Kelompok 3 Mka Fix
Kelompok 3 Mka Fix
PENDAHULUAN
pengelolaan air dalam upaya mempertahankan mutu suatu perairan terutama bagi
bahan-bahan kimia yang terlarut, nutrien dan bahan organik), sementara aspek
yang disebabkan oleh berbagai jenis aktivitas. Beberapa jenis aktivitas utama yang
mempengaruhi kualitas air yang digunakan untuk budidaya perikanan antara lain:
(1) kegiatan domestik, (2) kegiatan industri dan (3) kegiatan pertanian dan
jumlah yang sedikit, tetapi justru aktif pada konsentrasi yang rendah. Selain itu,
sedimen termasuk mempengaruhi kualitas air yang cukup besar ketika terjadi
lain. Belum lagi, efluen organik yang dihasilkan oleh peternakan dapat
nitrat dan fosfat yang larut dalam air), yang berasal dari penguraian limbah
organik seperti limbah cair atau pelepasan pupuk nitrat, yang jika berlebihan dapat
1
Melihat banyaknya permasalahan pada kualitas perairan akan mengganggu
praktikum manajemen kualitas air dapat mengetahui kondisi perairan yang sesuai
untuk budidaya.
Ikan Air Tawar Sirawak, Ungaran, Semarang dan mengetahui perbedaan kualitas
Manajemen Kualitas air di Balai Benih Ikan Air Tawar Sirawak, Ungaran,
Semarang dan mengetahui perbedaan kualitas air dan tanah setiap lokasi
sampling.
1.4. Waktu Dan Tempat
2015 bertempat di Balai Benih Ikan Air Tawar Siwarak, Ungaran, Semarang dan
Semarang.
2
2.2.1. Parameter fisika
a. suhu air
Suhu sangat berpengaruh terhadap proses-proses yang terjadi dalam
badanair. Suhu air buangan kebanyakan lebih tinggi daripada suhu badan air. Hal
aspekkesehatan habitat dan biota air lainnya. Kenaikan suhu air akan
dalam airmenurun. (2) kecepatan reaksi kimia meningkat. (3) kehidupan ikan dan
hewan airlainnya terganggu.(4) jika batas suhu yang mematikan terlampaui, ikan
peningkatan viskositas, reaksi kimia, evaporasi. Selain itu peningkatan suhu juga
oleh organisme akuatik sekitar 2-3 kali lipat. Kisaran suhu optimum bagi
dan penetrasi cahaya matahari ke dalam perairan. Partikel yang terlarut pada
perairan dapat menghambat cahaya yang akan datang, sehingga partikel tersebut
3
dapat menurunkan intensitas cahaya yang tersedia bagi organisme fotosintesis
cahaya dan visibel untuk mata pada umumnya. Nilai kecerahan dinyatakan dalam
satuan meter. Nilai ini sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran,
(Effendi, 2003).
150 cm. Semakin dalam dasar kolam permukaan air di kolam tersebut, maka
semakin luas ruang gerak ikan. Salah satu pertimbangan dalam menentukan
kedalaman suatu kolam, yaitu kemampuan sinar atau cahaya matahari untuk
c. warna air
Menurut Effendi (2003), warna perairan biasanya dikelompokkan menjadi
dua, yaitu warna sesungguhnya (true color) dan warna tampak (apparent color).
4
yang dapat menyebabkan kekeruhan dipisahkan terlebih dahulu. Warna tampak
adalah warn yang tidak hanya disebabkan oleh bahan terlarut, tetapi juga oleh
bahan tersuspensi.
Warna perairan ditimbulkan oleh adanya bahan organik dan bahan
anorganik, karna keberadaan plankton, humus, dan ion – ion logam (misalnya besi
dan mangan), serta bahan – bahan lain. Adanya oksidasi besi menyebabkan air
mangan sebanyak 0,05 mg/liter sudah cukup dapat menimbulkan warna pada
dengan suatu PtCo), dengan membandingkan warna air sampel dan warna standar,
Air yang memiliki nilai kekeruhan rendah biasanya memiliki warna nilai tampak
dan warna sesungguhnya yang sama dengan standar. Warna air dapat menghambat
fotosintesis.
d. bau
Bau adalah udara yang ditangkap oleh indera penciuman. Persoalan bau di
kolam secara umum disebabkan oleh empat penyebab, antara lain: rendahnya
polusi kimia dan kondisi geologi. Peningkatan tingkat kandungan oksigen dan
diminimalkan dan gas bau dapat dihilangkan dari air (Rochdianto, 1995).
Menurut Effendi (2004), menyatakan bahwa kondisi perairan yang baik untuk
seperti sisa pakan dan pupuk organik akan dapat menimbulkan bau busuk yang
5
disebabkan oleh proses dekomposisi yang menghasilkan gas sulfida, fosfor serta
amonia. Timbulnya bau pada air lingkungan merupakan indikasi kuat bahwa air
telah tercemar. Bau dapat menunjukkan apakah suatu air limbah masih baru atau
telah membusuk. Banyak bau yang tidak sedap disebabkan karena adanya
campuran dari nitrogen, sulfur, fosfor dan juga berasal dari pembusukan protein
horizontal dan vertikal masa air. Arus dapat menyebabkan terjadinya kerusakan
fisik pada sungai dan muara sungai, seperti pengikisan darat, pemindahan sedimen
dan sebagainya. Disamping itu besarnya volume air yang mengalir dan kuatnya
pasang surut, akan mem pengaruhhi sistema arus pada muara sungai (Uktoselya,
1991). Arus adalah gerak air (atau udara atau fluida lainnya) yang mengalir. Alat
yang digunakan untuk mengukur kecepatan arus atau air di suatu lokasi, biasanya
Jenis gerakan air adalah suatu sifat lingkungan yang sangat penting karena ini
oksigen di udara karena di pengaruhi gerakan air / arus yang kencang. Kecepatan
Arus yang terukur berkisar 16-17 m/detik. Kecepatan Arus tersebut dapat
digolongkan kecepatan arus yang relatif lemah. Kecepatan Arus yang terlalu
6
Derajat keasaman (pH) dalam suatu perairan merupakan salah satu
diukur dari jumlah ion hidrogen menggunakan rumus pH = -log (H+). Air murni
terdiri dari ion H+dan OH- dalam jumlah berimbang hingga Ph air murni biasa 7.
