Anda di halaman 1dari 5

BAB IV

APLIKASI EBN
A. Identitas klien
1. Nama klien : Tn. S
2. Usia : 68 tahun
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. No register : 542462
5. Alamat : Karang nongko RT 8 RW X, Wonosari,
Ngaliyan
B. Data fokus
Data subyektif dan Problem Etiologi
obyektif
DS: Ketidakefektifan Nyeri pada dada
- klien menyatakan sesak pola nafas
DO:
- RR : 26 x/menit
- HR : 135 x/menit
- Terdapat penggunaan otot
napas tambahan
Klien tampak gelisah

C. Diagnosa keperawatan
Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan nyeri pada dada
D. EBN yang diterapkan pada klien
Perubahan status respirasi setelah dilakukan mobilisasi dini pasien infark
miokard, Akhmad Rifai, 2015.

E. Alasan dan Justifikas Penerapan EBN


Penelitian Vollman di ICU Amerika, menyatakan pemberian posisi
terlentang secara terus menerus dapat menurunkan sirkulasi darah dari
ekstermitas bawah, yang seharusnya jumlahnya banyak untuk menuju jantung.
Pada tiga hari pertama bedrest, volume plasma akan berkurang 8%- 10% dan
menjadi berkurang 15%- 20% pada minggu keempat bedrest. Pada penelitian
tersebut menunjukkan efek maksimal bedrest akan terlihat pada minggu ketiga
bedrest (Vollman, (2010). Upaya yang telah dilakukan untuk menekan anngka
morbiditas dan mortalitas pada pasien yang dirawat di ruang ICU adalah
dengan mengembangkan sistem pelayanan terpadu mulai dari pengkajian
pasien yang masuk ICU hingga pelayanan lanjutan pasien keluar dari ICU.
Intervensi berupa mobilisasi tiap dua jam telah disarankan diberbagai rumah
sakit guna meningkatkan kualitas hidup pasien kritis. Sebuah studi di Inggris
menunjukkan bahwa dalam jangka waktu delapan jam sejak pertama kali
masuk ICU kurang dari 3% pasien yang dirawat di ICU dengan tingkat
kesadaran komposmentis dilakukan perubahan posisi tiap dua jam. Perawatan
di ICU Inggris ratarata perubahan posisi dilakukan setiap 4,85 jam, bukan
pada 2 jam sekali (Gallagher, 2010).
Pada sistem respirasi mobilisasi dini dapat meningkatkan frekuensidan
kedalaman pernafasan, meningkatkan ventilasi alveoler, menurunkan kerja
pernafasan, meningkatkan pengembangan diafragma (Rifai, 2015).
Berdasarkan alasan-alasan di atas maka kami mencoba untk
mengaplikasikan EBN ini pada pasien kelolaan kami di hari ke 3 perawatan,
dimana terjadi perubahan status respirasi klien dari yang sebelum dilakukan
mobilisasi dini frekuensi pernapasan 26 x/menit menjadi 20 x/menit.
BAB V
PEMBAHASAN

