PENDAHULUAN
melaporkan bahwa pada tahun 2013 terdapat 5,1 juta orang di dunia yang
meninggal karena diabetes melitus atau dengan kata lain pada tahun tersebut
setiap enam detik terdapat satu orang yang meninggal karena diabetes melitus.
Tidak hanya di dunia, prevalensi diabetes melitus di Indonesia juga sangat tinggi.
Menurut IDF, jumlah penderita diabetes melitus di Indonesia pada tahun 2013
menempati urutan ke-7 dunia (8,5%) dan diprediksi akan menduduki peringkat
ke-6 dunia (14,1%) pada tahun 2035.(1) Tidak hanya itu, hasil wawancara pada
Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 (Riskesdas 2013) yang dilakukan oleh
diabetes melitus di Indonesia, yakni 1,1% pada tahun 2007 menjadi 2,4% pada
tahun 2013.(2)
akibat gangguan pada hormon insulin, baik akibat kerusakan pada sel β pankreas
melitus dibedakan atas 2, yaitu diabetes melitus tipe 1 dan diabetes melitus tipe 2.
Pada anak, diabetes melitus yang umum terjadi adalah diabetes melitus tipe 1
meskipun akhir-akhir ini prevalensi diabetes melitus tipe 2 pada anak pun juga
Diabetes Melitus (IDDM) merupakan suatu kelainan yang terjadi akibat adanya
endogen yang produksinya terganggu atau dengan kata lain penyakit ini tidak bisa
bisa disembuhkan, berbagai kemajuan ilmu kedokteran dan teknologi medis dapat
meningkatkan kualitas hidup pasien dengan diabetes melitus tipe 1 agar sepadan
dengan anak-anak normal lainnya.(5) Oleh karena itu, pengetahuan tenaga medis
melitus tipe 1.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Istilah diabetes mellitus berasal dari bahasa Yunani yaitu diabetes yang
berasal dari kata “meli” yang berarti madu.(6) Diabetes mellitus tipe 1
hiperglikemia yang diakibatkan oleh kerusakan sel β beta pankreas. Kerusakan sel
β pancreas pada diabetes melitus tipe 1 dapat diakibatkan oleh suatu proses
autoimun ataupun suatu hal yang idiopatik.(3) Adanya kerusakan sel β pankreas
akan menyebabkan penurunan produksi hormon insulin yang akan berakibat pada
B. Klasifikasi
melitus tipe 2, diabetes melitus tipe 2, diabetes gestational, dan diabetes tipe
spesifik.(7)
1. Diabetes melitus tipe I, yaitu diabetes yang disebabkan adanya destruksi pada
oleh pankreas.
4. Diabetes tipe spesifik, yaitu diabetes yang disebabkan oleh sebab lain seperti
glukokortikoid).
C. Etiologi
Secara garis besar, etiologi diabtes melitus tipe 1 terdiri atas 3, yakni
genetik, autoimun, dan faktor lingkungan (gambar 1). Pada diabetes melitus tipe 1
yang disebabkan oleh proses autoimun terjadi destruksi sel β pankreas akibat
antibodi yang mengenali protein pada sel β pankreas sebagai suatu antigen.
Terdapat 3 proses autoimun yang berperan pada diabetes melitus tipe 1, yakni
sebagai berikut:
protein sitoplasma sel islet. Antibodi ini ditemukan pada 90% penderita
permukaan sel islet. Antibodi ini dapat ditemukan pada hampir 80% penderita
iii. Antigen spesifik pada sel islet: antibodi terhadap asam glutamat
melitus tipe 1 yang baru terdiagnosis. Selain itu, antibodi anti insulin juga
(8)
DMT1
karena vitamin D memiliki peran yang penting dalam sensitivitas dan sekresi
insulin. Berdasarkan teori tersebut, seseorang yang kurang terpapar sinar matahari
akan memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami diabetes melitus tipe 1.
