Anda di halaman 1dari 14

1

BAB I

KONSEP DASAR MEDIS

A. Definisi

Tumor adalah pembengkakan atau pembesaran, merupakan salah satu

dari lima karakteristik inflamasi. Namun, istilah ini sekarang digunakan untuk

menggambarkan pertumbuhan biologikal jaringan yang tidak normal. Tumor

bisa jinak (benigna/bukan kanker) dan bisa juga ganas/tidak jinak

(maligna/kanker), (Panda, 2014)


Tumor kolon adalah pertumbuhan biologikal jaringan yang abnormal

pada kolon atau usus besar dimana organ ini merupakan organ yang berfungsi

ntuk menyerap air dan nutrisi dari makanan yang dicerna dan membuang

sisanya menjadi limbah.

B. Etiologi

Terdapat empat etiologi utama kanker yaitu: (Davey, 2007):

1. Diet : Kebiasaan mengkonsumsi makanan yang rendah serat (sayur-

sayuran, buah-buahan), kebiasaan makan makanan berlemak tinggi dan

sumber protein hewani

2. Kelainan kolon

a. Adenoma di kolon : Degenerasi maligna menjadi adenokarsinoma

b. Femilial polyposis : Polip di usus mengalami degenerasi maligna

menjadi karsinoma

c. Kondisi ulserative : Penderita colitis ulserative menahun menmpunyai

resiko terkena karsinoma kolon

3. Genetik : Anak yang berasal dari orang tua yang menderita karsinoma

kolon mempunya frekuensi lebih rentang terkena karsinoma kolon


dibanding dengan anaka yang berasal dari orang tua yang sehat
2

4. Karsinogenik (bahan kimia, virus, radiasi)

C. Patofisiologi

Kebanyakan kanker usus besar berawal dari pertumbuhan sel yang

tidak ganas atau adenoma, yang dalam stadium awal membentuk polip (sel

yang tumbuh sangat cepat). Pada stadium awal membentuk polip dapat

diangkat dengan mudah. Akan tetapi, seringkali pada stadium awal adenoma

tidak menampakkan gejala apapun sehingga tidak terdeteksi dalam waktu

yang relative lama dan pada kondisi tertentu berpotensi menjadi kanker yang

dapat terjadi pada semua bagian dari usus besar Davey, 2007).

Sel tumor pada tumor jinak bersifat tumbuh lambat, sehingga tumor

jinak pada umumnya tidak cepat membesar. Sel tumor mendesak jaringan

sehat sekitarnya secara serempak sehingga terbentuk simpai (serabut

pembungkus yang memisahkan jaringan tumor dari jaringan sehat). Oleh

karena bersimpai maka pada umumnya tumor jinak mudah dikeluarkan

dengan cara operasi.

Sel tumor pada tumor ganas (kanker) tumbuh cepat, sehingga tumor

ganas pada umumnya cepat menjadi besar. Sel tumor ganas tumbuh

menyusup ke jaringan sehat sekitarnya, sehingga dapat digambarkan seperti

kepiting dengan kaki-kakinya mencengkeram alat tubuh yang terkena.

Disamping itu sel kanker dapat membuat anak sebar (metastasis) ke bagian

tubuh lain yang jauh dari tempat asalnya melalui pembuluh darah dan

pembuluh getah bening dan tumbuh kanker baru di tempat lain.

Penyusupan sel kanker ke jaringan sehat pada alat tubuh lainnya dapat

merusak alat tubuh tersebut sehingga fungsi alat tersebut menjadi terganggu.

Kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagian sel yang

tidak teratur dan kemampuan sel-sel ini untuk menyerang jaringan biologis
3

lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan

(invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis).

Pertumbuhan yang tidak teratur ini menyebabkan kerusakan DNA,

menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembagian sel, dan fungsi

lainnya.

Adapun siklus tumbuh sel kanker adalah membelah diri, membentuk

RNA, berdiferensiasi/proliferasi, membentuk DNA baru, duplikasi kromosom

sel, duplikasi DNA dari sel normal, menjalani fase mitosis, fase istirahat

(pada saat ini sel tidak melakukan pembelahan).