Makin banyak banyak ion OH+ dalam cairan makin rendah ion H+ dan makin
tinggi pH. Cairan demikian disebut cairan alkalis. Sebaliknya, makin banyak H+
memadai kehidupan bagi air tambak. Namun, pada keadaan tertantu, dimana air
dasar tambak memiliki potensi keasaman, pH air dapat turun hingga mencapai 4.
Menurut Kordi dan Andi (2009), pH air mempengaruhi tingkat kesuburan
perairan karena mempengaruhi kehidupan jasad renik. Perairan asam akan kurang
oksigen menurun, aktivitas naik dan selera makan akan berkurang. Hal ini
sebaliknya terjadi pada suasana basa. Atas dasar ini, maka usaha budidaya
7
perairan akan berhasil baik dalam air dengan pH 6,5 – 9.0 dan kisaran optimal
Oxygen / DO) berasal dari dua sumber, yakni dari atmosfer dan dari hasil proses
organisme untuk kehidupan, antara lain pada proses respirasi dimana oksigen
energi yang diikuti dengan pembentukan CO2 dan H2O (Wibisono, 2005).
Oksigen yang diperlukan biota air untuk pernafasannya harus terlarut
dalam air. Oksigen merupakan salah satu faktor pembatas, sehinnga bila
segal aktivitas biota akan terhambat. Kebutuhan oksigen pada ikan mempunyai
kepentingan pada dua aspek, yaitu kebutuhan lingkungan bagi spesies tertentu dan
kebutuhan konsumtif yang terandung pada metabolisme ikan (Kordi dan Andi,
2009).
dalam fungsi dari proses biologi seperti proses fotosintesa dan respirasi dan proses
fisika seperti pergerakan air dan suhu. Konsentrasi oksigen di permukaan air
oksigen terlarut di dasar perairan rendah karena pengambilan oleh mikroba untuk
respirasi.
8
Nilai ambang batas kadar oksigen terlarut untuk budidaya ≥ 4 ppm. Pada
umumnya kandungan oksigen sebesar 5 ppm dengan suhu air berkisar antara 20-
yang dibutuhkan oleh tumbuh-tumbuhan air renik maupun tinhkat tinggi untuk
menganggu, bahkan menjadi racu secara langsung bagi biota budidaya, terutama
bentuk gas karbondioksida bebas (CO2), ion bikarbonat (HCO3), ion karbonat
(CO32-), dan asam karbonat (H2CO3). Perairan air tawar alami hampir tidak pernah
memiliki pH > 9 sehingga tidak ditemukan karbon dalam bentuk karbonat. Pada
air tanah, karbon karbonat biasanya sekitar 10 mg/liter karena sifat air tanah yang
9
organisme air, namun kandunganya yang berlebihan sangat mengganggu, bahkan
menjadi racun secara langsung bagi biota budidaya, terutama di kolam dan
hidroksida (OH-) dan juga ion-ion yang jumlahnya kecil seperti borat (BO3-),
fosfat (P043-), silikat (SiO44-) dan sebagainya. Peranan penting alkalinitas dalam
tambak udang antara lain menekan fluktuasi pH pagi dan siang penentu kesuburan
harian yang lebih rendah jika dibandingkan dengan tambak dengan nilai
tinggi, tetapi nilai 120 – 400 mg/l adalah optimal. Kadar alkalinitas yang sangat
Ikan sangat sensitif pada kondisi kadar alkalinitas yang rendah. Perairan dengan
total alkalinitas yang tinggi telah berkaitan dengan endapan batu kapur tanah.
10
Nilai kadar alkalinitas yang tinggi biasanya terdapat pada perairan dalam, dimana
penguapan konsentrasi ion perairan lebih banyak terjadi dengan alkalinitas rendah
ditemukan pada tanah berpasir dan tanah yang mengandung banyak bahan
organik. Sebagian perairan yang tercemar bahan organik akan memiliki kadar
alkalinitas yang rendah basa umumnya rasa seperti sabun, suatu zat yang dapat
mengubah lakmus merah menjadi biru, serta senyawa yang mengandung gugusan
hirdroksil (OH).
oleh organisme produsen dalam bentuk bahan organik melalui proses fotosintesis
sebagai jumlah karbon yang terdapat dalam material hidup. Tinggi rendahnya
cahay secara kuantitatif dan kualitatif tergantung pada waktu (harian, musiman,
dalam air, partikel tersuspensi dalam air. Intensitas cahaya mempengaruhi tinggi
berarti jika intensitas cahaya terlalu tinggi akan mengurangi produksi energi oleh
11
fotosintesis. Pertumbuhan dan reproduksi fitoplankton dipengaruhi oleh
a. warna tanah
tanah yang paling mudah dibedakan. Warna merupakan petunjuk untuk beberapa
sifat tanah. Tanah dengan drainase jelek atau sering jenuh air berwarna kelabu dan
sebagai penciri suatu horison, tanah dengan regim kelembaban akuik yang kuat
Warna tanah merupakan morfologi tanah yang dapat disidik dan diukur.
Warna tanah merupakan alat yang dapat digunakan untuk membedakan horizon-
horizon tanah dari satu profil secara cepat. Warna tanah merupakan pernyataan
tentang jenis dan kadar bahan organik, keadaan pengatusan dan aerasi tanah yang
12
perkembangan tanah, kadar air tanah termasuk pula dalamnya permukaan air
tanah, dan atau adanya bahan bahan tetentu. Warna tanah dipengaruhi oleh empat
b. tekstur tanah
golongan besar fraksi tanah (pasir, debu dan lempung) dalam suatu massa tanah.
Fraksi tanah dikelompokkan berdasar atas ukuran tertentu, fraksi tanah ini dapat
kasar ataupun halus. Pola sebaran fraksi tanah pada masing-masing horizon
memberikan ciri yang berbeda yakni semakin dalam jeluk maka tekstur tanah
semakin halus. Perbedaan pola sebaran fraksi tanah ini mengindikasikan bahwa
proses pedogenesis tidak berjalan sama dan adanya perbedaan faktor lingkungan.
