Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

EVOLUSI
“SPESIASI EVOLUSI”

OLEH
KELOMPOK

SUMARNI
ANDI SRI WAHYUNI
ASWAN

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU


PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH BULUKUMBA
2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan karuniaNya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik.
Makalah ini kami buat dengan mengambil judul “Spesiasi Evolusi” yang
membahas segi-segi kehidupan yang ada pada saat ini yang berkembang ataupun
yang sudah ada sejak dulu kala.Makalah ini bertujuan untuk memperluas wawasan
kita tentang judul tersebut karena menyangkut kehidupan makhluk hidup, selain
itu juga makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah EVOLUSI yang
telah diberikan dosen untuk kami.
Besar harapan saya agar para pembaca boleh mengambil perhatian untuk
membaca makalah ini sehingga materi yang ada didalamnya tidak hanya menjadi
sebuah materi saja melainkan menjadi jendela pengetahuan menuju masa depan
yang cerah. Disamping itu, saya juga mau memohon maaf bila anda mendapati
ada kekurangan dalam makalah ini dan terimah kasih

Bulukumba, Desember 2017

Penyusun
DAFTAR ISI

Sampul
Kata pengantar ....................................................................................................
Daftar isi ..............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................
B. Rumusan Masalah ...................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian spesiasi .................................................................................
B. Model spesiasi pada tingkat populasi ………………………………….

C. Pengaruh Utama Spesiasi ……………………………………………...

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .............................................................................................
B. Saran .......................................................................................................
Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Spesiasi merupakan proses pembentukan spesies baru. Ada beberapa

pendapat mengenai proses spesiasi. Ada pendapat menyatakan bahwa proses

spesiasi hanya terjadi pada masa lampau dan tidak terjadi lagi pada masa kini,

sedangkan pendapat lain menyatakan bahwa spesiasi masih berlangsung hingga

kini. Untuk memahami proses spesiasi, perlu diingat bahwa keadaan muka bumi

pada masa lampau tidak sama dengan saat ini. Permukaan bumi yang semula

panas menjadi dingin, daratan mulai terbentuk, dengan demikian terdapatlah

habitat baru. Terbentuknya tumbuh-tumbuhan, hutan, padang rumput secara tidak

simultan, dan terjadi di sejumlah tempat sehingga meyebabkan timbulnya habitat

baru yang sebelumnya tidak ada. Kondisi iklim pada masa lalu juga berubah-ubah.

Peristiwa glasiasi, letusan gunung berapi, terbentuknya daratan menyebabkan

muka bumi mengalami evolusi yang besar.

Faktor-faktor yang mempengaruhi evolusi adalah seleksi alam, mutasi dan

peran isolasi dalam pembentukan spesies baru. Ada perjuangan untuk hidup yaitu

antara individu-individu dalam suatu spesies untuk mendapatkan makanan, air,

cahaya atau faktor-faktor lain yang penting dalam lingkungan itu. Melalui

peristiwa isolasi dapat ditetapkan adanya perbedaan genetik. Organisme yang

hidup di sekitar kita telah mengalami tahap-tahap isolasi menuju pembentukan


spesies baru. Bukti teori evolusi adalah; adaptasi dan seleksi alam. Seleksi alam

berlangsung secara mikro evolusi, dengan hasil akhirnya adalah adaptasi. Dua

unsur yang terdapat pada teori Evolusi Darwin, yaitu; adaptasi dan pembentukan

spesies baru.

Pada makalah ini akan dijelaskan secara terperinci tentang pembentukan

spesies baru (spesiasi).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa itu spesiasi?
2. Bagaimanakah mekanisme pembentukan spesies baru (spesiasi)?
3. Bagaimanakah mekanisme isolasi spesies?
C. Tujuan
Tujuan penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian pembentukan spesies
baru (spesiasi).
2. Untuk mengetahui dan memahami mekanisme pembentukan spesies
baru (spesiasi).
3. Untuk mengetahui dan memahami mekanisme isolasi spesies.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Spesiasi