D. Tanda dan Gejala

Gejala sangat ditentukan oleh lokasi tumor/kanker, tahap penyakit dan

fungsi segmen usus tempat tumor berlokasi. Gejala paling menonjol adalah

perubahan kebiasaan defekasi. Pasase darah dalam feses adalah gejala paling

umum kedua. Gejala dapat juga mencakup anemia yang tidak diketahui

penyebabnya, anoreksia, penurunan berat badan dan keletihan. Gejala yang

sering dihubungkan dengan lesi sebelah kanan adalah nyeri dangkal abdomen

dan melena (feses hitam). Gejala yang sering dihubungkan dengan lesi

sebelah kiri adalah yang berhubungan dengan obstruksi (nyeri abdomen dan

kram, penipisan feses, konstipasi dan distensi) serta adanya darah merah

segar dalam feses. Gejala yang dihubungkan dengan lesi rektal adalah

evakuasi feses yang tidak lengkap setelah defekasi, konstipasi dan diare

bergantian serta feses berdarah. Ada tujuh gejala yang perlu diperhatikan dan

diperiksakan lebih lanjut ke dokter untuk memastikan ada atau tidaknya

kanker, yaitu :

1. Waktu buang air besar atau kecil ada perubahan kebiasaan atau gangguan.

2. Alat pencernaan terganggu dan susah menelan.


4

3. Suara serak atau batuk yang tak sembuh-sembuh.

4. Payudara atau di tempat lain ada benjolan (tumor).

5. Tahi lalat yang berubah sifatnya, mejadi makin besar dan gatal.

6. Darah atau lendir yang abnormal keluar dari tubuh.

7. Adanya koreng atau borok yang tak mau sembuh-sembuh.

E. Pemeriksaan Diagnostik

1. Endoskopi : Pemeriksaan endoskopi perlu dilakukan baik sigmoidoskopi

(untuk memeriksa bagian ujung usus besar yang terdiri dari rectum, kolon

sigmoid dan anus), maupun kolonoskopi.

2. Radiologi : Pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan antara lain

adalah foto thoraks dan foto kolon/barium enema (penggunaan larutan

barium sulfat yang diberikan melalui anus untuk memungkinkan

pemeriksaan rontgen pada saluran usus bawah (rektum, usus besar). Foto

dada dilakukan untuk melihat apakah ada metastasis kanker ke paru-paru

atau organ lainnya.

3. Ultrasonografi (USG) : Untuk melihat ada tidaknya metastasis kanker ke

kelenjar getah bening di dalam abdomen dan hati.

4. Histopatologi : Biopsi digunakan untuk menegakkan diagnosis, untuk

melihat gambaran histopatologis karsinoma kolon.

5. Laboratorium : Pemeriksaan Hb penting untuk memeriksa kemungkinan

pasien mengalami perdarahan dan juga anemia.

F. Komplikasi

Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau

lengkap. Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah

sekitar kolon yang menyebabkan hemoragi. Perforasi dapat terjadi dan


5

mengakibatkan pembentukan abses. Peritonitis dan atau sepsis dapat

menimbulkan syok.

G. Penatalaksanaan

1. Pembedahan (Operasi) : Operasi adalah penangan yang paling efektif dan

cepat untuk tumor yang diketahui lebih awal dan masih belum metastatis,

tetapi tidak menjamin semua sel kanker telah terbuang. Oleh sebab itu

dokter bedah biasanya juga menghilangkan sebagian besar jaringan sehat

yang mengelilingi sekitar kanker.

2. Penyinaran (Radioterapi) : Terapi radiasi memakai sinar gelombang

partikel berenergi tinggi misalnya sinar X, atau sinar gamma, difokuskan

untuk merusak daerah yang ditumbuhi tumor, merusak genetik sehingga

membunuh kanker. Terapi radiasi merusak sel-sel yang pembelahan

dirinya cepat, antara alin sel kanker, sel kulit, sel dinding lambung &

usus, sel darah. Kerusakan sel tubuh menyebabkan lemas, perubahan kulit

dan kehilangan nafsu makan.

3. Kemoterapi : Kemoterapi memakai obat antikanker yang kuat, dapat

masuk ke dalam sirkulasi darah, sehingga sangat bagus untuk kanker yang

telah menyebar. Obat kemoterapi ini ada kira-kira 50 jenis. Biasanya di

injeksi atau dimakan, pada umumnya lebih dari satu macam obat, karena

digabungkan akan memberikan efek yang lebih bagus.