13
Gambar 1. Segitiga Tekstur Tanah
tanah, seperti berat isi (bulk density), permeabelitas, kadar air, daya adsorpsi, dan
kemudahan tanah untuk diolah. Tekstur tanah-tanah dari batuan tuf/abu volkan
muda bervariasi dari bedebu hingga berpasir, tergantung pada sifat bahan volkan
dalam tanah tersebut. pH optimum untuk ketersediaan unsure hara tanah adalah
sekitar 7.0 karena pada pH ini semua untuk ketersediaan secara maksimum,
14
sedangkan unsure hara mikro tidak maksimum kecuali Mo, sehingga
pengapuran dan perbaruan keadaan kimia dan fisika tanah, terdapat dua jenis
reaksi tanah atau keasaman taman yaitu keaman aktif dan potensial.
pada pH yang berbeda. Saat ini sudah banyak dibuat pH meter jinjing (portable)
yang dapat dibawa ke lapangan. Ada beberapa tipe pH-meter yang dilengkapi
tanah, tetapi dengan syarat kandungan lengas pada saat pengukuran cukup tinggi
disebabkan oleh ion H+ yang dihasilkan pada saat terjadi pelindian kation-kation
pelapukan dan KTK dari koloid tanah dijenuhi oleh kation sampai konsentrasi
tertentu. Faktor lain seperti iklim, perkembangan tanah, dan lain-laim juga akan
15
III. MATERI DAN METODE
3.1. Materi
3.1.1. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum Manajemen Kualitas Air dapat dilihat
pada Tabel 1.
16
kedalaman
18. Kalkulator Sebagai alat untuk menghitung
19. Bola arus Sebagai pengukur arus
20. Tisu gulung Sebagai lap
Sebagai alat dalam pengukuran sisa
21. Kuas lukis
tanah yang tidak tersaring
22. Botol cuka Sebagai wadah reagen
23. Spuit suntik Sebagai alat titrasi
Sebagai alat pengambil larutan dalam
24. Pipet tetes
jumlah sedikit
25. Paralon diameter 8-10 cm Sebagai alat pengambil tanah
26. Saringan tepung Sebagai penyaring
27. Kamera digital Sebagai alat dokumentasi
Sebagai wadah tanah yang telah
28. Aluminium foil
disaring
Sebagai tiang untuk menggantungkan
29. Tiang pancang/kayu 1,5 m botol BOD dan COD di badan
perairan
30. Kertas label besar dan kecil Sebagai penanda
31. Plastik hitam Sebagai penutup botol BOD
3.1.2. Bahan
17
3.2. Metode
a. suhu air
berikut:
perairan.
K= K1+K2
c. warna air
berikut:
18
d. bau
Metode yang digunakan dalam pengamatan bau air adalah sebagai berikut:
e. arus
1. Siapkan bola arus berupa buah jeruk yang diikat dengan tali raffia yang kuat.
2. Ukur kecepatan arus pada inlet serta outlet badan perairan.
3. Menghitung kecepatan arus dengan stop wacth hingga posisi raffia menegang
lurus.
4. Masukkan ke dalam rumus:
v (cm/s) = s
t
berikut:
b. oksigen terlarut
berikut:
1. Mengambil sampel air dengan menggunakan botol BOD 125 ml.
2. Menambahkan 1 ml MnSO4 dan 1 ml NaOH dalam KI lalu menutup botol
19
3. Melakukan penambahan 1 ml H2SO4 pekat kemudian menutup botol BOD
c. karbondioksida
berikut:
1. Mengambil 50 ml sampel air dan memasukkan ke dalam tabung erlenmeyer.
2. Melakukan penambahan 2 tetes indikator PP, apabila setelah penambahan
karbondioksida mendekati 0.
3. Apabila tidak didapatkan warna merah muda, melakukan titrasi dengan 0,045
d. alkalinitas
berikut:
1. Mengambil 50 ml sampel air dan dimasukkan ke dalam tabung Erlenmeyer
setelah ditambahkan dengan 2 tetes PP, maka akan terjadi dua kemungkinan
20
Menggunakan jumlah hasil titrasi HCl tersebut sebagai A dan memasukkan
HCL hingga warna larutan menjadi merah seulas. Setelah mendapatkan hasil
dari uji masukkan hasil titrasi HCl ke nilai B. hasil dari nilai uji Alkalinitas
ml sampel
Sedangkan untuk air sampel yang tidak menghasilkan warna merah muda
ml sampel
a. produktivitas primer
sebagai berikut:
1. Mengambil air sampel dengan menggunakan botol BOD (terang) dan COD
(gelap).
21
4. Perhitungan PP, dilakukan berdasarkan perbedaan kelarutan oksigen di botol
X 32 pq
a. warna tanah
berikut:
1. Ambil sampel tanah dari substrat perairan.
2. Amati organoleptiknya, ditentukan dengan mencatat warna secara
3 (ferri).
c) Warna pitih sampai pucat disebabkan oleh kuarsa besi, bahan organik
b. tektur tanah
berikut:
1. Teknik Lapangan
a) Mempersiapkan alat untuk mengambil sampel tanah (paralon
berdiameter 5 cm).
b) Memasukan paralon sedlam 30 cm ke dalam tanah yang agak lunak
c) Mengambil sampel tanah yang ada dalam paralon, kemudian di
22
c) Menimbang sampel yang telah disaring sebanyak 25 gram dan di
Tanah yang disaring di masukkan dalam gelas ukur berisi 1 liter air.
e) Sisa tanah yang tidak tersaring di masukkan dalam cawan dan di oven
betingkat dengan ukuran saringan 850 µm; 425 µm; 300 µm; 250 µm;
150 µm; 75 µm). Tanah yang lolos dimasukkan dalam gelas ukur 1
liter diatas.
f) Tanah-tanah yang tidak tersaring pada masing-masing saringan di
A.
3. Pemipetan II dilakukan setelah 1 menit 56 detik. Pipet hisap dimasukkan
dalam cawan B.
4. Pemipetan III dilakukan setelah 7 menit 44 detik. Pipet hisap dimasukkan
dalam cawan C.
23
5. Pemipetan IV dilakukan setelah 31 menit. Pipet hisap dimasukkan sedalam 10
cawan D.
