Anda di halaman 1dari 27

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Struktur Bidang


Struktur bidang dalam geologi struktur terdiri dari struktur bidang riil dan
struktur bidang semu. Struktur bidang riil ini merupakan struktur yang bentuk
dan kedudukannya dapat diamati langsung di lapangan.Bidang perlapisan, bidang
ketidakselarasan, bidang sesar, foliasi, serta kedudukan bidang yang terlipat
merupakan struktur bidang riil. Sedangkan struktur semu merupakan struktur
yang bentuk dan kedudukannya hanya bisa diketahui dari hasil analisa struktur
bidang riil yang lainnya, contoh struktur bidang semu adalah bidang poros
lipatan.

Beberapa unsur struktur geologi secara geometri dapat dianggap sebagai


struktur bidang. Struktur geologi tersebut diantaranya adalah: bidang perlapisan,
bidang kekar, bidang sesar, bidang belahan, bidang foliasi, dan sejenisnya.
Beberapa istilah dalam struktur bidang, antara lain:
1. Jurus/ Strike
Adalah arah dari garis horizontal yang merupakan perpotongan antara
bidang yang bersangkutan dengan bidang horizontal, dimana besar
sudutnya diukur dari arah utara.
2. Kemiringan/ Dip
Adalah sudut kemiringan terbesar yang dibentuk oleh bidang miring yang
bersangkutan dengan bidang horizontal dan diukur tegak lurus terhadap
jurus/ strike.
3. Kemiringan Semu/ Apperent Dip
Merupakan sudut kemiringan suatu bidang yang bersangkutan dengan
bidang horizontal dari pengukuran dengan arah tidak tegak lurus jurus.
4. Arah Kemiringan/ Dip Direction
Adalah arah tegak lurus jurus yang sesuai dengan arah miringnya bidang
yang bersangkutan dan diukur dari arah utara.

2
A. Cara Pengukuran Struktur Bidang
Pengukuran struktur bidang dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
 Pengukuran jurus dan kemiringan strike/dip
 Pengukuran “kemiringan dan arah kemiringan” (dip direction)

a. Pengukuran jurus dan kemiringan strik e /dip

Pengukuran strike dilakukan dengan menempelkan sisi “E” kompas pada


bidang yang diukur dalam posisi kompas horizontal (gelembung berada
pada pusat lingkaran nivo mata sapi). Angka azimuth yang ditunjuk oleh
jarum “N” merupakan arah strike yang diukur (jangan lupa menandai).

Gambar 1. Pola Struktur Bidang

Gambar 2. Struktur Bidang dalam Blok Tiga Dimensi

3
b. Cara pengukuran “kemiringan dan arah kemiringan” (dip direction)

Pengukuran arah kemiringan dilakukan dengan menempelkan sisi “S”


kompas pada bidang yang diukur dalam posisi kompas horizontal
(gelembung berada pada pusat lingkaran nivo mata sapi). Angka azimuth
yang ditunjuk oleh jarum “N” merupakan arah kemiringan yang diukur.
Misal hasil dari pembacaan adalah N 275˚ E. Pengukuran dip dilakukan
dengan cara sama seperti pada gambar di atas. Maka notasi kedudukan
bidang yang diukur adalah 60˚, N 275˚ E.

B. Aplikasi Metoda Grafis Untuk Struktur Bidang

Di alam kadang-kadang kemiringan sebenarnya (true dip) sulit didapatkan,


terutama pada kondisi bawah permukaan dimana data kemiringan hanya diperoleh
dari data pemboran. Sehingga untuk mengetahui kedudukan sebenarnya
digunakan metode grafis.
Alat Dan Bahan
1. Alat tulis lengkap
2. Jangka, penggaris, busur derajat
3. Peta topografi

Aplikasi metode grafis yang akan diterapkan pada praktikum ini meliputi:
Menentukan Kemiringan Semu.

a) Menentukan Kedudukan Bidang dari Dua Kemiringan Semu pada


Ketinggian yang sama.

b) Menentukan Kedudukan Bidang dari Dua Kemiringan Semu pada


Ketinggian yang berbeda.

c) d. Menentukan Kedudukan Bidang Berdasarkan Problem Tiga Titik (


Three Point Problems ).

d) Melakukan ploting simbol struktur bidang pada peta topografi.Di bawah


ini diberikan petunjuk penyelesaian kasus A – E.

