Anda di halaman 1dari 30

Case : Otitis Media Akut Stadium Perforasi 2013

BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
PENDAHULUAN
ANATOMI TELINGA

Anatomi telinga dibagi atas telinga luar,telinga tengah,telinga dalam:

Gambar 1 : Telinga luar, telinga tengah, telinga dalam.

1. Telinga Luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran tympani.
Telinga luar atau pinna merupakan gabungan dari tulang rawan yang diliputi kulit.Daun
telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Daun telinga di persarafi oleh cabang
aurikulotemporalis dari saraf mandibularis serta saraf aurikularis mayor dan oksipitalis minor
yang merupakan cabang pleksus servikalis.1,2

Liang telinga (meatus akustikus eksternus) berbentuk huruf S, dengan rangka tulang
rawan pada sepertiga bagian luar, di sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak
kelenjar serumen (modifikasikelenjar keringat = Kelenjar serumen) dan rambut. Kelenjar
keringat terdapat pada seluruh kulit liang telinga. Pada dua pertiga bagian dalam hanya
sedikit dijumpai kelenjar serumen, dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang.
Panjangnya kira-kira 2,5 - 3 cm. Meatus dibatasi oleh kulit dengan sejumlah rambut, kelenjar
sebasea, dan sejenis kelenjar keringat yang telah mengalami modifikasi menjadi kelenjar
seruminosa, yaitu kelenjar apokrin tubuler yang berkelok-kelok yang menghasilkan zat lemak
setengah padat berwarna kecoklat-coklatan yang dinamakan serumen (minyak telinga).
Serumen berfungsi menangkap debu dan mencegah infeksi.
2. Telinga Tengah

Telinga tengah berbentuk kubus dengan :

1
Case : Otitis Media Akut Stadium Perforasi 2013

 Batas luar : Membran timpani


 Batas depan : Tuba eustachius
 Batas Bawah : Vena jugularis (bulbus jugularis)
 Batas belakang : Aditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis.
 Batas atas : Tegmen timpani (meningen / otak )
 Batas dalam : Berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semi sirkularis horizontal,
kanalis fasialis,tingkap lonjong (oval window),tingkap bundar (round window) dan
promontorium.

Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga dan
terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut Pars flaksida (Membran
Shrapnell), sedangkan bagian bawah Pars Tensa (membrane propia). Pars flaksida hanya
berlapis dua, yaitu bagian luar ialah lanjutan epitel kulit liang telinga dan bagian dalam
dilapisi oleh sel kubus bersilia, seperti epitel mukosa saluran napas. Pars tensa mempunyai
satu lapis lagi ditengah, yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin
yang berjalan secara radier dibagian luar dan sirkuler pada bagian dalam. Bayangan
penonjolan bagian bawah maleus pada membrane timpani disebut umbo.Di membran timpani
terdapat 2 macam serabut, sirkuler dan radier.Serabut inilah yang menyebabkan timbulnya
reflek cahaya yang berupa kerucut. Membran timpani dibagi dalam 4 kuadran dengan
menarik garis searah dengan prosesus longus maleus dan garis yang tegak lurus pada garis itu
di umbo, sehingga didapatkan bagian atas-depan, atas-belakang, bawah depan serta bawah
belakang, untuk menyatakan letak perforasi membrane timpani.1,2

Didalam telinga tengah terdapat tulang-tulang pendengaran yang tersusun dari luar ke
dalam, yaitu maleus, inkus, dan stapes.Tulang pendengaran didalam telinga tengah saling
berhubungan.Prosesus longus maleus melekat pada membrane timpani, maleus melekat pada
inkus dan inkus melekat pada stapes.Stapes terletak pada tingkap lonjong yang berhubungan
dengan koklea.Hubungan antar tulang-tulang pendengaran merupakan persendian.

2
Case : Otitis Media Akut Stadium Perforasi 2013

Gambar 2 : tulang pendengran

Telinga tengah dibatasi oleh epitel selapis gepeng yang terletak pada lamina propria
yang tipis yang melekat erat pada periosteum yang berdekatan.Dalam telinga tengah terdapat
dua otot kecil yang melekat pada maleus dan stapes yang mempunyai fungsi konduksi
suara.maleus, inkus, dan stapes diliputi oleh epitel selapis gepeng. Pada pars flaksida terdapat
daerah yang disebut atik. Ditempat ini terdapat aditus ad antrum, yaitu lubang yang
menghubungkan telinga tengah dengan antrum mastoid.1,2

Tuba eustachius termasuk dalam telinga tengah yang menghubungkan daerah


nasofaring dengan telinga tengah.Telinga tengah berhubungan dengan rongga faring melalui
saluran eustachius (tuba auditiva), yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan tekanan
antara kedua sisi membrane tympani. Tuba auditiva akan membuka ketika mulut menganga
atau ketika menelan makanan. Ketika terjadi suara yang sangat keras, membuka mulut
merupakan usaha yang baik untuk mencegah pecahnya membran tympani. Karena ketika
mulut terbuka, tuba auditiva membuka dan udara akan masuk melalui tuba auditiva ke telinga
tengah, sehingga menghasilkan tekanan yang sama antara permukaan dalam dan permukaan
luar membrane tympani.

3. Telinga Dalam

Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah lingkaran
dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis.Ujung atau puncak koklea
disebut holikotrema, menghubungkan perilimfa skala timpani dengan skala vestibuli.Kanalis
semi sirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan membentuk lingkaran yang tidak
lengkap.Pada irisan melintang koklea tampak skala vestibuli sebelah atas, skala timpani
sebelah bawah dan skala media (duktus koklearis) diantaranya.Skala vestibuli dan skala
timpani berisi perilimfa, sedangkan skala media berisi endolimfa.Dasar skala vestibule
disebut sebagai membrane vestibuli (Reissner’s membrane) sedangkan dasar skala media
adalah membrane basalis.Pada membran ini terletak organ corti.Pada skala media terdapat
bagian yang berbentuk lidah yang disebut membrane tektoria, dan pada membran basal
melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut dalam, sel rambut luar dan kanalis corti, yang
membentuk organ corti.

