Anda di halaman 1dari 2

STR untk kesmas

Jam di dinding kelas menunjukkan pukul 14.30, pertanda dimulainya kuliah Higiene Industri
yang diampu oleh dosen hebat di bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), Prof. Dr.
Tjipto Suwandi, dr., M.OH., SpOk.. Beliau merupakan salah satu dari 8 kolegium yang sedang
mengusahakan penataan sistem pendidikan Kesehatan Masayarakat di Indonesia. Dengan
pembawaan yang kalem, beliau menjelaskan kuliah dengan menyelipkan motivasi, harapan dan
perumpamaan. Dan saya selalu terfikir bahwa akan sangat menarik untuk berdiskusi lebih jauh
dengan beliau.

Membuka kuliah dengan membakar semangat mahasiswa kelas IKMB 2010 Fakultas
Kesehatan Masyarakat – Universitas Airlangga (FKM UNAIR), beliau menggambarkan tentang
potensi alam di Indonesia yang luar biasa, terutama di bidang pertambangan. Namun sangat
disayangkan potensi pertambangan di Indonesia banyak dieksploitasi oleh orang luar negeri,
bahkan pekerjanya banyak yang merupakan warga negara asing. Beliau mengingatkan tahun
2014 semakin dekat, globalisasi akan lebih berwujud dengan pelarangan pembatasan dalam hal
perdagangan, mulai dari produk barang hingga sumber daya manusia. SDM pribumi yang kalah
bersaing akan lebih tersisihkan dan menjadi penonton eksploitasi Sumber Daya Alam di
Indonesia. Kalaupun ada SDM luar negeri yang lolos kualifikasi tidak boleh lagi dihalang-
halangi untuk bekerja di negara tertentu. Oleh karena itu, beliau menyayangkan banyaknya
lulusan yang selalu lebih memilih untuk bekerja dan berkumpul di Jawa dan enggan untuk
bekerja di sektor-sektor industri pertambangan yang sangat menjanjikan di luar pulau Jawa,
sedangkan untuk mengurangi dominasi SDM luar negeri industri tersebut membutuhkan tenaga
pribumi yang lebih banyak lagi. Karena latar belakang beliau yang merupakan dosen di bidang
K3 beliau banyak berharap para ahli K3 nantinya lebih berani untuk mulai memikirkan
nasionalisme, ‘karena Indonesia itu ya dari Sabang sampai Merauke’.

Waktu menunjukkan 16.00, kuliah HI diakhiri, namun saya dan Agus Zaini, tim ad hoc
RUU Nakes ISMKMI tertarik untuk mengajak berdiskusi lebih jauh mengenai perkembangan
Naskah Akademik Kesehatan Masyarakat, di mana belum ada standarisasi kompetensi lulusan
institusi kesehatan masyarakat di Indonesia serta kesiapan dari S.K.M dalam menghadapi
globalisasi.

“Maaf, pak kami ingin berdiskusi tentang perkembangan naskah akademik kesehatan
masyarakat.” saya membuka percakapan.

Beliau mulai menjawab bahwa penyusun sebenarnya merupakan Pak Ridwan M. Thaha,
Kolegium di bidang Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku serta dosen di FKM UNHAS, dan
Prof. Tjipto sendiri lebih bertugas pada pengesahannya. Beliau menjelaskan bahwa untuk saat ini
yang lebih urgen adalah mengurusi mengenai Surat Tanda Registrasi (STR) untuk Kesehatan
Masyarakat. STR merupakan surat sertifikasi untuk tenaga kesehatan profesional sebagai
pengakuan dari Kemenkes yang menyerahkan tanggung jawab tersebut pada MTKI. STR harus
segera jelas di tahun depan, namun diantara profesi kesehatan S.K.M lah yang belum juga bisa
mendapatkan STR ini.
Beliau menjelaskan belum adanya STR untuk Tenaga Kesehatan Masyarakat sebenarnya
masih ada hambatan dari beberapa profesor di salah satu institusi besar Kesehatan Masyarakat di
Indonesia. Hambatannya adalah pemikiran bahwa yang berhak mendapat STR hanyalah profesi
kesehatan yang telah menempuh pendidikan profesi setelah sarjana, dan Kesehatan Masyarakat
belum ada pendidikan profesinya. Memang S.K.M belum dapat disebut profesi karena pada
sistem pendidikan nasional disebutkan bahwa profesi merupakan gelar yang didapat setelah
menempuh pendidikan profesi setelah mendapat gelar sarjana.

Pemikiran seorang profesor tersebut mungkin ada benarnya namun Prof. Tjipto membuka
logika kami dengan kenyataan di lapangan bahwa para ahli madya bidan, perawat, dan Hyperkes
& kesker mendapat STR meskipun mereka hanya menempuh sampai D3 dan tidak menempuh
pendidikan profesi. Beliau menjelaskan bahwa STR itu tidak serta merta hak dari tenaga
kesehatan yang telah menempuh pendidikan profesi, namun lebih jauh yaitu wewenang dari
Kemenkes untuk memberikan sertifikasi pengakuan kepada para orang-orang yang bekerja di
bidang pelayanan kesehatan.

“STR itu kan wewenang Kemenkes untuk memberikan, kenapa kita harus
menghambatnya dengan pemikiran-pemikiran tersebut. Lulusan D3 hyperkes dan kesehatan
kerja akan mendapatkan STR dan dengan itu industri-industri yang membutuhkannya akan
langsung dapat merekrutnya, namun kasihan pada lulusan Kesehatan Masyarakat yang bekerja di
bidang pelayanan kesehatan yang belum juga bisa mendapatkan sertifikasi tersebut” ungkap
beliau mengenai kenyataan hambatan STR untuk S.K.M.

Lebih jauh tentang STR, beliau menjelaskan bahwa sebenarnya sertifikasi tersebut dapat
menjadi solusi kecemburuan para S.K.M yang gelarnya bisa juga dimiliki oleh tenaga kesehatan
lainnya, contoh D3 di bidang kesehatan yang dapat alih jenis menuju S1 Kesehatan Masyarakat.
STR pada seseorang akan tertulis hanya satu profesi, yang dipilihnya. Beliau memberi contoh
dirinya sendiri yang merupakan seorang dokter yang juga tenaga ahli kesehatan masyarakat,
namun dalam STR, beliau memilih dokter karena masih praktik kedokteran. Sehingga, setiap
tenaga kesehatan yang melalui pendidikan alih jenis ke kesehatan masyarakat harus memilih
STR sebagai tenaga kesehatan masyarakat atau tenaga kesehatan sesuai profesi mereka
sebelumnya.

Sebagai mahasiswa, saya mengajak teman-teman mahasiswa kesehatan lain untuk


lebih memantau sistem pendidikan dan sistem pengaturan kerja profesinya. Karena sistem
tersebut akan membuka wawasan kita untuk peran masing-masing profesi dan bagaimana
kita menempatkan diri pada dunia kerja di masa depan. Selain itu, dengan sistem
pendidikan dalam negeri yang baik akan meningkatkan kemandirian bangsa untuk
persiapan menuju globalisasi. Lebih jauh lagi secara otomatis kita memikirkan kesehatan
dan kesejahteraan Indonesia. “Kita memang tidak bisa mengendalikan arah angin, namun
setidaknya kita dapat mengendalikan arah perahu yang kita tumpangi (Kalimat terakhir
dalam pidato sambutan Sekjend ISMKMI dalam acara ‘Lokakarya RUU Nakes 2012’ di
Aula Auditorium Pusat TIK Nasional Kampus 2 UIN Syarif Hidayatullah)”

Anda mungkin juga menyukai