Bab Ii
Bab Ii
LANDASAN TEORI
I. Hubungan Interpersonal
Berdasarkan teori dari Coleman dan Hammen, Jalaludin Rakhmat (1996: 120-124)
menyebutkan ada empat buahh teori atau model hubungan interpersonal, yaitu: 1. Model
pertukaran sosial, 2. Model peranan, 3. Model permainan , 4. Model interaksional.
Jalaludin Rakhmat (1996: 121) menjelaskan ganjaran ialah setiap akibat yang dinilai
positif yang diperoleh seseorang dari hubungan. Dalam perspektif sosial ini, seseorang
menajlin hubungan intepersonal dengan orang lain, maka akan selalu melakukan tentang hasil
atau laba dari sebuah hubungan.
2. Model Peranan
Menurut teori ini, klasifikasi manusia itu dibagi tiga, yaitu anak-anak, orang dewasa
dan orang tua. Suasan rumah tangga, dan hubungan antarmanusia dalam masyarakat juga
ditentukan oleh bagaimana kesesuaian orang dewasa dan orang tua dengan perilaku yang
semestinya ditunjukan oleh sifat yang sudah kodratnya.
4.Model Interaksional
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu sistem dengan beberapa
subsistem atau komponen yang saling bergantung dan bertindak bersama suatu kesatuan
untuk mencapai tujuan tertentu. Johnson, Kast & RosenZweig (1963: 81-82) menjelaskan ada
tiga kompomem sistem, yaitu input, proses (mengolah),output. Input merupakan komponen
penggerak, proses (mengolah) merupakan suatu sistem operasi, output menggambarkan hasil-
hasil kerja sistem.
INPUT:
Proses:
Harapan, kepentingan
Interaksi Interpersonal
dan lain-lain
OUTPUT:
Pengalaman,
kesenangan, dan lain-
lain
II. Komunikasi Interpersonal
a) Sumber/komunikator
Merupakan hasil orang yang mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi, yakni
keinginan untuk membagi keadaan internal sendiri, baik yang bersifat emosional
maupun informasuonal dengan orang lain. Kebutuhan ini dapat berupa keinginan
untuk mempengaruhi sikap dan tingkah laku orang lain. Dalam konteks komunikasi
interpersonal komunikator adalah individu yang
menciptakan, memformulasikan, dan menyampaikan
pesan.
2) Encoding
Encoding adalah suatu aktifitas internal pada komunikator
dalam menciptakan pesan melalui pemilihan simbolsimbol verbal dan non verbal,
yang disusun berdasarkan aturan-aturan tata bahasa, serta disesuaikan dengan
karakteristik komunikan.
3) Pesan
Merupakan hasil encoding. Pesan adalah seperangkat simbol-simbol baik verbal
maupun non verbal, atau gabungan keduanya, yang mewakili keadaan khusus
komunikator untuk disampaikan kepada pihak lain. Dalam aktivitas komunikasi,
pesan merupakan unsur yang sangat penting. Pesan itulah disampaikan oleh
komunikator untuk diterima dan diinterpretasi oleh komunikan.
4) Saluran
Merupakan sarana fisik penyampaian pesan dari sumber ke penerima atau yang
menghubungkan orang ke oranglain secara umum. Dalam konteks komunikasi
interpersonal, penggunaan saluran atau media semata-mata karena situasi dan kondisi
tidak memungkinkan dilakukan komunikasi secara tatap muka.
5) Penerima/ komunikan
Adalah seseorang yang menerima, memahami, dan menginterpretasi pesan. Dalam
proses komunikasi interpersonal, penerima bersifat aktif, selain menerima pesan
melakukan pula proses interpretasi dan memberikan umpan balik. Berdasarkan umpan
balik dari komunikan inilah seorang komunikator akan dapat mengetahui keefektifan
komunikasi yang telah dilakukan, apakah makna pesan dapat dipahami secara
bersama oleh kedua belah pihak yakni komunikator dan komunikan.
6) Decoding
Decoding merupakan kegiatan internal dalam diri penerima. Melaui indera, penerima
mendapatkan macammacam data dalam bentuk “mentah”, berupa kata-kata dan
simbol-simbol yang harus diubah kedalam pengalamanpengalaman yang mengandung
makna. Secara bertahap dimulai dari proses sensasi, yaitu proses di mana indera
menangkap stimuli.
7) Respon
Yakni apa yang telah diputuskan oleh penerima untuk dijadikan sebagai sebuah
tanggapan terhadap pesan. Respon dapat bersifat positif, netral, maupun negatif.
Respon positif apabila sesuai dengan yang dikehendaki komunikator. Netral berarti
respon itu tidak menerima ataupun menolak keinginan komunikator. Dikatakan
respon negatif apabila tanggapan yang diberikan bertentangan dengan yang
diinginkan oleh komunikator.
