Anda di halaman 1dari 6

MELUKIS JEJAK MENGUKIR MIMPI

Oleh : Fatra Kurniawan

“dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah kamu dapat menghitungnya.
sesungguhnya manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari nikmat” (QS: Ibrahim
:34).

Sadar atau tidak sadar, ternyata umur kita semakin bertambah, waktu begitu cepat sekali
berlalu. Betul-betul tidak terasa, jalur perjalanan kehidupan ini memang unik dan
beragam. Banyak cerita warna-warni yang menarik untuk diingat, diceritakan, dan juga di
kenang. Semuanya berbaur menjadi satu dan menjadi sedikit seru, bahkan ‘kebetulan’ ada
sedikit celah untuk mengingat lalu menuliskannya sehingga bisa di baca oleh sahabat
sekalian. Sedikit kita awali dengan sebuah pengalaman cerita menarik bahkan pernah
dirasakan oleh kita semua, walau terkadang berada pada titik jenuh tetapi akan indah pada
waktunya.

Ketika SD, susana hidup saya diisi sama hal-hal yang penuh keceriaan. Main bareng-
bareng, tertawa lepas, berlari-lari tanpa beban, bahkan kegiatan yang saya sukai dulu yah
pramuka karena ada yel-yel bahkan tepuk-tepukya yang bukin selalu ceria. betul-betul
plong pada saat itu. Tidak berfikir tentang politik semrawut Indonesia, tentang kemiskinan
yang merajalela di negeri ini, apalagi mikirin 15 tahun ke depan saya mau jadi apa.
Semuanya berjalan dengan santai dan menyenangkan, yang ada di benak saya bangun
pagi, lalu mandi dan memakai sergam sekolah, sarapan yang sudah tersiapkan di meja,
membawa tas berwarna-warni dengan gambar P-Man terkadang juga Sinchan, dan berjalan
bareng-bareng ke sekolah. Yang anehnya juga sering terlambat sampe sekolah karena
sangking asyiknya ngobrol di jalan, tapi ya itu lah aku dulu,,

Senang rasanya hidup di masa SD. Betul-betul jadi anak kecil yang ceria. Bebas, lepas,
dan tanpa mikirin yang berat-berat. Kalau SD begitu ceria, lain halnya dengan masa SMP.
Di masa ini, jiwa begajulan dan urakan timbul. Mencari jati diri dan pengakuan yang
paling hebat lah yang utama. Tidak heran, mengikuti tawuran menjadi simbol kehebatan,
berdiri di barisan depan pada saat bentrokan tawuran itu simbol keberanian, berkelahi jadi
satu pembuktian siapa yang paling pantas untuk dihormati, dan hanya yang seperti itu yang
bisa memiliki banyak teman. Budaya masa SMP memang sedikit berbahaya, untung saja
saya tidak kena yang namanya narkotika dan berbagai jenis obat-obattan terlarang. Bener-
bener bersyukur kalau inget itu semua.

Lanjut ke masa SMA, disini lah betul-betul terasa apa itu artinya menjadi seorang remaja.
Pertemanan dan persahabatan di masa ini begitu kental. Semuanya begitu supel,
menyenangkan, dan benar-benar yang membahagiakan. Di masa ini, saya merasa hidup
begitu lengkap. Pengaktualisasian diri bisa dimiliki, persahabatan yang solid berwarna
warni hingga berasa seperti nano-nano (asam, manis, asin, pahit) semuanya ada disini,
bepergian bersama-sama tanpa kenal waktu (siang jadi malam, malam jadi siang), dan
hingga mengenal yang namanya perempuan dan menjalin hubungan yang sulit untuk di
ungkapkan. Rasanya gimana gitu.

Setelah habis masa SMA, saya sedikit merasa dirundung kesedihan. Satu persatu sahabat
harus melangkah demi masa depan, dan kita pun terpisahkan. “Ada tantangan berat
dihadapan kita kawan! kita harus menggenggam kesuksesan dan survive di masa depan”,
begitu kata seorang sahabat. Di masa ini lah semua menjadi sedikit serius dan ada rasa
kekhawatiran. Akan dibawa kemana hidup kita 10 tahun kedepan, bagaiamana nasib kita
nanti. Membayangkannya pun sedikit menyeramkan.

