I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masyarakat Indonesia saat ini sedang dihadapkan pada dilema
besar dalam dunia pendidikan, yakni tentang bagaimana cara terbaik
untuk mendidik generasi muda dan mempersiapkan mereka dalam
menghadapi tantangan global di masa mendatang. Proses pendidikan
yang dilaksanakan harus mampu mencetak sumber daya manusia yang
berkualitas dan berdaya saing tinggi. Oleh karena itu, pelaksanaan
pendidikan harus dimaksimalkan oleh guru sebagai tenaga pendidik dan
siswa sebagai peserta didik. Guru memegang peranan sentral dalam
proses pembelajaran, untuk itu mutu pendidikan suatu sekolah sangat
ditentukan oleh kemampuan yang dimiliki seorang guru. Guru harus
mampu menciptakan pengalaman belajar yang tepat, mampu mendorong
siswa untuk aktif dan kritis selama proses pembelajaran berlangsung.
Guru juga harus berusaha membimbing anak didik agar dapat
menemukan berbagai potensi yang dimilikinya (Subini, 2012: 110).
Salah satu kemampuan yang harus dimiliki siswa sebagai hasil dari
proses pendidikan adalah kemampuan penalaran matematika.
Kemampuan penalaran merupakan salah satu dari beberapa
kemampuan yang harus dimiliki siswa setelah belajar matematika.
Melalui belajar matematika, siswa dapat menggunakan penalaran pada
pola atau sifat, melakukan manipulasi matematika, membuat generalisasi,
menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika
(BSNP, 2006: 140). Menurut Depdiknas (Shadiq, 2004: 3), materi
matematika dan penalaran matematika merupakan dua hal yang tidak
dapat dipisahkan, yaitu materi matematika dipahami melalui penalaran
dan penalaran dipahami dan dilatih melalui belajar materi matematika.
Penalaran merupakan suatu kegiatan, suatu proses atau suatu aktivitas
berpikir untuk menarik kesimpulan atau membuat suatu pernyataan baru
yang benar berdasarkan pada beberapa pernyataan yang kebenarannya
telah dibuktikan atau diasumsikan sebelumnya (Shadiq, 2004: 2).
2
B. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti membatasi masalah
dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut.
1. Kemampuan penalaran matematika siswa dalam penelitian ini
dibatasi pada kemampuan matematika tertulis yaitu siswa mencapai
KKM pada tes kemampuan penalaran matematika.
2. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2
Gumelar semester genap tahun pelajaran 2016/2017.
3. Materi dalam penelitian ini adalah materi lingkaran.
4. Indikator penalaran matematika siswa yang digunakan dalam
penelitian ini adalah (a) menyajikan pernyataan matematika secara
lisan, tertulis, gambar, dan diagram, (b) mengajukan dugaan, (c)
menentukan pola, (d) melakukan manipulasi matematika, dan (e)
menarik kesimpulan dari pernyataan (Wardhani, 2008: 14).
5. Indikator keterampilan proses dengan model Discovery Learning
berbantuan Math Module terhadap kemampuan penalaran
matematika siswa dalam penelitian ini adalah mengamati,
menafsirkan, menerapkan, mengkomunikasikan (Usman, 2011: 42).
6
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah di atas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Apakah rata-rata kemampuan penalaran matematika siswa yang
diajar menggunakan model pembelajaran Discovery Learning
berbantuan Math Module dapat mencapai KKM?
2. Apakah rata-rata kemampuan penalaran matematika siswa yang
diajar menggunakan model pembelajaran Discovery Learning
berbantuan Math Module lebih dari rata-rata kemampuan penalaran
matematika siswa yang diajar menggunakan model konvensional?
3. Apakah terdapat pengaruh positif keterampilan proses dengan model
pembelajaran Discovery Learning berbantuan Math Module terhadap
kemampuan penalaran matematika?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui tingkat ketuntasan rata-rata kemampuan penalaran
matematika siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran
Discovery Learning berbantuan Math Module.
2. Mengetahui perbandingan rata-rata kemampuan penalaran
matematika siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran
Discovery Learning berbantuan Math Module dengan rata-rata
kemampuan penalaran matematika siswa yang diajar menggunakan
model pembelajaran konvensional.
3. Mengetahui adanya pengaruh positif keterampilan proses dengan
model pembelajaran Discovery Learning berbantuan Math Module
terhadap kemampuan penalaran matematika.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini ada dua macam
yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis. Adapun manfaat tersebut
adalah sebagai berikut.