bersih atau kurang terpapar dengan zat patogen akan memiliki hipersensitivitas
autoimun. Hipersensitivitas autoimun yang terjadi inilah yang akan menyerang sel
Teori ini menjelaskan bahwa anak yang diberikan susu formula (susu sapi)
diabetes melitus tipe 1. Hal tersebut karena protein susu sapi memiliki struktur
yang mirip dengan protein pada sel β pankreas, sehingga anak-anak yang sensitive
terhadap susu sapi akan membentuk suatu antibodi terhadap protein susu sapi
tersebut dan secara tidak langsung juga dapat menyerang protein pada permukaan
sel β pankreas. Apabila sel β pankreas diserang oleh antibody yang terbentuk,
maka akan terjadi destruksi pada sel β pankreas yang akan menyebabkan
penurunan produksi hormone insulin dan peningkatan risiko terjadinya diabetes
melitus tipe 1.
organic persisten akan memiliki risiko yang lebih tinggi untuk menderita diabetes
melitus tipe 1. Hal tersebut dinyatakan berdasarkan hasil publikasi jurnal oleh
peningkatan jumlah pasien diabetes melitus tipe 1 secara signifikan pada populasi
D. Patogenesis
tetapi diyakini bahwa terdapat keterlibatan faktor genetik dan lingkungan dalam
proses autoimun yang terjadi (lihat gambar 1).(8) Proses autoimun tersebut akan
metabolisme glukosa. Hal tersebut karena hormon insulin memiliki peranan yang
sangat penting dalam metabolisme glukosa. Terdapat tiga mekanisme kerja utama
perifer akan terganggu, sehingga akan menghambat glukosa untuk bisa masuk ke
dalam sel. Apabila glukosa tidak tersebut tidak dapat masuk ke dalam sel, maka
glukosa tersebut tidak dapat dimetabolisme untuk menjadi ATP dan akan tetap
E. Diagnosis
penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas disertai dengan kadar gula
sewaktu (GDS) > 200 mg/dl atau kadar glukosa darah puasa lebih tinggi dari
normal dengan tes toleransi glukosa terganggu pada lebih dari satu kali
pemeriksaan.
F. Epidemiologi
berkembang. Diabetes saat ini telah menyerang kurang lebih 371 juta jiwa orang
di dunia, suatu peningkatan yang cukup besar jika dibandingkan jumlah penderita
diabetes melitus pada akhir tahun 2011 adalah sekitar 366 juta jiwa. Peningkatan
jumlah penderita diabetes secara umum tersebut juga diikuti oleh peningkatan
jumlah penderita diabetes melitus tipe 1, yakni dari sekitar 5% dari total seluruh
penderita diabetes menjadi total 20% dari seluruh jumlah penderita diabetes dan
hal tersebut juga berkorelasi dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas, serta
juta jiwa meninggal karena diabetes melitus dan 471 miliar telah dihabiskan untuk
perawatan diabetes melitus pada tahun 2012. Tidak hanya itu, di masa depan
dari 371 juta jiwa pada tahun 2012 menjadi 552 juta jiwa pada tahun 2030.
G. Manifestasi Klinis
yang akut. Biasanya gejala-gejala poliuria, polidipsia, polifagia dan berat badan
(parsial/total) yang dikenal sebagai honeymoon periode. Fase ini terjadi akibat
mensekresikan kembali sisa insulin. Fase ini akan berakhir apabila pankreas sudah
menghabiskan seluruh sisa insulin. Secara klinis ada tidaknya fase ini harus
hipoglikemia. Apabila dosis insulin yang dibutuhkan sudah mencapai < 0,25
U/kgBB/hari maka dapat dikatakan penderita berada pada fase “remisi total”.
Adanya fase ini perlu dijelaskan kepada penderita agar tidak muncul anggapan
bahwa penderita telah “sembuh” dan akhirnya tidak melanjutkan terapi kembali.