Spesiasi merupakan proses pembentukan spesies baru dan berbeda dari

spesies sebelumnya melalui proses perkembangbiakan natural dalam kerangka

evousi. Spesiasi merupakan proses pembentukan spesies baru. Ada beberapa

pendapat mengenai proses spesiasi. Ada pendapat menyatakan bahwa proses

spesiasi hanya terjadi pada masa lampau dan tidak terjadi lagi pada masa kini,

sedangkan pendapat lain menyatakan bahwa spesiasi masih berlangsung hingga

kini. Untuk memahami proses spesiasi, perlu diingat bahwa keadaan muka bumi

pada masa lampau tidak sama dengan saat ini. Permukaan bumi yang semula

panas menjadi dingin, daratan mulai terbentuk, dengan demikian terdapatlah

habitat baru. Terbentuknya tumbuh-tumbuhan, hutan, padang rumput secara tidak

simultan, dan terjadi di sejumlah tempat sehingga meyebabkan timbulnya habitat

baru yang sebelumnya tidak ada.

Kondisi iklim pada masa lalu juga berubah-ubah. Peristiwa glasiasi,

letusan gunung berapi, terbentuknya daratan menyebabkan muka bumi mengalami

evolusi yang besar (Waluyo, 2005). Evolusi molekuler meliputi: evolusi

makromolekul dan rekonstruksi sejarah evolusi gen dan organisme. Pada

organisme tingkat tinggi, kajian asal-usul organisme sangat diuntungkan oleh

keberadaan mitokondria dan kloroplas karenad alam kedua organela seluler

tersebut diketahui adanya DNA yang berbeda dengan DNA kromosom.Selain itu
telah terbukti bahwa DNA mitokondria hanya berasal dari ibu. Untuk inilah telah

asal-usul manusia, hewan dan tumbuhan tingkat tinggi banyak dilakukan dengan

melakukan analisis DNA mitokondria dengan pendekatan secara molekuler.

Spesiasi membahas tentang transisi mikroevolusi ke makroevolusi. Proses

mikroevolusi yang terjadi pada populasi, yaitu seleksi alam, perubahan frekuensi

gen, pemeliharaan variasi genetik, ekspresi khusus dari variasi gen, evolusi dari

kelamin, sejarah hidup dan alokasi seksual, seleksi seksual, dan konflik genetik.

Jembatan antara mikro dan makroevolusi adalah spesiasi, yang bertanggung jawab

terhadap keanekaragaman kehidupan (Stearns and Hoekstra, 2003).

Kehidupan terjadi di dalam kelompok.Para ahli taksonomi memakai segala

macam perbedaan, morfologi, tingkah laku dan genetik untuk mengidentifikasi

spesies. Mereka mempunyai masalah yang serius untuk memutuskan bagaimana

kelompok harus berbeda untuk mengklasifikasikannya ke dalam spesies yang

berbeda. Terkadang perbedaan ciri satu spesies dengan spesies lainnya dapat

overlap.

Campbell (2003) mengemukakan ada beberapa konsep spesies antara lain:

Konsep spesies Biologis mendefinisikan suatu spesies sebagai suatu

populasi atau kelompok populasi yang anggota-anggotanya memiliki kemampua

untuk saling mengawini satu sama lain di alam dan menghasilkan keturunan yang

dapat hidup dan fertil jika kawin dengan spesies lain. Dengan kata lain suatu

spesies biologi adalah unit populasi terbesar dimana pertukaran genetik mungkin

terjadi dan terisolasi secara genetik dari populasi lain semacamnya. Anggota suatu

spesies biologis dipersatukan oleh ciri kesesuaian ciri reproduksi. Semua manusia
termasuk ke dalam spesies biologis yang sama. Sebaliknya manusia dan simpanse

tetap merupakan spesies biologis yang sangat jelas berbeda meskipun hidup di

wilayah yang sama karena kedua spesies itu tidak dapat saling mengawini.

Konsep spesies pengenalan menekankan pada adaptasi perkawinan yang

telah tetap dalam suatu populasi.Menurut konsep ini suatu spesies didefinisikan

oleh suatu kumpulan sikap dan ciri unik yang memaksimalkan keberhasilan

perkawinan ciri molekuler morfologis perilaku yang memungkinkan individu

untuk mengenali pasangan kawinnya.Konsep ini cenderung berfokus pada sifat

dan ciri yang dipengaruhi oleh seleksi alam dan terbatas hanya pada spesies yang

bereproduksi secara seksual.

