terbanyak setelah kanker serviks dan cenderung bergeser ke arah yang lebih muda.
Sedangkan, untuk angka insiden kanker payudara jenis IDC (Invasive Ductal Carcinoma)
terjadi 65%-80% dari seluruh kejadian kanker payudara.

3. Etiologi
Sampai saat ini, penyebab kanker payudara belum diketahui secara pasti. Penyebab kanker
payudara termasuk multifaktorial, yaitu banyak faktor yang terkait satu dengan yang lain.
Beberapa faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh besar dalam terjadinya kanker
payudara adalah riwayat keluarga, hormonal, dan faktor lain yang bersifat eksogen
(Robbins, 2007). Selain itu, ada beberapa faktor yang paling beresiko terserang penyakit
kanker payudara, yaitu:
a) Faktor pribadi tentang kanker payudara. Resiko mengalami kanker payudara
sebelahnya meningkat hampir 1% setiap tahun.
b) Jika dalam keluarga ada penderita kanker payudara. Anak perempuan atau saudara
perempuan (hubungan keluarga langsung) dari wanita dengan kanker payudara.
Risikonya meningkat 2x lipat jika ibunya terkena kanker payudara sebelum umur 60
tahun, risiko meningkat 4 -6 x lipat jika kanker payudara terjadi pada dua orang saudara
langsung.
c) Mendapat haid pertama pada usia sangat muda (Menarke dini). Resiko kanker payudara
meningkat pada wanita yang mengalami menstruasi pertama pada umur 12 tahun.
d) Terlambat mengalami manopause. Menopause setelah usia 50 tahun meningkatkan
risiko untuk mengalami kanker payudara. Dalam perbandingan, wanita yang telah
menjalani ooferektomia bilateral sebelum usia 35 tahun nenpunyai resiko sepertiganya.
e) Tidak pernah menyusui anak
f) Kegemukan, resiko terendah diantara wanita pasca menopause. Bagaimanapun, wanita
gemuk yang didiagnosa penyakit ini mempunyai angka kematian yang lebih tinggi,
yang paling sering berhubungan dengan diagnosis yang lambat.
g) Tidak pernah melahirkan anak
h) Nulipara dan usia maternal lanjut saat kelahiran anak pertama. Wanita ini yang
mempunyai risiko dua kali lipat untuk mengalami kanker payudara.
i) Pernah mendapat terapi hormone. Terdapat laporan yang membingungkan tentang
risiko kanker payudara pada terapi penggantian hormone. Wanita yang berusia lebih
tua yang menggunakan esterogen suplemen dan menggunakan untuk jangka panjang
(lebih dari 10-15 tahun) dapat mengalami peningkatan resiko. Sementara penambahan
hormone progesterone terhadap penggantian hormone esterogen meningkatkan
insidens kanker endometrium, hal ini tidak menurunkan risiko kanker payudara.
j) Pernah mendapat radiasi pada payudara
k) Pemakaian alkohol lebih dari 1-2 gelas/hari bisa meningkatkan risiko terjadinya kanker
payudara
l) Bahan kimia. Beberapa penelitian telah menyebutkan pemaparan bahan kimia yang
menyerupai estrogen (yang terdapat di dalam pestisida dan produk industri lainnya)
mungkin meningkatkan risiko terjadinya kanker payudara.
m) DES (dietilstilbestrol). Wanita yang mengkonsumsi DES untuk mencegah keguguran
memiliki risiko tinggi menderita kanker payudara.
n) Tinggi melebihi 170 cm. Wanita yang tingginya 170 cm mempunyai resiko terkena
kanker payudara karena pertumbuhan lebih cepat saat usia anak dan remaja membuat
adanya perubahan struktur genetik (DNA) pada sel tubuh yang diantaranya berubah ke
arah sel ganas.
o) Stres hebat.

Menurut Moningkey dan Kodim, penyebab spesifik kanker payudara masih belum
diketahui, tetapi terdapat banyak faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap
terjadinya kanker payudara diantaranya:
a. Faktor reproduksi:
Karakteristik reproduktif yang berhubungan dengan risiko terjadinya kanker payudara
adalah nuliparitas, menarche pada umur muda, menopause pada umur lebih tua, dan
kehamilan pertama pada umur tua. Risiko utama kanker payudara adalah bertambahnya
umur. Diperkirakan, periode antara terjadinya haid pertama dengan umur saat
kehamilan pertama merupakan window of initiation perkembangan kanker payudara.
Secara anatomi dan fungsional, payudara akan mengalami atrofi dengan bertambahnya
umur. Kurang dari 25% kanker payudara terjadi pada masa sebelum menopause
sehingga diperkirakan awal terjadinya tumor terjadi jauh sebelum terjadinya perubahan
klinis.
b. Penggunaan hormon:
Hormon estrogen berhubungan dengan terjadinya kanker payudara. Laporan dari
Harvard School of Public Health menyatakan bahwa terdapat peningkatan kanker
payudara yang signifikan pada para pengguna terapi estrogen replacement. Suatu meta
analisis menyatakan bahwa walaupun tidak terdapat risiko kanker payudara pada
pengguna kontrasepsi oral, wanita yang menggunakan obat ini untuk waktu yang lama
mempunyai risiko tinggi untuk mengalami kanker payudara sebelum menopause. Sel-
sel yang sensitive terhadap rangsangan hormonal mungkin mengalami perubahan
degenerasi jinak atau menjadi ganas.
c. Penyakit fibrokistik:
Pada wanita dengan adenosis, fibroadenoma, dan fibrosis, tidak ada peningkatan risiko
terjadinya kanker payudara. Pada hiperplasis dan papiloma, risiko sedikit meningkat
1,5 sampai 2 kali. Sedangkan pada hiperplasia atipik, risiko meningkat hingga 5 kali.
d. Obesitas:
Terdapat hubungan yang positif antara berat badan dan bentuk tubuh dengan kanker
payudara pada wanita pasca menopause. Variasi terhadap kekerapan kanker ini di
negara-negara Barat dan bukan negara Barat serta perubahan kekerapan sesudah
migrasi menunjukkan bahwa terdapat pengaruh diet terhadap terjadinya keganasan ini.
e. Konsumsi lemak :
Konsumsi lemak diperkirakan sebagai suatu faktor risiko terjadinya kanker payudara.
Willet dkk melakukan studi prospektif selama 8 tahun tentang konsumsi lemak dan
serat dalam hubungannya dengan risiko kanker payudara pada wanita umur 34 sampai
59 tahun.
f. Radiasi :
Eksposur dengan radiasi ionisasi selama atau sesudah pubertas meningkatkan
terjadinya risiko kanker payudara. Dari beberapa penelitian yang dilakukan
disimpulkan bahwa risiko kanker radiasi berhubungan secara linier dengan dosis dan
umur saat terjadinya eksposur.
g. Riwayat keluarga dan faktor genetik:
Riwayat keluarga merupakan komponen yang penting dalam riwayat penderita yang
akan dilaksanakan skrining untuk kanker payudara. Terdapat peningkatan risiko
keganasan pada wanita yang keluarganya menderita kanker payudara. Pada studi
genetik ditemukan bahwa kanker payudara berhubungan dengan gen tertentu. Apabila
terdapat BRCA 1, yaitu suatu gen kerentanan terhadap kanker payudara, probabilitas
untuk terjadi kanker payudara sebesar 60% pada umur 50 tahun dan sebesar 85% pada
umur 70 tahun. Faktor Usia sangat berpengaruh -> sekitar 60% kanker payudara terjadi
di usia 60 tahun. Resiko terbesar usia 75 tahun.

