Sejak saat itu, jika Pemerintah membutuhkan Rupiah, maka harus berhutang
kepada BI. Padahal sebelumnya Rupiah yang dicetak BI diberikan secara gratis
kepada Pemerintah..., sehingga tidak ada hutang nasional untuk dibebankan
kepada Rakyat.... Namun semenjak UU 13/1968 berlaku, maka Rakyat Indonesia
pasti akan dibebani dengan hutang nasional yang terus meningkat jumlahnya...
Jangan harap untuk lunas, apalagi berkurang...!!! Hal itu tidak mungkin terjadi
dalam sistem keuangan yang sekarang ini...!!!
">“Dengan cara seperti ini, Pemerintah bisa secara diam2 dan tak terlihat
merampas kekayaan Rakyat, dan tak seorangpun dari sejuta yang akan
mengetahui pencurian tersebut.” ( John Maynard Keynes )
Ya... melalui sistem riba uang hutang itulah selama ini kekayaan Rakyat dirampas
& dicuri oleh para penguasa perbudakan modern, dan tidak banyak Rakyat yang
menyadarinya....
Sekaranglah saatnya bagi anda untuk memahami sistem yang selama ini telah
merampas, mencuri, & merampok kekayaan kita secara masal tanpa kita sadari....
OK... Karena salah kaprah yang terjadi selama ini, maka disini saya akan
menyebut “mata uang” cukup dengan istilah “uang”, untuk mempermudah
pembahasan kita tentang Rupiah... :-)
Dengan berdirinya BI sebagai Bank Sentral dengan sistem riba uang hutangnya,
maka sejak saat itu sebenarnya Pemerintahan Indonesia merupakan
PEMERINTAHAN : DARI, OLEH, & UNTUK BANKIR...!!!
1. Bank Sentral
Satu2nya Bank yang mempunyai hak istimewa untuk mencetak Rupiah
dalam bentuk kertas & koin.
2. Bank Sirkulasi/ Bank komersial/ Bank umum.
Bank yang berada di bawah jaringan Bank Sentral & bertugas
mensirkulasikan Rupiah kertas dari Bank Sentral.
Meskipun tidak punya hak istimewa untuk mencetak uang kertas, namun
Bank sirkulasi mempunyai hak istimewa untuk menciptakan Rupiah
digital menggunakan rumusan fractional reserve Banking... Akan kita
bahas nanti... :-)
Sebagaimana telah anda ketahui, bahwa sistem keuangan global saat ini
menggunakan sistem uang = hutang. Maka, Bank hanya akan menciptakan uang
baru saat ada yang berhutang kepadanya.
Yang perlu anda pahami adalah bahwa SUN merupakan hutang nasional
kita. Hutang ini nantinya akan dibayar oleh seluruh Rakyat. Ya... akan
dibayar oleh anda dan saya serta keturunan kita dengan pajak selama
beberapa tahun kedepan.
2. Setelah Bank Sentral menerima SUN dari Pemerintah, lalu ngeprint
sejumlah Rupiah yang dibutuhkan & menghutangkannya kepada
Pemerintah
Ingat, sebelum langkah ke 2 ini, belum ada Rupiah sama sekali dalam
peredaran... Lalu Bank Sentral ngeprint sejumlah Rupiah yang
dibutuhkan dan memberikannya dalam bentuk hutang kepada
Pemerintah.
Ya... RUPIAH adalah FIAT MONEY, yaitu sesuatu yang ditetapkan dan
dipaksakan sebagai “uang” oleh Pemerintah kepada Rakyat Indonesia....
Tapi ingat, saat itu juga muncul hutang nasional yang sama jumlahnya
dengan Rupiah baru tersebut + bunga....
Ironis..., setelah Rakyat menerima Rupiah atas jerih payah & pekerjaan
yang mereka lakukan, maka Pemerintah akan memotongnya dengan
PPh....
Selain itu, berbagai kekayaan yang dimiliki ataupun barang yang dibeli
oleh Rakyat juga akan dikenai berbagai macam pajak, seperti PPN,
PBB, DLL....
Sekarang perhatikan...