8) Gangguan (noise)
Gangguan atau noise atau barier beraneka ragam, untuk itu harus didefinisikan dan
dianalisis. Noise dapat terjadi di dalam komponen-komponen manapun dari sistem
komunikasi. Noise merupakan apa saja yang mengganggu atau membuat kacau
penyampaian dan penerimaan pesan, termasuk yang bersifat fisik dan psikis.
9) Konteks komunikasi
Komunikasi selalu terjadi dalam suatu konteks tertentu, paling tidak ada tiga dimensi
yaitu ruang, waktu, dan nilai. Konteks ruang menunjuk pada lingkungan konkrit dan
nyata tempat terjadinya komunikasi, seperti ruangan, halaman dan jalanan. Konteks
waktu menunjuk pada waktu kapan komunikasi tersebut dilaksanakan, misalnya:
pagi, siang, sore, malam. Konteks nilai, meliputi nilai sosial dan budaya yang
mempengaruhi suasana komuniasi seperti: adat istiadat, situasi rumah, norma
pergaulan, etika, tata krama dan sebagainya.
Salah satu tujuan komunikasi interpersonal adalah menemukan personal atau pribadi. Bila
kita terlibat dalam pertemuan interpersonal dengan orang lain kita belajar banyak sekali
tentang diri kita maupun orang lain. Komunikasi interpersonal memberikan kesempatan
kepada kita untuk berbicara tentang apa yang kita sukai, atau mengenai diri kita. Adalah
sangat menarik dan mengasyikkan bila berdiskusi mengenai perasaan, pikiran, dan tingkah
laku kita sendiri. Dengan membicarakan diri kita dengan orang lain, kita memberikan sumber
balikan yang luar biasa pada perasaan, pikiran, dan tingkah laku kita.
Hanya komunikasi interpersonal menjadikan kita dapat memahami lebih banyak tentang diri
kita dan orang lain yang berkomunikasi dengan kita. . Banyak informasi yang kita ketahui
datang dari komunikasi interpersonal, meskipun banyak jumlah informasi yang datang
kepada kita dari media massa hal itu seringkali didiskusikan dan akhirnya dipelajari atau
didalami melalui interaksi interpersonal.
Banyak waktu kita pergunakan untuk mengubah sikap dan tingkah laku orang lain dengan
pertemuan interpersonal. Kita boleh menginginkan mereka memilih cara tertentu, misalnya
mencoba diet yang baru, membeli barang tertentu, melihat film, menulis membaca buku,
memasuki bidang tertentu dan percaya bahwa sesuatu itu benar atau salah. Kita banyak
menggunakan waktu waktu terlibat dalam posisi interpersonal.
Bermain mencakup semua aktivitas yang mempunyai tujuan utama adalah mencari
kesenangan. Berbicara dengan teman mengenai aktivitas kita pada waktu akhir pesan,
berdiskusi mengenai olahraga, menceritakan cerita dan cerita lucu pada umumnya hal itu
adalah merupakan pembicaraan yang untuk menghabiskan waktu. Dengan melakukan
komunikasi interpersonal semacam itu dapat memberikan keseimbangan yang penting dalam
pikiran yang memerlukan rileks dari semua keseriusan di lingkungan kita.
6) Untuk Membantu
Ahli-ahli kejiwaan, ahli psikologi klinis dan terapi menggunakkan komunikasi interpersonal
dalam kegiatan profesional mereka untuk mengarahkan kliennya. Kita semua juga berfungsi
membantu orang lain dalam interaksi interpersonal kita sehari-hari. Kita berkonsultasi dengan
seorang teman yang putus cinta, berkonsultasi dengan mahasiswa tentang mata kuliah yang
sebaiknya diambil dan lain sebagainya.Dapat disimpulkan bahwa ketika melakukan
komunikas interpersonal, setiap individu dapat mempunyai tujuan yang berbedabeda, sesuai
dengan kebutuhan masing-masing.
Kesan pertama atau first impression yang baik merupakan hal yang penting bagi
setiap orang. Cara kita berbicara dan memilih pemakaian kata, cara kita bersikap,
kepercayaan diri kita serta perilaku kita merupakan sebagian besar faktor yang dapat
menciptakan kesan pertama.
Sebelumnya mari kita melihat pemaparan teori Proses Pembentukan Kesan oleh
Jalaludin Rakhmat dalam buku Psikologi Komunikasi (Edisi Revisi)
1. Stereotyping
Joko, 18 tahun, berasal dari daerah, diterima di fakultas kedokteran di Jakarta. Orang
tuanya sangat bangga karena keinginan anak tunggalnya menjadi dokter segera tercapai.
Karena ada fasilitas asrama, orang tua menganjurkan Joko untuk tinggal diasrama agar bisa
konsentasi belajar. Semenjak kecil Joko sangat dimanja oleh orang tuanya, semua
kebutuhannya selalu dipenuhi oleh keluarganya. Saat diasrama Joko harus tinggal sekamar
dengan tiga orang lainnya yang berasal dari berbagai daerah. Dengan kondusi ini Joko merasa
tidak nyaman dan sering tidak tinggal diasrama, jarang kuliah, serta jarang mengerjakan
tugas. Sering menyalahkan teman, mengatur sesuai kemauannya dan jarang berbagi rasa.