6. Pemipetan V dilakukan setelah 2 Jam 3 menit. Pipet hisap dimasukkan
dalam cawan E.
7. Cawan A, B, C, D, dan E di oven sampai kering dan kemudian di timbang.
Perhitungan tekstur tanah
1. Fraksi pasir
Didapatkan dari hasil penimbangan sampel tanah yang tidak lolos pada
2. Fraksi lempung
didapat A’. Begitu selanjutnya hingga sampel terakhir. Berat total fraksi
25
Presentase fraksi Liat = 100 % - (%) Fraksi Pasir – (%) Fraksi Lempung
24
Metode yang digunakan dalam pengukuran derajat keasaman (pH) tanah
3. Menambahkan aquades ke dalam gelas beker sampai volume menjadi 250 ml.
4. Aduk tanah tersebut dengan menggunakan stirrer selama 30-60 menit sampai
tercampur.
paper (kertas pH), Itu merupakan nilai dari pH tanah yang didapatkan dari
pengukuran.
25
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
2. Kecerahan 20 25
3 Kedalaman 40 50
6. Arus 0 0
26
4.1.3. parameter fisika tanah
No Parameter Pengukuran
No Parameter Pengukuran
pengukuran
4.2. Pembahasan
27
4.2.1. pengukuran parameter fisika air
a. suhu air
dilakukan, Suhu yang diukur adalah suhu air. Pengukuran suhu perairan dapat
titik yaitu titik saluran outlet dan saluran inlet. Cuaca pada saat pengukuran suhu
dalam keadaan mendung dan hujan. Hasil pengukuran pada suhu , diperoleh suhu
pada saluran inlet dengan angka 30oC dan pada saluran outlet dengan angka 30oC,
suhu antara outlet dan inlet tidak terjadi perubahan karena kondisi perairan yang
diukur tidak terlalu luas sehingga suhu yang di peroleh tidak terlalu berbeda jauh.
Suhu pada perairan kolam tersebut sesuai untuk kegiatan budidaya, karena kondisi
suhu yang cocok untuk budidaya ikan air tawar adalah berkisar antara 27 oC-30 oC
Hal ini diperkuat oleh Tatangindatu et al., (2013), menyatakan bahwa kisaran
suhu untuk kegiatan budidaya air tawar adalah deviasi 3 sedangkan toleransi suhu
perairan yang baik untuk menunjang pertumbuhan optimal dari beberapa ikan
budidaya air tawar seperti mas dan nila adalah 280C. Berdasarkan pengukuran
dilapangan, suhu tertinggi berada di titik 1 minggu pertama pada kedalaman 0,5 m
dari permukaan air dengan nilai 28,2 0C dan suhu terendah berada di titik 1 dan 2
minggu ke ketiga pada kedalaman 0,5 m dari dasar danau yaitu 25,5 0C. Suhu
Menurut Bustaman et al. (2009), bahwa suhu di perairan kolam H-2 sudah
optimal sebagai kolam pembenihan ikan Nila karena tidak terjadi perubahan suhu
28
udara yang drastis. Tindakan cepat dilakukan untuk mencegah terjadinya
ini di lakukan pengukuran pada saluran inlet dan saluran outlet. Variabel
kecerahan diperoleh hasil nilai pada inlet adalah 20 cm, sedangkan nilai
kecerahan pada outlet adalah 25 cm. berdasarkan hasil tersebut baik untuk
fotosintesis dapat terjadi secara baik. Hal ini diperkuat oleh Pujiastuti et al.,
dimana proses asimilasi dapat berlangsung di dalam air. Air yang tidak terlampau
keruh dan tidak terlampau jernih baik untuk kehidupan ikan. Kekeruhan yang baik
adalah kekeruhan yang disebabkan oleh jasad renik atau plankton. Hasil
pemeriksaan laboratorium nilai kecerahan dari tahun 1995 – 1999 berkisar antara
98,2 – 102 cm, tahun 2002 sebesar 84 cm (Pujiastuti, 2003), 82,2 cm (Pujiastuti,
Hasil dari proses fotosintesis sangat dibutuhkan untuk kelangsungan hidup biota
di dalamnya. Hal ini diperkuat oleh Sutisna dan Ratno (2010), bahwa kecerahan
29
matahari). Pada kolam pemijahan, kolam penetasan telur, dan kolam perawatan
larva, kecerahan air harus diperhatikan dan diusahakan lebih besar dari 10 %
penetrasi matahri sampai dasar perairan. Hal ini akan sangat berpengaruh terhadap
kolam pendederan. Air yang keruh apalagi yang disebabkan oleh lumpur akan
telur serta akan mengganggu pernafasan larva. Pada kolam pendederan kecerahan
dapat dipengaruhi oleh bahan organik berupa plankton, zooplankton atau bahan
didominasi oleh plankton, maka akan terjadi persaingan oksigen pada waktu
malam hari, serta dapat mengurangi penetrasi cahaya yang masuk dalam perairan.
kedalaman di ukur pada saluran inlet dan saluran outlet. Pada saluran inlet di
peroleh nilai 40 cm dan nilai kedalaman pada outlet yaitu 50 cm, dapat diketahui
bahwa kedalaman pada kolam tersebut tidak begitu berbeda jauh. Hal ini
menunjukkan bahwa kedalaman sesuai untuk kegiatan budidaya ikan karena pada
Kedalaman kemungkinan dipengaruhi oleh arus pada kolam budidaya yang stabil
sehingga tidak membawa terlalu banyak substrat. Hal ini diperkuat oleh Kordi dan
Andi (2009), menyatakan bahwa kedalaman air yang tinggi berarti volume air
yang dapat ditampung alam suatu tambak juga meningkat. Volume air yang
30
semakin besar itu berarti ruang gerak bagi ikan pun semakin besar. Ini berarti ikan
air. Karena sekaligus menjadi media hidup plankton, maka volume air yang
cukup tentu juga akan menguntungkan plankton tersebut. Selain itu volume air
Kedalaman pada kolam yang di amati tidak > dari 1 m sehingga masih
dapat terjadi fotosintesis karena semakin dalam suatu perairan maka semakin
sedikit jumlah kandungan oksigen terlarut dalam suatu perairan. Hal ini diperkuat
oleh Augusta dan Saptami (2014), menyatakan bahwa ada hubungan antar
turun, kecerahan rendah, suhu rendah, dan klorofil-a juga rendah. Permukaan air
kedalaman (water level). Dari data matrik juga terlihat hubungan satu sama lain
antar variabel.