4. Patofisiologi
Adapun faktor-faktor risiko untuk Ca mammae meliputi: adanya riwayat pribadi tentang
kanker payudara, anak perempuan atau saudara perempuan (hubungan keluarga
langsung), dari wanita dengan Ca mammae dan risiko meningkat dua kali jika ibunya
terkena kanker sebelum berusia 60 tahun, menarche, dini pada wanita yang mengalami
menstruasi sebelum usia 12 tahun. Nulipara dan usia maternal lanjut saat kelahiran anak
pertama. Wanita yang mempunyai anak pertama setelab usia 30 tahun menopause pada
usia lanjut yaitu 50 tahun meningkatkan risiko mengalami kanker payudara, riwayat
penyakit payudara jinak, pemajanan terhadap radiasi ionisasi setelah masa pubertas dan
sebelum usia 30 tahun. Wanita yang menggunakan kontraseptif oral, terapi penggantian
horman yaitu wanita yang berusia lebih tua, yang menggunakan estrogen suplemen,
wanita muda yang mengkonsumsi alkohol. Penyebab keganasan pada kanker payudara
masih belum jelas, tetapi faktor lingkungan, faktor hormonal dan faktor genetik
semuanya berkaitan dengan risiko terjadinya Ca mammae. Ca mammae berasal dari
jaringan epitelial dan paling sering pada sistem duktal. Mula-mula terjadi perubahan
genom sel somatik menyebabkan ekspfesi produk gen yang terganggu dan hilangnya
pengaturan produk gen maka terjadilah hiperplasia sel-sel dengan perkembangan sel-sel
atipik. Sel-sel yang malignansi kemudian terakumulasi, dimana membutuhkan waktu 7
tahun untuk tumbuh dari sebuah sel tunggal sampai menjadi massa cukup besar untuk
dapat teraba (kira-kira berdiameter 1 cm). Sel tersebut menjadi neoplasma ganas salah
satu manifestasinya adalah kanker payudara. Kebanyakan dari kanker payudara apabila
massanya sudah teraba gejala yang tersering adalah keluar cairan dari puting susu yang
khas adalah cairan keluar dari muara duktus dan mungkin payudara dapat berdarah.
Tanda-tanda lain dapat berupa adanya lekukan pada kulit akibat distorsi ligamentum
cooper dan rasa sakit tidak enak, teraba benjolan pada payudara dan sering meliputi
tulang, hepar, paru-paru, susunan, saraf pusat (SSP). Jika metastase tulang yaitu ke tulang
belakang mungkin terjadi kompresi medula spinalis, metastase otak, limfedema kronis
jika tumor kambuh lagi pada aksila (Corwin, 2000).

5. Manifestasi Klinis
Pasien biasanya datang dengan keluhan benjolan atau massa di payudara, rasa sakit, keluar
cairan dari puting susu, timbulnya kelainan kulit (dimpling, kemerahan, ulserasi, peau
de’orange), pembesaran kelenjar getah bening, atau tanda metastasis jauh. Setiap kelainan
pada payudara harus dipikirkan ganas sebelum dibuktikan tidak.
Perubahan pada kulit yang biasa terjadi adalah :
1. Tanda lesung. Ketika tumor mengenai ligamen glandula mammae, ligamen tersebut
akan memendek hingga kulit setempat menjadi cekung, yang disebut dengan ’tanda
lesung’.
2. Perubahan kulit jeruk (peau de’orange). Ketika vasa limfatik subkutis tersumbat sel
kanker, hambatan drainase limfe menyebabkan udem kulit, folikel rambut
tenggelam ke bawah tampak sebagai ’tanda kulit jeruk’.
3. Nodul satelit kulit. Ketika sel kanker di dalam vasa limfatik subkutis masing-
masing membentuk nodul metastasis, di sekitar lesi primer dapat muncul banyak
nodul tersebar, secara klinis disebut ’tanda satelit’.
4. Invasi, ulserasi kulit. Ketika tumor menginvasi kulit, tampak perubahan berwrna
merah atau merah gelap. Bila tumor bertambah besar, lokasi itu dapat menjadi
iskemik, ulserasi membentuk bunga terbalik, ini disebut ’tanda kembang kol’.
5. Perubahan inflamatorik. Secara klinis disebut ’karsinoma mammae inflamatorik’,
tampil sebagai keseluruhan kulit mammae berwarna merah bengkak, mirip
peradangan, dapat disebut ’tanda peradangan’. Tipe ini sering ditemukan pada
kanker payudara waktu hamil atau laktasi.
Perubahan papilla mammae pada karsinoma mammae adalah :
1. Retraksi, distorsi papilla mammae. Umumnya akibat tumor menginvasi jaringan
subpapilar
2. Sekret papilar (umumnya sanguineus). Sering karena karsinoma papilar dalam
duktus besar atau tumor mengenai duktus besar
3. Perubahan eksematoid. Merupakan manifestasi spesifik dari kanker eksematoid
(Paget disease). Klinis tampak areola, papilla mammae tererosi, berkrusta, sekret,
deskuamasi, sangat mirip eksim.
Pembesaran kelenjar limfe regional. Pembesaran kelenjar limfe aksilar ipsilateral dapat
soliter maupun multipel, pada awalnya mobile, kemudian dapat saling berkoalesensi atau
adhesi dengan jaringan sekitarnya. Dengan perkembangan penyakit, kelenjar limfe
supraklavikular juga dapat menyusul membesar. Yang perlu diperhatikan adalah ada
sebagian sangat kecil pasien kanker payudara hanya tampil dengan limfadenopati aksilar
tapi tak teraba massa mammae, ini disebut sebagai karsinoma mammae tipe tersembunyi .
Adanya gejala metastasis jauh.
1. Otak : nyeri kepala, mual, muntah, epilepsi, ataksia, paresis, paralisis
2. Paru : efusi, sesak nafas
3. Hati : kadang tanpa gejala, massa, ikterus obstruktif
Tulang : nyeri, patah tulang
6. Klasifikasi
Klasifikasi karsinoma payudara menurut WHO tahun 1968, dibagi menjadi :
1. Ductal karsinoma (95 %)
a. Non infiltrating ductal cell carcinoma
b. Infiltrating ductal cell carcinoma, terdiri dari :
 medullary carcinoma
 scrirrhus carcinoma
 comedo carcinoma
 gelatinoum carcinoma/mucoid carcinoma
 papillary carcinoma
 paget disease
 epidermoid carcinoma
2. Lobular carcinoma (5 %)
Dewasa ini menggunakan cara penggolongan TNM menurut Perhimpunan Anti Kanker
Internasional (edisi tahun 2002). Klasifikasi TNM klinis :
T : kanker primer
TX : tumor primer tidak dapat dinilai (misal telah direseksi)
T0 : tidak ada bukti lesi primer
Tis : karsinoma in situ. Mencakup karsinoma duktal atau karsinoma lobular, penyakit
paget papilla mammae tanpa nodul (penyakit Paget dengan nodul diklasifilasikan menurut
ukuran nodul)
T1 : diameter tumor terbesar ≤ 2 cm
Tmic : infiltrasi mikro ≤ 0,1 cm
T1a : diameter terbesar > 0,1 cm, tapi ≤ 0,5 cm
T1b : diameter terbesar > 0,5 cm, tapi ≤ 1 cm
T1c : diameter terbesar > 1 cm, tapi ≤ 2 cm
T2 : diameter tumor terbesar > 2 cm, tapi ≤ 5 sm
T3 : diemeter tumor terbesar > 5 cm
T4 : berapapun ukuran tumor, menyebar langsung ke dinding thoraks atau kulit
(dinding thoraks termasuk tulang iga, m.intercostales dan m.serratus anterior, tak termasuk
m.pektoralis)
T4a : menyebar ke dinding thoraks
T4b : udem kulit mammae ( termasuk peau de’orange) atau ulserasi, atau nodul satelit
di mammae ipsilateral
T4c : terdapat 4a dan 4b sekaligus
T4d : karsinoma mammae inflamatorik
Catatan :
1. Lesi mikroinvasif multipel, diklasifikasikan berdasarkan massa terbesar, tidak atas
dasar tiral massa lesi multipel tersebut.
2. Terhadap karsinoma mammae inflamatorik (T4d), jika biopsi kulit negatif dan tak ada
tumor primer yang dapat diukur, klasifikasi patologi adalah pTx.
N : kelenjar limfe regional
NX : kelenjar limfe regional tidak dapat dinilai (misal sudah diangkat sebelumnya)
N0 : tak ada metastasis kelenjar limfe regional
N1 : di fosa ipsilateral terdapat metastasis kelenjar limfe mobile
N2 : kelenjar limfe metastatik fosa aksilar ipsilateral saling konfluen dan terfiksasi
dengan jaringan lain; atau bukti klinis menunjukkan terdapat metastasis kelenjar
limfe mamaria interna namun tanpa metastasis kelenjar limfe aksilar
N2a : kelenjar limfe aksilar ipsilateral saling konfluen dan terfiksasi dengan jaringan lain
N2b : bukti klinis menunjukkan terdapat metastasis kelenjar limfe mamaria interna
namun tanpa metastasis kelenjar limfe aksilar
N3 : metastasis kelenjar limfe infraklavikular ipsilateral, atau bukti klinis menunjukkan
terdapat metastasis kelenjar limfe mamaria interna dan metastasis kelenjar limfe
aksilar, atau metastasis kelenjar limfe supraklavikular ipsilateral
N3a : metastasis kelenjar limfe infraklavikular ipsilateral
N3b : bukti klinis menunjukkan terdapat metastasis kelenjar limfe mamaria interna dan
metastasis kelenjar limfe aksilar
N3c : metastasis kelenjar limfe supraklavikular ipsilateral