Koklea1,2
3
Case : Otitis Media Akut Stadium Perforasi 2013

Bagian koklea labirin adalah suatu saluran melingkar yang pada manusia panjangnya
35mm. koklea bagian tulang membentuk 2,5 kali putaran yang mengelilingi sumbunya.
Sumbu ini dinamakan modiolus, yang terdiri dari pembuluh darah dan saraf.Ruang di dalam
koklea bagian tulang dibagi dua oleh dinding (septum).Bagian dalam dari septum ini terdiri
dari lamina spiralis ossea.Bagian luarnya terdiri dari anyaman penyambung, lamina spiralis
membranasea. Ruang yang mengandung perilimf ini dibagi menjadi : skala vestibule (bagian
atas) dan skala timpani (bagian bawah). Kedua skala ini bertemu pada ujung koklea.Tempat
ini dinamakan helicotrema.Skala vestibule bermula pada fenestra ovale dan skala timpani
berakhir pada fenestra rotundum.Mulai dari pertemuan antara lamina spiralis membranasea
kearah perifer atas, terdapat membrane yang dinamakan membrane reissner.Pada pertemuan
kedua lamina ini, terbentuk saluran yang dibatasi oleh membrane reissner bagian atas, lamina
spiralis membranasea bagian bawah, dinding luar koklea.Saluran ini dinamakan duktus
koklearis atau koklea bagian membrane yang berisi endolimf.Dinding luar koklea ini
dinamakan ligamentum spiralis.disini, terdapat stria vaskularis, tempat terbentuknya
endolimf.

Pada bagian atas organ korti, terdapat suatu membrane, yaitu membrane tektoria. .
Pada alat korti dapat ditemukan sel-sel penunjang, sel-sel persepsi yang mengandung
rambut.Antara sel-sel korti ini terdapat ruangan (saluran) yang berisi kortilimfe.Duktus
koklearis berhubungan dengan sakkulus dengan peralatan duktus reunions.Bagian dasar
koklea yang terletak pada dinding medial cavum timpani menimbulkan penonjolan pada
dinding ini kearah cavum timpani.Tonjolan ini dinamakan promontorium.

Vestibulum

Vestibulum letaknya diantara koklea dan kanalis semisirkularis yang juga berisi
perilimf. Pada vestibulum bagian depan, terdapat lubang (foramen ovale) yang berhubungan
dengan membrane timpani, tempat melekatnya telapak (foot plate) dari stapes. Di dalam
vestibulum, terdapat gelembung-gelembung bagian membrane sakkulus dan utrikulus.
Gelembung-gelembung sakkulus dan utrikulus berhubungan satu sama lain dengan
perantaraan duktus utrikulosakkularis, yang bercabang melalui duktus endolimfatikus yang
berakhir pada suatu lilpatan dari duramater, yang terletak pada bagian belakang os
piramidalis. Lipatan ini dinamakan sakkus endolimfatikus.Saluran ini buntu.Sel-sel persepsi
disini sebagai sel-sel rambut yang di kelilingi oleh sel-sel penunjang yang letaknya pada

4
Case : Otitis Media Akut Stadium Perforasi 2013

macula.Pada sakkulus, terdapat macula sakkuli.Sedangkan pada utrikulus, dinamakan macula


utrikuli.

Kanalis semisirkularis1,2

Di kedua sisi kepala terdapat kanalis-kanalis semisirkularis yang tegak lurus satu
sama lain. didalam kanalis tulang, terdapat kanalis bagian membran yang terbenam dalam
perilimf. Kanalis semisirkularis horizontal berbatasan dengan antrum mastoideum dan
tampak sebagai tonjolan, tonjolan kanalis semisirkularis horizontalis (lateralis).Kanalis
semisirkularis vertikal (posterior) berbatasan dengan fossa crania media dan tampak pada
permukaan atas os petrosus sebagai tonjolan, eminentia arkuata.Kanalis semisirkularis
posterior tegak lurus dengan kanalis semi sirkularis superior.Kedua ujung yang tidak melebar
dari kedua kanalis semisirkularis yang letaknya vertikal bersatu dan bermuara pada
vestibulum sebagai krus komunis.Kanalis semisirkularis membranasea letaknya didalam
kanalis semisirkularis ossea.Diantara kedua kanalis ini terdapat ruang berisi perilimf.Didalam
kanalis semisirkularis membranasea terdapat endolimf.Pada tempat melebarnya kanalis
semisirkularis ini terdapat sel-sel persepsi.Bagian ini dinamakan ampulla.Sel-sel persepsi
yang ditunjang oleh sel-sel penunjang letaknya pada Krista ampularis yang menempati 1/3
dari lumen ampulla.Rambut-rambut dari sel persepsi ini mengenai organ yang dinamakan
kupula, suatu organ gelatinous yang mencapai atap dari ampulla sehingga dapat menutup
seluruh ampulla.

FISIOLOGI PENDENGARAN

Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga dalam
bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang kekoklea. Getaran tersebut
menggetarkan membran timpani diteruskan ketelinga tengah melalui rangkaian tulang
pendengaran yang akan mengimplikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan
perkalian perbandingan luas membran timpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang telah
diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap lonjong sehingga
perilimfa pada skala vestibule bergerak. Getaran diteruskan melalui membrane Reissner yang
mendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relative antara membran basilaris
dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan
terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi
penglepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses
depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan neurotransmiter ke dalam sinapsis yang akan
5
Case : Otitis Media Akut Stadium Perforasi 2013

menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nucleus auditorius
sampai ke korteks pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis.

Gambar 3 : Fisiologi Pendengaran

TES PENDENGARAN

Tes Penala

Tes penala merupakan pemeriksaan dasar untuk screening pendengaran.Pemeriksaan ini


bersifat kualitatif. Secara fisiologik telinga dapat mendengar nada 20 sampai 18.000 Hz.
Untuk pendengaran sehari-hari yang paling efektif antara 500-2000 Hz. Terdapat tiga jenis
garputala, yaitu 512, 1024, 2048 Hz. Yang sering dipakai adalah garputala 512 karena
penggunaan garputala ni tidak terlalu dipengaruhi oleh suara bising sekitarnya.1,2