7
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dalam penelitian ini diantaranya sebagai berikut.
a. Menambah kajian ilmiah dalam dunia pendidikan mengenai
penggunaan model pembelajaran Discovery Learning
berbantuan Math Module untuk meningkatkan kemampuan
penalaran matematika siswa.
b. Memberikan sumbangan keilmuan tentang efektivitas model
pembelajaran Discovery Learning berbantuan Math Module
terhadap kemampuan penalaran matematika siswa.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dalam penelitian ini diantaranya sebagai berikut.
a. Bagi Siswa
1) Meningkatkan kemampuan penalaran matematika.
2) Meningkatkan keterampilan proses siswa.
3) Menambah pengetahuan tentang model pembelajaran
Discovery Learning dalam pembelajaran matematika.
b. Bagi Guru
1) Menambah wawasan tentang penggunaan model
pembelajaran agar KBM dapat berjalan dengan efektif.
2) Sebagai solusi alternatif pemilihan model pembelajaran
yang tepat untuk meningkatkan kualitas pengajaran.
c. Bagi Sekolah
1) Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan kualitas
akademik siswa khususnya mata pelajaran matematika.
2) Dapat dijadikan acuan dalam membuat kebijakan tentang
peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah.
d. Bagi Peneliti
1) Mengetahui efektivitas model pembelajaran Discovery
Learning berbantuan Math Module.
2) Mampu mengidentifikasi penyebab rendahnya kemampuan
penalaran matematika siswa.
8
B. Landasan Teori
1. Efektivitas
Efektivitas menunjukkan tingkat keberhasilan pencapaian
suatu tujuan. Suatu upaya dikatakan efektif apabila upaya tersebut
mampu mencapai tujuannya. Efektivitas berasal dari kata efektif
yang berarti memiliki efek, pengaruh, atau akibat (KBBI, 2008:
374). Efektivitas adalah adanya kesesuaian antara orang yang
melaksanakan tugas dengan sasaran yang dituju (Mulyasa, 2012:
82). Evektivitas berkaitan dengan terlaksananya semua tugas pokok
dan tercapainya tujuan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
Efektivitas merupakan gambaran tingkat keberhasilan atau
keunggulan dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan.
Efektivitas berkaitan erat dengan pencapaian suatu tujuan, dalam hal
ini adalah tujuan dari pembelajaran yakni ketercapaian suatu
kompetensi. Pembelajaran dikatakan efektif apabila pembelajaran
tersebut memudahkan peserta didik untuk dapat belajar sesuatu yang
bermanfaat, seperti fakta, keterampilan, nilai, konsep, cara hidup
serasi dengan sesama, atau sesuatu hasil belajar yang diinginkan
(Warsita, 2008: 288). Pembelajaran tersebut mampu membawa
perubahan tingkah laku yang baru pada diri peserta didik.
Efektivitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
efektivitas penggunaan model pembelajaran Discovery Learning
berbantuan Math Module terhadap kemampuan penalaran
matematika siswa. Model pembelajaran ini dikatakan efektif apabila
rata-rata kemampuan penalaran matematika siswa yang diajar
menggunakan model pembelajaran Discovery Learning berbantuan
Math Module dapat mencapai ketuntasan dan rata-rata kemampuan
penalaran matematika siswa yang diajar menggunakan model
pembelajaran Discovery Learning berbantuan Math Module lebih
dari rata-rata kemampuan penalaran matematika siswa yang diajar
menggunakan model pembelajaran konvensional.
11
2. Pembelajaran Matematika
Pembelajaran merupakan salah satu komponen penunjang
keberhasilan suatu pendidikan. Pembelajaran dapat diartikan sebagai
kegiatan yang dirancang oleh guru untuk membantu seseorang
mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru dalam suatu
proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan dan
evaluasi dalam konteks kegiatan belajar mengajar (Sagala, 2010: 64-
65). Menurut Subini (2012: 8), pembelajaran adalah suatu proses
yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari
pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.
Sehingga pembelajaran merupakan kegiatan yang dirancang oleh
guru untuk membantu seseorang mempelajari kemampuan melalui
proses yang sistematis dan diperoleh perubahan tingkah laku.
Pembelajaran di sekolah tidak lepas dari mata pelajaran, salah
satunya matematika. Menurut Hudojo (Hasratuddin, 2014: 30),
matematika merupakan ide-ide abstrak yang diberi simbol-simbol
dan tersusun secara hierarkis serta penalarannya deduktif, sehingga
belajar matematika membutuhkan kegiatan mental yang tinggi.
