Anda di halaman 1dari 32

KLASIFIKASI

Istilah Tinea dipakai untuk semua infeksi oleh dermatofita sesuai dengan tempat bagian tubuh yang
terkena infeksi, sehingga diperoleh pembagian dermatofitosis sebagai berikut:1
1. Tinea kapitis : bila menyerang kulit kepala clan rambut
2. Tinea Barbae : bila menyerang daerah dagu, jenggot, jambang dan kumis.
3. Tinea korporis : bila menyerang kulit tubuh.
4. Tinea kruris : bila menyerang kulit lipat paha, perineum, sekitar anus dapat meluas sampai ke
daerah gluteus, perot bagian bawah dan ketiak atau aksila
5. Tinea manus dan tinea pedis : bila menyerang daerah kaki dan tangan, terutama telapak tangan
dan kaki serta sela-sela jari.
6. Tinea Unguium : bila menyerang kuku.
7.Tinea Imbrikata : bila menyerang seluruh tubuh dengan memberi gambaran klinik
yang khas dengan susunan skuama yang konsentris dan disebabkan oleh
Trycophton concentricum

GEJALA KLINIK
Umumnya dermatofitosis pada kulit memberikan morfologi yang khas yaitu bercak-bercak yang
berbatas tegas disertai efloresensi-efloresensi yang lain, sehingga memberikan kelainan-kelainan yang
polimorf, dengan bagian tepi yang aktif serta berbatas tegas sedang bagian tengah tampak tenang .
Gejala objektif ini selalu disertai dengan perasaan gatal, bila kulit yang gatal ini digaruk maka
papula-papula atau vesikel-vesikel akan pecah sehingga menimbulkan daerah yang erosit dan bila
mengering jadi krusta dan skuama. Kadang-kadang bentuknya menyerupai dermatitis (ekzema
marginatum), tetapi kadang-kadang hanya berupa makula yang berpigmentasi saja (Tinea korporis) dan
bila ada infeksi sekunder menyerupai gejala-gejala pioderma (impetigenisasi).1,2

TINEA KAPITIS
(ringworm of the scalp)
Tinea kapitis adalah kelainan pada kulit dan rambut kepala yang disebabkan oleh spesies
dermatofita. Kelainan ini dapat ditnadai dengan lesi bersisik, kemerahan, alopesia, dan kadang terjadi
gambaran klinis yang lebih berat disebut kerion.
Di dalam klinik tinea kapitis dapat dilihat sebagai 3 bentuk yang jelas.

1. Gray pacth ring worm


Merupakan tinea kapitis yang biasanya disebabkan oleh genus Microsporum dan sering ditemukan
pada anak-anak.
Penyakit ini dimulai dengan papula merah kecil yang melebar ke sekitarnya dan membentuk bercak
yang berwarna pucat dan bersisik. Keluhan penderita adalah rasa gatal. Warna rambut jadi abu-abu dan
tidak mengkilat lagi, serta mudah patah dan terlepas dari akarnya, sehingga menimbulkan alopesia
setempat.
Dengan pemeriksaan sinar wood tampak flouresensi hijau kekuning-kuningan pada rambut yang
sakit melalui batas "Grey pacth" tersebut.
2. Kerion
Bentuk ini adalah yang serius, karena disertai dengan radang yang hebat yang bersifat lokal,
sehingga pada kulit kepala tampak pembengkakan yang menyerupai sarang lebahdengan serbukan sel
radang yang padat disekitarnya. Rambut di daerah ini putus-putus dan mudah dicabut. Bila kerion ini pecah
akan meninggalkan suatu daerah yang botak permanen oleh karena terjadi sikatrik. Bentuk ini terutama
disebabkan oleh Mikosporon canis, M. gipseum , dan sedikit bila penyebabnya adalah T.tonsurans dan T.
Violaseum.

3. Black dot ring worm


Terutama disebabkan oleh T. tonsurans, T. violaseum. Infeksi jamur terjadi di dalam rambut
(endotrik) atau luar rambut (ektotrik) yang menyebabkan rambut yang terkena infeksi patah, tepat pada
muara folikel dan yang tertinggal adalah ujung yang penuh spora Ujung rambut tampak sebagai titik-titik
hitam sehingga tarnpak sebagai gambaran ” back dot". Biasanya bentuk ini terdapat pada orang dewasa dan
lebih sering pada wanita. Rambut sekitar lesi juga jadi tidak bercahaya lagi disebabkan kemungkinan sudah
terkena infeksi. 1

TINEA BARBAE
Penderita Tinea barbae ini biasanya mengeluh rasa gatal di daerah jenggot, jambang dan kumis,
disertai rambut-rambut di daerah itu menjadi putus. Ada 2 bentuk yaitu superfisialis dan kerion. 1
1) Superfisialis
Kelainan-kelainan berupa gejala eritem, papel dan skuama yang mula-mula kecil selanjutnya
meluas ke arah luar dan memberi gambaran polisiklik, dengan bagian tepi yang aktif. Biasanya gambaran
seperti ini menyerupai tinea korporis.
2) Kerion
Bentuk ini membentuk lesi-lesi yang eritematous dengan ditutupi krusta atau abses kecil dengan
permukaan membasah oleh karena erosi.

2
Tinea barbae ini didiagnosa banding dengan :
1. Sikosis barbae (folikulitis oleh karena piokokus)
2. Karbunkel
3. Mikosis dalam

Gambar 1. Tinea Barbae

TINEA KORPORIS
(Tinea circinata/ Tinea glabrosa)
Penyakit ini banyak diderita oleh orang-orang yang kurang mengerti kebersihan dan banyak bekerja
ditempat panas, yang banyak berkeringat serta kelembaban kulit yang lebih tinggi. Predileksi biasanya
terdapat dimuka, anggota gerak atas, dada, punggung dan anggota gerak bawah.
Bentuk yang klasik dimulai dengan lesi-lesi yang bulat atau lonjong dengan tepi yang aktif. Dengan
perkembangan ke arah luar maka bercak-bercak bisa melebar dan akhirnya dapat memberi gambaran yang
polisiklis, arsiner, atau sirsiner. Pada bagian tepi tampak aktif dengan tanda-tanda eritema, adanya papula-
papula dan vesikel, sedangkan pada bagian tengah lesi relatif lebih tenang.
.
Pada tinea korporis menahun tanda radang mendadak biasanya tidak terlihat lagi. Kelainan ini dapat terjadi
pada tiap bagian tubuh dan bersama-sama dengan kelainan pada sela paha. Dalam hal ini disebut tinea
corporis et cruris atau sebaliknya tinea cruris et corporis. Bentuk menahun yang disebabkan oleh
Tricophyton rubrum.

Tinea Imbrikata
Penyakit ini adalah bentuk yang khas dari Tinea korporis yang disebabkan oleh Tricophyton
consentrikum. Gambaran klinik dimulai dengan papul berwarna cokelat yang perlahan-lahan membesar.
Stratum korneum bagian tengah terlepas dari dasarnya dan melebar. Proses ini setelah beberapa waktu
mulai lagi dari tengah sehingga terbentuk lingkaran-lingkaran skuama yang konsentris. Apabila diraba
terasa jelas skuamanya menghadap ke dalam. Lingkaran-lingkaran skuama konsentris bila membesar
membentuk pinggir yang polisiklik. Pada permulaan infeksi penderita akan mengeluhkan rasa sangat gatal.
Tinea Favosa