Jadi, pada tahun kedua, Rupiah yang ada dalam peredaran tinggal
900juta, karena yang 100juta sudah digunakan untuk membayar cicilan
pertama. Dan pada tahun ketiga tinggal 800juta, dst.... hingga akhirnya habis
pada tahun ke 10...
Saat Rupiah yang ada di peredaran sudah habis, Pemerintah baru bisa
membayar hutang total senilai 1 milyar Rupiah, dan itu baru hutang pokok,
sedang bunga belum terbayar.....
Karena ada bunga yang harus dibayar dari setiap Rupiah yang ada
dalam peredaran, maka jumlah hutang pasti selalu lebih besar daripada
jumlah Rupiah yang ada dalam peredaran... Sehingga, agar tetap ada
Rupiah dalam peredaran namun juga bisa membayar hutang + bunga yang
lalu, maka Pemerintah harus berhutang lebih banyak lagi di tahun
berikutnya....
Menutup hutang lama dengan hutang baru yang lebih besar..., lalu
menutup hutang baru yang lebih besar tersebut dengan hutang yang lebih
baru & lebih besar lagi..., begitu seterusnya... Jadi, selalu lebih besar
pengeluaran daripada pemasukan negara... Hal ini biasa kita dengar dengan
istilah “defisit spending/ defisit anggaran”...
Inilah tujuan dari sistem uang hutang, yaitu HUTANG ABADI YANG
TERUS BERTAMBAH JUMLAHNYA....
Gali lobang baru, untuk menutup lobang yang lama... Dan karena ada
bunga yang harus dibayar, maka lama kelamaan lobang yang digali harus
semakin dalam.... Jadi, bisa dikatakan bahwa yang dilakukan Pemerintah
adalah menutup defisit spending dengan cara melakukan defisit spending
yang lebih besar lagi setiap tahunnya.... :-)
Ya... agar bisa membayar hutang + bunga yang lalu, dan tetap ada
Rupiah dalam peredaran, maka hutang nasional harus semakin bertambah
tiap tahun.... Hutang yang dibebankan kepada Rakyat harus semakin
besar agar sistem keuangan tidak runtuh...
Dan karena hutang nasional semakin besar, maka cicilan hutang pun juga
semakin besar.... Sehingga porsi APBN yang digunakan untuk membayar
cicilan hutang pokok + bunga akan semakin besar pula... Dan agar tetap bisa
membayar cicilan hutang pokok + bunga yang semakin besar, maka Pemerintah
pasti akan melakukan “penghematan” dengan cara mengurangi anggaran
belanja publik dalam APBN nya... Seperti mengurangi subsidi pendidikan,
kesehatan, BBM, dll.... Apakah anda sudah merasakannya.... ??? :-)
Dst.......
4. Hasilnya, tentu saja sampai kapanpun tetap tidak akan pernah ada cukup
Rupiah dalam peredaran untuk membayar hutang + bunga... Karena
selalu ada bunga yang harus dibayar dari setiap Rupiah yang ada di
peredaran...
Setiap Rupiah yang dihutangkan ke Pemerintah harus dikembalikan +
bunga.... Jadi jumlah hutang harus semakin besar agar Pemerintah bisa
membayar hutang pokok + bunganya, dan tetap ada Rupiah dalam
peredaran...
Jadi pada dasarnya, sistem keuangan seperti ini adalah sistem yang mustahil...
Karena kemampuan Pemerintah untuk membayar hutang terbatas... Jika jumlah
hutang harus terus bertambah tiap tahunnya, maka suatu saat pasti akan benar2
jauh lebih besar pasak daripada tiang..., sehingga suatu saat seluruh pendapatan
negara pun kurang untuk membayar cicilan hutang + bunga....
Sistem uang hutang pasti akan runtuh dengan sendirinya suatu saat nanti...!!!
Nah..., apa yang akan terjadi jika Pemerintah berhenti berhutang untuk
menghentikan defisit anggaran...?
Apakah pembayaran cicilan hutang + bunga dari SUN juga akan berhenti...???
Tentu saja tidak...!!! Ada cicilan yang harus dibayar setiap bulannya atas hutang
pokok + bunga dari setiap Rupiah yang ada di peredaran saat ini... dan
pembayaran cicilan ini tidak pernah berhenti...!!!