c. warna air
Berdasarkan pengamatan warna air yang kami amati, warna air diamati
secara organoleptik yaitu warna coklat. Warna air tingkat kepekatannya sendiri
berkaitan erat dengan kecerahan sebuah kolam budidaya. Menurut Supono dan
Subandiyono (2008), turbiditas kolam dan warna air disebabkan oleh koloid dari
partikel-pertikel lumpur, organik tcrlarut dan yang paling besar disebabkan oleh
yang tersuspensi dan terlarut dalam air, baik berupa lumpur, pasir halus, plankton,
31
dan mikroorganisme lainnya. Turbiditas (kekeruhan) akan menurunkan
d. bau
dilakukan yaitu bau yang dihasilkan pada kolam budidaya yaitu bau tanah. Hal
sehingga perairan tersebut baik bagi kegiatan budidaya. Adapun perairan yang
tercemar biasanya ditandai dengan bau busuk. Bau busuk tersebut terjadi
disebabkan karena ammonia maupun sulfit. Hal tersebut diperkuat pula oleh
Fardiaz (1992) bahwa bau air tergantung dari sumber airnya. Bau air dapat
hewan air, baik yang hidup maupun yang sudah mati. Air yang berbau sulfit dapat
mikroorganisme anaerobik.
oleh unsur hara yang berlebihan dapat mengakibatkan eutrofikasi. Biomassa dari
vegetasi ini setelah mati akan mengalami proses pembusukkan atau dekomposisi
yang dilakukan oleh bakteri dan berlangsung secara aerob, artinya proses tersebut
terlarut semakin sedikit, bahkan apabila proses tersebut terus berlangsung dapat
menimbulkan kondisi aerob. Karena kandungan oksigen terlarut telah habis maka
senyawa yang bersifat toksik dan menimbulkan bau yang busuk, seperti amoniak.
e. arus
32
Berdasarkan kegiatan praktikum Manajemen Kualitas Air yang telah
dilakukan yaitu arus yang terdapat pada saluran inlet maupun saluran outlet adalah
menggunakan bola arus hingga 5 menit tali raffia tidak meregang dengan
sempurna. Hasil pengukuran kecepatan arus tersebut kurang baik bagi kegiatan
pada perairan seperti partikel debu, pasir, maupun liat. Akibatnya partikel-partikel
oleh Rahman (2009), bahwa sedimentasi akan lebih mudah terjadi pada perairan
yang memiliki arus tenang dan cenderung stagnan sehingga hanya dapat
membawa partikel yang lebih ringan yaitu debu dan liat. Sementara pasir tidak
akan dapat terbawa oleh arus tersebut. Hal ini karena tekstur liat dan debu
memiliki ukuran, massa dan diameter yang lebih kecil dibandingkan dengan pasir
oxygen). Hal tersebut diperkuat oleh Affianto dan Evi (1993) dalam
adanya tambahan oksigen terlarut dari udara akibat adanya gerakan atau arus.
Selain itu kecepatan arus tersebut kurang dapat mengasimilasi nutrient dengan
baik. Selain itu kecepatan arus tersebut tidak dapat mengangkut dengan baik
bahan pencemar yang terdapat dalam wadah budidaya termasuk sisa-sisa pakan
Effendi (2003) bahwa kecepatan arus (velocity/flow rate) suatu badan perairan
33
dan mengangkut bahan pencemar. Pengetahuan akan kecepatan arus digunakan
untuk memperkirakan kapan bahan pencemar akan mencapai suatu lokasi tertentu
menghasilkan nilai 7. Nilai ini berarti bahwa air dalam tambak tersebut bersifat
netral (tidak asam maupun basa), cocok untuk berbudidaya, dan pertumbuhan ikan
akan optimal. Menurut Kordi dan Andi (2009), pH air mempengaruhi tingkat
akan kurang produktif, malah dapat membunuh hewan budidaya. Pada pH rendah
konsumsi oksigen menurun, aktivitas naik dan selera makan akan berkurang. Hal
ini sebaliknya terjadi pada suasana basa. Atas dasar ini, maka usaha budidaya
perairan akan berhasil baik dalam air dengan pH 6,5 – 9.0 dan kisaran optimal
dilakukan,didapatkan hasil D0 dari Inlet sebesar 2,2 mg/l dan pada outlet
didapatkan hasil dari DO yaitu sebesar 2,8 mg/l, dari hasil tersebut diperoleh
diketahui bahwa kolam budidaya tersebut kurang layak untuk digunakan dalam
34
untuk menjamin kehidupan ikan yang baik adalah tidak kurang dari 3 ppm. Jika
kandungan oksigen turun menjadi kurang dari 2 ppm, beberapa jenis biota yang
beberapa jenis ikan air tawar mampu bertahan hidup pada perairan dengan
konsentrasi oksigen kurang dari 3 mg/l, konsentrasi minimum yang masih dapat
diterima sebagian besar spesies biota air budidaya untuk hidup dengan baik adalah
5 mg/l. Pada spesies biota budidaya untuk hidup dengan baik adalah 5 mg/l. Pada
perairan dengan konsentrasi oksigen dibawah 4 mg/l, beberapa jenis ikan masih
mampu bertahan hidup, tetapi nafsu makannya mulai menurun. Untuk itu
konsentrasi oksigen yang baik dalam budidaya perairan adalah 5-7,5 mg/l.