4
A. Menentukan Kemiringan Semu (Apparent Dip) Suatu bidang ABCD
dengan kedudukan N X°E /α°. Berapakah kemiringan semu yang diukur
pada arah NY°E?

 Membuat proyeksi horizontal bidang abcd pada kedalaman “d” yaitu


dengan membuat jurus yang selisih tingginya “h” dengan besar dip α°.

 Menggambarkan proyeksi horizontal garis arahnya sehingga memotong


jurus yang lebih rendah di titik l ( garis al ).

 Membuat garis sepanjang d melalui dan tegak lurus terhadp garis (garis
ak).

 Menghubungkan a dan k, maka sudut k adalah kemiringan semunya.

B. Menentukan Kedudukan Bidang dari Dua Kemiringan Semu pada


Ketinggian yang sama Pada bidang ABEF di lokasi O, terukur dua
kemiringan semu pada titik C dan D (ketinggian sama) masing -masing
sebesar α1° pada arah N X° E dan α2° pada arah N Y° E. Berapakah
kedudukan bidang ABEF sebenarnya ( true dip ). Penyelesaian secara
grafis:

 Menggambarkan rebahan masing-masing kemiringan semu sesuai dengan


arahnya dari lokasi O (pada kedalaman d).

 Menghubungkan titik D dengan C, maka CD merupakan proyeksi


horizontal strike bidang ABEF.

 Melalui O membuat garis OL tegak lurus CD.

 Dari L diukur sepanjang d sehingga didapatkan titik K maka sudut KOL


(β 1 ) adalah true dip dari bidang ABEF.

 Kedudukan bidang ABEF adalah N Z° E / β 1° .

C. Menentukan Kedudukan Bidang dari Dua Kemiringan Semu pada


Ketinggian yang berbeda Pada bidang ABEF di lokasi O (ketinggian 400

5
m) terukur kemiringan semu αl° pada arah N Y° E, sedangkan pada lokasi
P (ketinggian 300 m) terukur kemiringan semu α2° pada arah N X°E.
Letak lokasi P terhadap O sudah diketahui. Berapakah kedudukan bidang
ABEF sebenarnya ( true dip )? Penyelesaian secara grafis:

 Menggambarkan rebahan kemiringan semu di O dan P sesuai arah dan


besarnya.

 Gambarkan lokasi ketinggian 300 m pada jalur O yaitu lokasi Q.

 Membuat garis tegak lurus OQ sepanjang d (QR), dan sepanjang 2d (ST).

 Menggambarkan lokasi ketinggian 200 m pada jalur O yaitu lokasi P.

 Membuat garis tegak lurus OP sepanjang d sehingga didapat UV

 Hubungkan titik Q dan P. Garis ini merupakan strike bidang sebenarnya


pada ketinggian 300 m.

 Hubungkan titik Q dan S yang merupakan kesejajaran gari s QP. Garis ini
merupakan strike bidang sebenarnya pada ketinggian 200 m.

 Buat garis sejajar Q P melalui titik O. Garis ini merupakan strike pada
ketinggian 400 m.

 Buat garis tegak lurus O sehingga didapat garis OW.

 Buat garis sepanjang d pada garis stri ke 200 dan sepanjang 2d pada garis
strike 300 (WX).

 Hubungkan titik O dan X. Sudut WOX merupakan nilai dip sebenarnya.

D. Menentukan Kedudukan Bidang Berdasarkan Problem Tiga Titik ( Three


Point Problems ) Maksudnya menentukan kedudukan bidang dari tiga titik
yang diketahui posisi dan ketinggiannya. Diketahui tiga titik, masing-
masing : A ketinggian 200 m, B ketinggian 150 m, dan C ketinggian 100

6
m. Ketiga titik tersebut terletak pada bidang PQRS, menentukan bidang
PQRS. Penyelesaian sceara grafis:

 Menggambarkan kedudukan ketiga titik tersebut sesuai data kemudian


menghubungkan antara lokasi tertinggi (A) dengan lokasi terendah. (C).