6
Case : Otitis Media Akut Stadium Perforasi 2013

LETAK TULI
TULI
TES TUJUAN GARPU NORMAL SENSORI
KONDUKTIF
TALA NEURAL
Membandingkan
hantaran tulang Lateralisasi ke Lateralisasi ke
Garis tengah Tidak ada
WEBER telinga kiri telinga yang telinga yang
kepala lateralisasi
dengan telinga sakit sehat
kanan
Membandingkan
Processus Negatif: Lebih
hantaran udara Positif:
mastoid dan kuat di Positif: Lebih
RINNE dan tulang pada Lebih kuat
depan Processus kuat di telinga
telinga yang di telinga
telinga mastoid
diperiksa
Membandingkan Normal:
Memanjang: Memendek:
hantaran tulang Bunyi yang
Pasien Pemeriksa
orang yang didengar
Processus mendengar mendengar
SCHWABACH diperiksa dengan oleh pasien
mastoid bunyi lebih bunyi lebih
pemeriksa yang sama
lama dari lama dari
pendengarannya dengan
pemeriksa pasien.
normal pemeriksa

7
Case : Otitis Media Akut Stadium Perforasi 2013

BAB II

OTITIS MEDIA AKUT (OMA)

PENDAHULUAN

Otitis media merupakan peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah,
tuba Eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Otitis media terbagi atas otitis media
supuratif dan otitis media non supuratif (=otitis media serosa, otitis media sekretoria, otitis
media musinosa, otitis media efusi (OME). Pada beberapa penelitian, infeksi ini diperkirakan
terjadi pada 25% anak. Lebih sering pada anak-anak Indian dan Eskimo dibandingkan dengan
anak kulit putih dan paling jarang pada anak kulit hitam. Infeksi umumnya terjadi pada 2
tahun pertama kehidupan, sedangkan insiden puncak kedua terjadi pada tahun pertama masa
sekolah. Anak-anak yang telah mengalami enam kali serangan otitis media akut atau lebih
disebut dengan istilah “cenderung otitis”. Keadaan ini lebih sering ditemukan pada anak laki-
laki dibandingkan wanita. Faktor lain yang mungkin berperan yaitu faktor lingkungan seperti
riwayat alergi, terpajan asap, riwayat kurang asupan ASI dam musim.3,4

OMA perlu mendapat perhatian khusus karena merupakan salah satu infeksi tersering
pada anak-anak, sekalipun didapatkan juga pada dewasa. Pada anak-anak, otitis media sering
terjadi dengan didahului infeksi saluran pernapasan atas (ISPA). Hal ini dikarenakan oleh
struktur anatomi dai tuba Eustachius pada anak yang lebih pendek, lebar dan horisontal.

DEFINISI
Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba
Eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Otitis media terbagi atas otitis media
supuratif dan otitis media non supuratif (=otitis media serosa, otitis media sekretoria, otitis
media musinosa, otitis media efusi (OME). Masing-masing golongan mempunyai bentuk akut
dan kronis, yaitu otitis media supuratif akut (otitis media akut = OMA) dan otitis media
supuratif kronis (OMSK). Begitu pula otitis media serosa terbagi menjadi otitis media serosa

8
Case : Otitis Media Akut Stadium Perforasi 2013

akut (barotrauma = aerotitis) dan otitis media serosa kronis. Selain itu terdapat juga otitis
media spesifik, seperti otitis media tuberkulosa atau otitis media sifilitika. Otitis media yang
lain ialah otitis media adhesiva.

Otitis media supuratif akut (OMA) adalah otitis media yang berlangsung selama 3
minggu atau kurang karena infeksi bakteri piogenik.3-5

Skema pembagian otitis media

9
Case : Otitis Media Akut Stadium Perforasi 2013

ETIOLOGI
Faktor pencetus terjadinya OMA, yaitu :3-6

 Infeksi saluran napas atas. OMA dapat didahului oleh infeksi saluran napas atas yang
terjadi terutama pada pasien anak-anak.
 Gangguan faktor pertahanan tubuh. Faktor pertahanan tubuh seperti silia dari mukosa
tuba Eustachius, enzim, dan antibodi akan mencegah masuknya mikroba ke dalam
telinga tengah. Tersumbatnya tuba Eustachius merupakan pencetus utama terjadinya
OMA.
 Usia pasien. Bayi lebih mudah menderita OMA karena letak tuba Eustachius yang
lebih pendek, lebih lebar dan letaknya lebih horisontal. Pada anak, makin sering anak
terserang infeksi saluran napas, makin besar kemungkinan terjadinya OMA.

Kuman penyebab utama pada OMA ialah bakteri piogenik, seperti Streptococcus
hemolyticus, Staphylococcus aureus, Pneumococcus. Selain itu kadang-kadang ditemukan
juga Haemophilus influenzae (sering ditemukan pada anak yang berusia di bawah 5 tahun),
Esheria colli, Streptococcus anhemolyticus, Proteus vulgaris, dan Pseudomonas aeruginosa.3

Virus atau bakteri dari tenggorokan bisa sampai ke telinga tengah melalui tuba
eustakius atau melalui aliran darah. Otitismediaakut juga bisa terjadi karena adanya
penyumbatan pada sinus dan tuba Eustachius akibat alergi atau pembengkakan amandel.3,4,7

10
Case : Otitis Media Akut Stadium Perforasi 2013

PATOFISIOLOGI

Telinga tengah biasanya steril, meskipun terdapat mikroba di nasofaring dan faring. Secara
fisiologik terdapat mekanisme pencegahan masuknya mikroba ke dalam telinga tengah oleh
silia mukosa tuba Eustachius, enzim dan antibodi. OMA terjadi akibat terganggunya faktor
pertahanan tubuh yang bertugas menjaga kesterilan telinga tengah. Faktor penyebab utama
adalah sumbatan tuba Eustachius sehingga pencegahan invasi kuman terganggu.

Normalnya lendir di dalam telinga tengah menyerap udara. Jika udara tidak berpindah,
tekanan negatif akan menyebabkan keluarnya cairan. Cairan dari telinga tengah ini
merupakan media yang baik untuk pertumbuhan mikroorganisme. Jika pertumbuhannya
cepat, telinga tengah akan terinfeksi.3-7

11
Case : Otitis Media Akut Stadium Perforasi 2013

ISPA RADANG UDEMAKONKA

SUPLAI O2 DI MUKOSA
SUMBATAN
KAVUM & MEMBRAN
TUBA EUSTACHIUS
VASODILATASI
TIMPANI BERKURANG

TIDAK ADA SUPLAI KUMAN MASUK


HIPEREMIS
MAKANAN DARI SEL

EPITEL JARINGAN

DEGENERASI

TEKANAN
EKSUDAT
MEMBRAN TIMPANI

SUPURASI PERFORASI
Patofisiologi stadium OMA

Patogenesis terjadi otitis media (OMA – OME – OMSK / OMP)

12
Case : Otitis Media Akut Stadium Perforasi 2013

GEJALA KLINIK
Gejala klinik otitis media supuratif akut (OMA) tergantung dari stadium penyakit dan
umur penderita.