Jika Pemerintah berhenti berhutang, maka tidak ada Rupiah baru dalam
peredaran untuk menggantikan Rupiah lama yang sudah digunakan untuk
membayar hutang + bunga... Rupiah akan lenyap semua dari peredaran...
Saat Pemerintah membayar cicilan hutang + bunga kepada Bank Sentral, maka
Rupiah yang digunakan untuk membayar cicilan tersebut masuk ke Bank Sentral
lagi dan menghilangkan hutang dari pembukuan. Namun sebaliknya, hilangnya
hutang tersebut juga mengakibatkan hilangnya Rupiah dari peredaran, karena
Rupiah sudah pulang lagi ke Bank Sentral...
Jadi, disini Rupiah dan hutang adalah seperti materi & anti materi, saling
melenyapkan satu sama lain...
Jika Pemerintah hanya membayar hutang, tanpa berhutang lagi, maka seluruh
Rupiah yang ada dalam peredaran akan lenyap. Jika jumlah hutang tidak
meningkat setiap tahunnya, maka sistem keuangan akan hancur karena sudah
tidak ada lagi uang dalam peredaran....
Berikut gambaran jika Pemerintah tidak berhutang lagi, dan hanya membayar
hutang saja....
Mungkin anda pernah mendengar para politisi mengatakan bahwa akan melunasi
hutang nasional dan tidak akan melakukan defisit anggaran lagi. Hal itu tidaklah
mungkin dalam sistem keuangan yang saat ini... Karena, agar sistem uang hutang
terus berjalan, maka jumlah hutang harus selalu meningkat setiap tahunnya....
Apakah anda paham atau bingung dengan ilustrasi yang tidak lazim diatas... ???
:-)
Sekarang perhatikan....
Pernyataan I
Pernyataan II
Jika Bank Sentral adalah benar2 milik Pemerintah & Rakyat, seharusnya
menggunakan “sistem uang negara/ sistem uang gratis”, dimana Bank Sentral
mencetak sejumlah Rupiah yang diperlukan, lalu memberikannya secara gratis
kepada Pemerintah... Bukan “sistem uang hutang”... !!! Bukan dalam bentuk
hutang...!!!
Pemerintah ga perlu repot2 mikir utang kepada Bank Sentral, dan pendapatan
pajak pun murni sepenuhnya untuk operasional Pemerintahan dan belanja publik
guna mensejahterakan Rakyatnya.... Sehingga, dengan “sistem uang negara”
seperti ini; maka sekolah, rumah sakit, dan program sosial yang lain pun bisa
murah, bahkan gratis, karena disubsidi sepenuhnya dari pendapatan pajak
negara.... Enak tow.... :-)
Lanjut....
SUN, biasa juga disebut sebagai SBN (Surat Berharga Negara), mungkin agar
Masyarakat tidak mengetahui kalau itu sebenarnya adalah pernyataan utang yang
harus dibayar oleh Rakyat lewat pajak, makanya disebut surat berharga..... :-)
Sekarang, mari kita lihat rangkuman data JUB (Jumlah Uang Beredar) & SUN
dari BPPS, Kementerian Perdagangan, & DJPU berikut ini....
Keterangan...
Currency Money : Rupiah fisik, Rupiah dalam bentuk kertas yang ada
dalam peredaran. Biasa juga disebut “Base Money/ Uang
Primer”.
Demand Money : Rupiah digital, Rupiah dalam bentuk simpanan yang
dapat diambil sewaktu waktu
Quasi Money : Rupiah digital, Rupiah dalam bentuk simpanan
berjangka & surat berharga bukan saham
M1 : Jumlah uang beredar sempit = currency + demand
money
M2 : Jumlah uang beredar luas = M1 + quasi money
Currency vs M2 : Perbandingan antara Rupiah kertas dengan Rupiah
digital.
SUN : Surat Utang Negara (tahun „96, „97 data SUN tidak
ada)
Ya... naik.... bahkan trend kenaikannya pun cenderung eksponensial, bukan linear
lagi lho.... Mantabs... :-)
Mungkin muncul pertanyaan dalam benak anda, mengapa pada tahun 98/99 jumlah
utang negara naik drastis dari 100 triliun menjadi 502 triliun....???
OK... sebelum menjawab pertanyaan itu, mari kita pahami proses penciptaan uang
digital oleh perbankan modern melalui fractional reserve banking berikut ini....