M : metastasis jauh
MX : metastasis jauh tidak dapat dinilai
M0 : tidak ada metastasis jauh
M1 : ada metastasis jauh
Klasifikasi patologik pTNM
 pT – tumor primer
Sama dengan klasifikasi T, pada tepi irisan seputar spesimen harus terlihat tumor
secara makroskopik, adanya lesi ganas hanya tampak secara mikroskopik pada tepi
irisan tidak mempengaruhi klasifikasi.
Catatan : jika tumor mengandung dua unsur yaitu karsinoma in situ dan karsinoma
invasif, ukuran tumor untuk klasifikasi didasarkan atas ukuran karsinoma invasif.
 N – kelenjar limfe regional
1. pNx
Kelenjar limfe regional tak dapat dinilai (misal sudah diangkat sebelumnya)
2. pN0
Secara histologis tak ada metastasis kelenjar limfe, tapi tidak dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut untuk kelompok sel tumor terisolasi (ITC).
Catatan : ITC adalah satu sel atau sekumpulan sel berdiameter ≤ 0,2 mm.
ITC biasanya ditemukan dengan pemeriksaan imunohistologis atau
molekuler, tapi dapat diverifikasi dengan pewarnaan HE.
3. pN0 ( i-)
Istologis tak ada metastasis kelenjar limfe, imunohistologis ITC negatif
4. pN0 ( i+)
Istologis tidak ada metastasis kelenjar limfe, imunohistologis ITC positif
5. pN0 (mol-)
Histologis tak ada metastasis kelenjar limfe, pemeriksaan malekular ITC
negatif (RT-PCR)
6. pN0 (mol+)
Histologis tak ada metastasis kelenjar limfe, pemeriksaan molekuler ITC
positif (RT-PCR)
7. pN1mi
Mikrometastasis (diameter terbesar > 0,2 mm, tapi ≤ 2mm)
8. pN1
Di aksila ipsilateral terdapat 1-3 kelenjar limfe metastatik, atau dari diseksi
kelenjar limfe sentinel secara mikroskopik ditemukan metastasis kelenjar
limfe mamaria interna ipsilateral, tapi tanpa bukti klinis
9. pN1a
Di aksila ipsilateral terdapat 1-3 kelenjar limfe metastatik, dan minimal satu
kelenjar limfe metastatik berdiameter maksimal > 2 mm
10. pN1b
Dari diseksi kelenjar limfe sentinel secara mikroskopik ditemukan
metastasis kelenjar limfe mamaria interna ipsilateral, tapi tanpa bukti klinis
11. pN1c
pN1a disertai pN1b
12. pN2
Di aksila ipsilateral terdapat 4-9 kelenjar limfe metastatik, atau bukti klinis
menunjukkan metastasis kelenjar limfe mamaria interna ipsilateral tapi
tanpa metastasis kelenjar limfe aksilar
13. pN2a
Di aksila ipsilateral terdapat 4-9 kelenjar limfe metastatik, dan minimal satu
kelenjar limfe metastatik berdiameter maksimal > 2 mm
14. pN2b
Bukti klinis menunjukkan metastasis kelenjar limfe mamaria interna
ipsilateral tapi tanpa metastasis kelenjar limfe aksilar
15. pN3
Di aksila ipsilateral terdapat 10 atau lebih kelenjar limfe metastatik; atau
metastasis kelenjar limfe infraklavikular ipsilateral; atau bukti klinis
menunjukkan metastasis kelenjar limfe mamaria interna disertai metastasis
kelenjar limfe aksilar ipsilateral; atau secara klinis negatif, dari diseksi
kelenjar limfe sentinel secara mikroskopis ditemukan metastasis kelenjar
limfe mamaria interna ipsilateral, tapi tanpa bukti klinis, namun terdapat
lebih dari 3 kelenjar limfe aksilar metastatik; atau metastasis kelenjar limfe
supraklavikular ipsilateral
16. pN3a
Di aksila ipsilateral terdapat 10 atau lebih kelenjar limfe metastatik, dan
minimal satu kelenjar limfe metastatik berdiameter maksimal > 2 mm; atau
metastasis kelenjar limfe infraklavikular
17. pN3b
Bukti klinis menunjukkan metastasis kelenjar limfe mamaria interna disertai
metastasis kelenjar limfe aksilar ipsilateral; atau secara klinis negatif, dari
diseksi kelenjar limfe sentinel secara mikroskopis ditemukan metastasis
kelenjar limfe mamaria interna ipsilateral, tapi tanpa bukti klinis, namun
terdapat lebih dari 3 kelenjar limfe aksilar metastatik
18. pN3c
Metastasis kelenjar limfe supraklavikular
M – metastasis jauh. Klasifikasi pM dan cM sama.