Konsep spesies kohesi berfokus pada mekanisme yang mempertahankan

spesiesnya sebagai bentuk fenotip tersendiri. Tergantung pada spesies, mekanisme

ini meliputi sawar reproduktif seleksi penstabilan dan tautan antara kumpulan gen

yang membuat zigot berkembang menjadi organisme dewasa dengan ciri khas

yang spesifik. Konsep ini dapat diterapkan pada organisme yang bereproduksi

secara aseksual.Konsep ini juga mengakui bahwa perkawinan silang diantara

beberapa spesies menghasilkan keturunan hibrida yang fertil dan terkadang

hibrida itu berhasil kawin dengan salah satu spesies induknya. Konsep ini

menekankan pada adaptasi yang mempertahankan spesies tetua tetap utuh

meskipun ada sedikit aliran gen diantara mereka. Konsep ini dapat digunakan

pada setiap kasus yang melibatkan hibridisasi.

Konsep spesies ekologis mendefinisikan spesies pada tempat dimana

mereka hidup dan apa yang mereka lakukan dan bukan dari penampakan mereka.
Suatu spesies ekologis didefinisikan oleh peranan unik yang dimainkannya atau

posisi dan fungsi spesifiknya dalam lingkungan.Contohnya dua populasi hewan

yang tampak identik dapat dikatakan merupakan dua spesies ekologis yang

berbeda jika masing-masing hanya ditemukan dalam jenis lingkungan spesifik

(misalnya kolam air tawar dengan kumpulan keadaan kimia, biologi, dan fisik

yang khas).

Konsep spesies evolusioner mendefinisikan suatu spesies sebagai suatu

urutan populasi tetua dan keturunannya yang berkembang secara bebas dari

kelompok lain. Masing-masing spesies evolusioner memiliki peranan yang unik

dan terpisah dalam lingkungan, setiap peran tertentu melibatkan sekumpulan

kekuatan seleksi alam yang spesifik (tekanan selektif).Dengan demikian populasi

yang membentuk suatu spesies dipengaruhi dan disatukan oleh sekumpulan

tekanan selektif yang unik.

Spesies menunjuk dua kategori, yaitu kategori taksonomi dan konsep

biologi. Spesies menurut BSC (Biological Species Consept) yang dikemukakan

oleh Mayr (1963) adalah suatu kelompok populasi alami yang secara aktual

maupun potensial dapat saling kawin (interbreeding) dan kelompok ini secara

reproduktif terisolasi dari kelompok yang lainnya. Kriteria yang menentukan

keberhasilan reproduksi seksual adalah kemampuan untuk menghasilkan

keturunan yang fertil (Stearns and Hoekstra, 2003).Sedangkan spesies menurut

kategori taksonomi didasarkan atas perbedaan ciri morfologi atau penampilannya

dengan kriteria persamaan ciri dengan anggota lainnya dalam spesies yang

bersangkutan.
Spesies dalam pandangan modern adalah suatu golongan populasi yang

alami (deme) yang tersendiri secara genetis dan memiliki bersama suatu ″gene

pool″ umum.Golongan ini terisolasi secara reproduksi dengan kelompok

lainnya.Suatu spesies adalah unit atau kesatuan terbesar dalam populasi, di

dalamnya terjadi pertukaran gen atau gene flow.Kebanyakan spesies dipisahkan

dengan perbedaan-perbedaan yang nyata secara anatomi, fisiologi dan tingkah

laku (Waluyo, 2005).Kriteria yang ditekankan dalam konsep spesies adalah

reproduksi, yaitu apakah ada atau tidak ada suatu gene flow secara nyata dan

potensial. Jika terdapat isolasi sempurna reproduksi diantara dua populasi yang

dari luar hampir menyerupai, atau tidak terjadi gene flow diantara kedua populasi

itu, maka kedua populasi dapat dimasukkan dalam dua spesies yang berbeda,

tanpa memandang persamaan morfologinya. Jika secara morfologi berbeda tetapi

terdapat gene flow yang efektif, maka kedua populasi itu dapat dimasukkan ke

dalam satu spesies yang sama. Anatomi, fisiologi, dan tingkah laku hanya berguna

sebagai kunci identifikasi dari populasi yang terisolasi secara reproduksi, sifat-

sifat tersebut tidak menentukan apakah suatu populasi terdiri dari satu spesies atau

lebih.