A. Justifikasi pemilihan EBN


Kelompok memilih EBN ini sebagai salah satu intervensi dikarenakan
mobilisasi dini merupakan pergerakan yang dilakukan sedini mungkin di tempat
tidur dengan melatih bagian-bagian tubuh untuk melakukan peregangan. Posisi
pasien dengan terlentang yang diberikan secara terus menerus berdasarkan
penelitian di ICU Amerika dapat menurunkan sirkulasi darah dari ekstremitas
bawah, yang seharusnya banyak menuju dada. Pada tiga hari pertama bedrest,
volume plasma berkurang 8%-10%. Penelitian Vollman menyatakan kehilangan
dari stabilisasi volume tersebut menjadi 15%-20% pada bedrest minggu keempat.
Akibatnya terjadi peningkatan beban jantung, peningkatan masa istirahat dari
denyut jantung, dan penurunan volume curah jantung. Pada penelitiannya
menunjukan efek maksimal akan terlihat pada 3 minggu bedrest, perubahan dari
disfungsi baroreseptor dalam pengaturan otonom dan pertukaran cairan dapat
diduga menjadi penyebab kerja otot jantung menjadi tidak baik ketika posisi
pasien bedrest. Hasil observasi yang kelompok lakukan selama 3 hari didapatkan
rata-rata pasien yang dirawat di ruang ICU RSUD TUGUREJO SEMARANG
jarang dilakukannya mobilisasi dini. Dari hasil tersebut maka kelompok memilih
EBN ini menjadi salah satu intervensi yang dapat diterapkan di ICU RSUD
TUGUREJO SEMARANG dikarenakan mobilisasi dini ini menyebabkan
perbaikan sirkulasi darah, membuat pola nafas menjadi baik, mempertahankan
tonus otot, dan memperlancar eliminasi alvi dan urine.
B. Mekanisme penerapan EBN
Mekanisme penerapan EBN ini dapat dilakukan secara bertahap dengan
melakukan pelaksanaan mobilisasi dini pada pasien yang sudah istirahat selama 8
jam dengan cara :
1. Miring ke kiri – kanan
Memiringkan badan ke kiri dan ke kanan merupakan mobilisasi paling ringan
yang paling baik dilakukan pertama kali.
2. Menggerakkan kaki
Setelah menggerakkan badan ke kiri dan ke kanan selanjutnya dapat
menggerakkan kaki.
3. Duduk
Mobilisasi dini yang ketiga dapat dilakukan dengan cara duduk yang dibantu
oleh perawat.
Mobilisasi dini ini dapat diterapkan pada pasien AMI dengan keadaan umum
stabil.
C. Hasil yang dicapai dan membandingkannya
Hasil yang dicapai setelah melakukan mobilisasi dini pada klien Tn. S, klien
mengatakan lebih nyaman dan rileks dengan tekanan darah 118/78 mmHg, heart
rate 88 kali/menit, respiratory rate 22 kali/menit, SpO2 99%. Mobilisasi ini juga
dilakukan pada pasien dengan diagnosa medis yang sama namun hasil yang
didapatkan berbeda antara kedua pasien tersebut. Pada pasien Tn. SO klien
mengatakan masih nyeri dada dan sesak nafas dengan tekanan darah 123/85
mmHg, heart rate 115 kali/menit, respiratory rate 28 kali/menit, SpO2 97 %.
D. Kelebihan atau kekurangan atau hambatan selama aplikasi EBN
Kelebihan aplikasi EBN adalah pasien lebih nyaman dan rileks, heart rate,
respiratory rate, saturasi oksigen dapat terkontrol dengan baik. Kekurangan serta
hambatan aplikasi EBN adalah mobilisasi dini dapat dilakukan pada pasien
dengan diagnosa medis yang sama namun tidak semua pasien setelah dilakukan
mobilisasi dini berefek baik. Selain itu, protap yang berlaku di ruang ICU RSUD
Tugurejo adalah pasien ICU boleh dilakukan mobilisasi setelah 5 hari perawatan,
dan kurang dari itu pasien harus bedrest total. Akan tetapi yang menjadi dasar
kami melakukannya pada mari ketiga adalah dengan melihat kondisi pasien yang
sudah kooperatif dengan keadaan umum yang baik.
BAB IV
PENUTUP

a. Simpulan
STEMI (ST Elevasi Myocard Infarction) adalah oklusi koroner akut dengan
iskemia miokard berkepanjangan yang pada akhirnya akan menyebabkan
kematian miosit kardiak. STEMI disebabkan oleh faktor usia, jenis kelamin, ras,
riwayat keluarga, hiperlipidemia, hipertensi, diabetes mellitus, merokok, gaya
hidup monoton, stress psikologik. Tanda dan gejala STEMI adalah nyeri dada,
sesak napas, gejala gastrointestinal, takikardi, dan palpitasi. Nyeri dada dan sesak
nafas dapat berkurang dengan dilakukan mobilisasi dini yang telah diterapkan
pada Tn. S dengan diagnosa medis STEMI.
b. Saran
Mobilisasi dini dapat diterapkan di ruang ICU khususnya pada pasien STEMI
namun tetap memperhatikan standar keamanan dan pengkajian kondisi pasien
sehingga mobilisasi dini yang dilakukan bermanfaat untuk pasien.

Anda mungkin juga menyukai