Stadium klinis kanker payudara :


Faktor prognosis lokal yang buruk adalah invasi ke dinding dada, ulserasi kulit, dan
gambaran klinis karsinoma peradangan. Harapan hidup 5 tahun untuk perempuan berkisar
dari 92% untuk penyakit stadium 0, dan 13% untuk penyakit stadium IV. Sistem
penentuan stadium yang tersering digunakan telah dirancang oleh America Joint Committee
Staging dan Internasional Union Against Cancer.
Stadium 0 DCIS (termasuk penyakit paget pada puting payudara) dan LCIS.
Stadium I Karsinoma invasive dengan ukuran 2 cm atau kurang serta kelenjar
getah bening negatif.
Stadium IIA Karsinoma invasive dengan ukuran 2 cm atau kurang disertai metastasis
ke kelenjar getah bening atau karsinoma invasive lebih dari 2 cm, tetapi
kurang dari 5 cm dengan kelenjar getah bening negatif.
Stadium IIB Karsinoma invasive berukuran garis tengah lebih dari 2 cm, tetapi
kurang dari 5 cm dengan kelenjar getah bening positif atau karsinoma
invasive berukuran lebih dari 5 cm tanpa keterlibatan kelenjar getah
bening.
Stadium IIIA karsinoma invasive berukuran berapa pun dengan kelenjar getah bening
terfiksasi (yaitu invasi ekstranodus yang meluas di antara kelenjar getah
bening atau menginvasi ke dalam struktur lain) atau karsinoma
berukuran garis tengah lebih dari 5 cm dengan metastasis kelenjar getah
bening.
Stadium IIIB Karsinoma inflamasi, karsinoma yang menginvasi dinding dada,
karsinoma yang menginvasi kulit, karsinoma dengan nodus kulit satelit,
atau setiap karsinoma dengan metastasis ke kelenjar getah bening
mamaria internal interna ipsilateral.
Stadium IV Metastasis ke tempat jauh.

7. Pemerikaan Fisik
Mencari benjolan karena organ payudara dipengaruhi oleh faktor hormone antara lain
estrogen dan progesterone, maka sebaiknya pemeriksaan ini dilakukan saat pengaruh
hormonal ini seminimal mungkin/setelah menstruasi + 1 minggu dari hari akhir menstruasi.
Klien duduk dengan tangan jatuh ke samping dan pemeriksa berdiri didepan dalam posisi
yang lebih kurang sama tinggi.
a. Inspeksi
Simetri mammae kiri-kanan, Kelainan papilla. Letak dan bentuk, adakah putting susu,
kelainan kulit, tanda radang, peaue d’ orange, dimpling, ulserasi dan lain-lain. Inspeksi
ini juga dilakukan dalam keadaan kedua lengan diangkat ke atas untuk melihat apakah
ada bayangan tumor di bawah kulit yang ikut bergerak atau adakah bagian yang
tertinggal, dimpling dan lain-lain.
b. Palpasi
Klien berbaring dan diusahakan agar payudara tersebar rata keatas lapangan dada, jika
perlu punggung diganjal bantal kecil. Konsistensi, banyak, lokasi, infiltasi, besar, batas
dan operabilitas. Pemebesaran kelenjar gerah bening (kelenjar aksila). Adakah
metastase Nudus (regional) atau organ jauh), Stadium kanker (system TNM UICC,
1987).

8. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
 Morfologi sel darah
Hasil test yang abnormal berhubungan dengan problem kesehatan, termasuk
anemia,yang dapat menunjukkan bahwa kanker telah menyebar ke sumsum
tulang.
 Laju endap darah
Penderita memiliki laju endap darah dibawah normal karena pada penderita
kanker payudara positif terjadi pengikatan darah yang menyebabkan
hemokonsentrasi yang biasanya disebabkan proses keganasan.
 Tes faal hati
Alanine aminotransferase (ALT) dan Aspartate Transaminase (AST) untuk
menilai fungsi hati. Jika hasilnya tinggi maka kemungkinan kanker telah
menyebar ke hati.
 Tes tumor marker (carsino Embrionyk Antigen/CEA) dalam serum atau
plasma
Penanda tumor merupakan substansi di dalam darah, jaringan atau cairan
tubuh. Seorang wanita yang memiliki kanker payudara yang telah metastase
terapa penanda tumor pada awal didiagnosis. Biasanya level penanda tumor
diperiksa untuk menilai respon terhadap terapi. Penanda tumor yang dapat
ditemukan seperti cancer antigen 15-3 (CA15-3), dan carcinoembryonic
antigen (CEA).
 Pemeriksaan sitologik
Pemeriksaan ini memegang peranan penting pada penilaian cairan yang
keluar spontan dari puting payudara, cairan kista atau cairan yang keluar dari
ekskoriasi