B. Model spesiasi pada tingkat populasi

Model- model spesiasi pada tingkat populasi ada dua yaitu sebagai berikut:

1. Spesiasi Alopatrik ( Allopatric Speciation)

Terjadinya spesiasi alopatrik banyak dibuktikan melalui studi variasi

geografi. Spesies yang beranekaragam secara geografis dari seluruh karakter dapat

menghalangi pertukaran gen antara spesies simpatrik. Populasi yang terpisah


secara geografis dapat terisolasi oleh kemandulan atau perbedaan perilaku (ketika

diuji secara eksperimen) dibandingkan dengan populasi yang berdekatan. Populasi

yang terisolasi mungkin tidak dapat melakukan interbreeding jika mereka

bertemu, karena bentuknya sangat menyimpang (divergent) dan kemudian masuk

ke dalam simpatrik tetapi tidak terjadi interbreeding. Spesiasi alopatrik

merupakan mekanisme isolasi yang terjadi gradual. Contoh: Burung Acaulhiza

pusilla tersebar luas di benua Australia dan mempunyai suatu populasi yang

sedikit berbeda yaitu A. Ewingi. Penjelasan yang masuk akal adalah selama

peristiwa pleistocene glaciation, ketika permukaan laut lebih rendah, Acanthiza

menyerbu Tasmania dan membedakan ke dalam A.ewingi yang terisolasi oleh

suatu periode glacial, mungkin telah ada A.pusilla pada pulau itu. Contoh bukti

perbedaan alopatrik misalnya hewan air tawar menunjukkan keanekaragaman

yang besar di daerah pegunungan yang banyak terisolasi dengan sistem sungai.

Pada suatu pulau suatu spesies adalah homogen di atas rentang kontinen yang

berbeda dalam hal penampilan, ekologi dan perilaku.

Suatu contoh allopatric speciation lainnya yaitu suatu kelompok ular

(garter snake) (Thamnophis) di bagian barat Amerika Utara. Hubungan kompleks

antar ras ular Thamnophis. Di dalam kelmpok akuatik, hammondii, gigas, couchi,

hydrophila, aquaticus, dan atratus membentuk suatu sekuens/urutan spesies

allopatric yang melakukan interbreed dimana jika mereka bertemu (daerah abu-

abu); tetapi atratus hidup pada waktu sama dengan hammondii tanpa

interbreeding. Lebih dari itu, hydrophila melakukan interbreed dengan biscutatus

jika mereka bertem, tetapi biscutatus juga melakukan interbreeds dengan anggota
kelompok terestrial, yang dengan cara lain memperluas sympatric dengan

kelompok akuatik dan tidak melakukan interbreed.

Contoh spesiasi alopatrik lainnya adalah pembentukan spesies burung

finch di Kepulauan Galapagos yang dikemukakan oleh Darwin.Spesiasi burung

finch termasuk dalam isolasi geografik, spesialisasi ekologi, serta penyebaran

kedua dan penguatan.Fenomena penguatan merupakan satu di antara sedikit

mekanisme spesiasi di mana seleksi alam mengambil peran (Stearns and Hoekstra,

2003). Menurut Darwin bahwa burung finch berasal dari satu nenek moyang

burung yang sama.

2. Spesiasi Simpatrik

Model spesiasi simpatrik meliputi spesiasi gradual dan spontan.Sebagian

besar model spesiasi simpatrik masih dalam kontroversi, kecuali pada model

spesiasi spontan dan spesiasi poliploidi yang terjadi pada tanaman. Jika baster

atara dua spesies diploid membentuk tetraploid akan dapat memperbesar isolasi

reproduksi dari tetua yang diploid. Keturunan triploid akibat backcross

mempunyai proporsi aneuploidi yang tinggi, karena gamet membawa cacat

bawaan. Pembatasan interbreeding diantara bentuk diploid dan tetraploid dapat

muncul, tetapi tidak pada poliploidi.

Mutasi tunggal atau perubahan kromosom menimbulkan isolasi reproduktif

lengkap di dalam satu tahap tidak akan sukses bereproduksi, kecuali jika ada

perkawinan inbreeding (perkawinan dalam keluarga yang membawa mutasi baru).