 Antara A dan C, bagilah menjadi dua bagian dengan pertolongan garis 1,


sehingga CE = EA

 Berarti ketinggian E adaah 150 m,maka garis BE merupakan jurus B


ketinggian 150 m dari bidang PQRS

 Melalui A dan C dapat dibuat jurus 200 m dan 100 m yang sejajar dengan
garis BE.

 Menentukan kemiringannya dengan menggunakan selisih ketinggian


jurus

 Kedudukan bidang PQRS adal ah N X°E / α°

C. Cara Penulisan Simbol Struktur Bidang

Penulisan (notasi) struktur bidang dinyatakan dengan dua cara, yaitu: A.


Jurus ( strik e ) / Kemiringan ( dip ) B. Besar Kemiringan ( dip ), Arah
Kemiringan ( dip direction )

A. Jurus ( strike) / Kemiringan ( dip ) Penulisan struktur bidang dengan cara ini
dapat dilakukan berdasarkan sistem azimuth dan sistem kuadran. Sistem
Azimuth N X ° E / Y°. X : jurus/ strike , besarnya 0° - 360° Y : kemiringan/
dip , besarnya 0°- 90° Contoh : N 0° E / 30° (notasi ini menunjukkan struktur
bidang yang diukur miring ke arah timur)

7
2.2 Struktur Garis

Salah satu unsur struktur secara geometris adalah geometris garis (struktur
garis, gores garis, perpotongan 2 bidang, dan lainnya). Struktur garis dapat
dibedakan menjadi 2, yaitu:

1. Struktur Garis Riil

Adalah struktur garis yang arah dan kedudukannya dapat diamati langsung
dilapangan, contohnya gores garis pada bidang sesar.

2. Struktur Garis Semu

Adalah semua struktur garis yang arah atau kedudukannya ditafsirkan dari
orientasi unsur-unsur struktur yang membentuk kelurusan atau liniasi,
contohnya liniasi fragmen breksi sesar.

Berdasarkan saat pembentukannya, struktur garis dapat dibedakan menjadi :

1. Struktur Garis Primer, meliputi liniasi atau penjajaran mineral-mineral


pada batuan beku tertentu, dan arah liniasi struktur sedimen.

2. Struktur Garis Sekunder, meliputi gores garis, liniasi memanjang fragmen


breksi sesar, garis poros lipatan dan kelurusan-kelurusan dari topografi,
sungai dan sebagainya.

Beberapa istilah dalam struktur garis:


 Arah Penunjaman (trend)
Adalah jurus dari bidang vertikal yang melalui garis dan menunjukkan
arah penunjaman garis tersebut, dimana hanya menunjukkan 1 arah
tertentu.
 Arah Kelurusan (bearing)

8
Adalah jurus dari bidang vertikal yang melalui garis tetapi tidak
menunjukkan arah penunjaman garis tersebut, tetapi menunjukkan sudut
pelurusnya.

 Plunge
Adalah dip penunjaman.
 Rake (pitch)
Adalah besar sudut antara garis dengan garis horizontal yang diukur pada
bidang dimana garis itu terdapat dan membentuk sudut terkecil (sudut
lancip).

Gambar 3. Pola Struktur Garis

Gambar 4. Struktur Garis dalam Blok Tiga Dimensi

9
Kesimpulan

1. Dalam pembacaan struktur garis terdapat istilah plunge, bearing, dan rake
yang menunjukkan besar sudut antara garis horizontal yang diukur pada
bidang dimana garis tersbut didapat, serta dapat menentukan kedudukan
struktur garis dari perpotongan pada bidang tertentu.
2. Berdasarkan pada pembentukannya struktur garis dibagi menjadi :
a. Struktur garis primer
b. Struktur garis sekunder.
3. Struktur garis dapat dibedakan menjadi dua yaitu struktur garis riil dan
struktur garis semu.