b. Radiologi
 Mammografi
Pengujian mammae dengan menggunakan sinar untuk mendeteksi secara
dini. Memperlihatkan struktur internal mammae untuk mendeteksi kanker
yang tidak teraba atau tumor yang terjadi pada tahap awal. Mammografi pada
masa menopause kurang bermanfaat karena gambaran kanker diantara
jaringan kelenjar kurang tampak.
 Ultrasonografi
Biasanya digunakan untuk mendeteksi luka-luka pada daerah padat pada
mammae. Ultrasonography berguna untuk membedakan tumor dengan kista,
kadang-kadang tampak kista sebesar sampai 2 cm.
 Thermography
Mengukur dan mencatat emisi panas yang berasal; dari mammae atau
mengidentifikasi pertumbuhan cepat tumor sebagai titik panas karena
peningkatan suplay darah dan penyesuaian suhu kulit yang lebih tinggi.
 Xerodiography
Memberikan dan memasukkan kontras yang lebih tajam antara pembuluh-
pembuluh darah dan jaringan yang padat. Menyatakan peningkatan sirkulasi
sekitar sisi tumor.
 Biopsi
Untuk menentukan secara menyakinkan apakah tumor jinak atau ganas,
dengan cara pengambilan massa. Memberikan diagnosa definitif terhadap
massa dan berguna klasifikasi histogi, pentahapan dan seleksi terapi.
 CT. Scan
Dipergunakan untuk diagnosis metastasis carsinoma payudara pada organ
lain
 Pemeriksaan hematologi
Yaitu dengan cara isolasi dan menentukan sel-sel tumor pada peredaran
darah dengan sendimental dan sentrifugis darah
9. Diagnosis
Yang menjadi Gold Standard dalam diagnosis kanker payudara adalah triple assessment,
yakni pemeriksaan klinis dasar, radiologi, dan patologis.
1. Anamnesis
Telusuri riwayat penyakit pasien dan keluarga. Selain itu, pada anamnesis kita juga
mendapatkan gaya hidup pasien seperti makanan, apakah menyusui bayinya atau tidak,
atau merokok sehingga memperkuat dugaan diagnosis kita.
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, kita dapat mengenali gejala klinis dan membuat diagnosis
banding lainnya.
3. Pemeriksaan labortorium
Pemeriksaan laboratorium meliputi: Morfologi sel darah, LED, Test fal marker (CEA)
dalam serum/plasma, dan pemeriksaan sitologis. Selain itu, terdapat tes diagnostik lain:
a. Non invasive
 Mamografi
Pemeriksaan radiodiagnostik khusus dengan mempergunakan tehnik foto
jaringan lunak pada payudara. Pemeriksaan ini dipergunakan secara luas pada
program screening kanker payudara karena memiliki sensitifitas dan spesifitas
yang tinggi, yaitu 80-90%.
 Rontgen thoraks
Foto rontgen dada ini diperlukan, selain untuk skrining pra-operasi, juga untuk
melihat apakah ada penyebaran kanker ke paru-paru.
 USG (Ultrasonografi)
Digunakan untuk memberikan gambar tambahan di sekitar abdomen dan pelvis,
apakah terjadi metastasis. USG biasa digunakan sebagai tambahan dalam
pemeriksaan mamografi.
 MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Pada Scan MRI, digunakan gelombang radiomagnetik untuk menghasilkan
gambar yang detil dari organ dalam. MRI dapat digunakan untuk melihat
kelainan pada otak dan sumsum tulang belakang serta untuk melihat suatu
daerah yang dicurigai di dalam tulang.
 PET (Positron Emission Tomography)
Pada PET scan, digunakan suatu bentuk gula (glukosa) yang mengandung
radioaktif. Sejumlah kecil zat radioaktif disuntikkan ke alam pembuluh vena
lengan. Setelah glukosa tersebut dimasukkan ke dalam tubuh, kemudian pasien
masuk ke dalam mesin PET yang memiliki kamera khusus yang dapat
mendeteksi radioaktif. Karena kanker payudara memakai energi dalam jumlah
yang besar,maka daerah kanker akan menyerap glukosa radioaktif dalam jumlah
besar. PET scan tidak direkomendasikan untuk pasien kanker payudara, tetapi
dapat digunakan untuk mengevaluasi pasien secara dini pada pasien dengan
metastase atau kanker payudara rekuren (berulang).

b. Invasif Biopsi, ada 2 macam tindakan menggunakan jarum dan 2 macam


tindakan pembedahan
 Aspirasi biopsy (FNAB)
Dengan aspirasi jarum halus , sifat massa dibedakan antar kistik atau padat
 True cut / Care biopsy
Dilakukan dengan perlengkapan stereotactic biopsy mamografi untuk
memandu jarum pada massa.
 Insisi atau Eksisi biopsy Hasil biopsi dapat digunakan selama 36 jam untuk
dilakukan pemeriksaan histologik secara froxen section
10. Penatalaksanaan
Penanganan dan pengobatan penyakit kanker payudara tergantung dari tipe dan stadium
yang dialami penderita. Umumnya seseorang baru diketahui menderita penyakit kanker
payudara setelah menginjak stadiun lanjut yang cukup parah, hal ini disebabkan kurangnya
pengetahuan atau rasa malu sehingga terlambat untuk diperiksakan ke dokter atas kelainan
yang dihadapinya.
Secara garis besar, penatalaksanaan kanker payudara invasif pada saluran susu adalah:
1. Pembedahan
Pada kanker payudara yang diketahui sejak dini maka pembedahan adalah tindakan
yang tepat. Dokter akan mengangkat benjolan serta area kecil sekitarnya yang lalu
menggantikannya dengan jaringan otot lain (lumpectomy). Secara garis besar, ada 3
tindakan pembedahan atau operasi kanker payudara diantaranya:
 Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan sebagian dari payudara
(lumpectomy). Operasi ini selalu diikuti dengan pemberian radioterapi.
Biasanya lumpectomy direkomendasikan pada pasien yang besar tumornya
kurang dari 2 cm dan letaknya di pinggir payudara.
 Total Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara saja, tetapi
bukan kelenjar di ketiak.
 Modified Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara,
jaringan payudara di tulang dada, tulang selangka dan tulang iga, serta benjolan
di sekitar ketiak
2. Radiotherapy (Penyinaran/radiasi)
Penyinaran pada daerah yang terkena kanker dengan menggunakan sinar X dan sinar
gamma yang bertujuan membunuh sel kanker yang masih tersisa di payudara setelah
operasi. Tindakan ini mempunyai efek kurang baik seperti tubuh menjadi lemah, nafsu
makan berkurang, warna kulit di sekitar payudara menjadi hitam, serta Hb dan leukosit
cenderung menurun sebagai akibat dari radiasi.
3. Therapy Hormon
Hal ini dikenal sebagai 'Therapy anti-estrogen' yang sistem kerjanya memblok
kemampuan hormon estrogen yang ada dalam menstimulus perkembangan kanker pada
payudara.
4. Chemotherapy
Ini merupakan proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk pil cair atau
kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel kanker. Sistem ini diharapkan
mencapai target pada pengobatan kanker yang kemungkinan telah menyebar kebagian
tubuh lainnya. Dampak dari kemoterapi adalah pasien mengalami mual dan muntah
serta rambut rontok karena pengaruh obat-obatan yang diberikan pada saat kemoterapi.
5. Pengobatan Herceptin
Terapi biologis yang dikenal efektif melawan HER2-positive pada wanita yang
mengalami kanker payudara stadium II, III dan IV dengan penyebaran sel kankernya.

11. Komplikasi

Komplikasi utama dari kancer payudara adalah metastase jaringan sekitarnya dan juga
melalui saluran limfe dan pembuluh darah ke organ-organ lain. Tempat yang sering untuk
metastase jauh adalah paru-paru, pleura, tulang dan hati. Metastase ke tulang
kemungkinan mengakibatkan fraktur patologis, nyeri kronik dan hiperkalsemia.
Metastase ke paru-paru akan mengalami gangguan ventilasi pada paru-paru dan
metastase ke otak mengalami gangguan persepsi sensori.