4. Prognosis

Ada 4 tahapan untuk tumor kolon adalah sebagai berikut :

1. Stadium I - 72%

2. Stadium II - 54%

3. Stadium III - 39%

4. Stadium IV - 7%
6

50% dari seluruh pasien mengalami kekambuhan yang dapat berupa

kekambuhan lokal, jauh maupun keduanya. Kekambuhan lokal lebih sering

terjadi. Penyakit kambuh pada 5-30% pasien, biasanya pada 2 tahun pertama

setelah operasi. Faktor – faktor yang mempengaruhi terbentuknya rekurensi

termasuk kemampuan ahli bedah, stadium tumor, lokasi dan kemapuan untuk

memperoleh batas-batas negatif tumor.

Rekurensi lokal setelah operasi reseksi dilaporkan mencapai 3-32%

penderita. Beberapa faktor seperti letak tumor, penetrasi dinding usus,

keterlibatan kelenjar limfa, perforasi rektum pada saat diseksi dan diferensiasi

tumor diduga sebagai faktor yang mempengaruhi rekurensi lokal.


7

BAB II

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Identitas pasien

2. Keluhan utama

3. Riwayat keluhan utama

4. Keluhan saat ini

Riwayat keperawatan yang perlu dikaji yaitu: (Doenges, 2002)

1. Kenyamanan/nyeri

2. Aktifitas/istirahat

Gejala : Kelemahan, kelelahan, insomnia, merasa gelisah dan ansietas,

pembatasan aktifitas/kerja sehubungan dengan efek proses

penyakit

3. Sirkulasi

Tanda : Takikardi (respons terhadap demam, dehidrasi, proses inflamasi,

dan nyeri), kulit/membran mukosa: turgor buruk, kering, lidah

pecah-pecah (dehidrasi/malnutrisi)

4. Integritas ego

Gejala : Ansietas, ketakutan, emosi, perasaan tak berdaya/taka da

harapan, faktor stress sehubungan dengan keluarga/pekerjaan,

pengobatan yang mahal

Tanda : Menolak, perhatian menyempit

5. Eliminasi

Gejala : Tekstur feses bervariasi dari bentuk, tekstur, bau atau berair,

melena

Tanda : Menurunnya bising usus, hemoroid


8

6. Makanan/cairan

Gejala : Anoreksia, mual/muntah, penurunan berat badan.

Tanda : Penurunan massa otot, kelemahan, membrane mukosa pucat;

luka, inflamasi rongga mulut

7. Hygiene

Tanda : Ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri, stomatitis,

bau badan

8. Interaksi sosial

Gejala : Masalah hubungan/peran sehubungan dengan kondisi,

ketidakmampuan aktif dalam sosial

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul yaitu :

1. Nyeri akut

2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

3. Resiko tinggi infeksi

4. Resiko tinggi terhadap diare

5. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan

6. Hambatan mobilitas fisik

7. Ansietas
9

C. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan NOC NIC Rasional


a. Kontrol nyeri 1. Lakukan pengkajian nyeri yang 1. Untuk mengetahui lokasi,
1. Nyeri akut b. Tingkat nyeri komprehensif karakteristik, kualitas nyeri,
c. Tingkat kenyamanan frekuensi dan faktor pencetus
Kriteria Evaluasi: 2. Observasi isyarat nonverbal 2. Untuk lebih mengetahui
1. Mampu mengontrol nyeri ketidaknyamanan keadaan mum klien
(tahu penyebab nyeri, mampu 3. Berikan tindakan nyaman 3. Untuk meningkatkan relaksasi
menggunakan teknik misalnya ubah posisi yang
nonfarmakologi untuk membuat klien merasa nyaman
mengurangi nyeri) 4. Berikan informasi tentang nyeri 4. Agar klien mampu mengontrol
2. Melaporkan bahwa nyeri seperti penyebab nyeri dan nyeri
berkurang dengan berapa lama akan berlangsung
menggunakan manajemen 5. Ajarkan penggunaan teknik 5. Untuk memberikan pengetahuan
nyeri nonfarmakologi manajemen kepada pasien dan keluarga
3. Mampu mengenali nyeri nyeri (misalnya imajinasi pasien apabila nyeri datang
(skala, intensitas, frekuensi, terbimbing, distraksi, kompres
dan tanda nyeri) hangat atau dingin, dan masase)
4. Menyatakan rasa nyaman 6. Kolaborasi pemberian analgetik 6. Untuk mengurangi rasa nyeri
setelah nyeri berkurang
Nutrisi kurang dari a. Status nutrisi 1. Lakukan pengkajian pola nutrisi 1. Untuk mengetahui pola nutrisi
2. kebutuhan tubuh b. Status nutrisi : Asupan nutrisi pasien klien serta intake makanan
c. Nafsu makan 2. Lakukan kebersihan oral 2. Mulut yang bersih dapat
d. Berat badan meningkatkan rasa makanan
Kriteria Evaluasi : 3. Ajarkan kepada keluarga pasien 3. Makan sedikit demi sedikit
1. Adanya peningkatan berat untuk memberi makan tapi dapat meningkatkan intake
badan sesuai dengan tujuan sedikit nutrisi
10