10
2.3 Proyeksi

2.3.1 Plotting Struktur

A. Proyeksi Stereografis

Merupakan proyeksi yang didasarkan pada perpotongan bidang dengan


suatu permukaan bola. Yang di pakai sebagai gambaran posisi struktur di bawah
permukaan adalah belahan bola bagian bawah. Adapun macam–macam proyeksi
strereografi adalah :

1. Equal angle projection net atau wulfnet.

2. Equal area net atau schmidt net.

3. Orthographic net.

Gambar 5. Proyeksi Sterografi

 Struktur Garis

Strereogram akan berupa suatu garis lurus dari pusat lingkaran, besarnya
plunge di hitung 0° pada lingkaran primitif dan 90° di pusat lingkaran. Dan di
ukur pada kedudukan bearing berimpitan dengan N – S atau E – W jaring.

11
 Struktur Bidang

Stereogram akan berupa lingkaran besar sehingga besar sudut kemiringan


selalu di ukur pada arah E – W jaring yaitu : 0° pada lingkaran primitif dan 90° di
pusat lingkaran.
 Wulf net
1. Struktur bidang
 Strike : 0° dimulai dari arah utara pada Wulf net.
 Dip : 0° dimulai dari lingkaran primitif dan 90° berada dipusat
wulf net.
2. Struktur garis
 Bearing : 0° di mulai dari arah utera pada Wulf net.
 Plunge : 0° di mulai dari lingkaran primitif dan 90° berada pada
pusat wulf net.
 BSchmidt net
1. Struktur bidang
 Strike : 0° dimulai dari arah utara pada Schmidt net.
 Dip : 0° dimulai dari lingkaran primitif dan 90° berada di pusat
Schmidt net.
2. Struktur garis
 Bearing : 0° dimulai dari arah utara pada Schmidt net.
 Plunge : 0° di mulai dari lingkaran primitif dan 90° berada pada
pusat Schmidt net.

B. Proyeksi Kutub

1. Struktur bidang
 Strike : 0° dimulai dari arah West pada polar equal area.
 Dip : 0° dimulai dari pusat dan 90° berada di lingkaran primitif.
2. Struktur garis
 Bearing : 0° dimulai dari utara.
 Plunge : 0° dari lingkaran tepi dan 90° berada di pusat.

12
Dasarnya sama dengan proyeksi strereografi di man unsur struktur bumi di
gambar pada permukaan bola bagian bawah. Proyeksi kutub suatu bidang atau
garis di gambar dengan suatu titik. Proyeksi kutub bidang merupakan hasil
proyeksi titik tembus garis normal bidang bola terhadap permukaan bola. Sedang
proyksi kutub garis merupakan suatu titik tembus suatu garis terhadap permukaan
bola pada bidang horisontal.

Catatan :

 Pengeplotan proyeksi kutub struktur bidang , 0° di mulai dari pusat


lingkaran sedang 90° di mulai atau terletak pada lingkaran primitif.

 Pengeplotan proyeksi kutub struktur garis, 0° di mulai dari lingkaran


primitif sedangkan 90° terletak pada pusat lingkaran.

 Perbedaan Utama antara Wulf net dan Schmidt net :

1. Wulf net : lingkaran besar dan lingkaran kecil di dapat dari proyeksi
permukaan bola kearah titik zenit.

2. Schmidt net : lingkaran besar dan kecil dibuat berdasarkan luas yang
mendekkati kesamaan dari jaring yang dihasilkan oleh perpotongannya,
sehingga interval tiap lingkaran akan merata pada setiap kedudukan.

2.4 Analisis Struktur

2.4.1 Analisis Kekar

Metode statistik adalah metode yang di terapkan untuk mendapatkan


kisaran harga rata–rata atau harga maksimum dari sejumlah data acak atau satu
jenis struktur, dari metode ini maka dapat diketahui kesenderungan–
kecenderungan, bentuk pola maupun kedudukan umum dari jenis struktur yang
sedang di analisa.
Kekar adalah suatu rekahan yang relative tanpa megalami pergeseran,
kekar dapat tebentuk baik secara primer (pada batuan beku akibat pembekuan

13
magma) ataupun secara sekunder (pada batuan beku dan batuan sediment akibat
adanya gaya atau tegasan yang berkerja pada tubuh batuan). Pada acara pratikum
ini yang akan dibahas adalah kekar yang terjadi pada batuan sedimen.
Klasifikasi keak berdasarkan ganesanya, dibagi menjadi :

1. Shear joint (kekar gerus), yaitu kekar yang terjadi akibat adanya tegasan
takanan(compressive stress).

2. Tension joint sebagai akibat adanya tension stress, dibedakan atas :

a. Extension joint, terjadi akibat pemekaran / tarikan.

b. Release joint, terjadi akibat terhenttinya gaya yang berkeja.