Ada 5 stadium otitis media supuratif akut (OMA) yaitu berdasarkan perubahan
mukosa telinga tengah atau gambaran membran timpani yang diamati melalui liang telinga
luar, yaitu :3-8

1. Stadium Oklusi Tuba Eustachius


Stadium oklusi tuba Eustachius terdapat sumbatan tuba Eustachius yang ditandai oleh
retraksi membran timpani akibat terjadinya tekanan negatif di dalam telinga tengah karena
adanya absorpsi udara. Selain retraksi, membran timpani kadang-kadang tetap normal (tidak
ada kelainan) atau hanya berwarna keruh pucat atau terjadi efusi tetapi tidak dapat dideteksi.
Stadium oklusi tuba Eustachius dari OMA sulit kita bedakan dengan tanda dari otitis media
serosa yang disebabkan virus dan alergi.

2. Stadium Hiperemis (Pre Supurasi)


Stadium hiperemis (pre supurasi) akibat pelebaran pembuluh darah di membran
timpani yang ditandai oleh membran timpani mengalami hiperemis, edema mukosa dan
adanya sekret eksudat serosa yang sulit terlihat.

3. Stadium Supurasi
Stadium supurasi ditandai oleh terbentuknya sekret eksudat purulen (nanah) di kavum
timpani. Selain itu edema pada mukosa telinga tengah makin hebat dan sel epitel superfisial
hancur. Ketiganya menyebabkan terjadinya bulging (penonjolan) membrana timpani ke arah
liang telinga luar.

Pasien akan tampak sangat sakit, nadi & suhu meningkat dan rasa nyeri di telinga
bertambah hebat. Anak selalu gelisah dan tidak bisa tidur nyenyak.

Stadium supurasi yang berlanjut dan tidak tertangani dengan baik akan menimbulkan
ruptur membran timpani akibat timbulnya nekrosis mukosa dan submukosa membran
timpani. Daerah nekrosis terasa lebih lembek dan berwarna kekuningan. Nekrosis ini
disebabkan oleh terjadinya iskemia akibat tekanan kapiler membran timpani karena
penumpukan nanah yang terus berlangsung di kavum timpani dan akibat tromboflebitis vena-
vena kecil.

13
Case : Otitis Media Akut Stadium Perforasi 2013

Keadaan stadium supurasi dapat kita tangani dengan melakukan miringotomi. Bedah
kecil ini kita lakukan dengan membuat luka insisi pada membran timpani sehingga nanah
akan keluar dari telinga tengah menuju liang telinga luar. Luka insisi pada membran timpani
akan mudah menutup kembali sedangkan ruptur lebih sulit menutup kembali. Bahkan
membran timpani bisa tidak menutup kembali jika membran timpani tidak utuh lagi
(perforasi).

4. Stadium Perforasi
Stadium perforasi ditandai oleh ruptur membran timpani sehingga sekret berupa
nanah yang jumlahnya banyak akan mengalir dari telinga tengah ke liang telinga luar.
Kadang-kadang pengeluaran sekret bersifat pulsasi (berdenyut). Stadium ini sering
disebabkan oleh terlambatnya pemberian antibiotik dan tingginya virulensi kuman.

Setelah nanah keluar, anak berubah menjadi lebih tenang, suhu menurun dan bisa
tidur nyenyak.

Jika membran timpani tetap perforasi dan pengeluaran sekret (nanah) tetap
berlangsung selama lebih 3 minggu maka keadaan ini disebut otitis media supuratif subakut.
Jika kedua keadaan tersebut tetap berlangsung selama lebih dari 1,5-2 bulan maka keadaan
itu disebut otitis media supuratif kronik (OMSK).

5. Stadium Resolusi
Stadium resolusi ditandai oleh membran timpani berangsur normal hingga perforasi
membran timpani menutup kembali dan sekret purulen tidak ada lagi. Stadium ini
berlangsung jika membran timpani masih utuh, daya tahan tubuh baik, dan virulensi kuman
rendah. Stadium ini didahului oleh sekret yang berkurang sampai mengering.

Apabila stadium resolusi gagal terjadi maka akan berlanjut menjadi otitis media
supuratif kronik (OMSK). Kegagalan stadium ini berupa membran timpani tetap perforasi
dan sekret tetap keluar secara terus-menerus atau hilang timbul.

OMA dapat menimbulkan gejala sisa (sequele) berupa otitis media serosa. Otitis
media serosa terjadi jika sekret menetap di kavum timpani tanpa mengalami perforasii
membran timpani.3,4

14
Case : Otitis Media Akut Stadium Perforasi 2013

Gejala klinik OMA berdasarkan umur penderita, yaitu :

 Bayi dan anak kecil. Gejalanya : demam tinggi bisa sampai 390C (khas), anak gelisah
dan sulit tidur, tiba-tiba menjerit saat tidur, diare, kejang-kejang, dan kadang-kadang
memegang telinga yang sakit.
 Anak yang sudah bisa bicara. Gejalanya : biasanya rasa nyeri dalam telinga, suhu
tubuh tinggi, dan riwayat batuk pilek.
 Anak lebih besar dan orang dewasa. Gejalanya : rasa nyeri dan gangguan
pendengaran (rasa penuh dan pendengaran berkurang).
PEMERIKSAAN KLINIK & PENUNJANG
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala (anamnesis riwayat penyakit) dan hasil
pemeriksaan telinga dengan otoskop. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara
lain pemeriksaan audiologi (timpanometri, audiometri) dan radiologi. Untuk menentukan
organisme penyebabnya dilakukan pembiakan dan uji resistensi terhadap nanah atau cairan
lainnya dari telinga.7,8

DIAGNOSIS BANDING

15
Case : Otitis Media Akut Stadium Perforasi 2013

Pada stadium oklusi, OMA sukar dibedakan dengan otitis media serosa yang
disebabkan oleh virus atau alergi, karena kadang2 tidak tampak kelainan pada membran
timpani atau hanya berwarna keruh pucat.

PENCEGAHAN

Untuk mengurangi insidens dari OMA, beberapa hal yang dapat dilakukan seperti
menjaga kebersihan, hindari terpajan asap rokok, berikan ASI secara adekuat pada bayi, bila
perlu dapat diberikan vaksinasi Pneumokokus.