Saat anda menabung/ menyimpan uang anda ke Bank, maka sebenarnya saat itu
juga anda membeli/ menukar Rupiah kertas anda dengan Rupiah digital.
Perhatikan contoh yang lagi2 tidak lazim berikut ini.... :-)
Misal, anda menabung 1 juta Rupiah di Bank, maka hal itu sama dengan anda
membeli Rupiah digital sebesar 1 juta di Bank tersebut. Maka Bank akan
mengetik Rupiah digital tersebut untuk anda dan memprintnya di buku tabungan
anda.
Anda bisa melihat 1 juta Rupiah digital anda di mesin ATM ataupun lewat
internet Banking. Meskipun Rupiah digital ini tidak mempunyai bentuk fisik dan
berbeda dengan Rupiah kertas, namun pada dasarnya sama dengan Rupiah kertas.
Anda tetap bisa membeli sesuatu atau membayar tagihan & hutang dengan Rupiah
digital tersebut. Pernahkan anda membayar sesuatu melalui transfer dari ATM
atau internet banking...? Ya..., anda hanya membayar dengan angka digital kan....
Dan jika anda ingin menukar Rupiah digital anda menjadi Rupiah kertas lagi, anda
hanya perlu ke ATM atau teller Bank tersebut untuk menukarnya. Maka Bank
akan memberikan Rupiah kertas kepada anda, lalu menghapus Rupiah digital anda
dari peredaran dengan cara menyeimbangkan pembukuannya.
Ok... Setelah Rupiah kertas anda diterima oleh Bank, maka Bank secara legal
boleh menghutangkan Rupiah kertas tersebut kepada orang lain. Berdasarkan
rumusan fractional reserve 1 : 9, maka Bank cukup menyimpan 10% dari Rupiah
kertas anda sebagai “cadangan wajib” jika sewaktu waktu anda ingin menukar
Rupiah digital anda dengan Rupiah kertas lagi... Menukar Rupiah digital menjadi
Rupiah kertas, selama ini dipahami Masyarakat sebagai mengambil tabungannya
dari Bank.
Jadi, jika tabungan anda 1 juta, maka Bank hanya menyimpan 100 ribu Rupiah
kertas untuk anda & menghutangkan yang 900 ribu kepada orang lain...
Lantas bagaimana jika anda ingin menukarkan kembali seluruh Rupiah digital
anda, kan hanya disediakan 10% Rupiah kertas untuk anda....?
Jangan khawatir, Bank memiliki banyak nasabah seperti anda... Jika anda ingin
menukar seluruh Rupiah digital anda ke Rupiah kertas lagi, maka Bank akan
memberikan Rupiah kertas kepada anda dari 10% nasabah2 lain yang belum
diambilnya.... Beres tow, seperti inilah cara kerja piramida keuangan... :-)
Ok.... Setelah 900 ribu itu dipinjam oleh orang lain, maka sekarang di peredaran
ada 1.900.000 Rupiah. Karena anda memiliki 1 juta dan si peminjam memiliki 900
ribu...
Tentu saja seseorang meminjam uang ke Bank pasti ingin membeli sesuatu,
katakanlah motor. Lalu setelah 900 ribu tersebut digunakan untuk membeli
motor, maka oleh si penjual motor, uang tersebut dimasukkan ke Bank lagi.
Meskipun Bank penjual motor ini berbeda dengan Bank anda, pada dasarnya tetap
sama saja, karena seluruh Bank bekerja sebagai satu kesatuan dibawah jaringan
Bank Sentral.
Setelah 900 ribu tersebut masuk Bank lagi, berdasarkan fractional reserve
maka yang 90% akan dihutangkan lagi, yaitu sebesar 810 ribu. Lalu setelah 810
ribu tersebut masuk ke Bank lagi, maka akan di hutangkan lagi sebesar 729
ribu.... Masuk lagi, dihutangkan lagi... Masuk lagi, dihutangkan lagi... Dst.....
Sehingga hanya berdasarkan Rupiah kertas sebesar 1 juta, secara teoritis Bank
bisa menciptakan Rupiah digital total senilai 10 juta... Wow.....