Kekar-kekar terbentuk oleh adanya gaya / tegasan yang berkerja pada


batuan, dimana tegasan tersebut berupa tegasan utama tebesar, tegasan utama
menengah dan tegasan utama terkecil. Tegasan utama terbesar akan membagi
suduut tumpul kedua shear joint sama besar ( gambar 2.4.1). Secara teoritis
rekahan atau bidang geser yang terbentuk adalah AA dan BB yang saling tegak
lurus, tetapi kerena sesuatu batuan mempunyai sifat/ cirri tertentu, maka biodang
geser yang terbentuk adalah SS.

Gambar 6. Shear Joint, (Kiri) Tegasan yang bekerja pada suatu kubus dan pola
kekar yang terbentuk. (Kanan) Hubungan antara tegasan utama dengan sudut
geser dalam

14
Parameter yang digunakan dalam metode statistik kekar ada 2 macam
yaitu :

1. Metode statistik dengan satu parameter

2. Metode statistik dengan dua parameter

Yang dimaksud adalah data–data yang akan dibuat diagramnya hanya


terdiri dari satu unsur pengukuran, misalkan data dari kekar vertikal, arah liniasi
struktur sedimen, arah liniasi frakmen breksi sesar, arah kelurusan gawir.

Jenis diagram ini adalah :

 Diagram kipas

 Diagram roset

 Histogram

Keterangan :

 Diagram Kipas
 Tujuan dari diagram ini adalah untuk mengetahui arah kelurusan
umum dari usur-unsur struktur yang datanya hanya satu unsur
pengukuran saja.
 Tabulasi data : data pengukuran di masukkan dalam suatu tabel
sehingga mempermudah proses pembuatan diagram.

15
Gambar 7. (atas) Jari-jari diagram setengah lingkaran dalam pembuatan diagram
roset, (bawah) Pembagian interval dari pusat busur

Gambar 8. Diagram Kipas

 Diagram Roset
 Tujuan dari diagram ini adalah untuk mengetahui arah kelurusan
umum dari data dengan satu parameter, misalkan bearing.
 Tabulasi data : data yang ada di masukkan dalam tabel dengan
tujuan untuk mempermudah.

16
Gambar 9. Diagram Roset

 Histogram
 Tujuan diagram ini adalah untuk mengetahui kelurusan umum dari
unsur struktur.
 Tabulasi data : sama dengan diagram kipas yaitu di masukkan
dalam suatu tabel seperti diagram kipas.

Gambar 10. Histogram

17
Tabel 1. Perhitungan Persentase

Metode statistik dengan dua parameter, metode ini diterapkan untuk


data struktur yang memiliki dua unsur pengukuran seperti pada struktur garis atau
struktur bidang.

Macam dari parameter jenis ini adalah :

 Diagram kontur

Tujuan dari diagram ini adalah untuk analisa struktur geologi yang
dimaksudkan untuk mendapatkan harga kerapatan maksimum dari data yang di
analisa, sehingga dari sini dapat di ketahui orientasi atau kedudukan umum
struktur yang di analisa.

Cara pembuatan diagram kontur :

 Tahap 1 : tahap pengeplotan data

 Tahap 2 : tahap penghitungan kerapatan data

 Tahap 3 : tahap “countering” titik – titik kerapatan

18
2.4.2 Analisis Sesar

Sesar adalah suatu rekahan yang memperlihatkan pergeseran cukup besar


dan sejajar dengan bidang rekahan yang terbentuk. Pergeseran yang terjadi
sepanjang garis lurus (translasi) atau terputar (rotasi).

a) Anatomi Sesar

 Bidang sesar (fault plane) : suatu bidang yang sepanjang rekahan daam
batuan yang tergeserkan.

 Jurus sesar (strike) : arah dari suatu garis horisontal yang merupakan
perpotongan antara bidang sesar dengan bidang horisontal.