Pada hewan secara umum perkawinan inbreeding tidak biasa terjadi, tetapi pada

golongan Chaicidoidea (Hymenoptera) itu biasa terjadi.Keanekaragaman spesies


yang tinggi di dalam kelompok dimudahkan oleh perkawinan inbreeding (Askew,

1968 dalam Widodo dkk, 2003). Isolasi reproduktif antar spesies yang berkerabat

dekat pada umumnya dapat dihubungkan dengan adanya perbedaan bukan pada

lokus gen tunggal, tetapi pada banyak lokus. Kebanyakan spesiasi berlangsung

secara gradual , karena tidak sempurnanya gen awal terhadap arus gen (gene flow)

menjadi semakin efektif.

Model-model spesiasi simpatrik didasarkan pada seleksi terpecah

(distruptive selection), seperti ketika dua homozigot pada satu atau lebih lokus

teradaptasi dengan sumber yang berbeda dan hal itu merupakan suatu multiple-

niche polymorphism.Contohnya pada serangga herbivora bergenotip AA dan A’A’

teradaptasi dengan spesies tumbuhan 1 dan 2, dimana genotip AA’ tidak

teradaptasi dengan baik.Masing-masing homozigot ingin mempunyai fittes lebih

tinggi jika dilakukan mating secara assortative dengan genotip yang mirip dan

tidak menghasilkan keturunan heterozigot yang tidak fit. Assortative mating

mungkin dipertimbangkan adanya lokus B yang dapat mempengaruhi perilaku

kawin maupun mendorong serangga untuk memilih inang spesifik, yang pada

tempat tersebut dapat ditemukan pasangan dan kemudian dapat bertelur.Jika BB

dan Bb kawin hanya pada inang 2, perbedaan dalam pemilihan inang dapat

mendasari terjadinya pengasingan/ isolasi reproduktif.Banyak dari serangga

herbivora yang merupakan spesies yang berkerabat dekat dibatasi oleh perbedaan

inang, terutama untuk pemenuhan kebutuhan makan, mating/kawin.

Contoh simpatrik yaitu spesies baru rumput rawa payau yang berasal dari

sepanjang pantai Inggris selatan pada tahun 1870-an. Rumput ini adalah suatu
allopoliploid yang diturunkan dari spesies Eropa (Spartina maritima) dan spesies

Amerika (Spartina alternaflora).Benih dari spesies Amerika terselip di pemberat

kapal dan tidak sengaja terbawa masuk ke Inggris pada awal abad ke-19.

Tumbuhan pendatang itu berhibridisasi dengan spesies lokal, dan akhirnya

menghasilkan spesies keiga (Spartina anglica), yang secara morfologi berbeda

dan terisolasi secara reproduktif dari kedua spesies tetuanya, berkembang sebagai

suatu allopoliploid.Jumlah kromosom konsisten dengan mekanisme spesiasi ini.

Untuk S. Maritima, 2n=60, S.alternaflora, 2n=62, dan untuk spesies baru itu,

S.anglica, 2n=122. Sejak awal S.anglica telah tersebar dipantai Inggris dan

menyumbat muara sebagai gulma.Spesiasi simpatrik dapat terjadi dalam evolusi

hewan. Masing-masing spesies pohon ara diserbuki oleh suatu spesies tawon

tertentu, yang kawin dan meletakkan telurnya di pohon ara. Suatu perubahan

genetik yang menyebabkan tawon untuk memilih spesies pohon ara yang berbeda

akan memisahkan individu yang kawin dari fenotipe yang baru ini dari populasi

tetuanya, dan hal ini akan mengkibatkan perubahan evolusioner lebih lanjut. Suatu

polimorfismeseimang bersama dengan perkawinan asortatif dapat menghasilkan

spesies simpatrik (Campbell et all, 2000:49).