H. Tata Laksana
Hal pertama yang harus dipahami oleh semua pihak adalah bahwa DM
metabolik yang baik adalah apabila kadar glukosa darah berada dalam batas
metabolik standar pada diabetes melitus. Nilai HbA1c < 7% berarti kontrol
metabolik baik; HbA1c < 8% cukup dan HbA1c > 8% dianggap buruk. Kriteria
ini pada anak perlu disesuaikan dengan usia karena semakin rendah HbA1c
anak sebaiknya dilakukan secara terpadu oleh suatu tim yang terdiri dari ahli
sosial, dan edukator. Kerjasama yang baik antar tim dan pihak penderita akan
Sasaran dan tujuan pengobatan pada DM tipe-1 perlu dijelaskan oleh tim
pelaksana dan dimengerti oleh penderita maupun keluarga. Berikut adalah sasaran
berjalan secara terintegrasi untuk mendapatkan kontrol metabolik yang baik. Akan
timbal balik dokter-pasien yang baik, jujur, terbuka, dan tegas akan sangat
dokter tidak hanya bertugas untuk mengatur dosis insulin, tetapi juga
gaya hidup dan cita-cita penderita. Dalam hal ini dokter akan dengan mudah
diberikan pada pasien dengan diabetes melitus tipe 1 yang tanpa disertai
ketoasidosis diabetikum antara lain hormon insulin, pengaturan diet, olahraga, dan
edukasi, sedangkan untuk pasien diabetes melitus tipe 1 yang disertai dengan
Insulin
Dosis total insulin harian adalah 0,5 – 1,0 U/kgBB. Terdapat beberapa
pilihan regimen insulin yang dapat digunakan, salah satunya adalah split mix
(kombinasi insulin kerja pendek dan menengah dalam satu siringe). Insulin
diberikan secara subkutan dengan cara 2/3 dosis total diberikan 30 menit
sebelum makan pagi dan 1/3 dosis sisanya diberikan 30 menit sebelum makan
Total kalori = 1000 + umur (tahun) x 100 kal dengan komposisi karbohidrat 45-
Olahraga
Edukasi
yang dilakukan adalah tentang pengobatan yang harus dilakukan seumur hidup,
mencapai > 300 mg/dl, ketonemia dan asidosis (pH < 7,32 & kadar bikarbonat <
- Atasi syok dengan memberikan cairan NaCl 0,9% 20 ml/kg dalam waktu 1
- Insulin diberikan dengan dosis 0,05 – 0,1 U/kg/jam dengan cara 0,1
ml salin fisiologis dan dibrikan melalui infus sampai gula darah 250-
300 mg/dl.
mencapai ≤ 150 mg/dl segera berikan cairan dextrose 10% dan dosis
- Apabila kadar glukosa darah sudah mencapai < 250 mg/dl, pH > 7,30,
HCO3 > 15 mmol/l, keton urine negative dan pasien dapat makan
insulin subkutan.
I. Pemantauan
kronis, baik dilakukan selama perawatan di rumah sakit maupun secara mandiri di
kemungkinan infeksi.
glukometer) setiap sebelum makan utama dan menjelang tidur malam hari.
pemeriksaan keton urine (terutama bila kadar gula > 250 mg/dl).
fungsi ginjal.
tumbuh kembang.
J. Komplikasi
dan mikrovaskular.(14),(15)
K. Prognosis
penderita dalam menjalani pengobatan, pengaturan pola hidup dan pola diet
PENUTUP
oleh adanya hiperglikemia yang diakibatkan oleh kerusakan sel β beta pankreas
terjadi pada diabetes melitus tipe 1 dapat disebabkan oleh faktor genetik, kelainan
penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas disertai dengan kadar gula
sewaktu (GDS) > 200 mg/dl atau kadar glukosa darah puasa lebih tinggi dari
normal dengan tes toleransi glukosa terganggu pada lebih dari satu kali
pemeriksaan.
dipahami oleh keluarga maupun tenaga medis adalah bahwa diabetes melitus tipe
yang tepat kualitas hidup pasien akan dapat ditingkatkan dan mencegah terjadinya
peningkatan morbiditas akibat diabetes melitus. Terapi utama utama dalam
produksi.