3
Merupakan bentuk lain tinea korporis yang disertai kelainan pada rambut. Penyakit ini dimulai di
kepala sebagai titik kecil dibawah kulit yang berwarna merah kuning dan berkembang menjadi krusta
berbentuk cawan (skutula) dengan berbagai ukuran. Krusta biasanya ditembus oleh satu atau dua rambut
dan bila krusta diangkat terlihat dasar yang cekung merah dan membasah. Rambut kemudian tidak berkilat
dan akhirnya terlepas. Bila tidak diobati penyakit ini meluas ke seluruh tubuh dan meninggalkan parut dan
botak. Biasanya dapat tercium bau tikus (mousy odor) pada para penderita ini. Kadang-kadang penyakit ini
dapat menyerupai penyakit seboroik. Tinea favosa pada kulit ini dapat terlihat sebagai kelainan kulit
papulovesikel dan papuloskuamosa disertai dengan kelainan kukit yang berbentuk cawan yang khas yang
kemudian menjadi jaingan parut. Penyebabnya adalah Tricophyton schoenleini, Tricophyton violaceum,
Mycrosporum gypseum.1

TINEA KRURIS
(Eczema marginatum."Dhobi itch", "Jockey itch")
Penyakit ini memberikan keluhan perasaan gatal yang menahun, bertambah hebat bila disertai
dengan keluarnya keringat. Kelainan yang timbul dapat bersifat akut atau menahun. Kelainan yang akut
memberikan gambaran yang berupa makula yang eritematous dengan erosi dan kadang-kadang terjadi
ekskoriasis. Pinggir kelainan kulit tampak tegas dan aktif.
Apabila kelainan menjadi menahun maka efloresensi yang nampak hanya makula yang
hiperpigmentasi disertai skuamas dan likenifikasi. Gambaran yang khas adalah lokalisasi kelainan, yakni
daerah lipat paha sebelah dalam, daerah perineum dan sekitar anus. Kadang-kadang dapat meluas sampai
ke gluteus, perot bagian bawah dan bahkan dapat sampai ke aksila.1
Penyebab utama adalah T. rubrum dan T. mentografites.
Diagnosa Banding:
1. Kandidiasis inguinalis
2. Eritrasma
3. Psoriasis vulgaris
4. Pitiriasis rosea

Gambar 2. Tinea Kruris

4
TINEA PEDIS
Tinea pedis disebut juga Athlete's foot = "Ring worm of the foot". Penyakit ini sering menyerang
orang-orang dewasa yang banyak bekerja di tempat basah seperti tukang cuci, pekerja-pekerja di sawah
atau orang-orang yang setiap hari harus memakai sepatu yang tertutup seperti anggota tentara. Keluhan
subjektif bervariasi mulai dari tanpa keluhan sampai rasa gatal yang hebat dan nyeri bila ada infeksi
sekunder.
Ada 3 bentuk Tinea pedis:

1. Bentuk interdigitalis
Keluhan yang tampak berupa maserasi, skuamasi serta erosi, di celah-celah jari terutama jari IV
dan jari V. Hal ini terjadi disebabkan kelembaban di celah-ceIah jari tersebut membuat jamur-jamur hidup
lebih subur, sehingga pada daerah ini sering dilihat maserasi. Maserasi berupa kulit putih dan rapuh. Bila
menahun dapat terjadi fisura yang nyeri bila kena sentuh. Bila terjadi infeksi sekunder dapat menimbulkan
selulitis atau erisipelas disertai gejala-gejala umum.

2. Bentuk moccasin foot


Terjadi penebalan kulit disertai sisik pada selutuh kaki terutama ditelapak kaki, tepi kaki dan
punggung kaki. Eritema biasanya ringan dan terutama terlihat pada bagian tepi lesi. Dibagian tepi lesi
terdapat juga papul ataupun kadang-kadang vesikel.

3. Bentuk subakut
Kelainan-kelainan yang timbul di mulai pada daerah sekitar antar jari, kemudian meluas ke
punggung kaki atau telapak kaki. Tampak ada vesikel berupa cairan jernih yang kental dan bula yang
terletak agak dalam di bawah kulit, diserta perasaan gatal yang hebat. Bila vesikel-vesikel ini memecah
akan meninggalkan skuama melingkar yang disebut Collorette. Bila terjadi infeksi akan memperhebat dan
memperberat keadaan sehingga dapat terjadi erisipelas. Semua bentuk yang terdapat pada Tinea pedis,
dapat terjadi pada Tinea manus, yaitu dermatofitosis yang menyerang tangan. 1
Tinea manus dan Tinea pedis harus dibedakan dengan:
1. Dermatitis kontak akut alergis
2. Impetigo bullosa

TINEA UNGUIUM
(Onikomikosis = ring worm of the nails)

5
Penyakit ini dapat dibedakan dalam 3 bentuk tergantung jamur penyebab dan permulaan dari
dekstruksi kuku.
Bentuk subungual distalis
Bentuk ini mulai dari tepi distal atau ditolateral kuku. Proses ini menjalar ke proksimal dan di
bawah kuku terbentuk sisa kuku yang rapuh. Kalau proses berjalan terus, maka permukaan kuku bagian
distal akan hancur yang terlihat hanya kuku rapuh yang menyerupai kapur.
Leukonikia trikofita
Kalaianan kuku merupakan keputihan dipermukaan kuku yang dapat dikerok untuk dibuktikan
adanya elemen jamur. Oleh karena ini dihubungkan dengan Tricophyton mentagrophytes sebagai
penyebabnya.

Bentuk subinguinal proksimal


Bentuk ini dimulai dari pangkal kuku bagian proksimal terutama menyerang kuku dan membentuk
gambaran klinis yang khas yaitu terlihat kuku di bagian distal masih utuh sedangkan bagian proksimal
rusak. Tinea ungium adalah dermatofitosis yang paling sukar dan lama disembuhkan kelainan pada kuku
kaki lebih sukar disembuhkan dari padakuku tangan. 1

Pemeriksaan langsung
Pengambilan spesimen
Pengambilan specimen dimulakan dengan membersihkan lokasi lesi dengan alcohol/spiritus 70%.
Untuk pengambilan specimen pada kulit tidak berambut (kulit glabrosa) pengerokan dilakukan dari bagian
tepi lesi sampai ke bagian sedikit di luar kelainan sisik kulit menggunakan skapel tumpul steril. Untuk
pengambilan spesimen di kulit berambut, rambut pada kulit yang mengalami kelainan dicabut dan kulit di
bagian itu dikerok untuk mengumpulkan sisik kulit dan pus. Dalam pengambilan specimen di kuku,
spesimen diambil dari permukaan kuku yang sakit dan dipotong sedalam-dalamnya sehingga mengenai
seluruh tebal kuku dan bahan di bawah kuku diambil.3

Pemeriksaan mikroskopis
Pemeriksaan mikroskopis dimulai dengan penyediaan slide, bahan diletakan di atas gelas alas
kemudian di tambah 1-2 tetes larutan KOH. Konsentrasi larutan KOH untuk sediaan rambut adalah 10%,

6
untuk kulit 20% dan untuk kuku 30%. Setelah sediaan dicampurkan dengan larutan KOH, sediaan ditunggu
15-20 menit untuk melarutkan jaringan. Untuk mempercepatkan proses pelarutan dapat dilakukan
pemanasan sediaan basah dia atas api kecil sehingga berlaku penguapan. Untuk melihat elemen jamur
ditambahkan zat pewarna pada sediaan KOH, tinta parker blue-black. Elemen jamur dapat diperhatikan di
bawah mikroskop cahaya dengan pembesaran 100x dan 400x.
Pada sediaan kuku dan kulit dapat dilihat hifa sebagai garis sejajar terbagi oleh sekat lengkap dan
bercabang. Terlihat juga spora berderet (artrospora).Pada sediaan rambut terlihat spora kecil (mikrospora)
dan spora besar (makrospora). Spora yang kelihatan bisa tersusun di luar rambut (ektotriks) atau di dalam
rambut (endotriks). Kadang-kadang dapat terlihat hifa pada sediaan rambut.3

Pemeriksaan dengan pembiakan


Pemeriksaan pembiakan dapat dilakukan untuk menyokong pemeriksaan sediaan langsung dan
menentukan spesies dermatofita. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menanam bahan klinis dalam media
buatan, medium agar dekstrosa Sabouraud. Pada medium ditambahkan antibiotic, Kloramfenikol untuk
menghindarkan kontaminasi bakterial maupun jamur kontaminan.3