Oleh karena itulah, Rupiah kertas yang dicetak oleh BI biasa disebut sebagai
“Base Money/Uang Primer”... Karena Rupiah kertas inilah yang digunakan sebagai
dasar oleh Bank2 di bawah jaringan Bank Indonesia untuk menciptakan Rupiah
digital menggunakan prinsip fractional reserve banking....
Jadi berdasarkan contoh yang tidak lazim tersebut, dapat kita ketahui bahwa
ternyata seluruh Rupiah yang ada di Indonesia ini bukanlah apa2.... Nggak
sesuatu banget gitu loh.... Hanyalah sekumpulan angka kertas yang diprint oleh
BI dan angka digital yang diketik oleh perbankan....
Dapat kita ketahui, berdasarkan “base money” & “fractional reserve banking”
tersebut, Rupiah yang ada dalam peredaran, sebagian di print dan sebagian besar
lagi diketik dan hanya ada dalam komputer perbankan.... Nah lho.....
Dan ternyata memang benar.... dari tabel data JUB di atas pun dapat kita lihat,
bahwa dari tahun ke tahun jumlah Rupiah digital selalu jauh lebih besar daripada
Rupiah kertas.... Jika di rata2 dari tahun 1996 – 2013, maka dalam peredaran,
jumlah Rupiah kertas hanya 9,82%. Sisanya 90,18% hanyalah angka digital yang
ada dalam komputer perbankan....
Mantap tow....
Masyarakat harus bekerja keras membanting tulang untuk mendapatkan angka
Rupiah dari peredaran, demi memenuhi kebutuhan hidupnya.... Sedang Bankir,
tinggal print & ketik jadilah Rupiah untuk dihutangkan kepada Masyarakat.....
Jadi, selama ini hanya ada sekitar 10% uang kertas Rupiah... Dan itu berarti
selama ini pula, sebagian besar uang yang dimiliki oleh Masyarakat hanyalah
angka digital yang ada di komputer perbankan.... Akan tetapi, selama ini
Masyarakat tidak mengetahuinya & tidak diberi tahu....!!!
Dan pernahkah timbul pertanyaan dalam benak anda, “bagaimana jika website
perbankan bobol dihack orang...?” :-)
Lalu bagaimana jika sebagian besar Masyarakat menarik dana mereka dari Bank
secara bersamaan... ??? Ya..., bagaimana jika Masyarakat menukarkan Rupiah
digitalnya menjadi Rupiah kertas secara bersamaan... ???
Ya... waktu itu Masyarakat Indonesia mengalami kepanikan dan menarik dana
mereka dari Bank secara bersamaan. Penarikan dana secara bersamaan tersebut
menyebabkan Bank mengalami kegagalan untuk mengembalikan dana nasabahnya,
yang biasa mereka sebut sebagai “kekurangan likuiditas” alias kekurangan Rupiah
kertas..., lalu colapse alias SCAM....
Jika Masyarakat menarik dananya dari Bank secara bersamaan... Maka seluruh
Rupiah kertas yang ada di Indonesia, baru bisa memenuhi sekitar 10%
permintaan Masyarakat..... Yang 90%, jangan berharap lagi... ?#@%!!
Namun, sebagaimana kita ketahui, bahwa selama ini dikatakan bahwa dana
nasabah yang disimpan di Bank tetap aman, karena dijamin oleh Pemerintah.
Jaminan seperti apakah itu....???
Disinilah Pemerintah berperan sebagai “My Hero” dalam sistem uang hutang.
Selama ini dikatakan bahwa, jika terjadi kekacauan moneter, maka
Pemerintah akan menjamin & menyelamatkan dana Masyarakat... Namun
sebenarnya yang terjadi adalah Pemerintah akan menyelamatkan sistem riba
uang hutang perbankan dari kehancuran dengan membebankan hutang lebih
banyak kepada Rakyat....
Kok bisa...????
Ok... pahami point penting berikut ini....
“Dalam sistem uang hutang, hanya BI selaku Bank Sentral lah yang mempunyai
hak istimewa untuk mencetak Rupiah di Indonesia. Dan setiap Rupiah yang keluar
dari BI adalah hutang yang harus dibayar + bunga... BI tidak akan mencetak
Rupiah kertas lalu diberikan begitu saja secara gratis kepada Pemerintah”...