12. Prognosis
Prognosis kanker payudara dipengaruhi oleh beberapa variabel:
1. Ukuran karsinoma primer.
Pasien dengan karsinoma invasif yang lebih kecil daripada 1 cm memiliki harapan
hidup yang sangat baik jika tidak terdapat keterlibatan kelenjar getah bening dan
mungkin tidak memerlukan terapi sistemik.
2. Keterlibatan kelenjar getah bening dan jumlah kelenjar getah bening yang terkena
metastasis.
Jika tidak ada kelenjar ketiak yang terkena, angka harapan hidup 5 tahun mendekati
90%. Angka harapan hidup menurun bersama setiap kelenjar getah bening yang
terkena dan menjadi kurang dari 50% jika kelenjar yang terkena berjumlah 16 atau
lebih.
3. Derajat karsinoma
Sistem penentuan derajat yang paling umum untuk kanker payudara
mempertimbangkan pembentukan tubulus, derajat nukleus dan angka miotik
karsinoma menjadi tiga kelompok. Karsinoma berdiferensiasi baik memiliki
prognosis yang secara bermakna lebih baik dibandingkan dengan karsinoma yang
berdiferensiasi buruk. Karsinoma berdiferensiasi sedang pada awalnya memiliki
prognosis baik, tetapi harapan hidup pada 20 tahun mendekati angka untuk
karsinoma yang berdiferensiasi buruk.
4. Tipe histologik karsinoma
Semua tipe khusus karsinoma payudara (tubulus, medular, lobules, papilar dan
musinosa) memiliki prognosis yang sedikit banyak lebih baik daripada karsinoma
tanpa tipe khusus (“karsinoma duktus”)
5. Invasi limfovaskular
Adanya tumor di dalam rongga vaskular di sekitar tumor primer merupakan faktor
prognostik yang buruk, terutama jika tidak terdapat metastasis ke kelenjar getah
bening.
6. Ada tidaknya reseptor esterogen atau progesterone
Adanya reseptor hormone menyebabkan prognosis sedikit membaik.
7. Laju proliferasi kanker
Proliferasi dapat diukur dari hitung mitotic, flow cytometry, atau dengan penanda
imunohistokimia untuk protein siklus sel. Laju proliferasi yang tinggi berkaitan
dengan prognosis yang lebih buruk.
8. Aneuploidi
Karsinoma dengan kandungan DNA abnormal (aneuploidi) memiliki prognosis
sedikit lebih buruk dibandingkan dengan karsinoma dengan kandungan DNA
serupa sel normal.
9. Ekspresi berlebihan ERBB2
Ekspresi berlebihan protein terbungkus membran ini hampir selalu disebabkan oleh
amplifikasi gen. Ekspresi berlebihan ini berkaitan dengan prognosis yang buruk.
namun, makna evaluasi ERBB2 adalah untuk memperkirakan respons terhadap
antibody monoklonal terhadap gen ini (“Herceptin”).
Angka harapan hidup 5 tahun keseluruhan untuk kanker stadium I adalah 87%; untuk
stadium II, 75%; untuk stadium III, 46%; dan untuk stadium IV, 13%. Perlu di ingat bahwa
kekambuhan mungkin timbul belakangan, bahkan setelah 10 tahun, dan untuk setiap tahun
yang berlalu tanpa penyakit menyebabkan prognosis yang semakin baik.

13. Pencegahan
Kanker payudara dapat dicegah dengan cara:
1. Hindari penggunaan pakaian dalam atas yang terlalu ketat dalam waktu lama.
2. Hindari merokok dan mengkonsumsi alkohol. Dalam penelitian menyebutkan
alkohol meningkatkan estrogen.
3. Lakukan pemeriksaan payudara sendiri, setiap bulan. Teratur melakukan SADARI
(Periksa Payudara Sendiri) setiap bulan sekali. Dilakukan beberapa hari setelah
menstruasi selesai. Disaat payudara tidak dalam keadaan membengkak dan tegang
seperti pada waktu mens. Jangan panik jika menemukan benjolan pada payudara.
Segera periksa lebih lanjut ke dokter. Delapan dari 10 kasus benjolan pada tumor
adalah tumor jinak. Usia lebih dari 40 tahun ditambah dengan secara teratur
melakukan mamografi Tehnik SADARI
 Langkah Pertama
Berdiri didepan cermin, dada dibusungkan dan tangan diletakkan di
pinggang. Perhatikan UKURAN, BENTUK dan WARNA payudara, serta
puting. Wajib memeriksakan ke dokter, jika ada kulit payudara pada satu
tempat ‘masuk’ kedalam, berkerut, kemerahan , terdapat luka yang sulit
menyembuh atau membengkak. Puting susu retraksi/masuk kedalam atau
letak abnormal.
 Langkah Kedua
Kemudian angkat tangan, perhatikan payudara seperti pada langkah pertama
diatas. Kemudian tekan atau pencet puting susu. Jika ada cairan abnormal
yang keluar, maka segeralah periksakan diri ke dokter.
 Langkah Ketiga
Berbaring dengan tangan (pada sisi yang sama dengan payudara yang akan
diperiksa), diletakkan dibawah kepala. Tangan kiri dipakai untuk
memeriksa payudara kanan begitu sebaliknya. Raba seluruh payudara
(seperti pada gambar) mulai dari atas kebawah, sisi kiri ke sisi dalam, dari
lekukan ketiak sampai kearah payudara. Bisa juga mulai dari puting, dengan
arah melingkar terus sampai ke sisi luar lingkaran payudara. Pastikan
seluruh payudara terdeteksi, raba dengan kekuatan yang ringan, halus tapi
mencapai seluruh kedalaman payudara (bisa merasakan tulang iga
dibelakang payudara)
 Langkah Keempat
Langkah terakhir, lakukan dengan berdiri atau duduk. Lakukan perabaan
seperti pada langkah ke tiga. Beberapa wanita sering melakukan pada waktu
mandi, karena lebih mudah melakukan perabaan payudara dalam keadaan
kulit payudara basah. Secara berkala memeriksakan diri ke dokter, terutama
jika mempunyai faktor risiko terkena kanker payudara.

Gambar 3. Teknik SADARI

4. Hindari terlalu banyak terkena sinar-x atau jenis-jenis radiasi lainnya


5. Jaga kesehatan dengan mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran segar. Sebaiknya
sering mengkonsumsi kedelai serta produk olahannya, seperti tahu, tempe, dan susu
kacang kedelai, sebab kedelai mengandung phyto estrogen, yaitu genistein, yang
bermanfaat untuk mengurangi resiko terjadinya kanker payudara.
6. Hindari terlampau banyak makan makanan berlemak tinggi.
7. Memberikan ASI pada bayi secara berkala akan mengurangi tingkat hormone
tersebut. Sedangkan kanker payudara berkaitan dengan hormone estrogen.
8. Jika menemukan gumpalan / benjolan pada payudara segera kedokter.
9. Cari tahu apakah ada sejarah kanker payudara pada keluarga. Menurut penelitian
10 % dari semua kasus kanker payudara adalah faktor gen.
10. Perhatikan berat badan, obesitas meningkatkan risiko kanker payudara.
11. Olahraga teratur. Penelitian menunjukkan bahwa semakin kurang berolahraga,
semakin tinggi tingkat estrogen dalam tubuh.
12. Usia > 50 tahun lakukan skrining payudara teratur. 80% Kanker payudara terjadi
pada usia > 50 tahun.
13. Rileks / hindari stress berat. Menurunkan tingkat stress akan menguntungkan untuk
semua kesehatan secara menyeluruh termasuk risiko kanker payudara. Misalnya
lewat relaksasi dan meditasi.
A. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1) PENGKAJIAN
1. Identitas
Cantumkan biodata klien secara lengkap yang mencakup umur, jenis kelamin, suku
bangsa.
2. Keluhan utama
Biasanya klien datang ke tempat pelayanan kesehatan dengan keluhan terdapat benjolan
atau massa di payudara, rasa sakit, keluar cairan dari puting susu, timbulnya kelainan
kulit (dimpling, kemerahan, ulserasi, peau de’orange), pembesaran kelenjar getah
bening, atau tanda metastasis jauh.
3. Riwayat penyakit
Faktor predisposisi timbulnya ca mammae disebabkan oleh beberapa faktor misalnya :
riwayat keluarga, hormonal, kegemukan, bahan kimia, stres, dan faktor lain yang bersifat
eksogen.
4. Data fokus :
DS :
 Klien mengatakan terdapat benjolan pada payudara atau ketiak
 Klien mengeluh nyeri pada payudara
 Klien mengeluh sesak nafas
 Klien mengatakan mengalami penurunan berat badan
 Klien mengatakan malu dengan keadaan tubuhnya
 Klien dan keluarga mengatakan tidak mengerti mengenai penyakit yang dialami
klien, seperti penyebab, pengobatan, dan perawatannya.
DO :
 Tampak benjolan atau massa pada ketiak dan payudara klien
 Tampak perubahan bentuk dan ukuran payudara klien
 Tampak keluar cairan berwarna merah kekuningan dan bernanah dari puting susu
klien
 Payudara klien tampak kemerahan dan kulit disekitar puting susu tampak bersisik
 Klien tampak memegang daerah nyeri di payudara
 TTV klien meningkat akibat nyeri (RR>20 x/menit, HR>100x/menit,
TD>120/80mmHg)
 Klien tampal lemah
 Klien tampak cemas dan gelisah
 Wajah klien tampak meringis.
 Klien dan keluarga tampak sering bertanya-tanya tentang penyakit yang di derita
klien.
5. Pola Fungsi Kesehatan
a. Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan:
Ditanyakan kebiasaan olaharaga. Seseorang yang kurang berolahraga cenderung
memiliki hormon estrogen yang lebih tinggi. Ditanyakan kebiasaan pasien
terhadap skrining SADARI, bagaimana cara pasien mengatasi masalah kesehatan
seperti kunjungan ke fasilitas kesehatan.