TERAPI

Terapi OMA bergantung pada stadium penyakitnya. Pengobatan pada stadium awal
ditujukan untuk mengobati infeksi saluran napas, dengan pemberian antibiotik, dekongestan
lokal atau sistemik, dan antipiretik.

Infeksi diobati dengan antibiotika per-oral. Pilihan pertama adalah amoxicillin, untuk
penderita dewasa bisa diberikan penisilin dosis tinggi. Obat flu yang mengandung
phenilephrine bisa membantu membuka tuba Eustachius dan jika terdapat alergi bisa
diberikan antihistamin. Tindakan operasi yang dapat dilakukan antara lain timpanosentesis,
miringotomi, dan pemasangan tympanostomy tube. 6,7

1. Stadium Oklusi
Terapi ditujukan untuk membuka kembali tuba Eustachius sehingga tekanan negatif di
telinga tengah hilang. Diberikan obat tetes hidung HCl efedrin 0,5 % dalam larutan fisiologis
untuk anak < 12 tahun atau HCl efedrin 1 % dalam larutan fisiologis untuk anak diatas 12
tahun dan dewasa. Sumber infeksi lokal harus diobati. Antibiotik diberikan bila penyebabnya
kuman.

2. Stadium Presupurasi
Diberikan antibiotik, obat tetes hidung dan analgesik. Bila membran timpani sudah
terlihat hiperemis difus, sebaiknya dilakukan miringotomi. Dianjurkan pemberian antibiotik
golongan penisilin atau eritromisin. Jika terjadi resistensi, dapat diberikan kombinasi dengan
asam klavulanat atau sefalosporin. Untuk terapi awal diberikan penisilin intramuskular agar
konsentrasinya adekuat di dalam darah sehingga tidak terjadi mastoiditis terselubung,
gangguan pendengaran sebagai gejala sisa dan kekambuhan. Antibiotik diberikan minimal
selama 7 hari. Apabila pasien alergi terhadap penisilin, maka diberikan eritromisin.3,7

16
Case : Otitis Media Akut Stadium Perforasi 2013

Pada anak diberikan ampisilin 50-100 mg/kgbb/hari dibagi dalam 4 dosis, amoksisilin
40 mg/kgbb/hari dibagi dalam 3 dosis, atau eritromisin 40 mg/kgbb/hari.7

3. Stadium Supurasi
Selain antibiotik, pasien harus dirujuk untuk melakukan miringotomi bila
membran timpani masih utuh sehingga gejala cepat hilang dan tidak terjadi ruptur.
4. Stadium Perforasi
Terlihat sekret banyak keluar, kadang secara berdenyut. Diberikan obat cuci

telinga H2O2 3% selama 3-5 hari serta antibiotik yang adekuat sampai 3 minggu.
Biasanya sekret akan hilang dan perforasi akan menutup sendiri dalam 7-10 hari.3
5. Stadium Resolusi
Membran timpani berangsur normal kembali, sekret tidak ada lagi, dan perforasi
menutup. Bila tidak terjadi resolusi, antibiotik dapat dilanjutkan sampai 3 minggu. Bila 3
minggu setelah pengobatan sekret masih tetap banyak, kemungkinan telah terjadi mastoiditis.

Berikut ini merupakan aturan dalam penatalaksanaan medikamentosa dan tindakan


operatif :

 Aturan pemberian obat tetes hidung :

17
Case : Otitis Media Akut Stadium Perforasi 2013

o Bahan. HCl efedrin 0,5% dalam larutan fisiologis untuk anak berusia dibawah
12 tahun. HCl efedrin 1% dalam larutan fisiologis untuk anak berusia diatas
12 tahun dan orang dewasa.
o Tujuan. Untuk membuka kembali tuba Eustachius yang tersumbat sehingga
tekanan negatif dalam telinga tengah akan hilang.3,7,8

 Aturan pemberian obat antibiotik :


o Stadium oklusi. Berikan pada otitis media yang disebabkan kuman bukan
otitis media yang disebabkan virus dan alergi (otitis media serosa).

18
Case : Otitis Media Akut Stadium Perforasi 2013

o Stadium hiperemis (pre supurasi). Berikan golongan penisilin atau ampisilin


selama minimal 7 hari. Golongan eritromisin dapat kita gunakan jika terjadi
alergi penisilin. Penisilin intramuskuler (IM) sebagai terapi awal untuk
mencapai konsentrasi adekuat dalam darah. Hal ini untuk mencegah terjadinya
mastoiditis, gangguan pendengaran sebagai gejala sisa dan kekambuhan.
Berikan ampisilin 50-100 mg/kgbb/hr yang terbagi dalam 4 dosis, amoksisilin
atau eritromisin masing-masing 50 mg/kgbb/hr yang terbagi dalam 3 dosis
pada pasien anak.
o Stadium resolusi. Lanjutkan pemberiannya sampai 3 minggu bila tidak terjadi
resolusi. Tidak terjadinya resolusi dapat disebabkan berlanjutnya edema
mukosa telinga tengah. Curigai telah terjadi mastoiditis jika sekret masih
banyak setelah kita berikan antibiotik selama 3 minggu.
 Aturan tindakan miringotomi :3,8
o Stadium hiperemis (pre supurasi). Bisa kita lakukan bila terlihat hiperemis
difus.
o Stadium supurasi. Lakukan jika membran timpani masih utuh. Keuntungannya
yaitu gejala klinik lebih cepat hilang dan ruptur membran timpani dapat kita
hindari.
 Aturan pemberian obat cuci telinga :
o Bahan. Berikan H2O22 3% selama 3-5 hari.
o Efek. Bersama pemberian antibiotik yang adekuat, sekret akan hilang dan
perforasi membran timpani akan menutup kembali dalam 7-10 hari.