Oksigen merupakan salah satu gas yang terlarut dalam air, di perairan
kadar oksigen yang larut sangat bervariasi ini di sebabkan dari faktor suhu,
salinitas, turbulensi air dan tekanan atmosfer. Apabila suhu dan ketinggian
(altitude) besar dan tekanan atmosfer kecil maka oksigen terlarut semakin kecil
air yang memerlukan CO2 dalam proses fotosintesis yang kemudian akan
oksigen yang terlarut dapat berkurang.Menurut Supono et al. (2008), bahwa pada
karena kekurangan sinar matahari untuk proses fotosintesis. Kondisi ini akan
Keterbatasan sinar matahari menembus badan air dapat juga disebabkan oleh
35
tingginya partikel yang ada dalam kolom air, baik karena bahan organik maupun
densitas plankton yang terlalu tinggi. Hal ini dapat menyebabkan terganggunya
c. karbondioksida
Berdasarkan praktikum mata kuliah Manajemen Kualitas Air yang telah
dilakukan, didapatkan hasil D0 dari Inlet sebesar 2,2 mg/l dan pada outlet
didapatkan hasil dari DO yaitu sebesar 2,8 mg/l yang mengalami peningkatan
dari inlet ke outlet. Dari hasil DO yang telah di dapatkan dapat diketahui bahwa
kolam budidaya tersebut layak untuk digunakan dalam proses budidya. Secara
umum DO adalah salah satu gas yang terlarut dalam perairan. Sumber DO berasal
dari difusi oksigen yang terdapat di atmosfer dan aktivitas fotosintesis oleh
tumbuhan air dan fitoplankton. Difusi oksigen dari atmosfer ke dalam air akibat
adanya gelombang atu ombak dan air terjun. Hal ini di perkuat oleh Affan (2012),
dalam budidaya ikan. Kelarutan oksigen di dalam air dipengaruhi oleh suhu,
salinitas dan tekanan udara. Peningkatan suhu, salinitas dan tekanan menyebabkan
memerlukan kadaar oksigen 1 mg/l, namun untuk dapat tumbuh dan berkembang
minimal 3 mg/l.
Konsentrasi gas oksigen sangat dipengaruhi oleh suhu, makin tinggi suhu,
oxygen / DO) berasal dari dua sumber, yakni dari atmosfer dan dari hasil proses
organisme untuk kehidupan, antara lain pada proses respirasi dimana oksigen
36
diperlukan untuk pembakaran (metabolisme) bahan organik sehingga terbentuk
energi yang diikuti dengan pembentukan CO2 dan H20. Oksigen yang diperlukan
biota air untuk pernafasannya harus terlarut dalam air. Oksigen merupakan salah
satu faktor pembatas, sehinnga bila ketersediaannya didalam air tidak mencukupi
kebutuhan biota budidaya, maka segal aktivitas biota akan terhambat. Kebutuhan
oksigen pada ikan mempunyai kepentingan pada dua aspek, yaitu kebutuhan
lingkungan bagi spesies tertentu dan kebutuhan konsumtif yang terandung pada
d. Alkalinitas
didpatkan hasil dari nilai alkalinitas pada inlet sebesar14,5 dan pada outlet
sebesar 7. Dari hasil di atas bisa diketahi bahwa perairan tersebut layak digunakan
netral. Menurut Boyd (2002), bahwa alkalinitas bersifat buffer atau kapasitas
penyangga terhadap perubahan ph air sangat drastis. Pada siang sampai dengan
sore hari nilai Ph air cenderung meningkat dan total alkalinitas menurun. Hal ini
disebabkan karena pada siang sampai dengan sore hari CO2 dalam air bersifat
37
Penyusun utama alkalinitas adalah anion bikarbonat (HCO3-), karbonat (CO32- ),
hidroksida (OH-) dan juga ion-ion yang jumlahnya kecil seperti borat (BO3-),
Nilai alkalinitas berkisar antara 30-500 mg/l, nilai alkalinitas pada perairan
berkisar antara 5 mg/l hingga ratusan. Nilai alkalinitas yang alami pada perairan
400 mg/l, perairan dengan nilai >40 mg/l disebut sadah, sedangkan perairan
tetapinilai 120 – 400 mg/l adalah optimal.Kadar alkalinitas yang sangat rendah, air
Ikan sangat sensitive pada kondisi kadar alkalinitas yang rendah. Perairan dengan
total alkalinitas yang tinggi telah berkaitan dengan endapan batu kapur tanah.
Nilai kadar alkalinitas yang tinggi biasanya terdapat pada perairan dalam, dimana
penguapan konsentrasi ion perairan lebih banyak terjadi dengan alkalinitas rendah
ditemukan pada tanah berpasir dantanah yang mengandung banyak bahan organik.
Sebagian perairan yang tercemar bahan organic akan memiliki kadar alkalinitas
yang rendah basa umumnya rasa seperti sabun. Suatu zat yang dapat mengubah
lakmus merah menjadi biru, serta senyawa yang mengandung gugus anhirdroksil
untuk kelompok yang melakkukan pengukuran pada siang hari. Hal ini
38
dikarenakan keadaan saat akan dilakukan pengukuran keadaan tidak mendukung
yaitu dengan adanya hujan sehingga terdapat awan mendung yang menutupi
tidak berjalan. Hal ini didukung oleh Parsons et al. (1984) bahwa faktor utama
cahaya. Aspek dasar dari cahaya yang penting secara biologi adalah kuantitas dan
laut, bergantung kepada waktu, ruang, kondisi cuaca, penyebaran sudut, dan
polarisasi. Menurut Lalli & Parsons (1993), Proses fotosintesis didalam perairan
hanya dapat berlangsung jika ada cahaya sampai pada kedalaman tertentu tempat
fitoplankton berada
sangat besar peranannya dalam budidaya ikan dan dipengaruhi oleh kecepatan
primer akan turun cepat sesuai dengan makin dalamnya perairan yang diikuti
Produktivitas perairan yang baik berkisar 50 – 300 g C/m 3/jam, hal ini
disebabkan karena laju produksi zat organik melalui fotosintesis pada kedua botol
39
(botol gelap dan botol terang) sempurna. Suplai cahaya matahari dan kekeruhan
(turbidity) akibat fitoplankton pada perairan yang cukup tinggi, sehingga nilai DO
yang didapat sepenuhnya hasil dari produktivitas primer yang dilakukan selama
kolam budidaya BBI ungaran, didapatkan hasil bahwa warna tanah pada kolam
bahan organik yang tinggi dan bahan induk dari kapur. Ini terjadi akibat adanya
Selain hal tersebut, ada faktor lain yang dapat mempengaruhi substrat
perairan salah satunya adalah pakan. Pakan dapat berpengaruh pada dasar
yang besar akibat pemberian pakan yang tidak efisien sehingga sisa pakan dan
b. tekstur tanah
Berdasarkan hasil pengamatan tentang tekstur tanah yang telah dilakukan,
didapatkan hasil bahwa tekstur tanah pada kolam BBI (Balai Budidaya Ikan)
40
Ungaran yaitu fraksi liat. Ini menunjukkan bahwa substrat tersebut mengandung
banyak bahan organik dan ukuran partikelnya sangat halus menyebabkan air di
dalam sediment tidak mengalir keluar dan tertahan di dalam substrat. Lamanya
waktu penyimpanan air, disertai dengan amat jarangnya pergantian air dan
sentuhnya menjadi sangat luas, sehingga daya pegang terhadap air sangat kuat.