 Kemiringan sesar (dip) : sudut antara bidang sesar dengan bidang


horisontal dan di ukur tegak lurus jurus sesar.

 Atap sesar (hanging wall) : blok yang terletak diatas bidang sesar apabila
bidang sesarnya tidak vertikal.

 Foot wall : blok yang terletak dibawah bidang sesar.

 Hade : sudut antara garis vetikal dengan bidang sesar dan merupakan
penyiku dari dip sesar.

 Heave : komponen horisontal dari slip di ukur pada bidang vertikal yang
tegak lurus jurus sesar.

 Throw : komponen vertikal dari slip di ukur pada bidang vertikal yang
tegak lurus jurus sesar.

 Strike–slip fault : sesar yang mempunyai pergerakan sejajar terhadap arah


jurus bidang sesar kadang – kadang disebut Wrench foult, tear foult.

 Dip–slip fault : sesar yang mempunyai pergerakan naik dan turun sejajar
terhadap arah kemiringan sesar.

19
 Oblique-slip fault : pergerakan sesar kombinasi antara strike-slip dan dip-
slip.

 Slickensides : kenampakan pada permukaan sesar yang memperlihatkan


pertumbuhan mineral-mineral fibrous yang sejajar terhadap arah
pergerakan.

Gambar 11. Anatomi Sesar

Gambar 12. Oblique Slip Fault

b) Sifat pergerakan sesar


1. Pergerakan semu

Jarak tegak lurus antara bidang yang terpisah oleh gejala sesar dan diukur
pda bidang sesar.

20
2. Pergerakan relatif

Diukur dari blok satu dengan blok yang lain pada bidang sesar dan
merupakan pergeseran titik yang sebelumnya berimpitan. Total pergeseran
disebut : Net Slip.

c) Klasifikasi sesar
1. Berdasarkan sifat pergeseran semu

Dibagi menjadi :

i. Strike sparation

 Left – separation fault

 Right – separation fault

ii. Dip separation

 Normal – separation fault

 Reserve – separation fault

2. Berdasarkan sifat pergeseran relatif

i. Strike slip

 Left – slip fault

 Right – slip fault

ii. Dip slip

 Normal – slip fault

 Reserve – slip fault

iii. Oblique slip

 Normal left – slip fault

 Normel right – slip fault

21
 Reserve left – slip fault

 Reserve right – slip fault

 Vertikal oblique – slip fault

iv. Sesar rotasi

 Clock wise – rotational fault

 Anticlock wise – rotational fault

v. Sesar translasi

Pada sesar translasi kedudukan unsur–unsur tidak berubah pada


hanging wall dan foot wall karena pergeseran sepanjang bidang
sesar adalah sama

Gambar 13. Diagram Klasifikasi Sesar Translasi Menurut Rickard, 1972

Keterangan:

1. Thrust Slip Fault 12. Lag Slip Fault

2. Reverse Slip Fault 13. Normal Slip Fault

3. Right Thrust Slip Fault 14. Left Lag Slip Fault

22
4. Thrust Right Slip Fault 15. Lag Left Slip Fault

5. Reverse Right Slip Fault 16. Normal Left Slip Fault

6. Right Reverse Slip Fault 17. Left Normal Slip Fault

7. Right Slip Fault 18. Left Slip Fault

8. Lag Right Slip Fault 19. Thrust Left Slip Fault

9. Right Lag Slip Fault 20. Left Thrust Slip Fault

10. Right Normal Slip Fault 21. Left Reverse Slip Fault

11. Lag Slip Fault 22. Reverse Left Slip Fault

2.4.3 Analisis Lipatan

Lipatan merupakan hasil perubahan bentuk dari suatu bahan yang


ditunjukkan sebagai lengkungan atau kumpuilan dari lengkungan pada unsur garis
atau bidang di dalam bahan tersebut. Pada umumnya unsur yang ada pada lipatan
adalah : bidang perlipatan, foliasi, dan liniasi. Berdasarkan proses perlipatan dan
jenis batuan yang terlipatkan dapat dibedakan:

a. Flexture / competent folding termasuk didalamnya parallel fold.

b. Flow / incomptent folding termasuk didalamnya similar fold.

c. Shear folding .

d. Flexture and flow folding

23
Gambar 14. Macam Proses Perlipatan dan Jenis Batuan yang Terlipat

Mekanisme gaya di bagi menjadi :

a. Buckling (melipat) disebabkan oleh gaya tekan yang arahnya sejajar


dengan permukaan lempeng.

b. Bending ( pelengkungan) disebabkan oleh gaya tekan yang arahnya tegak


lurus permukaan lempeng.