PENATALAKSANAAN
Medika Mentosa
Terapi lokal
Infeksi pada badan dan lipat paha dan lesi-lesi superfisialis, di daerah jenggot,
telapak tangan dan kaki, biasanya dapat diobati dengan pengobatan topikal saja.
1.) Lesi-lesi yang meradang akut dengan vesikula dan eksudat harus dirawat dengan kompres basah secara
terbuka, dengan berselang-selang atau terus menerus. Vesikel harus dikempeskan tetapi kulitnya harus tetap
utuh.
2. Toksilat, haloprogin, tolnaftate dan derivat imidazol seperti mikonasol, ekonasol, bifonasol, kotrimasol
dalam bentuk larutan atau krem dengan konsentrasi 1-2% dioleskan 2 x sehari akan menghasilkan
penyembuhan dalam waktu 1-3 minggu.
3. Lesi hiperkeratosis yang tebal, seperti pada telapak tangan atau kaki memerlukan terapi lokal dengan
obat-obatan yang mengandung bahan keratolitik seperti asam salisilat 3-6%. Obat ini akan menyebabkan
kulit menjadi lunak dan mengelupas. Obat-obat keratolitik dapat mengadakan sensitasi kulit sehingga perlu
hati-hati kalau menggunakannya.

7
4. Pengobatan infeksi jamur pada kuku, jarang atau sukar untuk mencapai kesembuhan total. Kuku yang
menebal dapat ditipiskan secara mekanis misalnya dengan kertas amplas, untuk mengurangi keluhan-
keluhan kosmetika. Pemakaian haloprogin lokal atau larutan derivat asol bisa menolong. Pencabutan kuku
jari kaki dengan operasi, bersamaan dengan terapi griseofulvin sistemik, merupakan satu-satunya
pengobatan yang bisa diandalkan terhadap onikomikosis jari kaki.4

Terapi sistemik
Pengobatan sistemik pada umumnya mempergunakan griseofulvin. Griseofulvin adalah suatu
antibiotika fungisidal yang dibuat dari biakan spesies penisillium. Obat ini sangat manjur terhadap segala
jamur dermatofitosis. Griseofulvin diserap lebih cepat oleh saluran pencernaan apabila diberi bersama-sama
dengan makanan yang banyak mengandung lemak, tetapi absorpsi total setelah 24 jam tetap dan tidak
dipengaruhi apakah griseofulvin diminum bersamaan waktu makan atau diantara waktu makan.
Dosis rata-rata orang dewasa 500 mg per hari. Pemberian pengobatan dilakukan 4 x sehari, 2 x
sehari atau sekali sehari. Untuk anak-anak dianjurkan 10-25 mg per kg berat badan dan lamanya pemberian
adalah 10 hari.
Pada pengobatan kerion stadium dini diberikan kortikosteroid sistemik sebagai antiinflamasi yaitu
prednisone 3x5 mg atau prednisolon 3x 4 mg sehari selama dua minggu. Obat tersebut diberikan bersama
dengan griseofulvin.
Obat per oral yang juga efektif untuk dermatofitosis yaitu ketokonazol yang bersifat fungistatik.
Pada kasus yang resisten terhadap griseofulvin dapat diberikan obat tersebut sebanyak 200 mg per hari
selama 10 hari-2 minggu pada pagi hari setelah makan. Ketokonazol meupakan kontraindikasi pada
penderita kelainan hepar. Sebagai pengganti ketokonazol yang mempunyai sifat hepatotoksik terutama bila
diberikan lebih dari sepuluh hari, dapat diberikan suatu obat tiazol yaitu itrakonazol.yang merupakan
pemilihan yang baik. Pwmberian obat tersebut untuk penyakit kulit dan dan selaput lender oleh penyakit
jamur cukup 2 x 100-200 mg sehari dalam kapsul selama 3 hari. Khusus untuk onikomikosis dikenal sebagai
dosis denyut selama 3 bulan. Cara pemberian 3 tahap dengan interval 1 bulan. Setiap tahap selama 1
minggu dengan dosis 2x 200 mg sehari.
Terbinafin juga berifat fungisidal dapat diberikan sebagai pengganti griseofulvin selam 2-3 minggu
dosisnya 62,5 mg-250 mg sehari. Efek sanping berupa gangguan gastrointestinal, pengecapan dan gangguan
fungsi hepar.1,2

Non Medika Mentosa

8
1.) Perkembangan infeksi jamur diperberat oleh panas, basah dan maserasi. Jika faktor-faktor lingkungan
ini tidak diobati, kemungkinan penyembuhan akan lambat. Daerah intertriginosa atau daerah antara jari-jari
sesudah mandi harus dikeringkan betul dan diberi bedak pengering atau bedak anti jamur.
2.) Alas kaki harus pas betul dan tidak terlalu ketat.
3.) Pasien dengan hiperhidrosis dianjurkan agar memakai kaos dari bahan katun yang menyerap keringat,
jangan memakai bahan yang terbuat dari wool atau bahan sintetis.
4.) Pakaian dan handuk agar sering diganti dan dicuci bersih-bersih dengan air hangat.

PROGNOSIS
Perkembangan penyakit dermatofitosis dipengaruhi oleh bentuk klinik dan penyebab penyakitnya
disamping faktor-faktor yang memperberat atau memperingan penyakit. Apabila faktor-faktor yang
memperberat penyakit dapat dihilangkan, umumnya penyakit ini dapat hilang sempurna.

9
NON DERMATOFITOSIS

DEFINISI

Infeksi jamur non dermatofitosis mencakup semua jenis infeksi jamur yang menyerang jaringan
yang mengandung zat tanduk dan tidak disebabkan oleh golongan dermatofita. Jamur yang termasuk ke
dalam golongan dermatofita adalah yang berasal dari genus Microsporum, Epidermophyton dan
Trichophyton.1

KLASIFIKASI

Adapun yang termasuk ke dalam infeksi jamur non dermatofitosis meliputi:

a. Pitriasis versikolor
b. Ptrisporum folikulitis
c. Piedra
d. Tinea nigra
e. Otomikosis
f. Keratomikosis

PITIRIASIS VERSIKOLOR

DEFINISI
Tinea versikolor/Pityriasis versikolor adalah infeksi ringan yang sering terjadi disebabkan oleh
Malasezia furfur. Penyakit jamur kulit ini adalah penyakit yang kronik dan asimtomatik ditandai oleh
bercak putih sampai coklat yang bersisik. Kelainan ini umumnya menyerang badan dan kadang- kadang
terlihat di ketiak, sela paha, lengan, tungkai atas, leher, muka dan kulit kepala yang berambut.
Pertumbuhannya pada kulit (stratum korneum) berupa kelompok sel-sel bulat, bertunas, berdinding
tebal dan memiliki hifa yang berbatang pendek dan bengkok, biasanya tidak menyebabkan tanda-tanda
patologik selain sisik halus sampai kasar. Bentuk lesi tidak teratur, berbatas tegas sampai difus dan ukuran
lesi dapat milier,lentikuler, numuler sampai plakat.1
Ada dua bentuk yang sering dijumpai :

EPIDEMIOLOGI

10
Penyakit ini ditemukan diseluruh dunia (kosmopolit) terutama di daerah beriklim panas. Di
Indonesia frekuensinya tinggi. Penularan panu terjadi bila ada kontak dengan jamur penyebab oleh karena
itu kebersihan pribadi sangat penting.1

PATOGENESIS
Mallasezia furfur, merupakan organisme saprofit pada kulit normal. Organisme ini merupakan
"lipid dependent yeast" fase spora dan miselium. Faktor predisposisi menjadi patogen dapat secara endogen
(defisiensi imun) dan eksogen (faktor suhu, kelembaban udara, keringat dan matahari).1