Kondisi ini menyebabkan air yang ke masuk pori-pori segera terperangkap dan
udara sulit masuk. Pada kondisi lapangan, sebagian besar ruang pori terisi air,
sehingga pori-pori mikro ini disebut juga pori kapiler. Menurut Darmawijaya
(1990), tekstur tanah juga menentukan tata air dalamtanah berupa kecepatan
infiltrasi, penetrasi, dan kemampuan tanah mengikat air oleh bahan organiktanah
di Balai Benih Ikan Siwarak, Ungaran, nilai pH tanah sebesar 7. Dari hasil
tersebut dapat dikatakan bahwa lokasi tersebut layak untuk dilakukan kegiatan
budidaya. Nilai pH tanah minimal 5,5 (SNI 7550:2009). Nilai pH tanah sebesar 7,
optimal, hal ini karena dekomposisi dapat berlangsung optimal pada pH 6,8 – 9,2.
41
ada didasar. Menurut Zonneveld et al., (1993) bahwa Kecenderungan nilai pH
tanah lebih rendah dari pada pH air ini mungkin disebabkan karena adanya
akumulasi zat organik berupa akar-akar kayu dan dedaunan di dasar perairan dan
yang sedang mengalami pembusukan. Proses ini akan menghasilkan CO2 yang
aktivitas ion hidrogen. Menurut Boyd, et al., (2002), reaksi tanah dapat
mempengaruhi proses kimia lainnya seperti ketersediaan unsur hara dan proses
biologi dalam tanah. pH tanah dipengaruhi oleh berbagai faktor lain seperti
5.1. Kesimpulan
adalahsebagaiberikut:
parameter kimia air, parameter biologi air, parameter fisika tanah dan
suhu, kecerahan, kedalaman, arus, warna dan bau air. Parameter kimia air
42
yang dilakukan pengukuran yaitu derajat keasaman (pH), Oksigent erlarut,
yaitu warna tanah dan tekstur tanah sedangkan parameter kimia tanah yaitu
pengendapan, dan saluran outlet balai. Kisaran suhu yang didapat yaitu 21oC
kehitaman, coklat keruh, dan abu-abu, sedangkan bau air amis, bau tanah,
dan tidak berbau. Kisaran pH air yang didapat yaitu 7 - 8, kisaran Oksigen
terlarut yang didapat yaitu 2,2 mg/l – 7,8 mg/l, kisaran Karbondioksida yang
didapat yaitu 0 - 5,35 mg/l, kisaran alkalinitas yang didapat yaitu 0,365 mg/l
kehitaman dan coklat tua. Terkstur tanah yang didapatkan yaitu liat berpasir,
lumpur berpasir, dan liat. Derajat keasaman (pH) tanah yang didapat semua
yaitu 7.
5.2. Saran
suatu variabel.
43
2. Sebaiknya dalam melakukan penimbangan suatu massa harus dilakukan
berubah
DAFTAR PUSTAKA
44
FakultasTeknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember, Surabaya. 17-32.
Arabia, T., Zainabun, dan I. Royani. 2012. Karateristik Tanah Salin Krueng Raya
Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Acah Besar. Fakultas Pertanian
Unsyiah. Banda Aceh.
Davis dan Cornwell, 1991. Pengelolaan Kualitas Air dalam Budidaya Perairan.
Rineka Cipta. Jakarta.
Darmawijaya, I. 1990. Klasifikasi Tanah. Balai Penelitian Teh dan Kina. Bandung.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta.
45
. 1984. Produktivitas Perairan dan Plankton.
Universiatas Diponegoro. Semarang.
Mamangkey dan Soeroto. 2010. Danau Tondano Surga Para Aliens. Peneliti dan
Pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Unsrat.
Muhajir, Fasmi A., dan Edward2004. Variasi Oksigen Terlarut di Perairan
Tanimbar Bagian Utara dan Selatan, Maluku Tenggara. Jurnal Ilmiah
Sorihi., 3(1).
46
. 2009. Analisa Kualitas Air dan Hubungannya dengan Keanekaragaman
Vegetasi Akuatik di Perairan Balige Danau Toba. Tesis. Universitas
Sumatera Utara : Medan.
Sihotang, C,.1988. Limnologi II. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNRI :
Pekanbaru. 64 hal.
SNI 7550:2009 tentang Produksi Ikan Nila (Orechromis Niloticus Bleeker) Kelas
Pembesaran Di Kolam Air Tenang
Sudaryati, 1991. Hal yang Menyebabkan Fluktuasi Kadar Oksigen di Perairan Air
Tawar. Jurnal Penelitian Air Tawar., X(2): 1-6.
Tatangindatu, F., Ockstan K. dan Robert R. 2013. Studi Parameter Fisika Kimia
Air pada Areal Budidaya Ikan di Danau Tondano, Desa Paleloan,
Kabupaten Minahasa. J. Aquaculture., 1(2) : 8-19.
Uktoselya, H., 1991, Beberapa Aspek Fisika Laut dan Peranannya Dalam Masalah
Pencemaran , Puslitbag LIPI, Jakarta.
White, R.E. 1987. Introduction to the Principles and Practice of Soil Science.
Second Edition. Blackwell Scientific Publication. London.
Zonneveld, N., E.A. Huisman dan J.H. Boon. 1993. Prinsip-prinsip budidaya ikan.
PT. Gramedia, Jakarta.