. 3. Spesiasi Peripatrik

Spesiasi yang terjadi ketika sebagian kecil populasi organisme terisolasi

dalam sebuah lingkungan yang kecil dari populasi tertua. Spesiasi peripatrik dapat

mengurangi variasi genetik karena tidak kawin secara acak yang akhirnya dapat

mengakibatkan hilangnya variasi genetik, populasi baru dapat berubah, baik

secara genotipe maupun fenotipe dari populasi asalnya. Populasi baru berpisah
dari populasi induk akan tetapi masih berada di area mengarah ke terbentuknya

evolusi

4. Spesiasi Parapatrik

Pada spesiasi ini isolasi reproduksi berkembang dalam beberapa gen flow

diantara populasi-populasi. Pada populasi tersebut terdapat suatu alela yang

berdampak pada terjadinya isolasi reproduktif pada populasi tersebut.Sehingga

spesies-spesies dalam populasi tersebut tidak dapat melakukan perkawinan

(pertukaran gen) (Widodo dkk, 2003: 54).

Contohnya adalah munculnya spesies baru tupai tanah terjadi karena

munculnya pul gen baru gara-gara spesiasi alopatrik. Aliran genetik terhambat,

arus keluar-masuknya alela dari dan ke populasi menjadi terlarang akibat isolasi

geografis.Meski hanya terhalang sungai, setelah spesiasi terjadi, kedua populasi

tupai tidak bisa lagi saling kawin.Meyr menyebutkan seleksi parapatrik menuntut

adaptasi tertentu pada populasi pendiri dibanding populasi induk.

C. Pengaruh Spesiasi

a. Isolasi Geografi

Menurut pendapat Campbel dalam buku evolusi molekuler


(Riyanto,2012:116) mengemukakan bahwa proses-proses geologis dapat
memisahkan suatu populasi menjadi dua atau lebih terisolasi. Suatu daerah
pegunungan bisa muncul dan secara perlahan-lahan memisahkan populasi
organisme yang hanya dapat menempati dataran rendah, suatu danau besar bisa
surut sampai terbentuk hambatan bagi penyebaran spesies, maka populasi yang
demikian tidak akan lagi bertukar susunan gennya dan evolusinya berlangsung
sendiri-sendiri. Seiring dengan berjalannya waktu, kedua populasi tersebut akan
mati berbeda sebab masing-masing menjalani evolusi dengan cara masing-masing.
Hampir semua para ahli biologi berpendapat bahwa sebagian besar faktor yang
mencegah persilangan adalah pemisahan secara geografis. Kalau sistem populasi
yang semula continue dipisahkan oleh sebab-sebab geografis yang menyebabkan
hambatan bagi penyebaran spesies, maka sistem populasi yang terpisah ini tidak
mungkin memepertukarkan susunan gen mereka dan sistem evolusi mereka
selanjutnya akan terpisah. Di dalam waktu yang cukup lama, kedua sistem
populasi yang terpisah itu semakin berbeda sebab masing-masing menjalani
evolus.

b. Isolasi Reproduksi

Isolasi reproduksi adalah dua populasi/spesies yang terdapat pada daerah


yang sama tidak mampu melakukan perkawinan. Isolasi reproduksi dapat di
bedakan menjadi isolasi prazigot dan poszigot.

1. Isolasi Prazigot
Isolasi prazigot adalah isolasi yang menyebabkan dua spesies tidak
dapat kawin yang meliputi:

a. Isolasi Ekologi, apabila dua spesies simpartik yang terdapat disuatu


daerah masing-masing menempati habitat yang berbeda. Contoh : katak
pohon kawin didanau yang tidak permanen (kubangan) sedangkan katak
banten kawin didanau atau badan air permanen yang lebih besar.
b. Isolasi Musim, terjadi bila dua spesies simpatik masing-masing memiliki
pemasakan kelamin yang berbeda.
Contoh : masa kawin lalat buah drosophila pseudoobscura pada sore hari
sedangkan masa kawin Drosophila pseumilis pada pagi hari.