2. Berat badan ideal sesuai dengan 4. Kaji tingkat nyeri, mual dan 4. Mengidentifikasi penyebab
tinggi badan muntah anoreksia
3. Mampu mengidentifikasi 5. Kolaborasi dengan ahli gizi 5. Memenuhi kebutuhan nutrisi
kebutuhan nutrisi dalam pemberian diet dan pola klien
4. Tidak ada tanda-tanda makan
malnutrisi
5. Menunjukkan peningkatan
fungsi pengecapan dari menelan
6. Tidak terjadi penurunan berat
badan yang berarti
Resiko tinggi infeksi a. Immune status 1. Observasi tanda-tanda infeksi 1. Untuk mengetahui adanya
3. b. Knowledge : Infection control dan peradangan tanda-tanda infeksi dan
c. Risk control peradangan
Kriteria Hasil : 2. Tingkatkan upaya pencegahan 2. Mencegah timbulnya infeksi
1. Klien bebas dari tanda dan dengan mencuci tangan bagi nasokomial
gejala infeksi semua orang yang berhubungan
2. Mendeskripsikan proses dengan pasien
penularan penyakit, faktor 3. Pertahankan teknik aseptik 3. Agar tidak menjadi media
yang mempengaruhi prosedur invasif pertumbuhan bagi kuman
penularan serta 4. Bantu pasien melakukan oral 4. Menurunkan resiko terjadinya
penatalaksanaannya hygiene penyakit mulut
3. Menunjukkan kemampuan 5. Anjurkan untuk makan dan 5. Menurunkan kemungkinan
untuk mencegah timbulnya minum secara adekuat terjadinya infeksi
infeksi 6. Kolaborasi dalam pemberian 6. Penanganan awal dapat
4. Jumlah leukosit dalam batas antibiotik yang sesuai membantu mencegah timbulnya
normal sepsis
5. Menunjukkan perilaku hidup
sehat
11

Resiko tinggi terhadap a. Kontinensi usus 1. Observasi dan catat frekuensi 1. Untuk mengetahui beratnya
4. diare b. Eliminasi usus defekasi diare
Kriteria Evaluasi: 2. Tingkatkan tirah baring 2. Tirah baring dapat menurunkan
1. Mematuhi ketentuan diet untuk motilitas usus juga menurunkan
mengurangi diare laju metabolisme bila infeksi
2. Mempertahankan atau perdarahan sebagai
keseimbangan elektrolit dalam komplikasi
batas normal 3. Identifikasi makanan dan cairan 3. Menghindarkan iritan dan
3. Terhidrasi dengan baik yang dapat mencetuskan diare meningkatkan istirahat usus
(membrane mukosa lembab; 4. Ajarkan pasien dan keluraga 4. Agar pasien dan keluarga
afebris; turgor bola mata baik; tentang penggunaan obat anti mengerti cara penggunaan obat
tekanan darah, hematokrit, dan diare yang benar anti diare yang benar
haluaran urin dalam batas 5. Berikan antikolinergik, 5. Menurunkan motilitas usus dan
normal. misalnya belladonna tinktur, menghilangkan diare
atropine, difenoksilat