GAMBARAN KLINIS
Kelainan ini terlihatsebagai bercak-bercak berwarna-warni, bentuk tidak teratur sampai teratu,
batas jelas sampai difus. Bercak-bercak tersebut berfluoresensi bila dilihat dengan lampu Wood. Bentuk
papulovesikuler dapat terlihat walaupun jarang. Kelainan biasanya asimtomatik sehingga terkadang
penderita tidak mengetahuinya.
Kadang-kadang penderita dapat merasakan gatal ringan dan pseudoakromia akibat tidak terkena
sinar matahari atau kemungkinan pengaruh toksin jamur terhadap pembentukan pigmen.1

Gambar 3. Pitiriasis Versikolor

DIAGNOSIS
Selain ditegakkan dari gambaran klinis, diagnosa pitiriasis versikolor harus dibantu dengan
pemeriksaan-pemeriksaan sebagai berikut:
1) Pemeriksaan langsung dengan KOH 20%.
Bahan-bahan kerokan kulit di ambil dengan cara mengerok bagian kulit yang mengalami lesi.
Sebelumnya kulit dibersihkan dengan kapas alkohol 70%, lalu dikerok dengan skalpel steril dan jatuhannya
ditampung dalam lempeng-lempeng steril pula. Sebagian dari bahan tersebut diperiksa langsung dengan
KOH 20% yang diberi tinta Parker biru hitam, dipanaskan sebentar, ditutup dengan gelas penutup dan
diperiksa di bawah mikroskop. Bila penyebabnya memang jamur, maka kelihatan garis yang memiliki
indeks bias lain dari sekitarnya dan jarak-jarak tertentu dipisahkan oleh sekat-sekat atau seperti butir-butir

11
yang bersambung seperti kalung. Pada pitiriasis versikolor hifa tampak pendek-pendek, lurus atau bengkok
dengan banyak spora kecil berkelompok memberikan gambaran “spaghetti and meatballs”.

2) Pemeriksaan dengan lampu Wood


Dari pemeriksaan dengan lampu Wood dapat memberikan perubahan warna pada seluruh daerah
lesi sehingga batas lesi lebih mudah dilihat. Daerah yang terkena infeksi akan memperlihatkan fluoresensi
warna kuning keemasan.2

DIAGNOSA BANDING
Penyakit ini harus dibedakan dari dermatitis seboroik, sifilis stadium II, pitiriasis rosea, vitiligo,
Morbus Hansen dan hipopigmentasi pasca peradangan.

PENGOBATAN
Pengobatan harus dilakukan menyeluruh, tekun, dan konsisten. Pengobatan dapat dilakukan
dengan cara topical atau sistemik. Pengobatan topikal terutama ditujukan untuk penderita dengan lesi
minimal. Obat golongan senyawa azol (antara lain ketokonazol, bifonazol, tiokonazol) dalam bentuk krim
selama 2 sampai 3 minggu cukup efektif untuk pengobatan PV. Kesulitan pemakaian krim adalah pada lesi
yang luas.
Pemakaian ketokonazol 2% dalam bentuk sampo dilaporkan lebih efektif dengan pemakaian yang
lebih mudah. Hal tersebut didukung dengan adanya efek antimikotik sampo ketokonazol 2% yang lebih
poten dibanding selenium sulfid ataupun seng pirition. Sampo dioles di seluruh badan, lengan dan tungkai,
dibiarkan selama 10-15 menit kemudian dicuci. Pengobatan dilakukan 2-3 kali per minggu selama 2-4
minggu.
Obat topikal lain adalah selenium sulfida 1,8% dalam bentuk sampo yang juga dipakai seluruh
badan, sebelum tidur dan segera dicuci pada pagi harinya. Pemakaian 1-2 kali per minggu selama 2-4
minggu.
Pengobatan sistemik menggunakan ketokonazol atau itrakonazol juga sangat efektif untuk PV.
Dosis untuk ketokonazol bervariasi antara 200mg/hari selama 7-10 hari atau dosis tunggal 400 mg.
Itrakonazol disarankan untuk kasus kambuhan atau tidak responsif dengan cara pengobatan lain, dengan
dosis 200 mg/hari selama 5-7 hari. Kesembuhan umumnya masih dengan gejala sisa hipopigmentasi yang
menghilang perlahan sehingga pemeriksaan mikroskop KOH membantu memaastikan kesembuhan. 2

PROGNOSIS

12
Prognosis baik bila pengobatan dilakukan menyeluruh, teratur dan konsisten. Pengobatan tetap
dilakukans 2 minggu setelah fluoresensi negative dengan pemeriksaan lampu Wood dan sediaan langsung
negatif.

PITIROSPORUM FOLIKULITIS
DEFINISI
Pitirosporum folikulitis (malasezia folikulitis) adalah penyakit kronis pada folikel pilosebasea yang
disebabkan oleh spesies Pitirosporum berupa papul dan pustule folikuler yang biasanya gatal dan terutama
berlokasi di batang tubuh, leher, dan lengan bagian atas.1
ETIOLOGI
Jamur yang menyebabkan adalah spesies Pityrosporum yang identik dengan Malassezia furfur,
penyebab ptriasis versikolor.1
PATOGENESIS
Spesies Malassezia merupakan penyebab pitirosporum folikulitis dengan sifat dimorfik, lipofilik,
komensal. Bila pada hospes terdapat factor predisposisi spesies Malassezia yang tumbuh berlebihan dalam
folikel sehingga folikel dapat pecah. Dalam hal ini reaksi peradangan terhadap produk tercampur dengan
lemak bebas yang dihasilkan melalui aktivitas. Faktor predisposisi antara lain suhu dan kelembaban,
penggunaan bahan berlemak untuk pelemabab badan, dan penyakit tertentu.
GEJALA KLINIS
Malassezia folikulitis memberikan keluhan gatal pada tempat predileksi dan terlihat papul dan
pustule berukuran 2-3 mm diameter. Tempat predileksi pada dada, punggung dan lengan atas kadang dapat
juga di leher jarang dimuka.1
DIAGNOSIS BANDING
 Akne vulgaris
 Folukitis Bakterialis
PENATALAKSANAAN
Antibiotik oral seperti ketokonazol 200 mg selama 2-4 hari, itrakonazol 200 mg selama 2 minggu,
flukonazol 150 mg seminggu selama 2-4 minggu. Antibiotik topical biasanya kurang efektif walaupun
dapat menolong. 1
PROGNOSIS
Pada Malassezia folikulitis memiliki prognosis yang baik.

PIEDRA

13
DEFINISI

Kata Piedra berarti “batu”. Piedra adalah infeksi jamur pada rambut, berupa benjolan yang melekat
erat pada rambut, berwarna hitam atau putih kekuningan. Ada dua macam piedra yaitu piedra hitam dan
piedra putih.

1. PIEDRA HITAM

Piedra hitam merupakan infeksi jamur pada rambut di sepanjang corong rambut yang
mengakibatkan benjolan-benjolan di luar permukaan rambut tersebut. Penyebab penyakit ini adalah jamur
Piedra hortai. Jamur Piedra hortai umumnya menyerang rambut kepala, kumis atau jambang, dan dagu.
Penyakit ini ditemukan di daerah tropik, termasuk di Indonesia. Piedra hitam biasanya diderita oleh hewan,
khususnya monyet, dan juga manusia.1

CARA PENULARAN DAN GEJALA KLINIS

Penularan dapat terjadi apabila seseorang mengalami kontak langsung dengan spora. Salah satu
caranya adalah melalui sisir yang digunakan oleh penderita. Spora dapat menempel pada sisir tersbut
sehingga orang yang menggunakan sisir tersebut dapat tertular.

