KAJIAN PUSTAKA
enzim yang mengkatalisis reaksi transaminasi. Terdapat dua jenis enzim serum
yang lebih sensitif terhadap kerusakan hati dibanding SGPT. Hal ini dikarenakan
enzim GOT sumber utamanya di hati, sedangkan enzim GPT banyak terdapat
pada jaringan terutama jantung, otot rangka, ginjal dan otak (Cahyono, 2009).
yang diketahui. Nilai normal kadar SGOT < 35 U/L dan SGPT < 41 U/L. (Daniel
S. Pratt, 2010)
kerusakan sel-sel hati. Makin tinggi peningkatan kadar enzim SGOT dan SGPT,
Transaminase (GOT) keluar dari sitoplasma sel yang rusak, dan jumlahnya
hepar. Nilai peningkatan enzim SGOT yang bermakna adalah lebih dari 100 U/L
dengan nilai p<0,001 dan kadar enzim SGPT yang bermakna lebih dari 80 U/L
dengan p<0,001.
Pasien trauma tumpul hepar berkisar 80% dari pasien yang datang ke unit
gawat darurat dan mempengaruhi morbiditas dan mortalitas. Tujuh puluh lima
persen dari trauma hepar diakibatkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor atau
kasus akibat tabrakan pejalan kaki. Sedangkan kasus trauma ledakan atau jatuh
dari ketinggian menempati angka 15% dan 6%-9%. ( Sikhondze, et al., 2007 )
Pada pasien dengan trauma tumpul abdomen hepar merupakan organ yang
paling sering terkena trauma setelah limpa. Ukuran dari hepar sendiri, menempati
sebagian besar kuadran kanan atas, melewati garis tengah dan meluas ke ke kiri
pasien, ditempat yang signifikan untuk terjadinya resiko bila ada trauma yang
mengenai abdomen. Posisi organ hepar terletak di kanan dengan dilindungi tulang
iga terbawah dan relatif terfiksir ( fixed ) serta tulang belakang dibagian
tindakan operasi. Akan tetapi 86% perdarahan pada trauma hepar berhenti pada
dilakukan pada pasien trauma hepar bersifat non terapeutik. Sedangkan sekitar 50-
80% perdarahan pada hepar akan berhenti secara spontan.(Sikhondze,et al., 2007).
trauma tumpul abdomen ditangani sesuai dengan protokol dari Advanced Trauma
hepar dengan hemodinamik stabil, dimana pasien diobservasi secara ketat pada
selama 10 tahun periode 1994-2003 dengan total pasien sebanyak 35.510 pasien
trauma hepar, 91% pasien dewasanya berhasil diterapi secara non operasi. Selama
manajemen non operasi meningkat dari 75% menjadi 82%, tetapi secara
keseluruhan angka mortalitas pada pasien trauma hepar tetap tidak mengalami
bank darah, ketersediaan ruang operasi dan ahli bedah yang berpengalaman dalam
Kontraindikasi penanganan non operasi pada trauma hepar adalah sebagai berikut:
mengalami cedera. Benturan langsung pada kuadran kanan atas, jatuh dari
mengenai hepar. Orang yang paling mudah terkena trauma adalah pengemudi
tanpa sabuk pengaman. Pengemudi mendapat trauma kompresi dari setir mobil,
trauma tumpul abdomen, tetapi lebih dari 50% penyebab kematian oleh karena
maupun tusuk pada trauma hepar lebih sering terjadi pada laki-laki.
2.4.1. Ultrasonografi
Sonography for Trauma ( FAST ) sebagai alat diagnostik kasus trauma sangat
berguna. Penggunaan FAST sekitar 3-4 menit, tidak invasif dan dapat mudah
dilakukan saat di ruang gawat darurat sangat bergantung pada operator dan
ruang emergensi sehingga keputusan jenis penanganan dapat segera dibuat dan
dapat dilakukan pada pasien yang tidak stabil, dimana penyebab syok belum
mendeteksi trauma tumpul abdomen adalah 72% dan sensitivitasnya menjadi lebih
tinggi (98%) untuk trauma grade 3 atau lebih. Adanya hasil yang negatif pada
dimana pasien sebaiknya diobservasi selama 12 jam, jika nyeri abdomen menetap,
intraabdominal.
0,2% rata-rata positif palsu dan 1,2% rata-rata negatif palsu, DPL juga memiliki
kekurangan. Tiga kelemahan yang utama adalah : (1) kurang spesifik, karena tidak
antara trauma yang signifikan atau yang tidak berhubungan (3) ketidakmampuan
untuk mendeteksi cedera pada diafragma atau pada struktur retroperitoneal, yang
paling sering adalah pankreas, ginjal dan retroperitoneal kolon serta rektum.
Kelemahan yang ditemui pada metode ini dapat diatasi oleh kemajuan
sehingga peranan DPL pada penanganan awal dari trauma tumpul abdomen
berkurang.