Untuk menyelamatkan sistem riba uang hutang perbankan saat terjadi krismon
98, Pemerintah menerbitkan SUN. Ya..., Pemerintah berhutang kepada BI total
senilai Rp. 218,32 triliun untuk BLBI dan penjaminan serta Rp. 422,6 triliun
untuk rekapitalisasi perbankan. Sehingga benarlah grafik SUN diatas... hutang
nasional tiba2 melonjak drastis setelah terjadi rush... dan terus menanjak agar
bisa membayar hutang + bunga yang sebelumnya dan tetap ada Rupiah dalam
peredaran...
Jika anda ingin mengetahui rangkuman SUN tersebut secara lengkap, silahkan
lihat DISINI.
Sekarang perhatikan....
Sistem perbankan di bawah jaringan BI sebagai Bank Sentral mengalami rush,
kekurangan likuiditas, scam, atau apalah istilahnya.... yang jelas mengalami
kekurangan Rupiah kertas dan tidak mempunyai Rupiah kertas lagi untuk
diberikan kepada masyarakat yang menarik dananya dari Bank secara
bersamaan.....
Namun, tiba2 BI bisa mencetak Rupiah kertas baru untuk diberikan kepada
masyarakat sebagai jaminan dari Pemerintah setelah Pemerintah menyatakan diri
berhutang kepada BI lewat SUN....
Rakyat yang ingin mengambil seluruh Rupiah kertasnya dari Bank, justru
dibebani dengan hutang yang semakin besar... !!! Namun tidak terasa
kan.... Inilah liciknya sistem perbudakan modern...!!!
W T F ...!!!
Mengapa...???
Masih percaya bahwa dana yang kita simpan di Bank aman, karena dijamin oleh
Pemerintah....???
Sekarang perhatikan skema “My Hero” untuk menyelamatkan sistem riba uang
hutang perbankan berikut ini....
Penjelasan...
1. Pertama tama terjadi kepanikan, sehingga Masyarakat menarik dananya dari Bank
secara bersamaan, “rush”, alias menukarkan Rupiah digital mereka menjadi
Rupiah kertas secara bersamaan....
3. Jika “rush” tersebut dibiarkan maka Bank akan colapse alias scam...
a. Jika ini terjadi pada satu Bank tertentu, maka disebut “Bank run”.
b. Jika ini terjadi pada banyak Bank secara bersamaan, maka disebut “Bank
panic”, yang bisa menyebabkan scam nasional.
Karena sistem uang hutang perbankan memonopoli sistem keuangan, maka jika
yang terjadi adalah scam nasional, hal ini akan menyebabkan terjadinya
kekacauan sosial ekonomi dimana mana. Masyarakat akan mengalami kerugian
besar2an, sekitar 90% uang Masyarakat akan lenyap. Karena Masyarakat sudah
tidak mempercayai sistem perbankan lagi, sehingga tidak ada Masyarakat yang
percaya & mau bertransaksi dengan Rupiah digital perbankan lagi....
4. Karena sistem uang hutang perbankan selama ini telah memonopoli sistem
keuangan, maka perbankan menjadi “to big to fail”.... Terlalu besar akibatnya jika
dibiarkan runtuh... Jika terjadi scam nasional, hal ini akan mempengaruhi kondisi
ipoleksosbudhankam suatu negara. Sehingga Pemerintah tidak menginginkan hal
itu terjadi....
5. Pemerintah akan menjadi “My Hero” untuk menyelamatkan sistem uang hutang
perbankan. Pemerintah akan melakukan “Bailout/Jaminan” untuk memenuhi
“kekurangan likuiditas” agar tidak terjadi scam nasional.... Lantas, darimana
Pemerintah mendapatkan Rupiah kertas untuk melakukan bailout...?
6. Bank Indonesia segera ngeprint Rupiah kertas yang dibutuhkan oleh Pemerintah,
lalu membagikannya kepada berbagai Bank yang membutuhkan Rupiah kertas
tersebut melalui Pemerintah.