Matematika juga dideskripsikan sebagai (1) struktur yang
terorganisir, (2) alat untuk mencari solusi berbagai masalah
kehidupan sehari-hari, (3) pola pikir deduktif, (4) cara bernalar, (5)
bahasa artifisial, dan (6) seni yang kreatif (Sumardyono, 2004: 28)
Jadi, matematika merupakan ide-ide abstrak yang diberi simbol-
simbol yang strukturnya terorganisir dan bersifat deduktif serta
digunakan sebagai alat untuk mencari solusi berbagai masalah dalam
kehidupan sehari-hari. Pembelajaran matematika merupakan
kegiatan pembelajaran yang berpusat pada mata pelajaran
matematika yang memiliki objek kajian abstrak yang strukturnya
terorganisir sehingga dalam kegiatannya membutuhkan mental yang
tinggi serta metode dan model pembelajaran yang relevan.
12
4. Math Module
Math Module merupakan sebuah modul pembelajaran
matematika yang disusun secara kreatif oleh peneliti untuk keperluan
penelitian dan pembelajaran di sekolah tempat penelitian. Math
Module bertujuan untuk mendukung terciptanya kegiatan belajar
mengajar yang efektif sehingga dapat meningkatkan kemampuan
penalaran matematika dan keterampilan proses siswa. Math Module
dilengkapi dengan latihan soal-soal baik yang bersifat individu
maupun kelompok untuk melatih siswa berpikir kreatif, sistematis,
logis dan kritis dalam memecahkan masalah yang berhubungan
dengan matematika dalam kehidupan sehari-hari.
Modul merupakan salah satu bentuk media cetak yang berisi
satu unit pembelajaran, dilengkapi dengan berbagai komponen
sehingga memungkinkan siswa-siswa yang menggunakannya dapat
mencapai tujuan secara mandiri, dengan sekecil mungkin bantuan
dari guru, mereka dapat mengontrol dan mengevaluasi kemampuan
sendiri, yang selanjutnya dapat menentukan mulai dari mana
kegiatan belajar selanjutnya harus dilaksanakan (Wena, 2010: 232).
Melalui pembelajaran menggunakan modul memungkinkan siswa
dapat mempelajari suatu kompetensi secara runtut dan sistematis
sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi
dengan utuh dan terpadu (Depdiknas, 2008: 6).
Penyusunan isi sebuah bahan ajar termasuk di dalamnya modul
harus berdasarkan pada panduan yang telah ditetapkan oleh
Departemen Pendidikan Nasional. Menurut Panduan Pengembangan
Bahan Ajar, sebuah bahan ajar paling tidak mencakup: (1) petunjuk
belajar baik untuk siswa maupun guru, (2) kompetensi yang akan
dicapai, (3) content atau isi materi pembelajaran, (4) informasi
pendukung, (5) latihan-latihan, (6) petunjuk kerja dapat berupa
Lembar Kerja, (7) evaluasi, dan (8) respon atau balikan terhadap
hasil evaluasi (Depdiknas, 2008: 8).
15
8. Keterampilan Proses
Keterampilan proses merupakan pendekatan belajar-mengajar
yang mengarah pada pengembangan kemampuan mental, fisik, dan
sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan yang lebih
tinggi dalam diri individu siswa (Usman, 2011: 42). Menurut
Wahyana (Trianto, 2011: 144), keterampilan proses merupakan
keterampilan yang diperoleh dari latihan kemampuan mental, fisik,
dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan-
kemampuan yang lebih tinggi. Usman (2011: 42) mengemukakan
bahwa keterampilan dalam penilaian proses adalah sebagai berikut.
a. Mengamati, yaitu keterampilan mengumpulkan data atau
informasi melalui penerapan dengan indera seperti melihat,
mendengarkan, merasa, menyimak, membaca, dan sebagainya.
b. Mengklasifikasikan, yaitu keterampilan menggolongkan benda,
kenyataan, konsep, nilai, atau kepentingan tertentu seperi
mencari persamaan, membedakan, dan membandingkan.
c. Menafsirkan (menginterpretasikan), yaitu keterampilan
menafsirkan sesuatu berupa benda, kenyataan, peristiwa, atau
konsep yang telah dikumpulkan seperti menaksirkan, memberi
arti, memposisikan, menemukan pola, dan sebagainya.