2.4.3. Computed Tomography Scanning
jumlah pasien yang memerlukan pembedahan dan opersi non terapeutik. Akan
tetapi, perlu diingat jika pasien dengan trauma hepar dalam keadaan hemodinamik
tidak stabil setelah dilakukan resustasi cairan harus langsung dilakukan tindakan
laparotomi eksplorasi.
stabil, akan menjalani pembedahan yang tidak perlu jika hanya berdasarkan hasil
DPL yang positif. Sekitar 80% dewasa dan 90% anak-anak ditangani secara
membuat ahli bedah lengah terutama pada pasien dengan trauma intra-abdominal
khususnya cedera hepar yang terjadi akibat deselerasi kendaraan bermotor atau
bermakna. Ketika keadaan ini terus berlanjut dan sudah tidak dapat dikompensasi
akurat yang hanya berasarkan pemeriksaan fisik. Olsen et al menyatakan 21% dari
pemeriksaan fisik saja dianggap sepele dan karena mekanisme trauma yang tidak
sampai semua data telah dianalisa, penanganan dan rencana pengobatan sudah
diformulasikan dan pasien jika perlu sudah ditempatkan di tempat/unit yang ada
monitornya.
Tabel 1.1.Klasifikasi trauma hepar berdasarkan CT Scan
( Jinxing Yu, et al., 1994 )
AMERICAN ASSOCIATION OF THE SURGERY OF TRAUMA LIVER
INJURY SCALE ( AAST )
Liver injury scale (1994 revision)
Grade* Type of Injury Description of injury
I Hematoma Subcapsular, <10% surface area
Laceration Capsular tear, <1cm parenchymal depth
II Hematoma Subcapsular, 10% to 50% surface area
intraparenchymal <10 cm in diameter
Laceration Capsular tear 1-3 parenchymal depth, < 10cm in
length
III Hematoma Subcapsular, >50% surface area of ruptured
subcapsular or parenchymal hematoma;
intraparenchymal hematoma > 10 cm or expanding
Laceration >3 cm parenchymal depth
IV Laceration Parenchymal disruption involving 25-75% hepatic
lobe or 1-3 Couinaud’s segments
V Laceration Parenchymal disruption involving >75% of hepatic
lobe or >3 Couinaud’s segments within a single
lobe
Vascular Juxtahepatic venous injuries; ie,
retrohepatic vena cava / central major hepatic veins
VI Vascular Hepatic avulsion
C D
hal yang harus dipertimbangkan antara lain: pertama jika setelah dilakukan DPL
laparotomi tanpa meliha status hemodinamik pasien yang stabil. Kedua, pada
keadaan cedera intra-abdomen yang bersamaan dan tidak dapat dideteksi dengan
memuaskan dalam penanganan non operasi pasien trauma tumpul hepar dewasa.
Sejak tahun 1988 setidaknya 14 institusi telah menangani 16 atau lebih pasien
dengan keberhasilan rata-rata 94% dan mean transfusion rate 1,8 unit.
b. Pemberian tranfusi darah tidak lebih dari 2-3 kantong darah c. tidak adanya
tingkat trauma yang dipertimbangkan aman untuk dirawat tanpa operasi. Karena
alasan tersebut Pachter et al, serta Durham et al pada awalnya membatasi
penanganan non operasi mereka untuk trauma hepar grade I sampai III.
pasien lebih penting dari grading trauma (CT scan), dimana status hemodinamik
Baik Knudson et al, dan Boone et al memperkuat konsep ini, menyatakan bahwa
23% dan 33% dari pasien mereka diobati secara non operasi meskipun
21% dari 70 pasien dengan trauma hepar yang dirawat tanpa operasi, meliputi 10
dengan cedera grade IV dan 5 pasien dengan cedera grade V. Trauma grade IV
dan V yang memenuhi semua kriteria untuk penanganan tanpa operasi, tidak
hepatik yang berpotensial fatal ( pada usus, lien atau diafragma) dimana
sebanyak 15%.
Saat ini, keakuratan CT scan dalam menilai tingkat dan beratnya trauma
hepar masih dipertanyakan. Croce dan Fabian menemukan grading trauma hepar
pada 16% pasien. Yang paling tinggi adalah insiden 41% dibawah perkiraan, luas
trauma hepar pada CT scan dengan yang didapatkan saat pembedahan. Semua
pasien dalam penelitian ini menjalani pembedahan, beberapa yang layak operasi
hanya didasarkan pada DPL yang positif. Pada selanjutnya pasien ini, 41%
dengan obat hemostatik topikal. Harus ditekankan disini bahwa keputusan untuk
pada hari ke -3 atau 4 setelah trauma dan memulangkan pasien pada hari ke- 7
tanpa mengulang pemeriksaan ini. Tidak bisa dimengerti alasan dari cara ini, sejak
pada cedera menjadi lebih baik atau memburuk tidak mungkin terjadi pada hari ke
3 atau 4. Pada hari ke- 7 akan tampak kearah mana cedera akan menuju, dan
keputusan untuk memulangkan pasien akan dapat dibuat dengan lebih rasional.
Yang sama pentingnya adalah komitmen untuk mengobati pasien secara non
Trauma Tumpul
Abdomen
Hemodinamik
Nyeri seluruh Nyeri seluruh stabil
perut (+) perut (-)
Judgement Observasi
Evaluasi ulang/
DPL (+) DPL (-)
Resusitasi
OR Evaluasi
ulang
Resusitasi
Keterangan :