Penyakit ini tidak menimbulkan gejala khusus. Biasanya rambut penderita mudah patah pada saat disisir.
Selain itu akan terdengar bunyi seperti kawat apabila rambut disisir. Bunyi ini ditimbulkan karena adanya
benjolan-benjolan pada rambut.1

PENATALAKSANAAN

Pengobatan piedra adalah dengan memotong rambut yang yang terkena infeksi atau mencuci kepala setiap
hari dengan larutan sublimat 1/2000 atau shampoo yang mengandung antimikotik.1

2. PIEDRA PUTIH

Piedra putih adalah infeksi jamur pada rambut yang diakibatkan oleh Trichosporon beigelii. Piedra putih
ditemukan pada rambut ketiak dan pubis, jarang mengenai rambut kepala.1

14
GEJALA KLINIS

Pada piedra putih, kelainan rambut tampak sebagai benjolan yang berwarna putih kekuningan.
Selain pada rambut, dapat juga menyebabkan kelainan pada rambut kumis dan rambut janggut.1

DIAGNOSIS

Dengan pemeriksaan benjolan yang ada pada rambut. Pada pemeriksaan langsung dengan larutan
KOH 10%, tampak anyaman hifa yang padat, tidak berwarna atau berwarna putih kekuningan.

PENATALAKSANAAN

Pengobatan penyakit ini yaitu dengan memotong rambut yang terinfeksi atau mencuci daerah yang
terkena dengan laruan sublimat 1/2000 setiap hari. Atau gunakan sampo yang mengandung ketokonazol.1

TINEA NIGRA
DEFINISI
Tinea nigra adalah infeksi jamur kulit asimptomatik, superfisial, biasanya menyerang kulit palmar
(telapak tangan) disebabkan oleh Cladosporium werneckii yang merupakan jamur dematiaceous seperti
ragi. Arti dematiaceous adalah jamur kapang (mould/mold) berwarna coklat. Kelainannya berupa macula
tengguli sampai hitam. Telapak tangan biasa terserang tetapi telapak kaki dan permukaan kulit lain dapat
terkena.1

EPIDEMIOLOGI
Penyaki t ini jarang terjadi. Kasus tinea nigra terjadi secara sporadik dibeberapa bagian belahan
dunia terutama didaerah pantai negara-negara tropis dan subtropik seperti misalnya: Kepulauan Karibia,
Amerika Tengah dan Selatan, Asia, Afrika dan Australia. Penyakit ini paling sering menyerang anak-anak
dan dewasa muda, berumur kurang dari 19 tahun, pada wanita 3 kali lebih sering dibandingkan pada pria
dan hampir sebagian besar infeksi dilaporkan terjadi pada individu imunokompeten.

GEJALA KLINIS
Masa inkubasi 10-15 hari hingga 7 minggu, dapat beberapa tahun sampai 20 tahun. Lesi khas
berupa satu makula berbatas jelas, berwarna coklat kehitaman, tidak berskuama dan asimptomatik (tidak

15
gatal, tidak nyeri). Lesi mula-mula kecil kemudian dapat melebar secara sentrifugal atau bersatu dengan
lesi lainnya membentuk tepi yang tidak beraturan atau polisikllis. Pigmentasi tidak merata, paling gelap
didapatkan pada bagian tepi. Tidak didapatkan eritema atau tanda-tanda inflamasi lain. Karena asimtomatis
menyebabkan tidak terdiagnosis dalam waktu yang lama. Lesi umumnya terbatas pada satu telapak tangan,
namun dapat mengenai jari tangan, telapak kaki, pergelangan tangan, dada dan leher, wajah tidak pernah
terkena.1

PENATALAKSANAAN
Pengobatan terhadap penyakit ini dapat dilakukan dengan cara:
 Obat topikal
1. Obat keratolitik : Salep Whitfield(=AAV II, berisi asidum salisilikum 6%, asidum
benzoikum 12% dalam vaselin album ) dioleskan pagi dan malam.
2. Salep AAV I (half strengh Whitfield ointment) tidak efektif.
3. Krim asam Undesilenik 2-3 minggu
4. Krim Imidazol : mikonazol, klotrimazol, ketokonazol dioleskan 2 x sehari.
5. Krim Terbinafin
6. Asam Retinoid
7. Ciclopirox
Obat topikal dilanjutkan selama 2-4 minggu sesudah sembuh klinis untuk mencegah kambuh, minimal
3 minggu pengobatan. Dianjurkan dikerok / dikupas dengan penempelan cellophane tape (selotip)
terlebih dahulu, baru diolesi obat topikal.2,4

 Obat oral
Indikasi obat oral adalah bila setelah pengobatan topikal yang adekuat tidak sembuh. Obat yang
dapat diberikan :
1. Ketokonazol 200 mg/ hari selama 3 minggu.
2. Itrakonazol
Pengobatan dengan oral Griseofulvin tidak efektif.

OTOMIKOSIS
DEFINISI

Otomikosis adalah suatu radang superfisial, subakut dan kronis pada liang telinga luar. Penyakit
ini biasanya unilateral dan di karakteristikkan dengan inflmasi, pruritus, gatal dan berkerak.1

16
FAKTOR PREDISPOSISI

Beberapa faktor predisposisi yang mempengaruhi terjadinya otomikosis ialah:1,2

1. Infeksi jamur di tempat lain spserti vaginitis, canindiasis dll


2. Faktor lingkungan (iklim panas dan lembab)
3. Pasien dengan paska pembedahan operasi mastoid
4. Pasien dengan status immunokompromised (AIDS, DM dll)
5. Penggunaan antibiotika topikal dan steroid
6. Berenang
7. Trauma pada telinga
8. Pemakaian alat bantu dengar
9. Kegagalan mekanisme pertahanan tubuh di telinga
10. Infeksi bakteri

ETIOLOGI

Penyebab terbanyak dari otomikosis adalah Aspergillus dan Candida. Penelitian yang dilakukan di
Brazil menemukan Aspergillus flavus (28%), Aspergillus spp (10%), Aspergillus fumigates ( 6%),
sedangkan Candida merupakan jamur terbanyak kedua dan menemukan Candida parapsilosis (22%),
Candida albicans (14%) dan jamur lain yakni Penisilium Spp (4%), Paelomyces spp (2%). Golongan jamur
lain yang bisa ditemukan yakni Allerchia boydii, scapulariopsis, dan mucor.2

PATOGENESIS

Otomikosis dipengaruhi oleh lingkungan yang lembab tropis karena lingkungan lembab diperlukan
untuk proliferasi jamur, dan peningkatan terjadinya insiden otomikosis mungkin disebabkan karena
meningkatnya keringat dan kelembaban lingkungan mengubah epitel permukaan liang telinga luar. Seperti
kita ketahui epital pada kanal eksternal dikenal untuk menyerap air dalam lingkungan ini, mudah
membuatnya lebih rentan terhadap infeksi.

Otomikosis sangat erat hubungannya dengan histologi dan fisiologi liang telinga luar. Liang telinga luar
dilapisi oleh epitel stratified squamous keratinizing yang kemudian berlanjut sampai ke permukaan depan
membran timpani. Pada resus timpanikus inferior, daerah medial ke ismus cenderung tempat akumulasi
dari keratin dan serumen dan merupakan area kulit yang sulit dibersihkan.

17
Serumen mempunyai sifat antijamur dan antibakteri. Komposisi serumen terdiri dari 60% keratin, 12-20%
asam lemak jenuh dan tak jenuh dengan rantai panjang, alkohol, sgualene, dan 6-9% kolesterol, selain itu
serumen juga mengandung lysozime dan immunoglobulin. Asam lemak menyebabkan kulit liang telinga
tidak rusak dan menghambat pertumbuhan bakteri. Karena komposisinya yang hidropobik, serumen dapat
menahan air, membuat permukaan liang telinga luar menjadi impermeabel sehingga dapat mencegah
maserasi dan kerusakan epitel sehingga dengan tidak terbentuknya serumen menyebabkan liang telinga luar
rentar terhadap infeksi.1

GEJALA KLINIS

Gejala yang paling sering pada otomikosis adalah gatal pada telinga, telinga terasa sakit, sekret
pada telinga, pendengaran yang berkurang serta tinnitus.