47
48
LAMPIRAN
a. inlet b. outlet
49
K = 9 cm K = 12,5 cm
2. Kecepatan arus
a. inlet b. outlet
Kelompok 2
1. Kecerahan
a. inlet b. outlet
K1= samar-samar = 52 cm
K1= samar-samar = 54 cm
K = 54,5 cm
K = 57 cm
2. Kecepatan arus
a. inlet b. outlet
Kelompok 3
1. Kecerahan
a. inlet b. outlet
50
K1= samar-samar = 12 cm K1= samar-samar = 20 cm
K = 16 cm K = 25 cm
2. Kecepatan arus
a. inlet b. outlet
Kelompok 4
1. Kecerahan
a. inlet b. outlet
K = 8 cm K = 9 cm
2. Kecepatan arus
51
a. inlet b. outlet
Kelompok 5
1. Kecerahan
a. inlet b. outlet
K = 35 cm K = 44,75 cm
2. Kecepatan arus
a. inlet b. outlet
Kelompok 6
1. Kecerahan
a. inlet b. inlet
K1= samar-samar = 22 cm
K1= samar-samar = 53 cm
52
K = 23,5 cm K = 62,5 cm
2. Kecepatan arus
a. inlet b. inlet
a. inlet b. outlet
ml sampel= 50 ml ml sampel= 50 ml
2. Karbondioksida
a. inlet b. outlet
53
N titran = 0,045 N N titran = 0,045 N
ml sampel= 50 ml ml sampel= 50 ml
3. Alkalinitas
a. Inlet b. Outlet
Diketahui : ml HCl (B) = 0,11 ml
Diketahui : ml HCl (B) = 0,12 ml
Kelompok 2
1. Oksigen terlarut
a. inlet b. outlet
ml sampel= 50 ml ml sampel= 50 ml
54
DO = 6 mg/l DO = 2,88 mg/l
2. Karbondioksida
a. inlet b. outlet
ml sampel= 50 ml ml sampel= 50 ml
3. Alkalinitas
a. Inlet b. Outlet
Diketahui : ml HCl (B) = 0,73 ml
Diketahui : ml HCl (B) = 0,53 ml
55
P(parsial) = 18,25 mg/l CaCO3
Kelompok 3
1. Oksigen terlarut
a. inlet b. outlet
ml sampel= 50 ml ml sampel= 50 ml
2. Karbondioksida
a. inlet b. outlet
ml sampel= 50 ml ml sampel= 50 ml
56
3. Alkalinitas
a. Inlet b. Outlet
Diketahui : ml HCl (B) = 0,58 ml
Diketahui : ml HCl (B) = 0,5 ml
Kelompok 4
1. Oksigen terlarut
a. inlet b. outlet
ml sampel= 50 ml ml sampel= 50 ml
57
DO = 3 mg/l DO = 3,12 mg/l
2. Karbondioksida
a. inlet b. outlet
ml sampel= 50 ml ml sampel= 50 ml
3. Alkalinitas
a. Inlet b. Outlet
Diketahui : ml HCl (A+B) = 0,13 ml
Diketahui : ml HCl (A+B) = 0,06 ml
Kelompok 5
1. Oksigen terlarut
58
a. inlet b. outlet
ml sampel= 50 ml ml sampel= 50 ml
2. Karbondioksida
a. inlet b. outlet
ml sampel= 50 ml ml sampel= 50 ml
3. Alkalinitas
a. Inlet b. Outlet
59
Diketahui : ml HCl (A) = 0,9 ml Diketahui : ml HCl (A) = 1,03 ml
ml HCl (B) = 1 ml
ml HCl (B) = 0,9 ml
Kelompok 6
1. Oksigen terlarut
a. inlet b. outlet
ml sampel= 50 ml ml sampel= 50 ml
2. Karbondioksida
a. inlet b. outlet
60
N titran = 0,045 N N titran = 0,045 N
ml sampel= 50 ml ml sampel= 50 ml
3. Alkalinitas
a. Inlet b. Outlet
Diketahui : ml HCl (B) =0,58 ml
Diketahui : ml HCl (B) = 0,68 ml
c. Parameter biologi
1. Produktivitas primer
Pada trip II tidak dilakukan pengamatan variabel produkstivitas primer
karena cuaca sedang hujan dan intensitas cahaya matahari rendah.
d. Parameter fisika tanah
Kelompok 1
1. Fraksi pasir
61
2. Fraksi lempung
Berat total lempung = (A’ – B’) + (B’ – C’) + (C’ – D’) + (D’ – E’)
= 4,5 gram
3. Fraksi liat
Presentasi Fraksi Liat = 100 % – (%) Fraksi Pasir – (%) Fraksi Lempung
= 100 % – 54 % – 18 %
= 28 %
Kelompok 3
1. Fraksi pasir
62
2. Fraksi lempung
Berat total lempung = (A’ – B’) + (B’ – C’) + (C’ – D’) + (D’ – E’)
= 0 + 0 + (-6) + 8,5
= 2,5 gram
3. Fraksi liat
Presentasi Fraksi Liat = 100 % – (%) Fraksi Pasir – (%) Fraksi Lempung
= 100 % – 13,04 % – 10 %
= 76,96 %
Kelompok 4
1. Fraksi pasir
63
Berat total pasir = 8,5 gram
2. Fraksi lempung
Berat total lempung = (A’ – B’) + (B’ – C’) + (C’ – D’) + (D’ – E’)
= 0,5 gram
3. Fraksi liat
Presentasi Fraksi Liat = 100 % – (%) Fraksi Pasir – (%) Fraksi Lempung
= 100 % – 34 % – 2 %
= 64 %
Kelompok 5
64
1. Fraksi pasir
2. Fraksi lempung
= 1 gr
3. Fraksi liat
= 100% - 30,28 % – 4 %
= 65,72 %
Kelompok 6
65
1. Fraksi pasir
2. Fraksi lempung
Berat total lempung = (A’ – B’) + (B’ – C’) + (C’ – D’) + (D’ – E’)
= (1 – 1) + (1 – 1) + (1 – 1) + (1 – 0,5)
= 0 + 0 + 0 + 0,5
= 0,5 gram
3. Fraksi liat
Presentasi Fraksi Liat = 100 % – (%) Fraksi Pasir – (%) Fraksi Lempung
= 100 % – 5,2 % – 2 %
= 92,8 %
66
Lampiran 2. Dokumentasi
67
68