FERMENTASI
FERMENTASI
240210150028
populasinya sudah tinggi melalui persaingan akan zat gizi yang terdapat
pada substrat.
Menurut Tjahjadi et al. (2009) menyatakan bahwa fermentasi memiliki
berbagai manfaat bagi bahan pangan. Beberapa manfaat yang diperoleh dari
proses fermentasi adalah sebagai berikut:
1. Pengawet makanan zat-zat metabolit yang dihasilkan seperti asam laktat,
asam asetat, etanol dan sebagainya yang menghambat pertumbuhan
mikroorganisme pembusuk.
2. Penganekaragaman pangan.
3. Menginhibisi pertumbuhan mikroorganisme pathogen.
4. Meningkatkan nilai gizi makanan.
rasa asinan kubis. CO2 berfungsi membantu menjaga kondisi anaerob dalam kubis
fermentasi (Banwart, 1981). Menurut Banwart (1981) menyatakan bahwa hasil
fermentasi menghasilkan asam dan menyebabkan L. mesenteroides dihambat,
fermentasi berlanjut dengan Lactobacillus brevis, Pediococcus cerevisiae dan
Lactobacillus plantarum. Suhu optimal yang digunakan pada fermentasi adalah
18-22ºC.
Garam yang digunakan dalam fermentasi sauerkraut harus optimum, jika
terlalu sedikit maka menyebabkan rasa hambar, sedangkan terlalu banyak garam
akan menghambat bakteri asam laktat dan dapat mengakibatkan rasa asam dan
pertumbuhan ragi terhambat (Kotzanmanidis et al., 2000). Berdasarkan
pengamatan yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Pengamatan Sauerkraut
Sampel Hari Warna Aroma Tekstur Rasa Gambar
ke-
Kubis 0 Putih Kubis Keras Segar
Segar Kehijauan segar +++ Asin -
Garam 10 g
(<5%)
Kubis 3 Putih Asam Keras + Asin
Segar kekuningan Segar Agak
Garam 10 g Asam
(<5%)
Kubis Layu 0 Putih Kubis Keras++ Agak -
Garam 10 g sedikit layu segar
(<5%) kecoklatan asin
Kubis Layu 3 Putih Asam Renyah Asin
Garam 10 g kuning kubis agak
(<5%) kecoklatan layu asam
masih
terasa
rasa kol
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017)
awal kubis layu telah berwarna kecoklatan. Sedangkan pelunakan tekstur terjadi
karena adanya pengaruh dari penambahan garam (Buckle et al., 1987). Faktor lain
yang dapat mempengaruhi warna dan tekstur sauerkraut adalah perendaman kubis
yang kurang sempurna sehingga memicu pertumbuhan khamir dan kapang di
permukaan. Menurut Desrosier (1988) menyatakan bahwa hal tersebut dapat
menimbulkan perubahan yang tidak diinginkan yang dapat masuk ke dalam
seluruh sauerkraut sehingga mengakibatkan produk menjadi lunak dan berwarna
gelap.
Terdapat aroma dan rasa asam pada kedua kondisi sauerkraut. Hal tersebut
diduga disebabkan karena gula yang terkandung dalam cairan adalah nutrisi atau
makananyang dibutuhkan oleh bakteri asam laktat dimana akan diubah menjadi
asam laktat. Asam laktat akan menyebabkan penurunan suhu dan menimbulkan
aroma asam. Namun, asam laktat dapat berfungsi sebagai pengawet produk
(Tjahjadi et al., 2009). Salah satu cara untuk menghindari adanya bau busuk dapat
dilakukan dengan cara menyimpan botol fermentasi dalam udara terbuka dengan
disinari matahari atau diberi lapisan minyak mineral yang netral di atas larutan
garam. (Buckle et al., 1987).
4.1.2 Sawi Asin
Mengingat banyaknya nutrisi yang terkandung di dalam sawi, oleh karena
itu perlu dilakukan fermentasi. Menurut Direktorat Gizi Kementerian Kesehatan
RI kandungan gizi yang terkandung di dalam 100 gram sawi adalah sebagai
berikut:
Tabel 2. Kandungan Gizi Pada 100 gram Sawi
Kandungan Jumlah
Air (g) 92.2
Protein (g) 2.3
Lemak (g) 0.3
Karbohidrat (g) 4.0
Kalsium (mg) 220.0
Fosfor (mg) 38.0
Besi (mg) 2.9
Vitamin A (SI) 6460.0
Vitamin B1 (mg) 0.09
Vitamin C (mg) 102.0
Kalori (kal) 22.0
(Sumber: Direktorat Gizi Kementerian Kesehatan RI)
Nurul Annisa
240210150028
tidak disterilisasi setelah dikemas dalam botol, namun dapat diganti dengan
pasteurisasi (Hui, 2006).
Reaksi yang terjadi pada proses fermentasi asam laktat ialah perubahan
glukosa menjadi asam piruvat melalui proses glikolisis membentuk 2 molekul
asam piruvat dan 2 molekul energi (NADH). NADH diubah kembali menjadi
NAD+ saat pembentukan asam laktat dari asam piruvat. Asam piruvat kemudian
mengalami dehidrogenasi piruvat dan menghasilkan asam laktat (James et al.,
2008). Reaksi yang terjadi dapat dilihat pada gambar berikut:
V. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Buckle, K. A., Edwards, R. A., Fleet, G. H., and Wotton, M. 1987. Ilmu Pangan.
Penerjemah Hari Purnomo dan Adiono. UI-Press, Jakarta.
Chao SH, Wu RJ, Watanabe K, Tsai YC. 2009. Diversity of lactic acid bacteria in
suan-tsai and fu-tsai, traditional fermented mustard products of Taiwan. Int
J Food Microbiol. 135(3):203-210.
Haryadi, H. 2013. Analisa Kadar Alkohol Hasil Fermentasi Ketan dengan Metode
Kromatografi Gas dan Uji Aktifitas Saccharomyces Cereviceae Secara
Mikroskopis. Skripsi. Universitas Diponegoro Semarang, Semarang.
Hui, Y.H. 2006. Handbook of Food Science Technology, and Engineering Volume
I. CRC Press, USA,
Nurul Annisa
240210150028
James, Joyce & Baker, C. 2008. Principles of Science For Nurses. Erlangga,
Jakarta.
Shurtleff, W. Dan A. Aoyagi. 1979. The Book of Tempeh. Harper and Row
Publisher, New York.
Tamime, A.Y. and H.C. Deeth. 1980. Yoghurt, Technology and Biochemisty. J.
Food Protect. 43(12): 937 – 977.
JAWABAN PERTANYAAN