Resiko tinggi terhadap a. Keseimbangan cairan 1. Pantau status hidrasi (misalnya 1. Untuk mengetahui status hidrasi
5. kekurangan volume b. Hidrasi kelembapan membran mukosa, pasien
cairan Kriteria Evaluasi : kekuatan nadi, dan tekanan
1. Mempertahankan urin output darah ortostatik)
sesuai dengan usia, BB, dan BJ 2. Palpasi nadi perifer. Evaluasi 2. Memberikan informasi tentang
urin normal pengisian kapiler, turgor kulit volume sirkulasi umum dan
2. Tekanan darah, nadi, suhu dan status membran mukosa tingkat hidrasi
tubuh dalam batas normal 3. Timbang berat badan setiap hari 3. Indikator cairan dan status
3. Tidak ada tanda-tanda jika memungkinkan nutrisi
dehidrasi 4. Anjurkan pasien dan keluarga 4. Untuk mengetahui dehidrasi
4. Elastisitas turgor kulit baik, pasien untuk menginformasikan pasien
12

membran mukosa lembab, perawat bila haus


tidak rasa haus yang 5. Aktifitas kolaboratif : Laporkan 5. Diperlukan untuk
berlebihan abnormalitas elektrolit dan mempertahankan perfusi
pemberian terapi IV sesuai jaringan adekuat/fungsi organ
indikasi

a. Ambulasi 1. Kaji kebutuhan terhadap 1. Untuk mengidentifikasi masalah


6. Hambatan mobilitas b. Pergerakan bantuan pemenuhan aktifitas
fisik Kriteria Evaluasi: 2. Ajarkan teknik ambulasi dan 2. Agar keluarga pasien mampu
1. Klien meningkat dalam berpindah yang aman melakukan secara mandiri
aktifitas fisik 3. Ajarkan pasien dan dukung 3. Untuk mempertahankan atau
2. Mengerti tujuan dari pasien dalam latihan ROM aktif meningkatkan ketahahan otot
peningkatan mobilitas atau pasif untuk
3. Memverbalisasikan perasaan mempertahankan atau
dalam meningkatkan kekuatan meningkatkan kekuatan dan
dan kemampuan berpindah ketahanan otot
4. Berikan penguatan positif 4. Agar klien bersemangan dalam
selama aktifitas pemenuhan aktifitas
5. Kolaborasi dengan ahli terapi 5. Untuk mengatur program
fisik untuk program latihan latihan aktifitas pada klien
a. Tingkat kecemasan 1. Kaji tingkat kecemasan, 1. Untuk menentukan ingkat
7. Ansietas b. Tingkat kecemasan sosial termasuk reaksi fisik kecemasan yang dialami pasien
c. Koping 2. Beri kesempatan pada pasien 2. Dapat meringankan beban
Kriteria Evaluasi: untuk mengungkapkan rasa pikiran pasien
1. Klien mampu mengidentifikasi cemasnya
dan mengungkapkan gejala 3. Beri informasi yang akurat 3. Informasi yang akurat mengenai
cemas tentang proses penyakit pasien penyakitnya dapat mengurangi
13

2. Mengidentifikasi, beban pikiran pasien


mengungkapkan dan 4. Pada saat ansietas berat, 4. Agar klien menjadi lebih tenang
menunjukkan teknik dampingi pasien, bicara dengan dan tidak merasa sendiri
mengontrol cemas tenang, dan berikan ketenangan
3. TTV dalam batas normal serta rasa nyaman
4. Postur tubuh, ekspresi wajah, 5. Kolaborasi pemberian obat 5. Untuk mengurangi gejala
bahasa tubuh dan tingkat untuk menurunkan ansietas, jika ansietas pasien
aktivitas menunjukkan diperlukan
berkurangnya kecemasan
14

DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, Gloria M., dkk., Nursing Intervention Classification (NIC).


Yogyakarta: Mocomedia. 2013.

Davey, Patrick. 64 Manifestasi Klinik dan 146 Penyakit Medis. Jakarta: Erlangga.
2007.

Moorhead, Sue, dkk., Nursing Outcomes Classification (NOC). Yogyakarta:


Mocomedia. 2013.

Panda. Kamus Berwarna Kedokteran. Tangerang: Binarupa Aksara Publisher.


2014.

PPNI, Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI. 2016.

Wilkinson, Judith M., Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9. Jakarta: EGC.
2011.

Anda mungkin juga menyukai