Miringotomi dilakukan jika nyerinya menetap atau hebat, demam, muntah atau diare
atau jika gendang telinga menonjol. Pada prosedur ini dibuat sebuah lubang pada gendang
telinga untuk mengeluarkan cairan dari telinga tengah. Pembuatan lubang ini tidak akan
mengganggu fungsi pendengaran penderita dan nantinya akan menutup kembali dengan
sendirinya.3,7

Miringotomi ialah tindakan insisi pada pars tensa membran timpani agar terjadi
drainase sekret dari telinga tengah ke liang telinga luar. Istilah ini sering dikacaukan dengan
parasintesis dimana parasintesis berarti punksi pada membran timpani untuk mendapatkan
sekret guna pemeriksaan mikrobiologik. Miringotomi merupakan tindakan pembedahan kecil
yang dilakukan dengan syarat harus dilakukan secara a-vue (dilihat langsung), anak harus

19
Case : Otitis Media Akut Stadium Perforasi 2013

tenang dan dapat dikuasai sehingga membran timpani dapat dilihat dengan baik. Lokasi
miringotomi ialah di kuadran postero-inferior. Untuk tindakan ini haruslah memakai lampu
kepala yang cukup terang, corong telinga yang sesuai dengan besar liang telinga, pisau
parasintesis ukuran kecil dan steril.

Komplikasi miringotomi yang mungkin terjadi ialah perdarahan akibat trauma pada
liang telinga luar, dislokasi tulang pendengaran, trauma pada fenestra rotundum, trauma
nervus fasialis, trauma pada bulbus jugulare (bila ada anomali letak). Untuk menghindari
komplikasi dianjurkan untuk melakukan miringotomi dengan narkose umum dan memakai
mikroskop, hanya dengan cara ini biaya lebih mahal. Bila terapi yang diberikan sudah
adekuat, sebenarnya miringotomi tidak perlui dilakukan, kecuali bila jelas tampak adanya
nanah di telinga tengah.

KOMPLIKASI
Sebelum adanya antibiotik, otitis media akut (OMA) dapat menimbulkan komplikasi,
mulai dari abses subperiosteal sampai abses otak dan meningitis. Sekarang semua jenis
komplikasi tersebut biasanya didapat pada OMSK.3,6,8

Komplikasi yang bisa timbul jika otitis media tidak segera diobati adalah mastoiditis,
perforasi gendang telinga dengan cairan yang terus menerus keluar. Komplikasi lebih lanjut
seperti infeksi ke otak walau jarang masih mungkin terjadi, sumbatan pembuluh darah akibat
tromboemboli juga bisa terjadi.

Komplikasi yang serius adalah:

 Infeksi pada tulang di sekitar telinga tengah (mastoiditis atau petrositis)


 Labirintitis (infeksi pada kanalis semisirkuler)
 Kelumpuhan pada wajah
 Tuli
 Peradangan pada selaput otak (meningitis)
 Abses otak.
Tanda-tanda terjadinya komplikasi:

- sakit kepala
- tuli yang terjadi secara mendadak
- vertigo (perasaan berputar)

20
Case : Otitis Media Akut Stadium Perforasi 2013

- demam dan menggigil.

PROGNOSIS
Dengan diagnosis dini dan penanganan yang tepat, penyakit ini memberikan
prognosis yang lebih baik

BAB III

KESIMPULAN

 Otitis media ialah peradangan sebagian atau seluruh telinga tengah, tuba Eustachius,
antrum mastoid dan sel-sel mastoid.
 OMA perlu mendapat perhatian khusus pada anak-anak dengan infeksi saluran
pernapasan atas karena sering OMA terjadi pada anak-anak didahului oleh ISPA. Hal
ini dikarenakan pada anak tuba Eustachius lebih pendek, lebih datar dan lebih
horisontal.
 Pada OMA terdapat 5 stadium yaitu: (1) stadium oklusi tuba Eustachius, (2) stadium
hiperemis, (3) stadium supurasi, (4) stadium supurasi dan (5) stadium supurasi.
 Pada stadium supurasi, pasien akan tampak sangat sakit, nadi & suhu meningkat dan
rasa nyeri di telinga bertambah hebat. Jika terjadi pada anak-anak biasanya selalu
gelisah dan tidak bisa tidur nyenyak. Oleh karena itu pada stadium ini perlu dilakukan
miringotomi sehingga luka penyembuhan akan menutup kembali dibandingkan jika
terjadi ruptur.
 Terapi pengobatan pada OMA tergantung dari stadium penyakitnya. Apabila terapi
tepat dan adekuat, maka komplikasi lebih lanjut dapat dicegah dan prognosisnya akan
lebih baik.

21
Case : Otitis Media Akut Stadium Perforasi 2013

DAFTAR PUSAKA

1. Stephen L. Liston, Arndt J. Duvall, III. Embriologi, Anatomi dan Fisiologi Telinga. Buku
Ajar Penyakit THT, Edisi 6, Jakarta, EGC; h 27- 38
2. Djaafar ZA. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala leher. Edisi 6.
Jakarta : FKUI.2007.
3. Adams GL, Boies LR, Higler PA. Penyakit Telinga Tengah dan Mastoid. Boies, Buku
Ajar Penyakit THT Ed. 6. Jakarta:EGC.
4. Anonim. Ear Discharge. 2008. Diunduh dari http://www.myhealth.gov.my/myhealth pada
tanggal 28 Augustus 2013.
5. John D Donaldson, MD, FRCS(C), FAAP,, dkk. Acute Otitis Media.
http://emedicine.medscape.com/article/859316-overviewpada tanggal 28 Augustus
2013.
6. PL D, Shruti D, Deeksha D. Diseases of ear, nose and throat. Reed Elsevier India Ptd Ltd.
New Delhi: 2010.
7. Allan S. Lieberthal, dkk. The Diagnosis and Management of Acute Otitis Media, Official
Journal of the American Academy Pediatrics. Diunduh dari
http://pediatrics.aappublications.org/content/early/2013/02/20/peds.2012-
3488.full.pdf pada tanggal 28 Augustus 2013
8. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi keenam. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 2008. h; 64-77.

22
Case : Otitis Media Akut Stadium Perforasi 2013

STATUS PASIEN

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)

Jl. Terusan Arjuna no.6 Kebon Jeruk, Jakarta-Barat.