Karakteristik pemeriksaan fisik tergantung pada jamur penyebab otomikosis. Jamur yang terlihat dengan
hifa halus dan spora biasanya terlihat pada golongan Aspergillus. Pada Aspergillus niger kelihatan seperti
pertumbuhan kepala hitam berfilamen, Pada Aspergillus fumigates tampak berwarna biru pucat atau hijau
dan Candidiasis tampak seperti gumpalan keju dengan debris yang menutupi kanal. Kulit liang telinga
tampak oedema dan memerah.2

DIAGNOSIS

Diagnosis dapat dilakukan dengan mengambil sekret atau pus dari liang telinga luar dengan bantuan
cottom swab steril. Spesimen yang telah diambil diperiksa dengan

a. KOH 10%
b. Pewarnaan PAS
Atau spesimen yang telah diambil di biakkan pada media Sabouraud’s Dextrose Agar dengan dan
tanpa antibiotika dan diinkubasi pada suhu 25 dan 37ºC selama 4 minggu

PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan otomikosis bila akut disertai dengan edema memerlukan pengobatan konservatif untuk
menghilangkan bengkak dan membersihkan liang telinga misalnya dengan memasukkan kapas yang telah
dibasahi dengan larutan pemanganas kalikus 1/10.000. Tindakan ini dapat diulang dan dapat dilakukan
irigasi untuk membersihkan serumen dan kotoran lain. Liang telinga yang terinfeksi kronis harus
dibersihkan untuk mnghilangkan kotoran dan sisik yang mengandung jamur. Irigasi dengan larutan garam
faal dilanjutkan dengan pemberian salisil spiritus 2% selama beberap menit, cukup untuk membersihkan

18
daerah tersebut. Sambil menjaga daerah tersebut agar tetap kering diberikan obat antiseptic, antibiotic dan
antifungal.1,2

KERATOMIKOSIS

DEFINISI

Keratitis adalah reaksi inflamasi kornea. Keratomikosis dapat menyebabkan infeksi jamur yang
serius pada kornea dan berdasarkan sejumlah laporan, jamur telah ditemukan menyebabkan 6%-53% kasus
keratitis ulseratif. Lebih dari 70 spesies jamur telah dilaporkan menyebabkan keratitis jamur.

ETIOLOGI

Secara ringkas dapat dibedakan : 2,3

1. Jamur berfilamen (filamentous fungi) : bersifat multiseluler dengan cabang-cabang hifa.


a) Jamur bersepta : Furasium sp, Acremonium sp, Aspergillus sp, Cladosporium sp, Penicillium sp,
Paecilomyces sp, Phialophora sp, Curvularia sp, Altenaria sp.
b) Jamur tidak bersepta : Mucor sp, Rhizopus sp, Absidia sp.
2. Jamur ragi (yeast) yaitu jamur uniseluler dengan pseudohifa dan tunas : Candida albicans,
Cryptococcus sp, Rodotolura sp.
3. Jamur difasik. Pada jaringan hidup membentuk ragi sedang media pembiakan membentuk miselium :
Blastomices sp, Coccidiodidies sp, Histoplastoma sp, Sporothrix sp.
Tampaknya di Asia Selatan dan Asia Tenggara tidak begitu berbeda penyebabnya, yaitu Aspergillus sp
dan Fusarium sp, sedangkan di Asia Timur Aspergillus sp.

GEJALA KLINIS

Reaksi peradangan yang berat pada kornea yang timbul karena infeksi jamur dalam bentuk
mikotoksin, enzim-enzim proteolitik, dan antigen jamur yang larut. Agen-agen ini dapat menyebabkan
nekrosis pada lamella kornea, peradangan akut , respon antigenik dengan formasi cincin imun, hipopion,
dan uveitis yang berat.

Ulkus kornea yang disebabkan oleh jamur berfilamen dapat menunjukkan infiltrasi abu-abu sampai putih
dengan permukaan kasar, dan bagian kornea yang tidak meradang tampak elevasi keatas. Lesi satelit yang
timbul terpisah dengan lesi utama dan berhubungan dengan mikroabses stroma. Plak endotel dapat terlihat

19
paralel terhadap ulkus. Cincin imun dapat mengelilingi lesi utama, yang merupakan reaksi antara antigen
jamur dan respon antibodi tubuh. Sebagai tambahan, hipopion dan sekret yang purulen dapat juga timbul.
Reaksi injeksi konjungtiva dan kamera okuli anterior dapat cukup parah.3

Sebenarnya gambaran yang khas pada ulkus kornea tidak ada. Infeksi awal dapat sama seperti infiltrasi
stafilokokus, khususnya dekat limbus. Ulkus yang besar dapat sama dengan keratitis bakteri.

Untuk menegakkan diagnosis klinik dapat dipakai pedoman berikut :

1. Riwayat trauma terutama tumbuhan, pemakaian steroid topikal lama.


2. Lesi satelit.
3. Tepi ulkus sedikit menonjol dan kering, tepi yang ireguler dan tonjolan seperti hifa di bawah endotel
utuh.
4. Plak endotel.
5. Hypopyon, kadang-kadang rekuren.
6. Formasi cincin sekeliling ulkus.
7. Lesi kornea yang indolen.

DIAGNOSIS

Sangat membantu diagnosis pasti, walaupun bila negatif belum menyingkirkan diagnosis
keratomikosis. Yang utama adalah melakukan pemeriksaan kerokan kornea (sebaiknya dengan spatula
Kimura) yaitu dari dasar dan tepi ulkus dengan biomikroskop. Dapat dilakukan pewarnaan KOH, Gram,
Giemsa atau KOH + Tinta India, dengan angka keberhasilan masing-masing ± 20-30%, 50-60%, 60-75%
dan 80%. Lebih baik lagi melakukan biopsi jaringan kornea dan diwamai dengan Periodic Acid Schiff atau
Methenamine Silver, tapi sayang perlu biaya yang besar. Akhir-akhir ini dikembangkan Nomarski
differential interference contrast microscope untuk melihat morfologi jamur dari kerokan kornea (metode
Nomarski) yang dilaporkan cukup memuaskan. Selanjutnya dilakukan kultur dengan agar Sabouraud atau
agar ekstrak maltosa.3

PENATALAKSANAAN

Terapi medikamentosa di Indonesia terhambat oleh terbatasnya preparat komersial yang tersedia,
tampaknya diperlukan kreativitas dalam improvisasi pengadaan obat, yang utama dalam terapi
keratomikosis adalah mengenai jenis keratomikosis yang dihadapi; bisa dibagi: 2

1. Belum diidentifikasi jenis jamur penyebabnya.

20
2. Jamur berfilamen.
3. Ragi (yeast).
4. Golongan Actinomyces yang sebenarnya bukan jamur sejati.
 Untuk golongan I : Topikal Amphotericin B 1,02,5 mg/ml, Thiomerosal (10 mg/ml), Natamycin > 10
mg/ml, golongan Imidazole.
 Untuk golongan II : Topikal Amphotericin B, Thiomerosal, Natamycin (obat terpilih), Imidazole (obat
terpilih).
 Untuk golongan III : Amphoterisin B, Natamycin, Imidazole.
 Untuk golongan IV : Golongan Sulfa, berbagai jenis Antibiotik.