8. Masyarakat membayar pajak, lalu sebagian dana pajak tersebut digunakan untuk
membayar hutang Pemerintah kepada BI. Karena hutang membengkak, maka
cicilan hutang + bunga pun juga membengkak. Pemerintah mengalami defisit
anggaran, dan akan melakukan 2 hal untuk menutupnya....
a. Menerbitkan SUN lagi untuk menutup SUN yang lama, alias gali lobang
tutup lobang...
b. Mengurangi belanja publik, seperti mengurangi subsidi pendidikan,
kesehatan, BBM, dll...
Ok...
Sekarang mari kita lihat skema menyeluruh penciptaan Rupiah berdasarkan
sistem uang hutang perbankan berikut ini...
Yang perlu digaris bawahi, SUN adalah hutang nasional yang pada
gilirannya harus dibayar oleh rakyat lewat pajak kedepannya.
Jadi, sebenarnya saat pemerintah menerbitkan SUN, saat itu juga
pemerintah meletakkan Rakyatnya sebagai jaminan yang akan membayar
hutang tersebut lewat pajak selama beberapa tahun kedepan, termasuk
rakyat yang belum lahir. SUN adalah janji pemerintah untuk membuat
rakyat membayar hutang tersebut lewat pajak kedepannya...
OPT/ jual beli SUN ini dilakukan secara digital alias tanpa kertas/ tanpa
warkat. Transaksi SUN dilakukan lewat sistem digital yang mereka sebut
BI-SSSS (Scripless Securities Settlement System) yang terhubung
langsung dengan BI-RTGS (Real Time Gross Settlement). Jadi, seluruh
transaksi dan kepemilikan SUN hanya tercatat secara digital.
Perhatikan...!!!
Dalam proses ini, yang terjadi sebenarnya adalah Pemerintah
membuat surat utang lalu memberikannya kepada BI dengan
perantara perbankan... Kemudian giliran BI ngeprint Rupiah kertas
lalu menghutangkannya kepada Pemerintah dengan perantara
perbankan pula...
Dengan menggunakan perantara perbankan dan berbagai istilah yang
mereka gunakan... proses ini dibuat menjadi seolah olah rumit....
:-)
Ingat... !!!
Definisi sesungguhnya dari inflasi adalah peningkatan jumlah uang
dalam peredaran. Naiknya harga hanyalah akibat...!!! INFLASI
berasal dari kata “inflate” = memompa, membumbung... kaya balon
itu lho.... :-)
Jadi, jika memompanya terlalu banyak, maka akan terjadi
hiperinflasi & pecah....
Silahkan anda ingat..., sepanjang hidup anda apakah benar terjadi inflasi
abadi atau tidak.... Silahkan bandingkan harga sekarang dengan 10 tahun
yang lalu... kemudian bandingkan lagi dengan harga 20 tahun yang lalu....
Kalau anda masih ingat.... :-)
Dan silahkan disimpulkan sendiri....
Dan karena hal ini sudah terjadi bertahun tahun, dari generasi ke
generasi..., maka kita melihatnya menjadi suatu kebenaran.... Sehingga,
angka2 tersebut mewakili tenaga, pikiran, darah, dan keringat kita...
Segala sesuatu yang kita lakukan dalam hidup ini, dinilai dengan angka
Rupiah tersebut.....
Selain itu berbagai barang yang kita miliki maupun kita beli juga dikenai
pajak, mulai dari PPN, PBB, DLL....
Dan karena hutang juga semakin besar, maka cicilan pokok + bunga pun
juga semakin besar.... Sehingga agar tetap bisa membayar cicilan hutang
pokok + bunga tersebut, maka Pemerintah akan melakukan “penghetaman”
dengan memotong belanja publik... Seperti mengurangi subsidi
pendidikan, kesehatan, BBM, dll... Sudahkah anda merasakannya.... ? :-)
Jika saja sistem keuangan yang digunakan bukanlah “sistem uang hutang”,
melainkan “sistem uang negara”, maka langkah 6 ini tidak akan ada....!!!
Rupiah yang berhasil dikumpulkan oleh Dirjen Pajak, akan digunakan
sepenuhnya untuk subsidi pendidikan, kesehatan, program pembangunan,
dan layanan publik lainnya yang dapat mensejahterakan Rakyat....