Joko merasa bingung bagaimana cara bergaul dengan teman-temannya
Maka, kesan pertama terbentuk. Kesimpulan sementara kita terhadap Joko adalah
Joko seorang anak tunggal yang selalu dimanja dan pada saat dia diasrama, Joko bingung
cara bergaul dengan temannya dikarenakan Joko yang tidak nyaman, menyuruh temannya
semuanya. Tidak heran memang karena dirumah dia terbiasa semua keinginan dia ada tapi
diasrama dia tidak bisa berbuat seenaknya.
Implisit Personality theory adalah sebuah konsepsi yang tak butuh diungkapkan.
Karena dalam prosesnya ia berlangsung secara alamiah, berdasarkan pengalamannya selama
ada dalam kehidupan.
3. Atribusi
Atribusi adalah proses menyimpulakan motif, maksud dan karakteristik orang lain
dengan melihat pada perilaku yang tampak. (Baron & Byrne, 1979:56)
Konsep Diri (Self-concept) ini dapat diartikan sebagai (a) persepsi, keyakinan,
perasaan, atau sikap seseorang tentang dirinya sendiri; (b) kualitas penyikapan individu
tentang dirinya sendiri; dan (c) suatu sistem pemaknaan individu tentang dirinya sendiri dan
pandangan orang lain tentang dirinya.
Dilihat dari jenisnya, Konsep Diri (Self-concept) ini terdiri atas beberapa jenis, yaitu:
Perkembangan konsep diri sosial seseorang dipengaruhi oleh jenis kelompok sosial
dimana dia hidup, baik keluarga, sekolah, teman sebaya, atau masyarakat. Jersild mengatakan
bahwa apabila seorang anak diterima, dicintai, dan dihargai oleh orang-orang yang berarti
baginya (yang pertama orang tuanya, kemudian guru, dan teman) maka anak akan dapat
mengembangkan sikap untuk menerima dan menghargai dirinya sendiri. Namun apabila
orang-orang yang berarti (signifant others) itu menghina, menyalahkan, dan menolaknya,
maka anak akan mengembangkan sikap-sikap yang tidak menyenangkan bagi dirinya sendiri.
The Ideal Self-concept. Konsep diri ideal merupakan persepsi seseorang tentang apa
yang diinginkan mengenai dirinya, atau keyakinan tentang apa yang seharusnya mengenai
dirinya. Konsep diri ideal ini terkait dengan citra fisik maupun psikhis. Pada masa anak
terdapat diskrepansi yang cukup renggang antara konsep diri ideal dengan konsep diri yang
lainnya. Namun diskrepansi itu dapat berkurang seiring dengan berkembangnya usia anak
(terutama apabila seseorang sudah masuk usia dewasa).
Perkembangan Konsep Diri (Self-concept) dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti tertera
pada gambar berikut ini.
Sifat-sifat (Traits) dapat diartikan sebagai aspek atau dimensi kepribadian yang terkait
dengan karakteristik respon atau reaksi seseorang yang relatif konsisten (ajeg) dalam rangka
menyesuaikan dirinya secara khas. Dapat diartikan juga sebagai kecenderungan yang
dipelajari untuk mereaksi rangsangan dari lingkungan.
Sama halnya dengan “Konsep Diri (Self-concept)”, “Sifat-sifat (Traits)” pun dalam
perkembangannya dipengaruhi oleh faktor hereditas dan belajar. Faktor yang paling
mempengaruhi adalah (a) pola asuh orang tua, dan (b) imitasi anak terhadap orang yang
menjadi idolanya.
Beberapa trait dipelajari secara “trial dan error”, artinya belajar anak lebih bersifat
kebetulan, seperti perilaku agresif dalam mereaksi frustasi. Contohnya: anak menangis sambil
membanting pintu kamarnya, gara-gara tidak dibelikan mainan yang diinginkannya. Apabila
dengan perbuatan agresifnya itu, orang tua akhirnya membelikan mainan yang diinginkan
anak, maka anak cenderung akan mengulangi perbuatan tersebut.
Demikian terjadi pada orang dewasa bersikap kurang percaya kepada orang lain
sehingga menunjukkan perilaku suka protes seperti “unjuk rasa” sambil berperilaku brutal
terhadap ketidakpuasan manajerial perusahaan atau menuntut kenaikan gaji kepada
perusahaan. Para pengunjuk rasa melakukan aksi protes dengan cara brutal tersebut apabila
pada akhirnya dipenuhi oleh perusahaan maka cara-cara protes demikian akan diulang-ulang
untuk mengintimidasi para pengambil kebijakan.
Anak juga belajar (memahami) bahwa traits atau sifat-sifat dasar tertentu sangat
dihargai (dijunjung tinggi) oleh semua kelompok budaya secara universal, seperti: kejujuran,
respek terhadap hak-hak orang lain, disiplin, tanggung jawab, dan sikap apresiatif.