Sahabat sekalian, hidup harus tetap berjalan. Harus terus dihadapi walau bagaimanapun
kondisinya semua harus tetap dihadapi. Palung harapku semakin membumbung tinggi
bersama impianku menggapai pendidikan tinggi. Kuliah? rasanya pengap, sakit, dan
mendesak pikirku dalam setiap lamunan. Semenjak Ibu ku sering sakit-sakitan hingga
harus mengeluarkan banyak biaya untuk mengobatinya, hidup keluargaku sederhana dan
memang cukup mendebarkan pada waktu itu. Ayah selalu bingung ketika aku menanyakan
harus melanjutkan ke perguruan tinggi. Ku urungkan semua niatnku untuk mendaftar PTN.
Walaupun kala itu ibu mengizinkan aku untuk mendaftar ke perguruan tinggi. Tetapi
dengan renungan yang matang, saya harus bangkit dari masalah kecil ini, dan masalah
tidak akan selesai kalau hanya duduk dan meratapi keadaan. Dengan ini saya memutuskan
untuk melangkah sendiri ke kota Bengkulu untuk mendaftarkan diri di PTN Universitas
Bengkulu jurusan Ilmu Sosial Politik dengan membawa bekal biaya secukupkan yang di
berikan ayah dan ibuku. Alhasil dari tes itu saya dinyatakan tidak lulus, tambah remuk dan
hancur harapanku. Kenapa Tuhan memberikan ujian kepada ku begitu berat, bahkan ketika
itu pertentangan ku terhadap Tuhan selalu keluar dari mulut dan fikiran ku.
Hari – hari pun terus berjalan, Tertegun saya sadar bahwa Tuhan selalu memberikan
cobaan kepada manusia adalah untuk menguji sampai dimana tingkat semangat perjuangan
seseorang. Kembali saya mencari informasi pedaftaran PTS di Universitas
Muhammadiyah Bengkulu, disana saya mencoba untuk mengabil jurusan kesehatan
masyarakat. karena cita-cita ku dulu sewaktu kecil adalah bisa membuat orang sehat dan
tersenyum . Lho kok nggak ambil jurusan dokter ataupun perawat? Jawab saya, bahwa
dokter hanya mengobati orang ketika sakit saja dan jumlahnya terbatas, sedangkan Ahli
Kesmas adalah mengobati masyarakat yang sehat agar tidak sakit dalam jumlah banyak
sehingga bisa melihat masyarakat tersenyum lebar karena sehatnya terjaga dengan baik.
Alhasil dengan niat yang tulus saya di terima di Universitas Muhammadiyah Bengkulu,
dan disanalah awal perjuangan ku di mulai.

Kalau masa kuliah adalah masa pengisian identitas kedewasaan. Kehidupan saya masa itu
diisi dengan belajar..belajar..dan belajar. Organisasi pun tidak kalah ketinggalan. Kedua-
duanya berjalan beriringan. Dan tentu saja disini saya harus survive karena menjalaninya
memang betul-betul sendirian (tanpa keluarga), dan harus jauh dari tempat kelahiran.
Ketika masa-masa pergolakan mencari identitas, disana saya di selamatkan oleh HMI
(Himpunan Mahasiswa Islam). Penyeimbangan anatara Iman dan Ilmu serta aplikasi amal
untuk terus belajar dan haus akan ilmu pengetahuan dalam memperbaiki kepribadian saya,
serta ikut serta memperbaiki kondisi sosial yang carut marut hingga sampai masalah
peperangan pemikiran, disanalah saya belajar rasa kemanusiaan yang Humanis untuk bisa
hadir di tengah-tengahnya. Disanalah awal perjuangan ku untuk tampil di depan menjadi
pemimpin di dunia kampus, disana saya selalu di utus untuk menjadi delagasi tingkat
nasional mewakili kampus ataupun Provinsi menghadiri forum-forum ilmiah dan
pertemuan organisasi, sehingga membuat niat ku untuk bisa keliling Nusantara sesuai
dengan hobby ku adalah traveling dan berpetualang. Alhamdulilah selama kuliah 4 tahun
menjadi mahasiswa hampir seluruh pulau sudah saya kunjungi dan mengambil perjalanan
sejarah di setiap waktunya untuk mendewasakan hidup. Semua sertifikatku serta piagam
yang telah ku dapatkan selama kuliah, selalu serahkan pada prodiku sebagai salah satu
dasar kenaikan akreditasi. Karena memang prodiku akreditasinya masih C, dan saat ini
sudah ada harapan untuk naik. Semua itu yang dapat kuberikan pada prodiku. Prodiku
sedang butuh banyak prestasi mahasiswa untuk menaikkan akreditasi. Karena akreditasi
akan berpengaruh pada masa depan lulusan. Banyak perusahaan dan syarat masuk
lowongan kerja yang membutuhkan akreditasi minimal B, bahkan A. Alhasil setelah
sekitar 5 bulan meninggalkan kampus saya mendapat informasi bahwa prodi kesehatan
masyarakat UMB telah naik menjadi B. dan hingga sampai sekarang dapat dirasakan oleh
adik-adik tingkatku dalam menjalani dunia akademik di kampus.