Sehingga sekolah, rumah sakit, dan layanan publik lainnya bisa murah
bahkan gratis.... :-)
Namun, saat ini, sangatlah sulit bagi kita untuk mengetahui siapa saja
“sang penguasa rahasia” tersebut..... Karena ada berbagai kepentingan
multi nasional dibalik sistem riba uang hutang ini, ada berbagai
perusahaan multi nasional yang ikut memiliki Bank2 besar yang ada di
Indonesia.... Termasuk kepentingan IMF & World Bank yang memberikan
hutang luar negeri kepada Indonesia melalui Bank Indonesia....
Jika anda mengatakan US lah yang menjadi dalang dari semua ini....,
tidak juga...! Karena ternyata penduduk US pun bernasib sama dengan
kita...
Saya rasa, sudah bukan saatnya bagi kita untuk mencari tahu siapa yang
seharusnya bertanggung jawab terhadap sistem ini... Percuma...!!!
Kita semua, saat ini sama2 terjebak dalam sistem perbudakan modern
ini...!!! Bahkan, saudara2 kita yang berhubungan langsung dengan proses
penciptaan Rupiah dan mendapatkan penghasilan dari sistem uang hutang
ini pun sebenarnya juga terjebak dalam sistem perbudakan modern ini...!!!
Yang perlu kita lakukan saat ini adalah mencari jalan keluar dari sistem
riba uang hutang ini...!!!
Yang perlu kita lakukan adalah... “Munculkan yang benar, maka yang
keliru pasti akan ditinggalkan”...!!!
Ok...
Sistem inilah yang menyebabkan adanya siklus “boom & bust” dalam
perekonomian modern ini.... Sistem ini pulalah yang menyebabkan jurang pemisah
yang semakin lebar antara si “kaya” dengan para “pekerja”....
Bayangkan coba....
70% Rupiah hanya berputar2 di Jakarta, 30% sisanya tersebar di seluruh
Indonesia... 10% penduduk Indonesia menguasai ±90% penghasilan nasional,
sedangkan 90% penduduk hanya mendapat bagian 10% penghasilan nasional...
Ternyata selama ini, anda dan saya hanya memperebutkan yang 10% tersebut....
:-)
Dan semua itu bisa terjadi karena saat ini kita tidak lagi menggunakan uang
yang sesungguhnya, karena kita menggunakan mata uang yang dimonopoli oleh
Bank Sentral dengan sistem uang hutangnya....
Sebagaimana yang telah anda ketahui, “Bond” berasal dari kata Bondage =
perbudakan... Karena pada dasarnya, saat pemerintah menerbitkan
Bond/SUN..., maka ini merupakan janji untuk membuat kita membayar pajak
kedepannya, guna membayar hutang pokok + bunga...!!! Saat Pemerintah
menerbitkan SUN, saat itulah sebenarnya pemerintah mencuri kekayaan kita
& keturunan kita di masa depan untuk dibelanjakan pada hari ini...!!!
Tak ada yang akan bertanya kepada anda jika anda membayar pajak hari ini untuk
membayar kemakmuran yang kita nikmati pada dekade kemarin.... Tak akan ada
yang bertanya pada anak2 kita jika besok mereka akan bekerja keras untuk
membayar kemakmuran yang saat ini sedang kita nikmati....
Dengan mencuri kemakmuran dari masa depan untuk dibelanjakan saat ini,
sebenarnya kita sudah memperbudak diri kita dan generasi penerus kita...!!!
Sistem keuangan global saat ini berdasarkan pada sistem yang didesain sekitar 3
abad yang lalu untuk memperkaya sekelompok kecil orang dari sekian banyak
manusia.... PASTI ADA SUATU CARA YANG LEBIH BAIK...!!!
Para Bankirlah yang menguasai dunia ini, meskipun kau ambil dunia ini darinya,
namun jika tetap kau tinggalkan kekuasaan untuk menciptakan uang dan
mengendalikan kredit, maka hanya dengan kibasan pena, mereka akan
menciptakan uang yang cukup untuk membelinya kembali.
Namun jika kau ingin tetap menjadi budaknya para Bankir dan membayar biaya
perbudakanmu, biarkanlah mereka tetap menciptakan uang dan mengendalikan
kredit.” (Sir Josiah Stamp, Direktur Bank of England)
Compiled by :
https://semenindonesia.academia.edu/TeguhMahameru
www.teguhspeedy.blogspot.com