KEPANITERAAN KLINIK

STATUS ILMU PENYAKIT THT

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

Hari/ Tanggal Ujian/ Presentasi kasus:

SMF PENYAKIT THT

RUMAH SAKIT: RSUD TARAKAN, JAKARTA

Nama : Nur Wahidah Bt Ahmad Ruzaini Tanda Tangan

Nim : 11-2011-250

Dr Pembimbing/Penguji : dr Weindy, SpTHT-KL

IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. J Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 37 tahun Agama : Islam
Pekerjaan : Sekuriti Pendidikan : SMA
Alamat : Kemanggisan, Jakarta Status Menikah : Menikah

ANAMNESA

Diambil secara : Autoanamnesis

Pada tanggal : 26/8/ 2013 Jam : 10.00 WIB

Keluhan utama : Nyeri telinga kiri sejak 7 hari yang lalu

Keluhan tambahan : Keluar cairan dan pendengaran menurun

23
Case : Otitis Media Akut Stadium Perforasi 2013

Riwayat perjalanan penyakit (RPS):

7 hari SMRS, pasien mengeluh rasa nyeri pada telinga kiri.Pasien merasakan di
telinga kirinya itu seperti ada kemasukan air (rasa seperti 'penuh'), tetapi apabila dimiringkan
kepalanya tiada air yang keluar.Pasien kemudian menggunakan “cotton bud” untuk
menghilangkan rasa penuh di dalam telinganya dan berasa enak setelah itu.

5 hari SMRS, pasien mengeluh nyeri di telinga kirinya makin bertambah sehingga
menggangu waktu tidur malamnya.Pendengarannya juga mula agak terganggu sedikit dan pasien
mengeluh telinganya berdengung.Pasien kemudian mengatakan adanya keluar cairan dari
telinga secara tiba- tiba.Cairan berwarna encer dan tidak berbau.Riwayat pasien mengalami
alergi terhadap debu-debu, udara yang dingin dan makanan disangkal. .

4 hari SMRS, pasien memutuskan untuk berobat ke Puskesmas berdekatan


rumahnya.Keluhan dirasakan berkurang setelah cairan dari telinga keluar namun masih tetap
sakit sedikit. Pasien juga mengatakan pendengarannya masih tidak membaik dan masih
berdengung. Di Puskesmas, pasien diberi 3 macam obat yaitu obat tetes telinga dan 2 obat
minum yaitu Amoksisilin dan lupa nama obat satu lagi.

1 hari SMRS, cairan masih tetap keluar sedikit, berwarna encer dan tidak
berbau.Nyeri yang dirasakan telah berkurang, namun tetap menganggu aktivitas harian
terutama saat mau tidur.Pasien mengeluh pendengarannya masih belum membaik dan masih
berdengung.Karena khawatir akan kondisi telinga kanannya yang berdengung, keluar cairan
dan penurunan pendengaran itu, pasien mengambil keputusan untuk berobat ke dokter THT
di RSUD Tarakan

Pasien menolak adanya riwayat penyakit telinga sewaktu kecil.Pasien juga


mengatakan dirinya jarang demam atau pilek, hanya batuk kering sahaja terutama saat
malam.Pasien mengatakan dirinya jarang minum es dan tidak merokok.Pasien mengatakan
pekerjaan seharian tidak terpapar pada lingkungan bising.Riwayat trauma disangkal. Riwayat
allergi terhadap debu, udara dingin dan makanan disangkal

Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)

Riwayat sakit serupa sebelum ini : disangkal

Riwayat alergi : disangkal

24
Case : Otitis Media Akut Stadium Perforasi 2013

Riwayat trauma : disangkal

Riwayat lain : batuk kering

Riwayat Penyakit Keluarga (RPK)

Diabetes Mellitus (-), Hipertensi (-), Asma (-), Allergi (-)

PEMERIKSAAN FISIK

Status Presens
 Keadaan umum. : tampak sakit ringan
 Kesadaran : compos mentis
 Status Gizi : cukup
 Nadi : 100 x/menit
 Tensi : 110/70 mmHg
 Suhu : 36,5 0 C
 RR : 20 x/menit

Kepala dan Leher


 Kepala : normosefali
 Wajah : simetris
 Leher anterior : KGB tidak teraba membesar
 Leher posterior: KGB tidak teraba membesar
 Lain – lain : Pembesaran Kelenjar Tiroid (-)

TELINGA

KANAN KIRI
Bentuk daun telinga Normal Normal
Kelainan kongenital Tidak ada Tidak ada
Radang, tumor Tidak ada Tidak ada
Nyeri tekan tragus Tidak ada Tidak ada
Penarikan daun telinga Tidak ada Tidak ada
Kelainan pre, infra, Abses (-), hiperemis (-), nyeri Abses (-), hiperemis (-), nyeri

25
Case : Otitis Media Akut Stadium Perforasi 2013

retroaurikuler tekan (-), benjolan (-) tekan (-), benjolan (-)


Region Mastoid Abses (-), tidak nyeri tekan Abses (-), tidak nyeri tekan
Liang telinga Lapang, furunkel (-), jaringan Lapang, furunkel (-), jaringan
granulasi (-), serumen (+), granulasi (-), serumen (-),
sekret (-). sekret (-).

Membran timpani Utuh, refleks cahaya (+), Refleks cahaya (-), hiperemis
hiperemis (-), retraksi (-), (-), retraksi (-), perforasi (+).
perforasi (-)

TES PENALA

KANAN KIRI
Rinne Positif Negatif
Weber Lateralisasi ke telinga kiri Lateralisasi ke telinga kiri
Swabach Sesuai pemeriksa Memanjang
Penala yang dipakai 512 Hz 512Hz

Kesan: Terdapat tanda-tanda peradangan telinga tengah dan tuli konduktif telinga kiri

HIDUNG

 Bentuk : Normal
 Tanda peradangan : Hiperemis (-), udem (-), tumor (-),
 Daerah sinus frontalis dan maksilaris : Tidak nyeri tekan
 Vestibulum : Sekret encer (-), furunkel (-), krusta (+)
 Cavum nasi : Lapang, polip hidung (-)
 Konka inferior kanan/kiri : Hiperemis (-), udem (-) kanan dan kiri
 Meatus nasi inferior kanan/kiri : Sekret (-) kanan dan kiri
 Konka medius kanan/kiri : Tidak dapat dinilai kanan dan kiri
 Meatus nasi medius kanan/kiri : Tidak dapat dinilai kanan dan kiri
 Septum nasi : Normal, tidak ada deviasi.