Gambar 15. Mekanisme Gaya yang Menyebabkan Terbentuknya Lipatan

24
1. Jenis – jenis lipatan

a. Antiklin, struktur lipatan dengan bentuk convex (cembung) dimana


lapissan batuan yang tua berada dibagian inti antiklin.

b. Sinklin, struktur lipatan dengan bentuk concave (cekung) dimana lapisan


batuan yang muda berada dibagian inti sinklin.

c. Antiform, struktur lipatan seperti antiklin namun umur batuan tidak


diketahui.

d. Sinform, struktur lipatan seperti sinklin namun umur batuan tidak


diketahui.

e. Sinklin Antiformal, struktur lipatan seperti antiklin dengan lapisan batuan


yang tua dibagian atas dan batuan yang muda dibagian bawah.

f. Antiklin Antiformal, struktur lipatan seperti sinklin dengan lapisan batuan


yang tua dibagian atas dan batuan yang muda dibagian bawah.

g. Struktur Kubah (Dome), suatu jenis tertentu antiklin dimana lapisan


batuan mempunyai kemiringan kesegala arah yang menyebar dari satu
titik.

h. Struktur Depresi (Basinal), suatu jenis unik sinklin dimana kemiringan


lapisan batuan menuju ke satu titik.

Gambar 16. Antiklin, Sinklin, Antiform, Sinform, Sinklin Antiformal, Antiklin


Sinformal, Dome, dan Basinal.

25
2. Unsur – unsur lipatan

a. Hinge : titik pelengkungan maksimum dari lipatan .

b. Crest : titik tertinggi dari lipatan.

c. Trough : titk dasar dari terendah dari lipatan.

d. Plunge : sudut penunjaman dari hinge line terhadap bidang horisontal dan
diukur pada bidang vertikal.

e. Bearing : sudut horisontal yang dihitung terhadap arah tertentu dan ini
merupakan arah penunjaman suatu hanging line.

f. Rake : sudut antara hinge line dengan bidang horisontal yang diukur pada
axial surface.

Gambar 17. Unsur-unsur Lipatan

3. Rekonstruksi lipatan

Dengan menggunakan beberapa metode antara lain :

 Metode busur lingkar (arc methode)

 Metode Interpolasi Higgins (1962)

 Metode Interpolasi Busk (1929)

26
 Free hand metode.

 Kombinasi metode busur lingkar dan free hand metode.

Klasifikasi lipatan berdasarkan dip dari sumbu lipatan dan plunge dari
Hinge Line

Tabel 2. Klasifikasi lipatan berdasarkan dip dari sumbu lipatan dan plunge
dari hinge line (Fluety, 1964).

Angle Term Dip of H. Surface Plunge of H. Line

00 Horizontal Recumbent fold Horizontal fold

10-100 Subhorizontal Recumbent fold Horizontal fold

Gentle inclined
100-300 Gentle Gentle Plunging fold
fold

Moderately Moderately plunging


300-600 Moderate
inclined fold fold

Steeply inclined Steeply plunging


600-800 Steep
fold fold

800-890 Subvertical Upright fold Vertical fold

900 Vertical Upright fold Vertical fold

Contoh penamaan lipatan :

27
Misalkan didapat besarnya dip of hinge surface 65o dan plunge of hinge
line 15o, maka untuk penamaan lipatannya dikombinasikan sehingga
menjadi Steeply inclined gently plunging fold.

Klasifikasi Menurut Fluety, 1964

Gambar 18. Klasifikasi Lipatan Berdasarkan Dip, Sumbu Lipatan, Rake, dan
Plunge dari Hinge Line (Rickard, 1971)

28

Anda mungkin juga menyukai