Kini semenjak saya lulus dari perguruan tinggi, tekadku semakin bulat untuk terus
mendukung adik-adik, saudara, dan teman- teman ku melanjutkan perguruan tinggi, dan
berbagi pada keluarga akan penghasilan ilmu yang aku dapatkan. Agar banyak yang
bersemangat untuk melanjutkan sekolahnya ke perguruan tinggi. Sebab pendidikan ialah
salah satu pilar penting yang harus dimiliki oleh Negara sebagai ajang kemajuan di segala
bidang. Memberi bias apa saja. Bahkan satu kata dari mulut kita dapat menguatkan orang
lain dan menjadikannya bangkit dan bermanfaat bagi orang lain. Terlebih sebuah prestasi.
Rasanya aku ingin terus memberikan apa yang aku miliki kepada orang lain. Ilmu-ilmu
yang kudapat, pengalaman, dan ujian yang aku terima menjadi sebuah pelajaran penting
bagi ku dan itu semua berkat Doa kedua orang tua ku. Aku ingin memutus tali kesulitan
hidup dalam keluargaku. Keluargaku tidak boleh selamanya hidup di bawah standar. Tapi
aku harus terus menjadi sosok solusi dan figur kepada seluruh keluarga ku, alamamaterku,
masyarakat, dan semuanya. Setidaknya dengan mendukung adik-adikku dan orang-orang
di tempat tinggal ku untuk berpendidikan tinggi, dapat memberi harapan kepada mereka
untuk hidup lebih sejahtera dengan keluarga dan keturunannya kelak. Pendidikan tidak
menjamin seseorang untuk sukses, tapi pendidikan membuat kita memiliki banyak pilihan
dan kesempatan. Satu hal yang harus kita miliki pengertian dalam diri bahwa, dalam hal
apapun kita perlu bersyukur. Sehingga kita akan terus semangat menjalani hidup meski
dalam keadaan terpuruk sekalipun. Hidup adalah sebuah makna, dan makna ialah
memberi. Memberi dapat apapun. Tidak melulu yang bernilai materi, bahkan sebuah
semangat pun dapat membangun sebuah aspek kehidupan yang besar.

Pertengahan Tahun 2016, saya memutuskan untuk mengukir sejarah baru kembali, yaitu
untuk melanjutkan program pascasarjana di Ibu Kota DKI Jakarta, dengan berbekal
semangat untuk belajar serta jaringan yang telah di bangun selama di bangku kuliah dulu,
saya meninggalkan Bumi raflesia untuk mencoba menantang keras nya kehidupan di ibu
kota. Ketika di Ibu kota saya tidak kebingungan lagi, karena banyak teman-teman kenalan
ku dulu di organisasi, sehimpun, secita, seikatan dan satu pergerakan. Mereka lah yang
selalu menemani setiap langkah dalam proses mencari ilmu. Dengan hati yang mantap
saya mendapat rekomendasi oleh salah satu kakak senior saya untuk melanjutkan program
Megister di kampus swasta terbaik di Jakarta, yaitu kampus Universitas Muhammadiyah
Prof. Buya Hamka (UHAMKA) dengan tetap konsisten pada jurusan Ilmu kesehatan
Masyarakat. semoga saja ini menjadi awal bagi ku untuk tetap konsisten pada dunia
akademik dalam mengembangkan paradigma sehat di tengah-tengah masyarakat.

Perjuangan pun terus berjalan dalam melawan kerasnya keterbatasan yang ada, sebuah
mimipi besar harus di lalui dengan perjuangan yang besar pula. Karena setelah perjuangan
ini pun, saya harus menuju tahap baru kehidupan. Memulai untuk memikirkan hidup apa
yang menjadi kewajiban, tidak bisa dipungkiri lagi!. Mungkin sehabis ini, saya harus
berfikir untuk menikah dan berkeluarga. Memang ada kalanya saya ingin kembali ke
masa-masa SD yang begitu ceria (plong tanpa beban, yang ada hanya kebahagiaan), lalu
ke masa SMP yang begajulan dan urakan (bebas melakukan sesuatu hal yang tidak benar),
lalu ke masa SMA (surganya dunia remaja dan persahabatan), atau masa kuliah yang diisi
dengan kemandirian, kesibukan yang super sibuk, dan belajar kepemimpinan. Dari cerita
singkat itu dapat kita ambil sebuah catatan kecil bahwa memang masa itu punya banyak
cerita. Tapi hidup harus berjalan. Cara berfikir, bersikap, dan memandang kehidupan pun
akan berbeda dan perlu penyesuaian. Masa lalu tidak bisa diulang, tetapi bisa kita kenang
dan jadi pelajaran yang berharga. Tetaplah menjadi seorang yang dewasa untuk saat ini,
berani menjalani kehidupan saaat ini, tetap menjadi yang terbaik untuk hari ini dan masa
yang akan datang, tetapi ingat ‘berfikir dan berbahagialah seperti seorang anak kecil,
karena hanya anak kecil yang memiliki kebahagiaan tulus’.

Sahabat sekalian, jika kita mengatakan akan terjadi sesuatu di masa depan, hal itu akan
benar-benar terjadi karena kita mengharapkan atau percaya hal itu akan terjadi. Dalam
bahasa inggris di sebut self-fulfilling prophecy. Pikiran kita di bentuk sedemikian rupa
sehingga terus menerus mencari cara agar hal-hal yang selalu kita pikirkan itu menjadi
realita fisik lewat strategi yang kita susun dengan cermat. Maka tetap lah bersemanngat,
ayo kita mulai ubah niat baik menjadi aksi nyata. Sebagaimana saya mengutip kata Cak
Nur diakhir tulisan ini, bahwa hidup itu menjadi sangat sederhana apabila kita
memahaminya dengan benar, maka cukup lah “beriman, berilmu dan beramal”, Yakinkan
dengan hati, usahakan dengan ilmu, sampaikan dengan amal.
RIWAYAT HIDUP PENULIS

BIODATA

Nama : Fatra Kurniawan


Tempat Tanggal Lahir : Lebong, 13 September 1992
Jenis Kelamin : Laki-laki
Warga Negara : Indonesia
Asal Daerah : Kabupaten Lebong. Provinsi Bengkulu
Alamat : Jalan Buncit raya No 17. Jakarta Selatan
Agama : Islam
HP/WA : 085279836488
Facebook : Fatra Kurniawan
Email : Fatrakurniawan@yahoo.com
Blog/Web : www.fatrakurniawan.simplesite.com

PENDIDIKAN FORMAL

Sekolah Dasar Negeri 11 Lebong 1997-2003


Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Lebong 2003-2006
Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Lebong 2006-2009
Universitas Muhammadiyah Bengkulu 2010- 2014
Univ. Muhammadiyah Prof. Hamka (UHAMKA) Jakarta 2016
PENGALAMAN ORGANISASI

Badan Eksekutif Mahasiswa UMB 2011


Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat UMB 2011
Himpunan Mahasiswa Kesmas FIKES UMB 2012
Pusat Informasi Konseling Mahasiswa (PIK-M) UMB 2012
Ikatan senat mahasiswa Kesehatan masyarakat Indonesia 2012
Pergerakan Anggota Muda IAKMI Daerah Bengkulu 2013
Persatuan keluarga mahasiswa rejang (PKMR) 2013

MOTTO : “Setiap tempat adalah sekolah, setiap orang adalah guru”

Hormat saya,

Fatra Kurniawan

Anda mungkin juga menyukai