c. Isolasi Tingkah Laku, terjadi bila dua spesies simpatik mempunyai bentuk
morfologi alat kelamin yang berbeda pada saat kawin.
Contoh : pada berbagai jenis ikan ternyata kelakuan meminang ikan betina
oleh ikan jantan berbeda.
d. Isolasi Mekanik, terjadi apabila dua spesies simpatik terdapat sel gamet
jantan yang tidak mempunyai viabilitas pada saluran kelamin betina.
(viabilitas adalah kemampuan spermatozoa untuk bertahan hidup setelah
dikeluarkan oleh organ reproduksi jantung). Contoh : tanaman sage hitam
memiliki bunga kecil yang hanya dapat diserbukan oleh lebah kecil.
Berbeda dengan tanaman sage putih yang memiliki struktur bunga yang
besar yang hanya dapat diserbukan oleh lebah besar.
e. Isolasi Gamet, menghalangi terjadinya pembuahan akibat susunan
kimiawi dan melekul yang berbeda antara dua sel gamet.
Contoh : pada ikan, telur ikan yang dikeluarkan di air tidak akan dibuahi
oleh sperma dari spesies lain karena selaput sel telurnya mengandung
protein tertentu yang hanya dapat mengikat melekul sel sprema dari
spesies yang sama.
2. Isolasi Poszigot
Isolasi poszigot terjadi jika isolasi prazigot gagal. Isolasi ini menghalangi
berkembangnya zigot atau jika zigot telah terbentuk akan menjadi organisme
mandul. Isolasi poszigot meliputi:

a. Hibrid
Embrio yang terbentuk dari dua spesies yang berbeda akan gugur,
disebabkan gen-gen dari kedua induk yang berbeda tidak dapat bekerja sama
mendorong mekanisme membentuk embrio normal.
b. Hibrid Mandul
Hibrid mandul terjadi jika induk memiliki jumlah kromosom yang berbeda,
sehingga sinapsis/pasangan kromosom homolog dalam meiosis tidak terjadi.
c. Hibrid Pecah
Kadang-kadang hibrid berkembang subur dan dapat menghasilkan
generasi F2 dari persilangan antara dua hibrid atau hibrid dengan galur induk.
Filial-filial (F2) yang dihasilkan tersebut dinamakan hybrid pecah

c. Isolasi Ekologi

Dua sistem yang mula-mula dipisahkan oleh penghambat luar (eksternal


barier), suatu ketika mempunyai karakter yang khusus untuk berbagai keadaan
lingkungan meskipun penghambat luar tersebut dihilangkan, keduanya tidak akan
simpatrik. Setiap populasi tidak mampu hidup pada tempat dimana populasi lain
berada, mereka dapat mengalami pada perbedaaan-perbedaan genetik yang dapat
tetap memisahkan mereka. Jadi, disini terdapat perbedaan-perbedaan genetik yang
mencegah gene flow diantara spesies pada keadaan yang alami. Misalnya, pada
pohon Plantus occidentalis yang terdapat di Timur laut Tengah, kedua spesies ini
dapat disilangkan dan menghasilkan hibrid yang kuat dan fertil. Kedua spesies ini
terpisah tempat yang berbeda dan fertilisasi alami tidak dapat terjadi (Riyanto,
dalam Waluyo,2005:119).

d. Isolasi Poliplodi

Poliploidi adalah kondisi pada suatu organisme yang memiliki set


kromosom (genom) lebih dari sepasang. Organisme yang memiliki keadaan
demikian disebut sebagai organisme poliploid. Usaha-usaha yang dilakukan orang
untuk menghasilkan organisme poliploid disebut sebagai poliploidisasi.
Organisme hidup pada umumnya memiliki sepasang set kromosom pada sebagian
besar tahap hidupnya. Organisme ini disebut diploid (disingkat 2n). Namun
demikian, sejumlah organisme pada tahap yang sama memiliki lebih dari sepasang
set. Gejala semacam ini dinamakan poliploidi (dari bahasa Yunani yang artinya
berganda). Organisme dengan kondisi demikian disebut poliploid. Tipe poliploid
dinamakan tergantung banyaknya set kromosom. Jadi, triploid (3n), tetraploid
(4n), pentaploid (5n), heksaploid (6n), oktoploid, dan seterusnya. Dalam
kenyataan, organisme dengan satu set kromosom (haploid, n) juga ditemukan
hidup normal di alam. Poliploidi umum terjadi pada tumbuhan. Ia ditemukan pula
pada hewan tingkat rendah (seperti cacing pipih, lintah, atau beberapa jenis
udang), dan juga fungi.