MIKOSIS INTERMEDIATE

KANDIDIASIS

DEFINISI

Kandidiasis adalah penyakit jamur yang bersifat akut atau subakut disebabkan oleh jamur intermediate
Candida sp., biasanya oleh spesies Candida albicans dan dapat mengenai mulut, vagina, kulit, kuku, bronki
atau paru, dengan berbagai manifestasi klinisnya yang bisa berlangsung akut, kronis atau episodik, kadang-
kadang dapat menyebabkan septicemia, endokarditis atau meningitis.1

EPIDEMIOLOGI

Penyakit ini terdapat di seluruh dunia, dapat menyerang semua umur, baik laki-laki maupun perempuan.
Jamur penyebabnya terdapat pada orang sehat sebagai saprofit. Gambaran klinisnya bermacam-macam
sehingga tidak diketahui data-data penyebarannya dengan tepat.1

ETIOLOGI

Yang tersering sebagai penyebab ialah Candida albicans yang dapat diisolasi dari kulit, mulut, selaput
mukosa vagina, dan feses orang normal. Sebagai penyebab endokarditis kandidiasis ialah C. parapsilosis
dan penyebab kandidiasis septicemia adalah C. tropikalis.

Candida sp adalah jamur sel tunggal, berbentuk bulat sampai oval. Jumlahnya sekitar 80 spesies dan 17
diantaranya ditemukan pada manusia. Dari semua spesies yang ditemukan pada manusia, C.albicans lah

21
yang paling pathogen. Candida sp. memperbanyak diri dengan membentuk blastospora (budding cell).
Blastospora akan saling bersambung dan bertambah panjang sehingga membentuk pseudohifa. Bentuk
pseudohifa lebih virulen dan invasif daripada spora. Hal itu dikarenakan pseudohifa berukuran lebih besar
sehingga lebih sulit difagositosis oleh makrofag. Selain itu, pseudohifa mempunyai titik-titik blastokonidia
multipel pada satu filamennya sehingga jumlah elemen infeksius yang ada lebih besar.

C. albicans merupakan spesies jamur kandida yang paling sering menyebabkan kandidiasis pada manusia,
baik kandidiasis superfisialis maupun sistemik. Pada media agar khusus akan terlihat struktur hyphae,
pseudohyphae dan ragi.1

KLASIFIKASI

Berdasarkan tempat yang terkena CONANT dkk. (1971), mambaginya sebagai berikut:

Kandidiasis selaput lendir:

1. Kandidiasis oral (thrush)


2. Perleche
3. Vulvovaginitis
4. Balanitis atau balanopostitis
5. Kandidiasis mukokutan kronik
6. Kandidiasis bronkopulmonar dan paru

Kandidiasis kutis:

1. Lokalisata: a. daerah intertriginosa


b. daerah perianal

2. Generalisata
3. Paronikia dan onikomikosis
4. Kandidiasis kutis granulomatosa

Kandidiasis sistemik:

1. Endokarditis
2. Meningitis
3. Pielonefritis

22
4. Septikemia

Reaksi id. (kandidid)

PATOGENESIS

Kandida di dalam tubuh manusia dapat bersifat 2 macam. Kandida sebagai saprofit terdapat dalam tubuh
manusia tanpa menimbulkan gejala apapun, baik subyektif maupun obyektif. Dapat dijumpai di kulit,
selaput lendir mulut, saluran pencernaan, saluran pernafasan, vagina dan kuku. Kandida sebagai jamur
dapat menimbulkan infeksi primer maupun sekunder dari kelainan yang telah ada. Beberapa faktor
predisposisi dapat mengubah sifat saprofit kandida menjadi patogen.1

Infeksi kandida dapat terjadi, apabila ada faktor predisposisi baik endogen maupun eksogen.

Faktor endogen:

1. Perubahan fisiologik:
 Kehamilan, karena perubahan pH dalam vagina
Kondisi vagina selama masa kehamilan menunjukkan kepekaan yang tinggi terhadap
infeksi kandida, hal ini tampak dengan ditemukannya kolonisasi candida spp yang tinggi
pada masa ini sejalan dengan tingginya simtomatik vaginitis. Keluhan ini paling sering
timbul pada usia kehamilan trimester ketiga. Bagaimana mekanisme hormon-hormon
reproduksi dapat meningkatkan kepekaan vagina terhadap infeksi kandida masih belum
jelas.

 Kegemukan, karena banyak keringat


 Debilitas
 Iatrogenik
 Endokrinopati, gangguan gula darah pada kulit
Pada penderita diabetes mellitus juga ditemukan kolonisasi candida spp dalam vagina
mungkin karena peningkatan kadar glukosa dalam darah, jaringan dan urin. Akan tetapi
mekanismenya juga tidak diketahui.

 Penyakit kronik: tuberkulosis, lupus eritematosus dengan keadaan umum yang buruk.
2. Umur: orang tua dan bayi lebih mudah terkena infeksi karena status imunologiknya tidak sempurna.
3. Imunologik: penyakit genetik.

23
Faktor eksogen:

1. Iklim, panas, dan kelembaban menyebabkan perspirasi meningkat.


2. Kebersihan kulit
3. Kebiasaan berendam kaki dalam air yang terlalu lama menimbulkan maserasi dan memudahkan
masuknya jamur.
4. Kontak dengan penderita, misalnya pada thrush, balanopostitis.

GEJALA KLINIS

Kandidiasis selaput lendir

i. Thrush
Biasanya mengenai bayi, tampak pseudomembran putih coklat muda kelabu yang menutup
lidah, palatum mole, pipi bagian dalam, dan permukaan rongga mulut yang lain. Lesi dapat
terpisah-pisah, dan tampak seperti kepala susu pada rongga mulut. Bila pseudomembran terlepas
dari dasarnya tampak daerah yang basah dan merah.

Pada glositis kronik, lidah tampak halus dengan papila yang atrofik atau lesi berwarna putih di tepi
atau di bawah permukaan lidah. Bercak putih tidak tampak jelas bila penderita sering merokok.1

Gambar 4.Thrush

ii. Perleche

24
Lesi berupa fisur pada sudut mulut; lesi ini mengalami maserasi, erosi, basah, dan dasarnya
eritematosa. Faktor predisposisnya ialah defisiensi riboflavin.1

iii. Vulvovaginitis
Biasanya sering terdapat pada penderita diabetes mellitus karena kadar gula darah dan urin
yang tinggi dan pada wanita hamil karena penimbunan glikogen dalam epitel vagina. Keluhan
yang paling sering adalah rasa gatal pada daerah vulva dan adanya duh tubuh. Sifat duh tubuh
bervariasi dari yang cair seperti air sampai tebal dan homogen dengan noda seperti keju. Kadang-
kadang sekret tampak seperti susu yang disertai gumpalan-gumpalan putih sehingga tampak
seperti susu basi/pecah dan tidak berbau. Akan tetapi lebih sering sekret hanya minimal saja. Pada
yang berat terdapat pula rasa panas, nyeri sesudah miksi, dan dispaneuria.

Pada pemeriksaan fisik ditemukan eritema dan pembengkakan pada labia dan vulva, juga dapat
ditemukan lesi papulopustular di sekitarnya. Pada pemeriksaan yang ringan tampak hiperemia di
labia menora, introitus vagina, dan vagina terutamanya 1/3 bagian bawah. Servik tampak normal
sedangkan mukosa vagina tampak kemerahan. Sering pula terdapat kelainan yang khas bercak-
bercak putih kekuningan. Bila ditemukan keluhan dan tanda-tanda vaginitis serta pH vagina < 4,5
dapat diduga adanya infeksi kandida.