d. Meramalkan, yaitu menyimpulkan suatu hal yang akan terjadi
pada waktu yang akan datang berdasarkan perkiraan seperti
mengantisipasi berdasarkan pola atau hubungan antar data.
e. Menerapkan, yaitu menggunakan hasil belajar berupa informasi,
kesimpulan, konsep, hukum, teori, dan ketrampilan seperti
menggunakan, menghitung, merumuskan, dan membuat model.
f. Merencanakan, yaitu keterampilan menentukan masalah, tujuan,
ruang lingkup, sumber data, dan analisis dalam penelitian.
g. Mengkomunikasikan, yaitu menyampaikan perolehan atau hasil
belajar kepada orang lain seperti berdiskusi, bertanya,
merenungkan, mengarang, meragakan, dan mengungkapkan.
19
C. Kerangka Berpikir
Kemampuan penalaran matematika merupakan salah satu tujuan
dari pembelajaran matematika. Siswa harus mampu menalar suatu
konsep dan permasalahan dari masalah-masalah yang ada. Materi
pelajaran matematika yang dianggap sulit disebabkan oleh penggunaan
nalar yang kurang baik dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan.
Selain kemampuan penalaran matematika yang rendah, keterampilan
proses juga masih tergolong rendah. Hal ini ditunjukkan oleh kondisi
siswa yang sulit untuk diajak berdiskusi, tidak memperhatikan penjelasan
dari guru dan cenderung diam saat guru mengajukan pertanyaan.
Kemampuan penalaran matematika siswa dan keterampilan proses
yang masih rendah disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya guru
masih menggunakan model pembelajaran konvensional. Guru lebih
mendominasi kelas dan siswa menjadi pasif karena hanya menerima apa
yang disampaikan oleh guru. Selain itu, bahan ajar berupa LKS dan buku
cetak matematika yang dibuat oleh penerbit juga turut berpengaruh.
Ditinjau dari segi isi, materi yang terkandung di dalamnya memiliki
tingkat pemahaman yang tinggi sehingga sulit dipahami oleh siswa.
Bahasa yang digunakan dalam bahan ajar tersebut belum dapat
menyampaikan materi secara komunikatif sehingga siswa mengalami
kesulitan dalam memahami materi yang terkandung di dalamnya.
Salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan penalaran
matematika dan keterampilan proses siswa adalah menggunakan model
pembelajaran Discovery Learning. Model pembelajaran ini lebih
menitikberatkan pada aktivitas siswa untuk berpartisipasi aktif dalam
kegiatan penemuan, dan melatih berpikir sendiri melalui pengetahuan
yang telah dimiliki sebelumnya. Selain menggunakan model
pembelajaran Discovery Learning, peneliti juga menggunakan bahan ajar
yang dinamakan Math Module. Bahan ajar ini dilengkapi dengan
pembahasan materi dan soal-soal latihan yang diharapkan dapat melatih
siswa untuk berpikir kreatif, sistematis, kritis dan logis.
21
MASALAH
1. Kemampuan penalaran matematika siswa rendah
2. Keterampilan proses yang dimiliki siswa rendah
SOLUSI
Guru menerapkan model pembelajaran Discovery Learning
berbantuan Math Module dalam kegiatan belajar mengajar
HASIL
1. Rata-rata kemampuan penalaran matematika siswa yang diajar
menggunakan model pembelajaran Discovery Learning
berbantuan Math Module dapat mencapai KKM
2. Rata-rata kemampuan penalaran matematika siswa yang diajar
menggunakan model pembelajaran Discovery Learning
berbantuan Math Module lebih dari rata-rata kemampuan
penalaran matematika siswa yang diajar menggunakan model
pembelajaran konvensional
3. Terdapat pengaruh positif keterampilan proses dengan model
pembelajaran Discovery Learning berbantuan Math Module
terhadap kemampuan penalaran matematika
D. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Rata-rata kemampuan penalaran matematika siswa yang diajar
menggunakan model pembelajaran Discovery Learning berbantuan
Math Module dapat mencapai KKM.
2. Rata-rata kemampuan penalaran matematika siswa yang diajar
menggunakan model pembelajaran Discovery Learning berbantuan
Math Module lebih dari rata-rata kemampuan penalaran matematika
siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran konvensional.
3. Terdapat pengaruh positif keterampilan proses dengan model
pembelajaran Discovery Learning berbantuan Math Module terhadap
kemampuan penalaran matematika.
B. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk menguji teori,
membangun fakta, menunjukkan hubungan antara variabel, memberikan
deskripsi statistik, menaksir dan meramalkan hasilnya. Bahan kajian
yang dideskripsikan adalah data-data yang diperoleh dengan
menggunakan model pembelajaran Discovery Learning berbantuan Math
Module terhadap kemampuan penalaran matematika siswa.
23
D. Variabel Penelitian
Variabel merupakan segala sesuatu yang akan menjadi objek
pengamatan dalam penelitian. Variabel penelitian dalam hipotesis
pertama adalah kemampuan penalaran matematika siswa dengan
menggunakan model pembelajaran Discovery Learning berbantuan Math
Module. Variabel penelitian dalam hipotesis kedua adalah model
pembelajaran Discovery Learning berbantuan Math Module dan model
pembelajaran konvensional. Sedangkan variabel penelitian dalam
hipotesis ketiga adalah keterampilan proses sebagai variabel bebas (X)
dan kemampuan penalaran matematika sebagai variabel terikat (Y).
Keterangan:
rxy = koefisien korelasi skor butir soal dan skor total
𝑁 = banyak subjek
∑X = jumlah skor tiap butir soal
∑Y = jumlah skor total
∑ 𝑋𝑌 = jumlah perkalian antara skor butir dengan skor total
∑ X2 = jumlah kuadrat skor butir soal
∑ Y2 = jumlah kuadrat skor total
b) Reliabilitas
Reliabilitas merupakan ketetapan atau ketelitian suatu alat
ukur. Uji reliabilitas dapat dilakukan secara bersama-sama
terhadap seluruh butir pertanyaan. Uji reliabilitas ini dilakukan
menggunakan Alpha Cronbach dengan rumus sebagai berikut.
𝑛 ∑ 𝜎𝑖2
𝑟=[ ] [1 − 2 ]
(𝑛 − 1) 𝜎𝑡
(Arikunto, 2015: 122)
26
Keterangan :
r 11 = reliabilitas tes secara keseluruhan,
n = banyaknya butir soal,
i
2
= jumlah varians butir,
t2 = varians total,
Keterangan:
c) Taraf Kesukaran
Rumus yang digunakan untuk mencari tingkat kesukaran
soal bentuk uraian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
𝐵
𝑃=
𝐽𝑆
(Arikunto, 2015: 223)
Keterangan:
𝑃 = indeks kesukaran
𝐵 = banyak siswa yang menjawab soal dengan benar
𝐽𝑆 = jumlah seluruh siswa peserta tes
d) Daya Pembeda
Daya pembeda adalah kemampuan sesuatu soal untuk
membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan
siswa yang berkemampuan rendah. Angka yang menunjukkan
besarnyan daya pembeda disebut indeks diskriminasi (D)
dengan rumus sebagai berikut.
𝐵𝐴 𝐵𝐵
D= - = 𝑃𝐴 - 𝑃𝐵
𝐽𝐴 𝐽𝐵
b) Uji Homogenitas
Uji Homogenitas dilakukan untuk melihat kedua sampel
mempunyai varians yang homogen atau tidak. Hipotesisnya
adalah sebagai berikut
𝐻0 : 𝜎1 2 = 𝜎2 2 , artinya kedua varians homogen.
𝐻1 : 𝜎1 2 ≠ 𝜎2 2 , artinya kedua varians tidak homogen.
Pengujian ini menggunakan SPSS 16.0. Kriteria
penerimaan 𝐻0 dapat dilihat dari output Independents Sample T
Test pada kolom Levene’s Test for Equality of Variances. Jika
nilai Sig > 0,05 maka H0 diterima dan digunakan uji t dengan
varians homogen sebaliknya jika nilai Sig < 0,05 maka H0
ditolak dan digunakan uji t dengan varians tidak homogen.
c) Uji Hipotesis 2
Uji ini dilakukan untuk mengetahui hasil tes kemampuan
penalaran matematika siswa yang diajar menggunakan model
Discovery Learning berbantuan Math Module lebih baik dari
siswa yang diajar dengan model pembelajaran konvensional.
Hipotesisnya adalah sebagai berikut.
30
Keterangan:
𝜇1 = rata-rata hasil tes kemampuan penalaran
matematika siswa yang diajar menggunakan model
Discovery Learning berbantuan Math Module
𝜇2 = rata-rata hasil tes kemampuan penalaran
matematika siswa yang diajar dengan model
pembelajaran konvensional
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP.
Sudjana, Nana & Ibrahim. 2009. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung:
Sinar Baru Algensindo.