Masalah Keperawatan : Gaya hidup sedentary, Ketidakefekifan Manajemen


Kesehatan.

b. Nutrisi/ metabolic:
Kebiasaan makan dan jenis makanan dianyakan pada pasien, BB, TB dan IMT,
mual, muntah. Pada pasien yang telah menjalani kemoterapi atau radioterapi
biasanya mengalami mual dan muntah. Efek kemoterapi juga pada nafsu makan
dan kerontokan padan rambut.

Masalah keperawatan : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh,


Mual

c. Pola eliminasi:
Biasanya perubahan pada pola eliminasi akibat dari obat – obat kemoterapi. Pasien
kanker payudara dapat mengalami diare akibat efek antimitotik yang berpengaruh
terhadap sel-sel pada usus sehingga mempersempit luas permukaan absorpsi.
Dalam beberapa kasus juga dapat ditemukan konstipasi.
Masalah keperawatan: Diare, Konstipasi.

d. Pola aktivitas dan latihan


Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4

Makan/minum

Mandi

Toileting

Berpakaian

Mobilisasi di tempat tidur

Berpindah

Ambulasi ROM

0: mandiri, 1: alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4:
tergantung total.
Keterangan :
Jika kanker payudara telah bermetastase ke paru – paru maka muncul keluhan
seperti sesak napas. .
Masalah keperawatan : Ketidakefektifan Pola Napas.

e. Pola tidur dan istirahat:


Kemungkinan ditemukan masalah tidur saat terasa nyeri pada pasien dan rasa
tidak nyaman pada pasien.
Masalah keperawatan : Gangguan pola tidur.
f. Pola kognitif-perseptual
Pasien akan mengalami nyeri pada dadanya. Pasien seringkali datang ke pusat
layanan kesehatan saat penyakit sudah memasuki stadium lanjut karena tidak tahu
melakukan sadari atau tidak memperhatikan dengan perubahan pda tubuhnya.
Masalah keperawatan : Nyeri kronis, Defisiensi pengetahuan

g. Pola persepsi diri/konsep diri


Pada pasien mengalami benjolan dan perubahan pada payudaranya seringkali
merasa malu terhadap kondisinya.
Masalah keperawatan: Gangguan citra tubuh

h. Pola seksual dan reproduksi


Pada pasien kanker payudara baik pada perempuan atau laki-laki daat terjadi
perubahan pola sesksual. Hal ini kemungkinan disebabkan rasa malu tidak mampu
memenuhi kebutuhan seksual akibat kelainan pada payudaranya. Pasien wanita
ditanyakan menopause. Ditemukan data seperti ulserasi, dimpling, benjolan pada
payudara serta keluar cairan dari puting susu.
Masalah keperawatan: Ketidakefektifan Pola Seksual.

i. Pola peran-hubungan
Pada pasien biasanya membutuhkan perawatan yang cukup lama sehingga
biasanya terjadi perubahan peran dan hubungan

Masalah keperawatan : Ketidakefektifan pola hubungan, Terganggunya proses


keluarga.

j. Pola manajemen koping stress


Kemungkiann ditemukan data bahwa pasien dapat mengalami stress karena
kondisi yang dialaminya. Ditambah dengan terapi yang harus dilaksanakan dalam
jangka waktu yang cukup lama. Psien kemungkinan mengalami kecemasan
terhadap proses penyakit dan perawatan yang akan diterima.
Masalah keperawatan : Ketidakefektifan koping, Ansietas.

k. Pola keyakinan-nilai
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

6. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik ditemukan hasil sebagai berikut:
a) Inspeksi
Simetri mamma kiri-kanan, Kelainan papilla. Letak dan bentuk, adakah putting
susu, kelainan kulit, tanda radang, peaue d’ orange, dimpling, ulserasi dan lain-
lain. Inspeksi ini juga dilakukan dalam keadaan kedua lengan diangkat ke atas
untuk melihat apakah ada bayangan tumor di bawah kulit yang ikut bergerak atau
adakah bagian yang tertinggal, dimpling dan lain-lain.
b) Palpasi
Klien berbaring dan diusahakan agar payudara tersebar rata keatas lapangan dada,
jika perlu punggung diganjal bantal kecil. Konsistensi, banyak, lokasi, infiltasi,
besar, batas dan operabilitas. Pembesaran kelenjar gerah bening (kelenjar aksila).
Adakah metastase Nudus (regional) atau organ jauh), Stadium kanker.
7. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan antara lain:
1. Mammografi
yaitu pemeriksaan yang dapat melihat struktur internal dari payudara, hal ini
mendeteksi secara dini tumor atau kanker.
2. Ultrasonografi
biasanya digunakan untuk membedakan tumor sulit dengan kista.
3. CT. Scan
dipergunakan untuk diagnosis metastasis carsinoma payudara pada organ lain
4. Sistologi biopsi aspirasi jarum halus
5. Pemeriksaan hematologi
yaitu dengan cara isolasi dan menentukan sel-sel tumor pada peredaran darah dengan
sendimental dan sentrifugis darah.(Michael D, dkk, 2005)

2) DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan berdasarkan stadium klinis pada carcinoma mammae :
 Stadium 0
1. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan karena Ca mammae
ditandai dengan klien mengungkapkan rasa cemasnya, klien tampak cemas dan
gelisah, nadi meningkat (>100x/menit), RR>20x/menit)
 Stadium I
1. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan karena Ca mammae
ditandai dengan klien mengungkapkan rasa cemasnya, klien tampak cemas dan
gelisah, nadi meningkat (>100x/menit), RR>20x/menit.
2. Nyeri kronis berhubungan dengan ketidakmampuan fisik kronis akibat Ca
mammae ditandai dengan klien mengeluh nyeri di payudara, nyeri dirasakan lebih
dari 6 bulan, skala nyeri 1-10, nyeri dirasakan terus menerus, klien tampak
meringis kesakitan, perilaku klien tampak berhati-hati, klien tampak tidak
nyaman (posisi melindungi bagian yang nyeri),takikardia (HR > 100x per menit),
RR meningkat (RR > 20x/menit).
 Stadium IIA
1. Nyeri kronis berhubungan dengan ketidakmampuan fisik kronis akibat Ca
mammae ditandai dengan klien mengeluh nyeri di payudara, nyeri dirasakan lebih
dari 6 bulan, skala nyeri 1-10, nyeri dirasakan terus menerus, klien tampak
meringis kesakitan, perilaku klien tampak berhati-hati, klien tampak tidak nyaman
(posisi melindungi bagian yang nyeri),takikardia (HR > 100x per menit), RR
meningkat (RR > 20x/menit).
2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan bentuk dan struktur bagian
tubuh ditandai dengan klien mengatakan malu dengan adanya perubahan struktur
dan fungsi bagian tubuh akibat Ca mammae.
3. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan karena Ca mammae
ditandai dengan klien mengungkapkan rasa cemasnya, klien tampak cemas dan
gelisah, nadi meningkat (>100x/menit), RR>20x/menit).
 Stadium IIB
1. Nyeri kronis berhubungan dengan ketidakmampuan fisik kronis akibat Ca
mammae ditandai dengan klien mengeluh nyeri di payudara, nyeri dirasakan lebih
dari 6 bulan, skala nyeri 1-10, nyeri dirasakan terus menerus, klien tampak
meringis kesakitan, perilaku klien tampak berhati-hati, klien tampak tidak nyaman
(posisi melindungi bagian yang nyeri),takikardia (HR > 100x per menit), RR
meningkat (RR > 20x/menit).
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan gangguan sistem transpor oksigen
sekunder akibat Ca mammae ditandai dengan keletihan akibat aktivitas, dispnea,
pusing, kelemahan.
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan bentuk dan struktur bagian
tubuh ditandai dengan klien mengatakan malu dengan adanya perubahan struktur
dan fungsi bagian tubuh akibat Ca mammae.
4. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan karena Ca mammae
ditandai dengan klien mengungkapkan rasa cemasnya, klien tampak cemas dan
gelisah, nadi meningkat (>100x/menit), RR>20x/menit.
 Stadium IIIB
1. Nyeri kronis berhubungan dengan ketidakmampuan fisik kronis akibat Ca
mammae ditandai dengan klien mengeluh nyeri di payudara, nyeri dirasakan lebih
dari 6 bulan, skala nyeri 1-10, nyeri dirasakan terus menerus, klien tampak
meringis kesakitan, perilaku klien tampak berhati-hati, klien tampak tidak nyaman
(posisi melindungi bagian yang nyeri),takikardia (HR > 100x per menit), RR
meningkat (RR > 20x/menit).
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan gangguan sistem transpor oksigen
sekunder akibat Ca mammae ditandai dengan keletihan akibat aktivitas, dispnea,
pusing, kelemahan.
3. Kerusakan Integritas Kulit berhubungan dengan invasi sel kanker kedalam
jaringan dermis sekunder akibat karsinoma mammae ditandai dengan perubahan
kulit seperti kulit jeruk (peau de’orange), ulserasi kulit seperti tanda kembang kol,
keseluruhan kulit mammae berwarna merah bengkak.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
status hipermetabolik akibat Carcinoma Mammae ditandai dengan penurunan
kadar albumin (<3,5 meq/dL), klien tampak kurus, berat badan menurun.
5. Risiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat (penurunan
sistem imun).
6. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan bentuk dan struktur bagian
tubuh ditandai dengan klien mengatakan malu dengan adanya perubahan struktur
dan fungsi bagian tubuh akibat Ca mammae.
7. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan karena Ca mammae
ditandai dengan klien mengungkapkan rasa cemasnya, klien tampak cemas dan
gelisah, nadi meningkat (>100x/menit), RR>20x/menit.
 Stadium IV
1. Pola Nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru ditandai
dengan dispnea, ekspirasi memanjang, sesak napas, RR klien meningkat
(>20x/menit), terdapat wheezing, terdapat penggunaan otot-otot bantu pernapasan.
2. Nyeri kronis berhubungan dengan ketidakmampuan fisik kronis akibat Ca
mammae ditandai dengan klien mengeluh nyeri di payudara, nyeri dirasakan lebih
dari 6 bulan, skala nyeri 1-10, nyeri dirasakan terus menerus, klien tampak
meringis kesakitan, perilaku klien tampak berhati-hati, klien tampak tidak nyaman
(posisi melindungi bagian yang nyeri),takikardia (HR > 100x per menit), RR
meningkat (RR > 20x/menit).
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan gangguan sistem transpor oksigen
sekunder akibat Ca mammae ditandai dengan keletihan akibat aktivitas, dispnea,
pusing, kelemahan.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan status
hipermetabolik akibat Carcinoma Mammae ditandai dengan penurunan berat
badan dengan asupan makanan adekuat, membran mukosa pucat, berat badan 20%
atau lebih dibawah berat badan ideal, klien tampak kurus.
5. Kerusakan Integritas Kulit berhubungan dengan invasi sel kanker kedalam
jaringan dermis sekunder akibat karsinoma mammae ditandai dengan perubahan
kulit seperti kulit jeruk (peau de’orange), ulserasi kulit seperti tanda kembang kol,
keseluruhan kulit mammae berwarna merah bengkak.
6. Risiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat (penurunan
sistem imun)
7. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan bentuk dan struktur bagian
tubuh ditandai dengan klien mengatakan malu dengan adanya perubahan struktur
dan fungsi bagian tubuh akibat Ca mammae.
8. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan karena Ca mammae
ditandai dengan klien mengungkapkan rasa cemasnya, klien tampak cemas dan
gelisah, nadi meningkat (>100x/menit), RR>20x/menit.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. (2007). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Carpenito,Lynda Juall. (2004). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.
Corwin, A. J. . (2000). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC
Johnson, Marion, dkk. (2005). IOWA Intervention Project Nursing Outcomes Classifcation
(NOC), Second edition. USA : Mosby.
McCloskey, Joanne C. dkk. (2005). IOWA Intervention Project Nursing Intervention
Classifcation (NIC), Second edition. USA : Mosby.
NANDA 2015-2017, Nursing Diagnosis: Definitions and Classification, , USA: Philadelphia
Ramali, Ahmad.(2005). Kamus Kedokteran: Arti dan Keterangan Istilah. cetakan 26. Jakarta :
EGC.

Robbins, S.L, dkk. (2007). Buku Ajar Patologi edis i. 7. Jakarta : EGC.

Smeltzer SC.(2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah: Brunner and Suddarth Edisi 8.
Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai