Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Komputer
Oleh :
Reny Eko Afniati
103093029685
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Komputer
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
oleh :
Reny Eko Afniati
103093029685
ii
PEMANFAATAN DATA
PENGINDERAAN JAUH UNTUK PEMANTAUAN
DAN ANALISIS SEBARAN TITIK PANAS
(STUDI KASUS: PROVINSI KALIMANTAN TENGAH)
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Komputer
Pada Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
oleh :
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua Program Studi Sistem Informasi
iii
PENGESAHAN UJIAN
Tim Penguji,
Penguji I Penguji II
iv
PERNYATAAN
v
ABSTRAK
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
teruntuk Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan syafa’atnya kepada kita
semua.
Dalam penulisan skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bantuan dari rekan-
rekan kerja. Terima kasih penulis ucapkan kepada pihak-pihak yang telah
1. Bapak DR. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis, selaku dekan Fakultas Sains dan
Teknologi.
2. Ibu Nur Aeni Hidayah, MMSI, selaku pembimbing I yang telah memberikan
4. Alm. Bapak Muji Haryadi, S. Hut, MT, yang pernah membimbing penulis.
Informasi.
vi
6. Orang Tuaku yang senantiasa memberikan doa, serta suamiku. My Baby “Adi”
8. Bu Dianovita yang sebagai perantara Pak Mahdi atau asistennya yang telah
banyak membantu penulis. Terima kasih juga kepada staf lainnya seperti
Mbak Iken, Mbak Aida, Pak Wiji, serta rekan-rekan kerja sekalian yang tidak
9. Terima kasih pula kepada temanku Farrah, Yati, Dede, dan Uut yang telah
10. Serta teman-teman sekalian SI angkatan 2003 dan semua pihak yang telah
Akhir kata, saya berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita
vii
DAFTAR ISI
ix
BAB II LANDASAN TEORI ......………………………………………… 7
2.1 PROVINSI KALIMANTAN TENGAH ..................................... 7
2.1.1 Keadaan Geografis .............................................................. 7
2.1.2 Titik Panas di Provinsi Kalimantan Tengah ....................... 9
2.2 SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS ......................................... 9
2.2.1 Konsep Dasar Sistem .......................................................... 9
2.2.2 Konsep Dasar Sistem Informasi ......................................... 10
2.2.3 Konsep Dasar SIG (Sistem Informasi Geografis) .............. 10
2.2.4 Model Data Spasial di Dalam SIG (Sistem Informasi
Geografis) ........................................................................... 12
2.2.4.1 Model Data Raster .................................................. 12
2.2.4.2 Model Data Vektor ................................................. 12
2.3 PENGINDERAAN JAUH .......................................................... 13
2.3.1 Konsep Dasar Penginderaan Jauh ....................................... 13
2.3.2 Komponen Sistem Penginderaan Jauh ................................ 14
2.4 KARAKTERISTIK CITRA ........................................................ 19
2.5 KARAKTERISTIK CITRA SATELIT SECARA UMUM ........ 20
2.5.1 Resolusi Spasial .................................................................. 20
2.5.2 Resolusi Spektral ................................................................ 21
2.5.3 Resolusi Temporal .............................................................. 24
2.5.4 Resolusi Radiometrik .......................................................... 24
2.6 KARAKTERISTIK CITRA SATELIT TERRA-MODIS .......... 24
2.6.1 Resolusi Spasial .................................................................. 27
2.6.2 Resolusi Spektral ................................................................ 27
2.6.3 Resolusi Temporal .............................................................. 31
2.6.4 Resolusi Radiometrik .......................................................... 32
2.7 KARAKTERISTIK TITIK PANAS ........................................... 33
2.8 KLASIFIKASI PENUTUPAN LAHAN ..................................... 37
2.9 PERANGKAT LUNAK (SOFTWARE) ...................................... 39
2.9.1 Penggunaan Software MODIS ............................................ 39
2.9.2 Algoritma Mod14 ................................................................ 40
x
2.9.3 HDFView 2.3 ...................................................................... 40
2.9.4 ER Mapper 7.0 .................................................................... 41
2.9.5 Microsoft Excel 2003 .......................................................... 41
2.9.6 ArcView 3.2 ........................................................................ 41
2.10 TELAAH PENELITIAN SEBELUMNYA ........................... 42
DAFTAR PUSTAKA
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
Gambar 4.7 Grafik sebaran titik panas berdasarkan kelas penutupan lahan .. 86
Gambar 4.8 Kombinasi band 721 ……………..……………........................ 87
Gambar 4.9 Peta citra satelit Provinsi Kalimantan Tengah ........................... 88
Gambar 4.10 Panjang gelombang yang cocok untuk mendeteksi kebakaran 89
xiii
DAFTAR TABEL
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Hasil pengolahan sebaran titik panas harian berdasarkan peta tutupan lahan
dilakukan dari data yang diperoleh melalui satelit Terra dengan sensornya
spectroradiometer)
4. Spatial Resolution
xv
DAFTAR ISTILAH
Band atau saluran adalah informasi dari range panjang gelombang yang
Citra penginderaan jauh adalah gambaran suatu obyek dari pantulan atau pancaran
citra penginderaan jauh agar memberikan hasil citra yang mempunyai skala
xvi
MODIS (Moderate Resolution Imaging spectroradiometer) adalah sensor utama
pada satelit Terra dan satelit Aqua yang mengorbit bumi secara polar (arah
khatulistiwa pada jam 10:30 dan pada jam 22:30 waktu lokal (Justice, 2006).
Lebar cakupan lahan pada permukaan bumi setiap putarannya sekitar 2330
Kilometer.
Resolusi radiometrik ditunjukkan oleh jumlah nilai data yang dimungkinkan pada
setiap band.
Resolusi spasial adalah ukuran obyek terkecil yang masih dapat disajikan,
Resolusi temporal ditunjukkan dengan seringnya citra merekam suatu daerah yang
sama.
xvii
TABEL KARAKTERISTIK DATA CITRA SATELIT TERRA DENGAN SENSORNYA MODIS (MODERATE
RESOLUTION IMAGING SPECTRORADIOMETER)
Platform Visible Bands (μm) Near IR Bands (μm) Thermal IR Bands (μm) Image Size Pankromatik Sensor Satelit
MODIS Band 1 (0,620 – 0,670) Band 2 (0,841 – 0,876) Band 20 (3,660 – 3,840) 1000 meter MODIS (Moderate Terra
Band 3 (0,459 – 0,479) Band 5 (1,230 – 1,250) Band 21 (3,929 – 3,989) Resolution Imaging
Band 4 (0,545 – 0,565) Band 6 (1,628 – 1,652) Band 22 (3,929 – 3,989) Spectroradiometer)
Band 8 (0,405 – 0,420) Band 7 (2,105 – 2,155) Band 23 (4,020 – 4,080)
Band 9 (0,438 – 0,448) Band 15 (0,743 – 0,753) Band 24 (4,433 – 4,498)
Band 10 (0,483 – 0,493) Band 16 (0,862 – 0,877) Band 25 (4,482 – 4,549)
Band 11 (0,526 – 0,536) Band 17 (0,890 – 0,920) Band 27 (6,535 – 6,895)
Band 12 (0,546 – 0,556) Band 18 (0,931 – 0,941) Band 28 (7,175 – 7,475)
Band 13 (0,662 – 0,672) Band 19 (0,915 – 0,965) Band 29 (8,400 – 8,700)
Band 14 (0,673 – 0,683) Band 26 (1,360 – 1,390) Band 30 (9,580 – 9,880)
Band 31 (10,780 – 11,280)
Band 32 (11,770 – 12,270)
Band 33 (13,185 – 13,485)
Band 34 (13,485 – 13,785)
Band 35 (13,785 – 14,085)
Band 36 (14,085 – 14,385)
xviii
xix
BAB I
PENDAHULUAN
sering terjadi. Dampak negatif yang ditimbulkan oleh kebakaran hutan cukup
tanah, perubahan iklim mikro maupun global, dan asapnya mengganggu kesehatan
masyarakat serta mengganggu transportasi baik darat, sungai, danau, laut dan
udara. Hutan yang terbakar berat akan sulit dipulihkan, karena struktur tanahnya
sehingga mudah tererosi, dan tidak dapat lagi menahan banjir. Karena itu setelah
hutan terbakar, sering muncul bencana banjir pada musim hujan di berbagai
ambang batas yang sudah ditentukan sehingga tertangkap sensor panas satelit.
Parameter ini sudah digunakan secara meluas di berbagai negara untuk memantau
kebakaran hutan dan lahan dengan puncak jumlah titik panas yang hampir sama,
1
yaitu bulan Agustus sampai September. Jumlah titik panas akan benar- benar
berkurang mulai Oktober, karena mulai bulan tersebut curah hujan meningkat.
tertinggi pada Pulau Kalimantan dengan jumlah titik panas sebanyak 223 titik
panas yang dilanjutkan dengan Provinsi Kalimantan Timur sebanyak 152 titik
panas, Provinsi Kalimantan Barat sebanyak 45 jumlah titik panas, serta yang
terakhir Provinsi Kalimantan Selatan sejumlah 34 titik panas dari hasil pantauan
penyebarannya dalam periode Juli sampai November pada tahun 2006, jumlah
titik panas yang tercatat menurut data satelit NOAA 12 (National Oceanic and
sebanyak 46.285 titik panas, diikuti oleh Kalimantan Barat 28.061 titik panas,
Sumatera Selatan 21.030 titik panas, dan Riau sebanyak 10.784 titik panas (Fire
memantau dan mendeteksi kebakaran hutan atau lahan untuk skala wilayah yang
luas. Dalam Pemanfaatan Data Penginderaan Jauh untuk Pemantauan dan Analisis
2
gunakan untuk pengamatan daratan dan perairan. Selain itu dalam Pemanfaataan
Data Penginderaan Jauh untuk Pemantauan dan Analisis Sebaran Ttik Panas
penggunaan lahan yang terbakar digunakan peta digital klasifikasi tutupan lahan
untuk Pemantauan dan Analisis Sebaran Titik Panas (Studi Kasus: Provinsi
bulan?
3
1.3 BATASAN MASALAH
Pemantauan dan Analisis Sebaran Titik Panas (Studi Kasus: Provinsi Kalimantan
Tengah) adalah:
Tengah.
3. Sumber data utama yang digunakan yaitu data satelit Terra dengan
Spectroradiometer).
1.4.1 Tujuan
bertujuan untuk mengetahui terdeteksinya titik panas dan lokasinya dari data
4
1.4.2 Manfaat
Kalimantan Tengah.
Secara garis besar, penulisan skripsi ini terbagi menjadi 5 (lima) bab,
yaitu:
BAB I: PENDAHULUAN
Bab ini mengemukakan mengenai latar belakang yaitu alasan mengapa topik atau
masalah ini dipilih, serta terdapat perumusan masalah yang memaparkan secara
ringkas dan jelas tentang permasalahan utama penelitian, batasan masalah yaitu
aspek-aspek apa saja yang dikaji dalam penelitian ini, tujuan yaitu menjelaskan
hasil yang hendak dicapai setelah penelitian selesai, manfaat yaitu kontribusi yang
5
diberikan atas hasil penelitian, dan sistematika penulisan yaitu sistematika yang
Bab ini menguraikan tentang teori-teori yang digunakan sebagai landasan atau
Dalam bab ini menjelaskan alur pola pikir penelitian, alat dan bahan yang
digunakan, waktu dan tempat penelitian, pengumpulan data, pengolahan data yang
algoritma mod14, input nilai pada program imapp2bin dan mod2rect, pemotongan
Pada bab ini menguraikan hasil dan pembahasan dari Pemanfaatan Data
Penginderaan Jauh untuk Pemantauan dan Analisis Sebaran Titik Panas (Studi
BAB V: PENUTUP
Bab ini menguraikan kesimpulan dan saran dari Pemanfaatan Data Penginderaan
Jauh untuk Pemantauan dan Analisis Sebaran Titik Panas (Studi Kasus: Provinsi
Kalimantan Tengah).
6
BAB II
LANDASAN TEORI
Jaya Barat, Provinsi Papua, dan Provinsi Kalimantan Timur. Provinsi ini
Kecamatan terdiri dari 1.340 Desa dan 101 Kelurahan. Jumlah Kecamatan
Otonom berasal dari eks Daerah Dayak Besar dan Swapraja Kotawaringin
7
Pemekaran daerah otonom Kabupaten dan Kota terjadi dalam masa
Tengah.
Timur, (3) Kabupaten Kotawaringin Barat, (4) Kota Palangka Raya, (5)
Selatan, (7) Kabupaten Pulang Pisau dengan ibukotanya Pulang Pisau, (8)
Layang, (11) Kabupaten Murung Raya dengan ibukotanya Puruk Cahu, (12)
8
2.1.2 Titik Panas di Provinsi Kalimantan Tengah
jumlah titik panas, serta yang terakhir Provinsi Kalimantan Selatan sejumlah
34 titik panas dari hasil pantauan pada bulan September 2001 dengan
November pada tahun 2006, jumlah titik panas yang tercatat menurut data
diikuti oleh Kalimantan Barat 28.061 titik panas, Sumatera Selatan 21.030
titik panas, dan Riau sebanyak 10.784 titik panas (Fire Bulletin, 2007; hal
1).
kelengkapan sesuatu yang kompleks, bahwa semua bagian yang ada adalah
9
dalam kaitan dengan SIG (Sistem Informasi Geografis) adalah keterkaitan
proses pengambilan keputusan (Barus dan Wiradisastra, 2000; hal 3). Fungsi
bagian dari sistem informasi spasial. Peta baru dianggap sebagai sistem
apabila sudah terjadi interaksi antara pemakai dengan peta itu sendiri.
yang dirancang untuk bekerja dengan data yang berreferensi spasial atau
berkoordinat geografi (Barus dan Wiradisastra, 2000; hal 3). Pendapat lain
10
menyimpan data non spasial (Star dan Estes, 1990). Disebutkan juga SIG
data spasial baik biofisik maupun sosial ekonomi. Star dan Estes
dan menganalisa data serta menyediakan hasil baik dalam bentuk grafik
maupun dalam bentuk tabel, namun demikian fungsi utamanya adalah untuk
kota baru di Hong Kong, melalui integrasi data multi temporal foto udara
pada land use dan menemukan bahwa overlay citra dengan teknik masking
terdahulu untuk deteksi perubahan yang difokuskan pada daerah urban. Ini
dan model tradisional tidak bisa digunakan secara efektif menganalisa data
11
multi sumber. Sehingga, kekuatan fungsi SIG (Sistem Informasi Geografis)
memberikan alat untuk pengolahan data multi sumber dan efektif dalam
yang unik. Akurasi model data ini sangat bergantung pada resolusi
Landsat, Ikonos).
dasar representasi data spasial ini, di dalam sistem model data vektor,
12
didefinisikan oleh sistem koordinat kartesian dua dimensi (x, y). Di
bahwa titik awal dan titik akhir poligon memiliki nilai koordinat
analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan
obyek, daerah, atau fenomena yang dikaji (Lillesand dan Kiefer, 1994 dalam
seperti yang terlihat pada gambar 2.1 dijelaskan bahwa dalam hal ini energi
gelombang (Sutanto, 1994; hal 54). Dan ada pula energi yang diserap
tersebut kemudian direkam oleh sensor. Setiap objek di bumi memiliki daya
13
Gambar 2.1 Sistem penginderaan jauh
(Yaslinus, 2002).
14
Energi elektromagnetik dipancarkan atau dilepaskan oleh semua
masa di alam semesta pada level yang berbeda-beda. Semakin tinggi level
energi dalam suatu sumber energi, semakin rendah panjang gelombang dari
elektromagnetik.
2001; hal 3). Gambar spektrum elektromagnetik di bawah pada gambar 2.3
tinggi dan frekuensi rendah, seperti gelombang radio sampai ke energi yang
sangat tinggi, dengan panjang gelombang rendah dan frekuensi tinggi seperti
radiasi X-ray dan Gamma Ray. Beberapa contoh kelompok energi pada
15
mempelajari pola cuaca, badai, membuat peta 3D permukaan
intensitas hujan.
16
posisinya pada spektrum elektromagnetik berada di dekat
near IR).
17
Radiasi UV bisa dideteksi oleh film dan detektor elektronik,
jauh.
18
Gambar 2.5 Citra Landsat komposit
tanpa peduli media apa yang digunakan untuk mendeteksi dan merekam energi
secara definitif citra penginderaan jauh adalah gambaran suatu obyek dari
pantulan atau pancaran radiasi elektromagnetik obyek, yang direkam dengan cara
optik, elektro optik, optik mekanik, atau elektronik (Purwadhi, 2001; hal 22).
Normalnya foto dapat direkam diluar dari range panjang gelombang 0,3 μm
sampai 0,9 μm. Semua foto dapat dikategorikan sebagai citra tetapi tidak semua
Sebuah citra terbentuk dalam format digital yang tersusun dari beberapa
unsur gambar atau disebut piksel (Samsuri, 2004; hal 3). Tingkat kecerahan piksel
ini direpresentasikan oleh nilai numerik atau DN (Digital Number) pada masing-
19
2.5 KARAKTERISTIK CITRA SATELIT SECARA UMUM
satelit Quickbird, Ikonos, dan SPOT. Untuk informasi regional (skala menengah)
dapat menggunakan citra satelit SPOT, Aster, dan Landsat. Untuk informasi
global (skala kecil) dapat menggunakan citra satelit NOAA (National Oceanic
spectroradiometer). Salah satu satelit yang sangat terkenal adalah satelit NOAA-
Amerika NASA sejak tahun 1978 untuk pemantauan iklim dan kelautan global
(Anonim, 2007).
disajikan, dibedakan, dan dikenali pada citra (Purwadhi, 2001, hal 18).
Semakin kecil ukuran obyek yang dapat direkam, semakin baik kualitas
tinggi resolusinya, maka semakin kecil area yang dapat dicakupnya. Contoh
20
3000 Kilometer permukaan bumi. Kelebihan lainnya, sensor AVHRR
spektral akan menjadi semakin tinggi, sebagai contoh dapat dilihat tabel 2.1.
pada NOAA
Gelombang
(μm)
awan tertentu
21
Tabel 2.1 (lanjutan)
Gelombang
(μm)
awan
22
Tabel 2.1 (lanjutan)
Gelombang
(μm)
parameter temperatur
mendeteksi awan,
mengestimasi temperatur
berapi
parameter temperatur
mendeteksi awan,
mengestimasi temperatur
berapi
23
2.5.3 Resolusi Temporal
suatu daerah yang sama (Samsuri, 2004; hal 4). Contoh : jika citra Landsat
sehari melewati daerah yang sama di permukaan bumi. Oleh kerena itu
dimungkinkan pada setiap band (Samsuri, 2004; hal 4). Hal ini ditunjukkan
sehingga jumlah nilai data pada spektral untuk setiap piksel adalah 0 sampai
untuk setiap piksel adalah 0 sampai 1.023. Resolusi ini lebih tinggi
24
tersebut melengkapi sistem pemantauan titik panas menggunakan satelit, sehingga
sensor utama pada satelit Terra dan satelit Aqua yang mengorbit bumi secara
polar (arah utara selatan) pada ketinggian 705 Kilometer dan melewati garis
khatulistiwa pada jam 10:30 dan pada jam 22:30 waktu lokal (Justice, 2006; hal
1). Lebar cakupan lahan pada permukaan bumi setiap putarannya sekitar 2330
meter).
citra satelit hiperspektral generasi baru di gunakan untuk pengamatan daratan dan
merupakan salah satu sensor yang dimiliki oleh EOS (Earth Observing System)
dan dibawa oleh dua wahana yaitu Terra yang diluncurkan pada 18 Desember
1999 dan Aqua pada tanggal 4 Mei 2002 (Darmawan, 2006). Sensor MODIS
Wide Field of view sensor), dan HIRS (High Resolution Imaging Spectrometer)
25
memotret bumi dengan gelombang infra merah dan termal infra merah, karena itu
suhu permukaan bumilah yang terpantau oleh sensor tersebut. Dengan berbagai
formula yang diterapkan di berbagai stasiun pemantau, jumlah titik panas yang
terpantau juga cenderung berbeda-beda. Sebagai contoh data titik panas NOAA
3180 Kelvin (0Kelvin = 0Celcius + 273) atau setara dengan 450 Celcius (Anonim,
2007). Artinya adalah jika suatu daerah yang dipantau oleh satelit memiliki suhu
diatas ambang batas tersebut, maka areal tersebut terdeteksi sebagai titik panas.
menerapkan ambang batas suhu yang lebih tinggi yaitu sebesar 3200 Kelvin atau
sekitar 470 Celcius (Anonim, 2007). Sehingga secara teori, jumlah titik panas
26
Resolution Imaging spectroradiometer) memiliki beberapa kelebihan dibanding
permukaan bumi.
dalam hal resolusi spasial 250 meter, 500 meter dan 1 Kilometer (Steber,
2007; hal 6). Resolusi spasial citra satelit MODIS (Moderate Resolution
mempunyai 36 band atau saluran spektral dapat dilihat pada tabel 2.2, yang
rendah (Steber, 2007; hal 8). Namun band atau saluran spektral MODIS
27
(Moderate Resolution Imaging spectroradiometer) yang dapat digunakan
Gelombang Emisif
Panjang Gelombang
Band (µm) Penggunaan
20 – 23 3.750, 3.959(2), 4.050 Suhu permukaan atau awan
24, 25 4.465, 4.515 Suhu atmosfer
27, 28 6.715, 7.325 Uap air
29 8.550 Suhu permukaan atau awan
30 9.730 Ozon
31, 32 11.030, 12.020 Suhu permukaan atau awan
33 – 34 13.335, 13.635 Properti puncak awan
35 – 36 13.935, 14.235 Properti puncak awan
28
Tabel 2.3 Saluran MODIS dapat digunakan untuk mendeteksi kebakaran
aktif (Steber, 2007)
Band Panjang Kegunaan Saluran
Gelombang
(µm)
1 0,620 – 0,670 Menolak sunglint, menolak tanda kebakaran
palsu dan balutan awan
2 0,841 – 0,876 Menolak sunglint, menolak tanda kebakaran
palsu dan balutan awan
7 2,105 – 2,155 Menolak sunglint dan menolak tanda
kebakaran palsu
20 3,660 – 3,840 Saluran jangkauan untuk deteksi kebakaran
aktif (3300 Kelvin)
21 3,929 – 3,989 Saluran jangkauan tinggi untuk deteksi
kebakaran aktif (5000 Kelvin)
22 3,929 – 3,989 Saluran jangkauan rendah untuk deteksi
kebakaran aktif (3310 Kelvin)
31 10,780 – 11,280 Latar belakang suhu untuk deteksi kebakaran
tertentu dan balutan awan (3400 Kelvin)
32 11,770 – 12,270 Balutan awan (3880 Kelvin)
pendek apabila suhunya naik (Lillesand dan Kiefer, 1997; hal 7). Dapat
apabila sebuah logam seperti sepotong besi dipanasi, ketika besi tersebut
29
secara berurutan ke arah panjang gelombang yang pendek, yaitu dari warna
merah bata ke arah oranye, kuning, dan kadang-kadang ke arah warna putih.
radiator benda hitam, kurva pancaran matahari dengan suhu 60000 Kelvin
Kiefer, 1997; hal 9). Oleh karena itu penginderaan jauh yang menggunakan
bagi suhu permukaan bumi (yaitu suhu permukaan obyek seperti tanah, air,
tercapai pada panjang gelombang 9,7 μm. Oleh karena ini berkaitan dengan
30
panas obyek di bumi, maka disebut tenaga inframerah termal (Lillesand dan
Kelvin, namun karena satelit hanya mengukur area dengan luas 1 Km2 dan
ada pula penyerapan atmosfer, maka rata-rata suhunya sekitar 3000 Kelvin
sampai 5000 Kelvin. Dari gambar 2.6 diatas, dapat dilihat bahwa pancaran
mikrometer adalah antara 0,8 sampai 0,9 artinya bahwa bagian matahari
yang tidak memancar pada panjang gelombang ini akan direfleksikan dan
Kesalahan seperti ini tidak terjadi pada malam hari. Algoritma otomatis
global, hal ini merupakan tingkat kunjungan dengan frekuensi tinggi atau
dikenal dengan resolusi temporal yang tinggi. Karena itu kita bisa
31
inilah yang menjadi salah satu alasan penting digunakannya citra satelit
global.
Mega bytes setiap detik dengan resolusi radiometrik 12 bit (Mustafa, 2004).
Artinya obyek dapat dideteksi dan dibedakan sampai 212 (4.096) derajat
di berbagai negara.
32
5. Hingga level tertentu, cukup ideal mengikuti perkembangan yang
kebutuhan.
terpisah, sehingga tampilan citra akan ”tidak benar” bila menggunakan modul
penampil yang tidak mampu mengintegrasikan data citra dan informasi geometrik
melebihi ambang batas yang sudah ditentukan sehingga tertangkap sensor panas
satelit.
membantu para pemakai mengukur mutu masing-masing nilai piksel api (Giglio,
tinggi suatu nilai piksel api (Giglio, 2007). Nilai confidence ini mencakup antara 0
sampai dengan 100, dimana tingkatan rendah bernilai 0 sampai 30, tingkatan
sedang bernilai 30 sampai 80, dan tingkatan tinggi bernilai 80 sampai dengan 100.
33
Dapat digambarkan pola pikir pengolahan titik panas dengan
menggunakan beberapa persamaan seperti yang terlihat pada gambar 2.7 berikut.
Karena data yang dipancarkan satelit dalam bentuk digital yang disebut
radiometer count (DNk ), maka konversi radiansi (Lk) dari radiometer count (DNk)
dapat dilakukan melalui persamaan linier sebagai berikut: Lk (i, j) = Gk DNk (i, j) +
34
Gambar 2.7 Pola pikir pengolahan
35
Keterangan:
Gk = koefisien Gain
Ik = Intercept
αk dan βk = konstanta
menentukan lokasi dan distribusi titik panas harian menggunakan data MODIS
suhu kenampakan band 21 atau band 22 (T4) dan band 31 (T11). Adapun kriteria
– { [(T 4 > T4b + 4 δ T4b) atau T4 > 320° Kelvin (315° Kelvin pada malam
hari ) ] dan [( Δ T41> Δ T41b + 4δΔT4 1 b) atau ΔT41> 20° Kelvin (10°
36
Dimana:
Δ T 41 = T 4 – T 11
Δ T 41b = T 4b – T 11b
secara alami maupun yang dibuat manusia yang ditujukan untuk memenuhi
kebutuhannya atas suatu bentang alam yang kompleks yang disebut lahan (Vink
dan Bahri, 1998). Sebagai contoh: semak belukar, tegalan atau ladang,
Tabel 2.4 Standard klasifikasi penutupan lahan hasil penafsiran citra satelit
37
Tabel 2.4 (lanjutan)
Kodefikasi Kelas Penutupan Lahan Keterangan
2010 Perkebunan Seluruh kenampakan hamparan kebun
(perkebunan) yang sudah ditanami
2012 Permukiman Seluruh kenampakan permukiman,
baik perkotaan, perdesaan, industri,
dan fasilitas umum
2014 Lahan terbuka Pada umumnya merupakan daerah
tidak bervegetasi seperti lahan terbuka
bekas pembersihan lahan (land
clearing)
2500 Awan Seluruh kenampakan awan dan
bayangan awan
3000 Savanna (padang Seluruh kenampakan hamparan non
rumput) hutan alami berupa padang rumput
5001 Tubuh air Seluruh kenampakan perairan,
termasuk laut, sungai, danau, waduk,
dan terumbu karang
20091 Pertanian Lahan pertanian yang bersifat alam
maupun buatan manusia
20094 Tambak Seluruh kenampakan aktivitas
perikanan darat (ikan atau udang) atau
penggaraman yang dicirikan dengan
pola pematang (umumnya), serta
biasanya tergenang dan berada di
sekitar pantai
20121 Bandara Seluruh kenampakan bandara yang
berukuran besar dan memungkinkan
untuk didelineasi tersendiri
38
Tabel 2.4 (lanjutan)
Kodefikasi Kelas Penutupan Lahan Keterangan
20122 Transmigrasi Seluruh kenampakan areal
permukiman perdesaan (transmigrasi)
beserta pekarangan di sekitarnya
20141 Pertambangan Seluruh kenampakan lahan terbuka
yang digunakan untuk aktivitas
pertambangan terbuka (open pit)
seperti batubara, timah, dan tembaga.
Serta lahan pertambangan tertutup
skala besar yang dapat diidentifikasi
kenampakan obyeknya seperti tailing
ground (penimbunan limbah
penambangan)
50011 Rawa Seluruh kenampakan lahan rawa yang
sudah tidak berhutan (tidak ada
vegetasi pohon)
imapp2bin dan mod2rect (Steber, 2007; hal 64). Dimana program imapp2bin
ini berfungsi menyaring band yang diperlukan dari 4 file HDF (Hierarchical
39
2.9.2 Algoritma Mod14
secara global (Steber, 2007; hal 31). Pengujian masing-masing piksel ini di
kelaskan sebagai berikut: data hilang, awan, air, bukan api, api, atau tak
dikenal. Apabila data pada band 22 hilang atau rusak dapat digantikan
panas lain untuk MODIS (Giglio, 2005), yaitu dengan band 21 dan band 22
(Steber, 2007; hal 54). Format ini dimaksudkan agar dapat membuat
setiap produk file nya. HDFView adalah suatu alat bantu berbasis Java
Champaign, 2005). HDFView ini tersedia file HDF4 dan file HDF5,
40
penghubung yang dirancang untuk memudahkan pemakai untuk
hal 1). Pengolahan data citra merupakan suatu cara memanipulasi data citra
atau mengolah suatu data citra menjadi suatu keluaran (output) yang sesuai
DBF 4 (dBASE IV), yang nantinya dapat dipanggil pada software ArcView
Selain itu terdapat pula feature-feature dari arcview ini seperti pembuatan
41
layout, model overlay, serta pemanggilan data eksternal tertentu dengan
mewakili areal 1,1 Km2, ini menunjukkan bahwa ada satu kebakaran
42
yang diperoleh setiap hari dari satelit NOAA 12 dan 16. Data ini
harian, curah hujan harian dan rata-rata curah hujan tahunan. KBDI
43
cukup tinggi berpotensi menimbulkan gangguan asap lintas batas
paling tinggi terjadi pada puncak musim kemarau antara bulan Juli
yaitu band 3 (3.8 μm), band 4 (10.8 μm), dan band 5 (11.8 μm).
diterima oleh band 4 dan band 5 jauh lebih tinggi bila dibandingkan
dengan radiasi yang diterima oleh band 3. Akan tetapi untuk obyek-
kecil dari satu piksel, karena energi yang dikeluarkan oleh titik panas
44
temperature) jauh lebih tinggi pada band 3 dibanding pada band 4
dan band 5 (Dozeer, 1981; Matson et.al., 1987 dalam Lee and Tag,
1986).
empat titik pada posisi kiri atas, kanan atas, kiri bawah, dan kanan
45
dikelompokkan menjadi 3 kelas menurut banyaknya titik panas yang
bulan Agustus adalah kelas 1 untuk citra titik panas yang berjumlah
2001).
(yang meliputi kadar air tanah dan jenis tanah), cuaca (angin,
lahan yaitu suhu udara, kelembaban udara, curah hujan, dan angin
46
dengan memetakan kerawanan kebakaran hutan. Ada beberapa
dan TGHK (peta tata guna hutan kesepakatan) pada tahun 1997
47
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian merupakan salah satu ciri utama bagi ilmu pengetahuan.
Bagi penginderaan jauh sebagai ilmu baru, metode penelitiannya belum banyak
diungkap pada pustaka yang ada (Sutanto, 1994; hal 81). Metode penginderaan
jauh secara lengkap, yaitu yang dimulai dari perumusan masalah dan tujuan
hingga penyelesaiannya. Pada gambar 3.1 adalah gambaran pola pikir penelitian
Sebaran Titik Panas (Studi Kasus: Provinsi Kalimantan Tengah) dijelaskan bahwa
data bersumber dari data mentah satelit Terra dengan sensornya yaitu MODIS
spasial 250 meter, 500 meter, 1000 meter, serta dilengkapi dengan geolocation.
yang berarti suhu kecerahan untuk menentukan titik panas dan menampilan citra
48
Gambar 3.1 Gambaran pola pikir penelitian
49
3.1 ALAT DAN BAHAN
3.1.1 Alat
dalam penelitian ini adalah dengan bantuan perangkat keras (hardware) dan
digunakan yaitu seperangkat komputer yang terdiri dari: (1) Alat untuk
masukan data (input) seperti keyboard dan mouse; (2) Alat untuk
2002 Service Pack 2, RAM 1.00 GB, harddisk 306.5 GB dan; (3) Alat untuk
mod2rect v1.10); (2) Algoritma mod14; (3) ER Mapper 7.0; (4) HDFView
2.3; (5) Microsoft Excel 2003 dan; (6) Arc View 3.2.
3.1.2 Bahan
berupa peta digital tutupan lahan yang berasal dari Departemen Kehutanan
tahun 2003 dan peta digital batas administrasi yang berasal dari
50
Bakosurtanal (Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional) tahun
2007.
Waktu yang dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu dalam kurun waktu 4
bulan, yang dimulai pada tanggal 01 Oktober 2007 sampai dengan tanggal 31
tersebut berupa digital number sesuai dengan apa yang telah terekam pada satelit
diantariksa disertai quicklook berupa gambar yang direkam satelit, dengan resolusi
51
3.4 PENGOLAHAN DATA
Data satelit Terra terdiri dari 4 (empat) file dalam format HDF
yang berarti memiliki resolusi spasial 250 meter (band 1 sampai dengan
band 2), (2) MOD02HKM = Half Kilometer yang berarti memiliki resolusi
spasial 500 meter (band 3 sampai dengan band 7), (3) MOD021KM = 1
Kilometer yang berarti memiliki resolusi spasial 1000 meter (band 8 sampai
dengan band 36), dan (4) MOD03 = geolocation hotspot (Steber, 2007; hal
6).
pengolahan yakni level 0 (L 0), level 1 (L 1), level 2 (L 2), level 3 (L 3), dan
level 4 (L 4). Namun yang digunakan pada penelitian ini adalah level L 1B
2003).
dan transformasi citra penginderaan jauh agar memberikan hasil citra yang
52
mempunyai skala tertentu dan mengikuti proyeksi peta tertentu (Purwadhi.
2001; hal 162). Proses perbaikan pada koreksi geometrik yaitu memperbaiki
rrsss_YYYYMMDD_hhmm_MODxxx.hdf
Dimana:
rr: stasiun penerima (as: Alice Springs, da: Darwin, gd: GSFC/DAAC, ho:
sss: satelit (t01: Terra online attitude/ephemeris, t11: Terra post processed
53
Contoh:
gdt01_20070913_0255_MOD02QKM
gdt01_20070913_0255_MOD02HKM
gdt01_20070913_0255_MOD021KM
gdt01_20070913_0255_MOD03
quicklook ini dapat melihat nilai longitude dan nilai latitude yang akan
selanjutnya. Contoh: pada gambar 3.2 terdapat tanda kotak berwarna merah,
pada kotak tersebut ambil nilai yang terdapat pada quicklook yang berada
pada sudut kiri atas dan kanan bawah. Sudut kiri atas mempunyai latitude =
permukaan bumi yang dapat diartikan mempunyai 100 piksel (Steber, 2007).
Selisih antara latitude kiri atas atau latitude maksimal dan latitude kanan
bawah atau latitude minimal mempunyai selisih nilai 110 begitu juga dengan
54
L
a
t
i
t
u
d
e
Longitude
(Steber, 2007; hal 31). Berikut adalah input nilai untuk menghasilkan titik
cd\Reny
cd 256
mod14
output_file
55
input menurut perintah diatas: mod14 –v
gdt01_20070913_0255_MOD021KM.hdf
gdt01_20070913_0255_MOD03.hdf hotspot_20070913.hdf
Hasil output dari perintah di atas dapat terlihat pada gambar 3.3.
penyimpanannya sebagai tipe data DBF 4 (dBASE IV) seperti pada gambar
3.4 dan gambar 3.5, agar nantinya tipe data dbf ini dapat dibaca software
56
Gambar 3.3 Algoritma mod14
57
Gambar 3.4 Tampilan HDF
58
Untuk membuka file yang telah disimpan dengan tipe data DBF
4 (dBASE IV) yang diberi nama 20070913.dbf yaitu terlebih dahulu buka
software Arc View 3.3 kemudian lakukan langkah seperti yang terlihat pada
gambar 3.6 dengan cara klik Tables Æ Add, sehingga muncul tampilan Add
Table kemudian cari nama file pada directories yang dituju. Sedangkan
untuk menampilkan simbol titik dari format penyimpanan tipe data dbf tadi
yaitu dengan cara pilih menu bar View Æ Add Event Theme sehingga
muncul tampilan seperti yang terlihat pada gambar 3.7 kemudian tentukan
longitude sebagai X field dan latitude sebagai Y field. Setelah simbol titik
dari format penyimpanan tipe data dbf tampil, maka langkah selanjutnya
adalah lakukan konversi ke tipe data shp sesuai dengan format penyimpanan
yang dimiliki oleh software Arc View yaitu dengan cara pilih menu bar
gambar 3.8.
59
Gambar 3.7 Add event theme
60
3.4.4 Input Nilai Pada Program Imapp2bin dan Mod2rect
2007; hal 64). Terlebih dahulu buka cygwin, karena cygwin mempunyai
cd Reny
cd 256
ls
projectl1b.csh
mapsamples bandlist
61
Keterangan:
Contoh perintah di atas atau yang terlihat pada gambar 3.9 seperti
1100 t21 t22 t31. Hasil dari program imapp2bin v4.4 dan mod2rect v1.10
penyimpanan tipe data HDF (Hierarchical Data Format). Dari tipe data ers
62
Gambar 3.10 Tampilan tipe data ers
daerah yang dikaji (Hidayat, 2005; hal 39). Langkah untuk memotong citra
nama-nama bandnya.
63
menampilkan data vektor dengan format penyimpanan tipe
data erv.
3.12 berikut.
64
Gambar 3.12 Raster region
65
Formula Editor pilih menu Standard Æ Inside region
membuat pengaturan layout peta yang interaktif untuk dapat dicetak atau
diplotting (Sarip Hidayat, 2005; hal 74). Lembar ini mengorganisir obyek-
obyek (data spasial, legenda, dan simbol) dan teks. Caranya yaitu dengan
akan muncul template manager dan pilih Landscape Æ OK. Maka secara
otomatis semua yang terdapat pada view dapat terlihat di layout seperti yang
66
terlihat pada gambar 3.14, selanjutnya layout tersebut dapat dimodifikasi
tutupan lahan yang terbakar apabila terdapat titik panas dan berpotensi
terjadinya kebakaran.
67
BAB IV
4.1 HASIL
Analisis Sebaran Titik Panas (Studi Kasus: Provinsi Kalimantan Tengah) dengan
menggunakan data yang diperoleh dari satelit Terra dengan sensornya MODIS
(satu) bulan yaitu pada bulan September tahun 2007 terbagi menjadi 2 (dua) yaitu
peta lokasi dan keberadaan sebaran titik panas dalam bentuk vektor dan peta citra
satelit dalam bentuk raster. Gambar 4.1 merupakan tampilan peta lokasi dan
keberadaan sebaran titik panas dan pada gambar 4.2 merupakan tampilan dari peta
citra satelit.
68
Gambar 4.2 Peta citra satelit
4.2 PEMBAHASAN
informasi lokasi geografi yaitu posisi lintang dan bujur. Dimana sebaran titik
panas ini dapat dijadikan sebagai indikasi terjadinya kebakaran. Berdasarkan hasil
pengolahan titik panas yang terlihat pada gambar 4.1 menunjukkan bahwa titik
panas disimbolkan berupa titik yang dapat dijadikan sebagai indikasi terjadinya
kebakaran dengan dipadukan peta digital klasifikasi tutupan lahan yang bersumber
untuk melengkapi adanya informasi lokasi keberadaan titik panas digunakan peta
(Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional). Untuk melihat peta lokasi dan
keberadaan sebaran titik panas harian dan peta citra satelit harian dapat dilihat
69
pada lampiran1. Adapun hasil pengolahan titik panas berdasarkan peta tutupan
lahan selama 1 (satu) bulan pada bulan September tahun 2007 dapat dilihat pada
tabel 4.1. Sedangkan untuk hasil pengolahan titik panas berdasarkan batas
administrasi selama 1 (satu) bulan pada bulan September tahun 2007 dapat dilihat
pada tabel 4.2. Beberapa Kabupaten pada Provinsi Kalimantan Tengah yang tidak
70
Tabel 4.1 Hasil pengolahan titik panas berdasarkan peta tutupan lahan selama 1 (satu) bulan pada bulan September tahun 2007
71
Tabel 4.2 Hasil pengolahan titik panas berdasarkan batas administrasi selama 1 (satu) bulan pada bulan September tahun 2007
72
Sedangkan untuk tabular pada masing-masing tanggal dapat
Antariksa Nasional) dengan hasil pengolahan yang telah dilakukan dari data yang
Dengan memperhatikan tabel 4.3 dapat terlihat jelas jumlah titik panas
Administration) dengan hasil pengolahan yang telah dilakukan dari data yang
tanggal 20 September tahun 2007 sebanyak 35 titik panas, lain halnya dengan
jumlah titik panas pada satelit Terra dengan sensornya MODIS (Moderate
disinggahi titik panas antara kedua satelit tersebut yaitu pada satelit NOAA 18
lebih mendominasi dengan titik panas sebanyak 20 titik panas, sedangkan untuk
73
Spectroradiometer) Kabupaten yang mendominasi dengan jumlah titik panas
awan, sehingga kebakaran yang terjadi di bawahnya tidak dapat terdeteksi. Untuk
waktu perekaman yang diperoleh pada penelitian ini adalah UTC (Coordinated
Universal Time). UTC (Coordinated Universal Time) adalah dasar waktu legal di
seluruh dunia, yang merupakan realisasi dari waktu atom dari UT (Universal
Time) atau GMT (Greenwich Mean Time) (Anonim, 2005). Skala waktu UTC
(Coordinated Universal Time) ditentukan oleh rotasi bumi, sehingga sedikit demi
Tabel 4.3 Perbandingan hasil pengolahan titik panas antara data NOAA dengan
74
Tabel 4.3 (lanjutan)
Bujur Lintang Provinsi Kabupaten
113.3471 -0.8909 Kalimantan Tengah Gunung Mas
113.357 -0.8909 Kalimantan Tengah Gunung Mas
113.3669 -0.8909 Kalimantan Tengah Gunung Mas
113.3768 -0.8909 Kalimantan Tengah Gunung Mas
113.3867 -0.8909 Kalimantan Tengah Gunung Mas
113.3768 -0.9008 Kalimantan Tengah Gunung Mas
113.3966 -0.9107 Kalimantan Tengah Gunung Mas
113.3867 -0.9206 Kalimantan Tengah Gunung Mas
113.3966 -0.9206 Kalimantan Tengah Gunung Mas
113.3669 -0.98 Kalimantan Tengah Gunung Mas
113.3768 -0.98 Kalimantan Tengah Gunung Mas
113.3867 -0.98 Kalimantan Tengah Gunung Mas
113.3768 -0.9899 Kalimantan Tengah Gunung Mas
113.3867 -0.9899 Kalimantan Tengah Gunung Mas
113.4659 -1.0097 Kalimantan Tengah Gunung Mas
113.3669 -1.2671 Kalimantan Tengah Gunung Mas
113.3768 -1.2671 Kalimantan Tengah Gunung Mas
113.3669 -1.277 Kalimantan Tengah Gunung Mas
114.1094 -1.0196 Kalimantan Tengah Kapuas
113.2976 -1.3562 Kalimantan Tengah Katingan
112.862 -1.4156 Kalimantan Tengah Katingan
112.2284 -1.9304 Kalimantan Tengah Kotawaringin Timur
113.0105 -2.0888 Kalimantan Tengah Kotawaringin Timur
113.0204 -2.0888 Kalimantan Tengah Kotawaringin Timur
113.0303 -2.0888 Kalimantan Tengah Kotawaringin Timur
113.0105 -2.0987 Kalimantan Tengah Kotawaringin Timur
113.0204 -2.0987 Kalimantan Tengah Kotawaringin Timur
111.1592 -1.6532 Kalimantan Tengah Lamandau
111.1691 -1.6532 Kalimantan Tengah Lamandau
111.1592 -1.6631 Kalimantan Tengah Lamandau
111.4166 -2.0987 Kalimantan Tengah Lamandau
112.1393 -2.1482 Kalimantan Tengah Seruyan
Sumber: LAPAN, waktu perekaman 06.18 UTC (13.18 WIB)
Jumlah titik panas yang dihasilkan bervariasi setiap harinya dan dalam
penelitian yang diambil selama 1 (satu) bulan dibulan September tahun 2007
dengan menggunakan data yang diperoleh dari satelit Terra dengan sensornya
75
satelit menangkap sensor panas di Provinsi Kalimantan Tengah, hanya terdapat 9
(sembilan) hari adanya titik panas di Provinsi Kalimantan Tengah, secara visual
dapat dilihat pada gambar 4.3 dan untuk tabel dapat dilihat pada tabel 4.4.
Gambar 4.3 Sebaran titik panas pada bulan September tahun 2007
Tabel 4.4 Hasil pengolahan titik panas pada bulan September tahun 2007
76
Jadi, jumlah titik panas secara keseluruhan selama bulan September
tahun 2007 seperti yang terlihat pada tabel 4.4 terdapat sebanyak 72 titik panas.
Dengan berdasarkan batas administrasi yaitu Kabupaten, maka jumlah titik panas
sebanyak 3 titik panas, Kabupaten Gunung Mas dan Kota Palangka Raya masing-
masing terdapat 2 titik panas, sedangkan untuk Kabupaten yang mempunyai titik
panas paling sedikit terdapat pada Kabupaten Sukamara dengan 1 titik panas dapat
dilihat pada tabel 4.5 dan ditampilkan pula dalam bentuk grafik pada gambar 4.4.
Tabel 4.5 Hasil sebaran titik panas berdasarkan batas administrasi pada bulan
77
15%
7%
20%
3%
10% 1%
5%
3%
6%
30%
membantu para pemakai mengukur mutu masing-masing nilai piksel api (Giglio,
tinggi suatu nilai piksel api (Giglio, 2007). Nilai confidence ini mencakup antara 0
sampai dengan 100, dimana tingkatan rendah bernilai 0 sampai 30, tingkatan
sedang bernilai 30 sampai 80, dan tingkatan tinggi bernilai 80 sampai dengan 100.
78
Lamandau, dan Kabupaten Kotawaringin Timur dengan masing-masing bernilai
92 seperti yang terlihat pada gambar 4.5. Dari nilai confidence tertinggi tersebut,
bila dilihat berdasarkan peta tutupan lahan maka akan diketahui lokasi keberadaan
titik panas seperti pada gambar 4.5 menunjukkan bahwa pada Kabupaten
Lamandau keberadaan titik panas berada pada lahan pertanian yang ditunjukkan
dengan penomoran 20091 pada field Kode04, untuk Kabupaten Pulang Pisau dan
Kabupaten Kotawaringin Timur berada pada lahan semak belukar sesuai yang
tertera pada field Kode04 dengan penomoran 2007. Sedangkan untuk nilai
Katingan yang masing-masing bernilai 24 seperti pada gambar 4.6. Pada nilai
confidence terendah ini bila dilihat berdasarkan peta tutupan lahannya, maka
keberadaan titik panas pada Kabupaten Kotawaringin Barat berada pada area
hutan dengan penomoran 2001 pada field Kode04 dan untuk Kabupaten Katingan
berada pada lahan pertanian dengan penomoran 20091 pada field Kode04.
79
Gambar 4.5 Query builder untuk mencari nilai confidence tertinggi
80
Gambar 4.6 Query builder untuk mencari nilai confidence terendah
secara alami maupun yang dibuat manusia yang ditujukan untuk memenuhi
kebutuhannya atas suatu bentang alam yang kompleks yang disebut lahan (Vink
dan Bahri, 1998). Sebagai contoh: semak belukar, tegalan atau ladang,
perkebunan, hutan, sawah, permukiman, rawa, dan lahan terbuka. Dari tabel 4.6
dengan memperhatikan jumlah titik panas yang tersebar diberbagai jenis kelas
81
sangat rawan terbakar yaitu semak belukar. Dari tabel 4.6 dapat pula diidentifikasi
tiga jenis tutupan lahan yang dominan terbakar masing-masing adalah semak
Kalimantan Tengah, tutupan lahan yang banyak disinggahi titik panas adalah
degradasi, dan ditumbuhi semak belukar jauh lebih rentan terhadap kebakaran
(Schindler, 1989). Selain itu penyebaran titik panas yang muncul di penutupan
lahan biasanya cenderung lebih menyebar dan tidak membentuk sebuah kelompok
kebakaran hutan dan lahan umumnya akibat perbuatan manusia, karena aktifitas
membakar lahan yang dipandang sebagai cara paling murah, mudah dan cepat.
Pengembangan alternatif lain untuk pembukaan lahan tanpa bakar yang dapat
82
Tabel 4.6 Hasil pengolahan titik panas berdasarkan peta tutupan lahan pada bulan September tahun 2007
No. Kelas Kapuas Kotawaringin Kotawaringin Kota Katingan Barito Pulang Gunung Lamandau Sukamara
Penutupan Timur Barat Palangka Selatan Pisau Mas
Lahan Raya
1. Hutan 1 1 3 2 1
2. Semak
belukar 8 7 1 2 3 11 1 1
3. Perkebunan 1
4. Lahan
terbuka 2
5. Savanna
(padang
rumput) 1
6. Pertanian 3 2 2 1 2
7. Sawah 6 1 6
8. Rawa 1 1 1
Jumlah 15 11 5 2 7 4 22 2 3 1
83
Secara keseluruhan dari hasil pengolahan terhadap penyebaran titik
panas selama 1 (satu) bulan pada bulan September tahun 2007 berdasarkan peta
tutupan lahan dapat dilihat pada tabel 4.7 dan disertai pula gambar grafik sebaran
titik panas berdasarkan kelas penutupan lahan pada gambar 4.7. Hampir sebagian
tutupan lahan berjenis semak belukar dengan luas sebesar 3.854.499,8040 hektar.
Provinsi tersebut adalah hutan sebanyak 58%, diikuti dengan semak belukar yaitu
25%, luas kelas penutupan lahan lainnya dapat dilihat pada tabel 4.8.
Tabel 4.7 Hasil sebaran titik panas berdasarkan kelas penutupan lahan pada bulan
84
Tabel 4.8 Luas kelas penutupan lahan di Provinsi Kalimantan Tengah
85
47%
11%
5%
1%
3%
1% 19%
13%
Gambar 4.7 Grafik sebaran titik panas berdasarkan kelas penutupan lahan
berwarna yang disebut juga citra komposit atau RGB (Red Green Blue) yang
artinya merah untuk band 7, hijau untuk band 2, dan biru untuk band 1 dapat
terlihat pada gambar 4.8. Melalui penggabungan dari ketiga citra hitam putih
tersebut tampak jelas bahwa informasi citra baru (citra komposit) jauh lebih
lengkap dari citra hitam putih yang asli. Manfaat dari tiap-tiap band yang dipilih
pendek (short wave infrared atau SWIR). Alaminya tanah kosong seperti juga
gurun, cocok di segala gelombang yang digunakan pada kombinasi band ini, tetapi
86
lebih banyak pada SWIR (short wave infrared) sehingga tanah akan sedikit
0,841 µm sampai dengan 0,876 µm dengan manfaat yang berada pada daerah
inframerah dekat cocok untuk vegetasi, yang menunjukkan bahwa sekecil apapun
titik vegetasinya akan tampak berwarna hijau terang. Sedangkan untuk band 1
Pada gambar 4.9 merupakan peta citra satelit yang tidak terlalu banyak
tertutup oleh awan selama 1 (satu) bulan pada bulan September tahun 2007 di
87
Gambar 4.9 Peta citra satelit Provinsi Kalimantan Tengah
88
Suhu kobaran api pada kebakaran liar biasanya sekitar 10000 Kelvin,
namun karena satelit hanya mengukur area dengan luas 1 Km2 dan ada pula
penyerapan atmosfer, maka rata-rata suhunya sekitar 3000 Kelvin sampai 5000
Kelvin. Band yang dapat mendeteksi titik panas yaitu band 21, band 22, dan band
31. Dari gambar 4.10 bila dicocokkan dengan band 21 atau band 22 berdasarkan
panjang gelombangnya yang dapat dilihat pada tabel 4.9, dapat dilihat bahwa
mikrometer.
Wild fires
89
Tabel 4.9 Saluran MODIS dapat digunakan untuk mendeteksi kebakaran aktif
(Steber, 2007)
masing-masing piksel ini di kelaskan sebagai data hilang, awan, air, bukan api,
api, atau tak dikenal. Untuk mendeteksi titik api palsu (awan, sinar matahari, dan
band 21 dan band 22 yang dapat mengeluarkan pancaran radiasi kuat dari
inframerah sedang.
90
Apabila data pada band 22 hilang atau rusak dapat digantikan dengan
band 21 yang mempunyai saluran jangkauan tinggi untuk deteksi kebakaran aktif.
Waktu yang diperlukan saat menjalankan algoritma mod14 yaitu sekitar 10 menit
atau 20 menit. Tidak ada algoritma deteksi kebakaran yang sempurna dan akan
selalu ada kesalahan diantaranya kebakaran yang terjadi dibawah awan atau asap
sulit terdeteksi karena tidak terlihat atau kelihatan pada gelombang manapun
sehingga yang tidak dianggap sebagai titik panas merupakan titik panas
sebenarnya.
Jauh Untuk Pemantauan dan Analisis Sebaran Titik Panas (Studi Kasus: Provinsi
Kalimantan Tengah) yang memadukan data sekunder berupa peta digital tutupan
lahan yang berasal dari Departemen Kehutanan dan peta digital batas administrasi
menyajikan informasi visual tentang sebaran titik panas di suatu Kabupaten yang
kemudian dari informasi tersebut dapat dijadikan sebagai data dasar untuk
Dapat pula data titik panas disebarkan kepada pihak terkait yang lokasi
atau arealnya terdeteksi titik panas. Hal ini dimaksudkan untuk pencegahan guna
mengantisipasi apabila keberadaan letak titik panas berada pada area hutan maka
91
mempunyai potensi adanya kebakaran hutan, maka agar ditingkatkan
pada area hutan yang sulit diketahui oleh penduduk sekitar atau jauh dari tempat
diketahui titik panas pada area tertentu masih kecil maka dapat mempermudah
bakar karena pada umumnya fenomena ini didominasi oleh upaya pembukaan
ladang oleh masyarakat dengan membakar lahan yang dipandang sebagai cara
paling murah, mudah dan cepat. Serta perlu adanya pelarangan atau pembatasan
92
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
93
masing-masing terdapat 2 titik panas, sedangkan untuk Kabupaten
lahannya.
5.2 SARAN
skripsi ini. Adapun beberapa usulan yang dapat dilakukan untuk penelitian
2. Selain itu dalam hal waktu penelitian dapat lebih lama, misalnya
94
3. Agar dilakukan verifikasi untuk memastikan adanya titik panas, hal
95
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, (10/11/2007, 6:14 PM), “Sumatera dan Kalimantan dalam Kabut Asap”,
2.asp?id=49
http://www.id.wikipedia.org/wiki/UTC
2005, http://www.id.wikipedia.org/wiki/Waktu_Atom_Internasional
2006, http://www.pikiran-
rakyat.com/cetak/2006/042006/20/cakrawala/lainnya03.htm
Dewanti Ratih, Sariwulan Betty, Khomarudin Rokhis M., Asriningrum Wikanti,
Jauh Satelit dan SIG dalam Penyediaan Informasi untuk Mitigasi Rawan
2002
Fire Bulletin, (18/9/2007, 6:06 PM), “Titik Panas Utama dan Analisis”, Indonesia,
Year_18Jan07.pdf
Giglio Louis, (1/4/2008, 9:02 PM), “MODIS Collection 4 Active Fire Product
http://www.lapanrs.com/Integrasi_SW_MODIS_HGun_Islam_LPN.pdf
Hidayat Sarip, Siwi Estuti Sukentyas, Novita Dian, “Pengantar Diklat
Justice Christopher, Giglio Louis, Boschetti Luigi, Roy David, Csiszar Ivan,
October 2006
http://www.regionalinvestment.com/sipid/id/displayprofil.php?ia=62
LAADS Web, (22/10/2007, 10:06 AM), “Search for Level 1 and Atmosphere
http://ladsweb.nascom.nasa.gov/data/search.html
Jakarta, 2002
http://www.beritaiptek.com/zberita-beritaiptek-2004-09-08-MODIS,-
Mengamati-Lingkungan-Global-dari-Angkasa.shtml
http://www.indonesia.go.id/id/index.php?option=com_content&task=view&id
=2575&Itemid=1352
2001
Roswintiarti Orbita, Zubaidah Any, Suwarsono, “Sistem Informasi Mitigasi
http://www.library.usu.ac.id/download/fp/hutan-samsuri4.pdf
http://www.lapanrs.com/SMBA/smba.php?agr=1&hal=3&kat=hs&per=bl&dr
h=kal
Steber Mike, (28/9/2007, 12:46 PM), “Installing Cygwin & MODIS Software”,
2007, http://www.landgate.wa.gov.au
http://www.landgate.wa.gov.au
Integrasi_MWD_MODIS_Suhermanto-1.pdf
Sutanto, “Penginderaan Jauh”, jilid 1, Penerbit Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta, 1994
http://www.papua.go.id/bkpbapedalda/Makalah%20rian%20Jaya.htm
20November06.pdf
WWF Indonesia, (18/9/2007, 4:29 PM), “Luas Areal Hutan Terbakar vs Jumlah
http://www.wwf.or.id/index.php?fuseaction=newsroom.detail&id=NWS11779
46373&language=i
Yaslinus, (27/11/2007, 3:29 PM), “Radiasi Elektromagnetik”, Jakarta, 2002,
http://www.geocities.com/yaslinus/pj_02.html
LAMPIRAN 1
Hasil pengolahan sebaran titik panas harian berdasarkan peta tutupan lahan dan
Antariksa Nasional) dengan hasil pengolahan yang telah dilakukan dari data yang
Imaging Spectroradiometer)
LAMPIRAN 3
spectroradiometer)
