4.2 Peranan kemoreseptor sentral dan perifer dalam menentukan respon ventilasi
terhadap perubahan Ph, PaO2, PaCO2
Selain kepekaan langsung pusat pernapasan itu sendiri terhadap CO2 dan ion
hidrogen, reseptor kimia khusus yang disebut komereseptor yang terletak di luar
susunan saraf pusat, juga reponsif terhadap perubahan konsentrasi oksigen, karbon
dioksida dan ion hidrogen. Mereka mengirimkan isyarat kepusat pernapasan untuk
membantu mengatur aktivitas pernapasan. Kemoreseptor ini, terletak di dalam
glomus karotikum dan aortikum bersama-sama dengan hubungan saraf aferen
mereka kepusat pernapasan. Glomus karotikum terletak bilateral didalam
percabangan arteria korotis kommuni, dan serabut saraf aferen mereka berjalan
melalui nervus hering ke nervus glosofa ringeus dan kemudian ke medula
oblongata. Glomus aortikum terlatak di sepanjang arkus aortae. Saraf aferen
mereka berjalan ke medula oblongata melalui nervus vagus.masing-masing
glomus ini menerima suplai darah khusus melalui suatu arteri kecil yang
dipercabangkan langsung dari trunkus arteri di dekatnya.
Perangsang kemoreseptor oleh penurunan oksigen arteri. Perubahan
konsentrasi oksigen arteri tidak mempunyai efek perangsangan langsung pada
pusat pernapasan itu sendiri, tetepi bila konsentrasi oksigen di dalam darah arteri
turun dibawah normal, kemoreseptor menjadi terangsang kuat. efek yang
memperlihatkan hubungan di antara Po2 arteri kecepatan pengiriman implus saraf
dari suatu glomus karotikum. Perhatikan bahwa kecepatan implus tersebut sangat
peka terhadap perubahan Po2 arteri dalam batas kejenuhan hemoglobin arteri akan
oksigen cepat menurun.
Efek Kuantitatif po2 Darah yang Rendah Atas Ventilasi Alveolus.
Normalnya PO2 darah yang rendah tak akan meningkat ventilasi alveolus secara
bermakna sampai Po2 alveolus turun mendekati setengah yang normal. Perubahan
PO2 arteri alveolus lebih dari 100 mm.hg turun sampai sekitar 60 mm.Hg
mempunyai efek yang tak kelihatan atas ventilasi. Tetapi kemudian karena PO2
masih turun lebih lanjut, turun sampai 40-an kemudian 30 mm.Hg ventilasi
alveolus meningkat 1,5 sampai 1,7 kali lipat. Peningkatan ventilasi alveolus yang
agak lemah ini berbeda dari efek yang disebabkan ion hidrogen atau karbon
dioksida- peningkatan 4 kali lipat yang disebabkan oleh penurunan PH darah ke
7,0 atau peningkatan 10 kali lipat yang disebabkan oleh peningkatan PCO2 hanya
50 %. Jadi jelas bahwa efek normal perubahan PO2 darah atas aktivitas
pernapasan sangat ringan, terutama bila dibandingkan dengan efek PCO2.
Penyebab jeleknya efek perubahan PO2 atas pengaturan pernapasan
adalah efek “ pengereman “ yang disebabkan oleh mekanisme pengaturan ion
hidrogen dan karbondioksida. Penomena ini dapat dijelaskan dengan merujuk lagi
memperlihatkan sedikit peningkatan ventilasi akibat penururan PO2 alveolus.
Peningkatan ventilasi yang timbul menerbangkan karbondioksida dari darah
sehingga menurunkan PCO2, yang juga di lukiskan dalam gambar ini : pada
waktu yang sama ia juga menurunkan konsentrasi ion hidrogen. Sehingga dua
efek penghambatan pernapasan yang kuat di sebabkan oleh ( a ) pengurangan
karbondioksida dan ( b ) pengurangan ion hidrogen. Keduanya menimbulkan “
pengeraman “ penghambatan yang melawan efek perangsangan karena ke
kurangan oksigen.