Di alam, poliploid dapat terjadi karena kejutan listrik (petir), keadaan


lingkungan ekstrem, atau persilangan yang diikuti dengan gangguan pembelahan
sel. Perilaku reproduksi tertentu mendukung poliploidi terjadi, misalnya
perbanyakan vegetatif atau partenogenesis, dan menyebar luas. Poliploidi buatan
dapat dilakukan dengan meniru yang terjadi di alam, atau dengan menggunakan
mutagen. Kolkisin adalah mutagen yang umum dipakai untuk keperluan ini.
Efeknya cepat diketahui dan aplikasinya mudah. Penggunaannya beresiko tinggi
karena kolkisin sangat karsinogenik. Poliploidi seringkali memberikan efek
dramatis dalam penampilan atau pewarisan sifat yang bisa positif atau negatif.
Tumbuhan secara umum bereaksi positif terhadap poliploidi. Tetraploid (misalnya
kentang) dan heksaploid (misalnya gandum) berukuran lebih besar (reaksi
"gigas", atau "raksasa") daripada leluhurnya yang diploid. Karena hasil panen
menjadi lebih tinggi, poliploidi dimanfaatkan dalam pemuliaan tanaman. Berbagai
kultivar tanaman hias (misalnya anggrek) dibuat dengan mengeksploitasi
poliploidi. Reaksi negatif terjadi terhadap kemampuan reproduksi, khususnya
pada poliploidi berbilangan ganjil, meskipun ukurannya membesar. Karena terjadi
ketidakseimbangan pasangan kromosom dalam meiosis, organisme dengan ploidi
ganjil biasanya mandul (steril). Pemuliaan tanaman, sekali lagi, mengeksploitasi
gejala ini. Karena mandul, semangka triploid tidak memiliki biji yang normal
(bijinya tidak berkembang normal atau terdegenerasi) dan dijual sebagai
"semangka tanpa biji". Penangkar tanaman hias menyukai tanaman triploid karena
biji tanaman ini tidak bisa ditumbuhkan sehingga konsumen harus membeli
tanaman dari si penangkar. Poliploidi pada mamalia biasanya berakhir dengan
kematian pralahir. Vertebrata tertentu, seperti salamander dan kadal, juga
memiliki "versi" poliploid. Cacing pipih, lintah, dan udang, dibantu dengan
perilaku partenogenesis, juga memiliki anggota yang poliploid. Pada tumbuhan,
khususnya tumbuhan berbunga, poliploid mudah ditemukan baik terjadi secara
alami atau campur tangan manusia (baik sengaja maupun tidak) dalam proses
pemuliaannya.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Spesiasi adalah proses suatu spesies berdivergen menjadi dua atau lebih

spesies. Terdapat empat mekanisme spesiasi yang paling umum terjadi pada

hewan adalah spesiasi alopatrik, yang terjadi pada populasi yang awalnya

terisolasi secara geografis, misalnya melalui fragmentasi habitat. Mekanisme

kedua adalah spesiasi peripatrik, yang terjadi ketika sebagian kecil populasi

organisme menjadi terisolasi dalam sebuah lingkungan yang baru. Ini berbeda

dengan alopatrik dalam hal ukuran populasi yang lebih kecil dari populasi tetua.

Mekanisme ketiga spesiasi adalah spesiasi parapatrik. Ia mirip dengan spesiasi

peripatrik dalam hal ukuran populasi kecil namun berbeda dalam hal tidak adanya

pemisahan secara fisik antara dua populasi. Mekanisme keempat spesiasi adalah

spesiasi simpatrik, di mana spesies berdivergen tanpa isolasi geografis.

B. Saran

Pada penyajian makalah ini mungkin tidak menampilkan penjelasan secara

mendalam. Oleh karena itu, penyusun meminta kritik dan saran yang membangun

dari pembaca sehingga penyusun memperbaki pada penulisan makalah

selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Reece, Mitchell. 2000.Biologi. Jilid II, edisikelima. Jakarta: Erlangga.

Farabee. M. J. 2000. Evolution. http://www. Estrellamountain. Edu. Diakses pada

Tanggal 7 desember.

Stearns. Stephen, Hoekstra, Rolf. 2003. Evolution an introduction. New York:

Oxford

Waluyo, L. 2005. EvolusiOrganik. UMM Press.Malang.

Widododkk. 2003. Evolusi. P.MIPA. UM.DirjenDikti. Depdiknas.

Anda mungkin juga menyukai