LAMPIRAN 4
#!/bin/tcsh
# Modified : 23/03/2007 - Changed exscalev for t23 to 0.1.
set bands = (r1 r1fk r2 r2fk l2fk r3 r3fk l3fk r4 l4fk r5 l5fk r6 l6fk r7 r7fk l7fk l17
l18 l19 t20 t21 t22 t23 t31 t32 vz va sz sa r4fk)
set exfile = (B1REF B1FKREF B2REF B2FKREF B2FKRAD B3REF B3FKREF
B3FKRAD B4REF B4FKRAD B5REF B5FKRAD B6REF B6FKRAD
B7REF B7FKREF B7FKRAD B17RAD B18RAD B19RAD B20TEM
B21TEM B22TEM B23TEM B31TEM B32TEM SENSORZENITH
SENSORAZIMUTH SOLARZENITH SOLARAZIMUTH B4FKREF)
set exscale = (B1REFSCALE B1FKREFSCALE B2REFSCALE
B2FKREFSCALE B2FKRADSCALE B3REFSCALE B3FKREFSCALE
B3FKRADSCALE B4REFSCALE B4FKRADSCALE B5REFSCALE
B5FKRADSCALE B6REFSCALE B6FKRADSCALE B7REFSCALE
B7FKREFSCALE B7FKRADSCALE B17RADSCALE B18RADSCALE
B19RADSCALE B20TEMSCALE B21TEMSCALE B22TEMSCALE
B23TEMSCALE B31TEMSCALE B32TEMSCALE DUMMY DUMMY
DUMMY DUMMY B4FKREFSCALE)
set exscalev = (0.0001 0.0001 0.0001 0.0001 0.01 0.0001 0.0001 0.01 0.0001 0.01
0.0001 0.01 0.0001 0.01 0.0001 0.0001 0.01 0.01 0.01 0.01 0.1 0.1 0.1 0.1
0.01 0.01 0 0 0 0 0.0001)
set exoffset = (B1REFOFFSET B1FKREFOFFSET B2REFOFFSET
B2FKREFOFFSET B2FKRADOFFSET B3REFOFFSET
B3FKREFOFFSET B3FKRADOFFSET B4REFOFFSET
B4FKRADOFFSET B5REFOFFSET B5FKRADOFFSET B6REFOFFSET
B6FKRADOFFSET B7REFOFFSET B7FKREFOFFSET
B7FKRADOFFSET B17RADOFFSET B18RADOFFSET
B19RADOFFSET B20TEMOFFSET B21TEMOFFSET B22TEMOFFSET
B23TEMOFFSET B31TEMOFFSET B32TEMOFFSET DUMMY
DUMMY DUMMY DUMMY B4FKREFOFFSET)
set exfill = (B1REFFILL B1FKREFFILL B2REFFILL B2FKREFFILL
B2FKRADFILL B3REFFILL B3FKREFFILL B3FKRADFILL
B4REFFILL B4FKRADFILL B5REFFILL B5FKRADFILL B6REFFILL
B6FKRADFILL B7REFFILL B7FKREFFILL B7FKRADFILL
B17RADFILL B18RADFILL B19RADFILL B20TEMFILL B21TEMFILL
B22TEMFILL B23TEMFILL B31TEMFILL B32TEMFILL DUMMY
DUMMY DUMMY DUMMY B4FKREFFILL)
set exsat = (B1REFSAT B1FKREFSAT B2REFSAT B2FKREFSAT
B2FKRADSAT B3REFSAT B3FKREFSAT B3FKRADSAT B4REFSAT
B4FKRADSAT B5REFSAT B5FKRADSAT B6REFSAT B6FKRADSAT
B7REFSAT B7FKREFSAT B7FKRADSAT B17RADSAT B18RADSAT
B19RADSAT B20TEMSAT B21TEMSAT B22TEMSAT B23TEMSAT
B31TEMSAT B32TEMSAT DUMMY DUMMY DUMMY DUMMY
B4FKREFSAT)
set ex1km = (0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1)
set exhkm = (0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0)
set exqkm = (1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0)
set exgeo = (0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0)
set i = 8
set IN1KM = ""
set IN500 = ""
set IN250 = ""
set OUT1KM = ""
set OUT500 = ""
set OUT250 = ""
set need1km = 0
set needhkm = 0
set needqkm = 0
while($i <= $#argv)
set j = 1
foreach band ($bands)
if($band == $argv[$i]) break;
@ j++
end
if($j > $#bands) then
echo band $argv[$i] not supported
exit
endif
if($ex1km[$j]) then
set IN1KM = ${IN1KM}${band}":"
set OUT1KM =
${OUT1KM}${1}_${band}_map":"
set need1km = 1
endif
if($exgeo[$j]) then
set IN1KM = ${IN1KM}${band}":"
set OUT1KM =
${OUT1KM}${1}_${band}_map":"
endif
if($exhkm[$j]) then
set IN500 = ${IN500}${band}":"
set OUT500 = ${OUT500}${1}_${band}_map":"
set needhkm = 1
endif
if($exqkm[$j]) then
set IN250 = ${IN250}${band}":"
set OUT250 = ${OUT250}${1}_${band}_map":"
set needqkm = 1
endif
@ i++
end
echo extracting
imapp2bin
switch( $status )
case 0:
breaksw
case 1:
exit
breaksw
default:
echo ":ERROR extracting"
exit
endsw
echo remapping
setenv LATMIN $2
setenv LATMAX $3
setenv LONMIN $4
setenv LONMAX $5
mod2rect
if($status) then
echo ":ERROR remapping"
exit
endif
@ i++
end
echo done
LAMPIRAN 6
Julian Day Calendar
Leap years:
(1988, 1992, 1996, 2000, 2004, 2008, 2012, ...)
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
1 1 32 61 92 122 153 183 214 245 275 306 336
2 2 33 62 93 123 154 184 215 246 276 307 337
3 3 34 63 94 124 155 185 216 247 277 308 338
4 4 35 64 95 125 156 186 217 248 278 309 339
5 5 36 65 96 126 157 187 218 249 279 310 340
6 6 37 66 97 127 158 188 219 250 280 311 341
7 7 38 67 98 128 159 189 220 251 281 312 342
8 8 39 68 99 129 160 190 221 252 282 313 343
9 9 40 69 100 130 161 191 222 253 283 314 344
10 10 41 70 101 131 162 192 223 254 284 315 345
11 11 42 71 102 132 163 193 224 255 285 316 346
12 12 43 72 103 133 164 194 225 256 286 317 347
13 13 44 73 104 134 165 195 226 257 287 318 348
14 14 45 74 105 135 166 196 227 258 288 319 349
15 15 46 75 106 136 167 197 228 259 289 320 350
16 16 47 76 107 137 168 198 229 260 290 321 351
17 17 48 77 108 138 169 199 230 261 291 322 352
18 18 49 78 109 139 170 200 231 262 292 323 353
19 19 50 79 110 140 171 201 232 263 293 324 354
20 20 51 80 111 141 172 202 233 264 294 325 355
21 21 52 81 112 142 173 203 234 265 295 326 356
22 22 53 82 113 143 174 204 235 266 296 327 357
23 23 54 83 114 144 175 205 236 267 297 328 358
24 24 55 84 115 145 176 206 237 268 298 329 359
25 25 56 85 116 146 177 207 238 269 299 330 360
26 26 57 86 117 147 178 208 239 270 300 331 361
27 27 58 87 118 148 179 209 240 271 301 332 362
28 28 59 88 119 149 180 210 241 272 302 333 363
29 29 60 89 120 150 181 211 242 273 303 334 364
30 30 90 121 151 182 212 243 274 304 335 365
31 31 91 152 213 244 305 366
Regular years:
(2001, 2002, 2003, 2005, 2006, 2007, 2009, 2010, ...)
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
1 1 32 60 91 121 152 182 213 244 274 305 335
2 2 33 61 92 122 153 183 214 245 275 306 336
3 3 34 62 93 123 154 184 215 246 276 307 337
4 4 35 63 94 124 155 185 216 247 277 308 338
5 5 36 64 95 125 156 186 217 248 278 309 339
6 6 37 65 96 126 157 187 218 249 279 310 340
7 7 38 66 97 127 158 188 219 250 280 311 341
8 8 39 67 98 128 159 189 220 251 281 312 342
9 9 40 68 99 129 160 190 221 252 282 313 343
10 10 41 69 100 130 161 191 222 253 283 314 344
11 11 42 70 101 131 162 192 223 254 284 315 345
12 12 43 71 102 132 163 193 224 255 285 316 346
13 13 44 72 103 133 164 194 225 256 286 317 347
14 14 45 73 104 134 165 195 226 257 287 318 348
15 15 46 74 105 135 166 196 227 258 288 319 349
16 16 47 75 106 136 167 197 228 259 289 320 350
17 17 48 76 107 137 168 198 229 260 290 321 351
18 18 49 77 108 138 169 199 230 261 291 322 352
19 19 50 78 109 139 170 200 231 262 292 323 353
20 20 51 79 110 140 171 201 232 263 293 324 354
21 21 52 80 111 141 172 202 233 264 294 325 355
22 22 53 81 112 142 173 203 234 265 295 326 356
23 23 54 82 113 143 174 204 235 266 296 327 357
24 24 55 83 114 144 175 205 236 267 297 328 358
25 25 56 84 115 145 176 206 237 268 298 329 359
26 26 57 85 116 146 177 207 238 269 299 330 360
27 27 58 86 117 147 178 208 239 270 300 331 361
28 28 59 87 118 148 179 209 240 271 301 332 362
29 29 88 119 149 180 210 241 272 302 333 363
30 30 89 120 150 181 211 242 273 303 334 364
31 31 90 151 212 243 304 365
LAMPIRAN