26
Case : Otitis Media Akut Stadium Perforasi 2013

RHINOPHARYNX

 Koana : Tidak dilakukan


 Septum nasi posterior : Tidak dilakukan
 Muara tuba eustachius : Tidak dilakukan
 Tuba eustachius : Tidak dilakukan
 Torus tubarius : Tidak dilakukan
 Post nasal drip : Tidak dilakukan

PEMERIKSAAN TRANSILUMINASI

 Sinus frontalis kanan, grade : Tidak dilakukan


 Sinus frontalis kiri, grade : Tidak dilakukan
 Sinus maxillaris kanan, grade : Tidak dilakukan
 Sinus maxillaris kiri, grade : Tidak dilakukan

TENGGOROK

FARING

 Dinding faring : hiperemis (+), granul (-), post nasal drip (-)
 Arcus : Hiperemis (+)
 Tonsil : T1-T1 tenang, hiperemis (-), kripta (+), melebar (-), dentritus (-).
 Uvula : Bentuk normal, hiperemis (-)
 Gigi : semua gigi dalam batas normal, tiada gigi yang rosak
 Lain-lain : (-)

LARING

 Epiglotis : Tidak dilakukan


 Plica aryepiglotis : Tidak dilakukan
 Arytenoids : Tidak dilakukan
 Ventricular band : Tidak dilakukan
 Pita suara : Tidak dilakukan

27
Case : Otitis Media Akut Stadium Perforasi 2013

 Rima glotidis : Tidak dilakukan


 Cincin, trakea : Tidak dilakukan
 Sinus piriformis : Tidak dilakukan
 Kelenjar limfe submandibula dan cervical : Tidak membesar

RESUME

Dari anamnesa didapatkeluhan :Nyeri pada telinga kiri pasien sejak7 hari SMRS. Pasien
merasa pendengaran menurun dan bunyi berdengung.Menolak ada riwayat demam dan pilek
sebelumnya.Pasien mengatakan terdapat cairan bening encer keluar dari telinga kiri.Nyeri di
telinga kirinya berkurang setelah cairan keluar dari telinga.Riwayat mengorek telinga ada dan
riwayat alergi terhadap debu, dingin dan makanan disangkal.Riwayat berobat ke puskesmas
dan diberikan 3 macam obat yaitu obat tetes telinga dan 2 jenis obat minum yaitu
Amoksisilin dan lupa nama satu lagi. Riwayat penyakit telinga sewaktu kecil (-), riwayat
trauma (-).

Dari pemeriksaan didapatkan pada :

Telinga kanan

Membran timpani utuh, refleks cahaya (+), warna membran timpani kemerahan.Liang telinga
lapang dan tidak hiperemis. Pada pemeriksaan tes pendengaran dengan penala 512Hz,
didapatkan pendengaran dalam batas normal

Teling kiri

Refleks cahaya (-), serumen (-), tiada retraksi dan perforasi pada membran timpani.Liang
telinga lapang dan tidak hiperemis. Pada pemeriksaan tes pendengaran dengan penala 512Hz
didapatkan tuli konduktif

Hidung

Tidak didapatkan udem konka media dan inferior kanan dan kiri, hiperemis (-) , sekret (-),
krusta (+) di vestibulum nasi kanan dan kiri

28
Case : Otitis Media Akut Stadium Perforasi 2013

Tenggorok

Didapatkan dinding posterior faring hiperemis (+), tonsil T1-T1 tenang, dan post nasal drip (-).

WORKING DIAGNOSIS (WD/)

Otitis Media Akut stadium perforasi AS

Faringitis akut

DIAGNOSA BANDING (DD/)

Otitis Media Efusi/Otitis Media Serosa AS

PROGNOSIS

Dubia ad Bonam

PENATALAKSANAAN

1. Antibiotik. Untuk menghilangkan infeksi dari bakteri. Yang dapat diberikan adalah
cefadroxil yaitu antibiotik golongan sefalosporin generasi 1.Cefadroxil kapsul 500mg
3x1. Selama 5 hari.
2. Diberikan obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari.

3. Dekongestan.
Dekongestan merupakan agen simpatomimetik yang bertindak pada reseptor dalam
mukosa nasal yang menyebabkan pembuluh darah mengecil. Selain itu juga dapat
mengurangi pembengkakan mukosa hidung dan melegakan pernafasan. Dekongestan
apabila dikombinasikan dengan antihistamin sangat efektif melegakan tanda-tanda
rinitis terutama bila hidung sumbat. Obat dekongestan yang biasa digunakan antara
lain pseudoefedrin dan efedrin. Obat dekongestan dapat diberikan secara tunggal atau
kombinasi dengan antihistamin H1 lokal atau peroral. Contohnya obat Rhinofed.

29
Case : Otitis Media Akut Stadium Perforasi 2013

ANJURAN

 Melakukan pemeriksaan untuk menilai keadaan telinga tengah seperti test


timpanometri dan audiometri.

 Kontrol lagi ke spesialis THT seminggu kemudian.

Mencegah daripada kekambuhan ISPA pada pasien

PEMBAHASAN

Otitis media merupakan suatu peradangan pada telingah tengah. Otitis dapat
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yang paling sering ialah sumbatan tuba
eustachius akibat infeksi. Selain itu, otitis media dapat juga merupakan suatu komplikasi
akibat penyakit lain misalnya rhinitis, sinusitis, faringitis, otitis eksterna, dan lain-lain. Gejala
yang sering ditimbulkan pada otitis media biasanya ialah rasa nyeri, pendengaran berkurang,
demam, pusing, juga kadang disertai mendengar suara dengung (tinitus).
Pada kasus di atas, pasien mengalami nyeri di telinga kirisejak 7 hari SMRS. Pasien juga
mengalami penurunan pendengaran dan disertai pendegaran berdengung. Pasien mengeluh
terasa seperti telinga kemasukan air. 5 hari SMRS, pasien mengeluh keluar cairan di telinga
kirinya itu secara tiba- tiba. Cairan berwarna encer dan tidak berbau.Untuk menegakkan
diagnosis otitis media, perlu dilakukan pemeriksaan otoskopi. Ditemukan pada membran
timpani telinga kiri sudah perforasi. Tidak terdapat refleks cahaya. Kemungkinan stadium
otitis medianya ialah stadium perforasi. Pada pemeriksaan tes pendengaran dengan penala
512Hz didapatkan tuli konduktif

Pengobatan yang diberikan pada pasien di atas ialah pemberian antibiotik (cefadroxil
tablet),dekongestan yaitu Rhinofed, dan obat cuci telinga (H2O2 3 %). Kemudian pasien
diminta untuk kontrol lagi 1 minggu jika gejala tidak hilang dan untuk evaluasi
perkembangan penyakitnya itu.

30

Anda mungkin juga menyukai