Pada kelainan yang berat juga terdapat edema pada labia menora dan ulkus-ulkus yang dangkal
pada labia menora dan sekitar introitus vaginal. Fluor albus pada kandidosis vagina bewarna
kekuningan. Tanda yang khas ialah disertai gumpalan-gumpalan sebagai kepala susu bewarna
putih kekuningan. Gumpalan tersebut berasal dari massa yang terlepas dari dinding vulva atau
vagina terdiri atas bahan nekrotik, sel-sel epitel, dan jamur.1,2

iv. Balanitis atau balanopostitis


Penderita mendapat infeksi karena kontak seksual dengan wanitanya yang menderita
vulvovaginitis, lesi berupa erosi, pustula dengan dindingnya yang tipis, terdapat pada glans penis
dan sulkus koronarius glandis.1

v. Kandidiasis mukokutan kronik


Penyakit ini timbul karena adanya kekurangan fungsi leukosit atau sistem hormonal,
biasanya terdapat pada penderita dengan bermacam-macam defisiensi yang bersifat genetik,

25
umumnya terdapat pada anak-anak. Gambaran klinisnya mirip penderita dengan defek
poliendokrin.1

Kandidiasis kutis

i. Kandidiasis intertriginosa
Lesi di daerah lipatan kulit ketiak, lipat paha, intergluteal, lipat payudara, antara jari tangan
atau kaki, glans penis, dan umbilikus, berupa bercak yang berbatas tegas, bersisik, basah dan
eritematosa. Lesi tersebut dikelilingi oleh satelit berupa vesikel-vesikel dan pustul-pustul kecil
atau bula yang bila pecah meninggalkan daerah yang erosif, dengan pinggir yang kasar dan
berkembang seperti lesi primer.1

ii. Kandidiasis perianal


Lesi berupa maserasi seperti infeksi dermatofit tipe basah. Penyakit ini menimbulkan pruritus ani.1

iii. Kandidiasis kutis generalisata


Lesi terdapat pada glabrous skin, biasanya juga di lipat payudara, intergluteal, dan
umbilikus. Sering disertai glositis, stomatitis, dan paronikia. Lesi berupa ekzematoid, dengan
vesikel-vesikel dan pustul-pustul. Penyakit ini sering terdapat pada bayi, mungkin karena ibunya
menderita kandidosis vagina atau mungkin karena gangguan imunologik.1

Paronikia dan Onikomikosis


Sering diderita oleh orang-orang yang pekerjaanya berhubungan dengan air, bentuk ini tersering
didapat. Lesi berupa kemerahan, pembengkakan yang tidak bernanah, kuku menjadi tebal, mengeras dan
berlekuk-lekuk, kadang-kadang bewarna kecoklatan, tidak rapuh, tetap berkilat dan tidak terdapat sisa
jaringan di bawah kuku seperti pada tinea unguium.1

Diaper-rash
Sering terdapat pada bayi yang popoknya selalu basah dan jarang diganti yang dapat menimbulkan
dermatitis iritan, juga sering diderita neonatus sebagai gejala sisa dermatisis oral dan perianal.1

Kandidiasis granulomatosa

HOUSER dan ROTHMAN melaporkan bahawa penyakit ini sering menyerang anak-anak, lesi
berupa papul kemerahan tertutup krusta tebal bewarna kuning kecoklatan dan melekat erat pada dasarnya.
Krusta ini dapat menimbul seperti tanduk sepanjang 2 cm, lokalisasinya sering terdapat di muka, kepala,
kuku, badan, tungkai dan farings.1

26
Kandidiasis sistemik

i. Endokarditis
Sering terdapat pada penderita morfinis sebagai akibat komplikasi penyuntikan yang dilakukan
sendiri, juga dapat diderita oleh penderita sesudah operasi jantung.

ii. Meningitis
Terjadi karena penyebaran hematogen jamur, gejalanya sama dengan meningitis tuberkulosis atau
karena bakteri lain.

Reaksi id (kandidid)

Reaksi terjadi karena adanya metabolit kandida, klinisnya berupa vesikel-vesikel yang
bergerombol, terdapat pada sela jari tangan atau bagian badan yang lain, mirip dermatofitid. Di tempat
tersebut tidak ada elemen jamur. Bila lesi kandidosis diobati, kandidid akan menyembuh. Jika dilakukan
uji kulit dengan kandidin (antigen kandida) memberi hasil positif.1

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Diagnosis klinis kandidiasis dibuat berdasarkan keluhan penderita, pemeriksaan klinis, pemeriksaan
laboratorium berupa sediaan basah maupun gram dan pemeriksaan biakan jamur, selain itu juga
pemeriksaan pH cairan vagina untuk kandidiasis vulvovaginalis.

1. Pemeriksaan langsung
Kerokan kulit atau usapan mukokutan diperiksa dengan larutan KOH 10% atau dengan
pewarnaan Gram, terlihat sel ragi, blastospora, atau hifa semu.

2. Pemeriksaan biakan
Bahan yang akan diperiksa ditanam dalam agar dekstrosa glukosa Sabouraud, dapat pula
agar ini dibubuhi antibiotik (kloramfenikol) untuk mencegah pertumbuhan bakteri. Perbenihan
disimpan dalam suhu kamar atau lemari suhu 37°C, koloni tumbuh setelah 24-48 jam, berupa yeast
like colony. Identifikasi Candida albicans dilakukan dengan membiakkan tumbuhan tersebut pada
corn meal agar.

3. Pemeriksaan pH vagina
Pada kandidiasis vulvovaginalis pH vagina normal berkisar antara 4,0-4,5 bila ditemukan
pH vagina lebih tinggi dari 4,5 menunjukkan adanya bakterial vaginosis, trikhomoniasis atau
adanya infeksi campuran. 1,2

27
DIAGNOSIS BANDING

Kandidiasis kutis lokalisata dengan:

a. Eritrasma : lesi di lipatan, lesi lebih merah, batas tegas, kering tidak ada satelit, pemeriksaan
dengan sinar Wood positif bewarna merah bata.
b. Dermatitis intertriginosa
c. Dermatofitosis (tinea)

Kandidiasis kuku dengan tinea unguium

Kandidiasis vulvovaginitis dengan :

a. Trikomonas vaginalis
b. Gonore akut
c. Leukoplakia
d. Liken planus

PENATALAKSANAAN

Saat ini telah banyak tersedia obat-obat antimikosis untuk pemakaian secara topikal maupun oral
sistemik untuk terapi kandidiasis akut maupun kronik. Kecenderungan saat ini adalah pemakaian regimen
antimikosis oral maupun lokal jangka pendek dengan dosis tinggi. Antimikosis untuk pemakaian
lokal/topikal tersedia dalam berbagai bentuk, misalnya krim, lotion, vaginal tablet dan suppositoria. Tidak
ada indikasi khusus dalam pemilihan bentuk obat topikal. Untuk itu perlu ditawarkan dan dibicarakan
dengan penderita sebelum memilih bentuk yang lebih nyaman untuk pasien. Untuk keradangan pada vulva
yang ekstensi mungkin lebih baik dipilih aplikasi lokal bentuk krim.2,3

Hendaklah mengingatkan pasien untuk menghindari atau menghilangkan faktor predisposisi.

Pengobatan:

1. Topikal:
 Larutan ungu gentian ½ - 1 % untuk selaput lendir, 1-2 % untuk kulit, dioleskan sehari 2
kali selama 3 hari.
 Nistatin: berupa krim, salap, emulsi
 Amfoterisin B
 Grup azol antara lain:
i. Mikonazol 2% berupa krim atau bedak
ii. Klotrimazol 1% berupa bedak, larutan dan krim
iii. Tiokonazol, bufonazol, isokonazol
iv. Siklopiroksolamin 1% larutan, krim
v. Antimikotik yang lain yang berspektrum luas

28
2. Sistemik
 Tablet nistatin untuk menghilangkan infeksi fokal dalam saluran cerna, obat ini tidak
diserap usus.
 Amfoterisin B diberikan intravena untuk kandidosis sistemik
 Untuk kandidosis vaginalis dapat diberikan kotrimazol 500 mg per vaginam dosis tunggal,
sistemik dapat diberikan ketokonazol 2 x 200 mg selama 5 hari atau dengan itrakonazol 2
x 200 mg dosis tunggal atau dengan flukonazol 150 mg dosis tunggal.
 Itrakonazol: bila dipakai untuk kandidosis vulvovaginalis dosis untuk orang dewasa 2 x
100 mg sehari, selama 3 hari.

PROGNOSIS

Umumnya baik, bergantung pada berat ringannya faktor predisposisi.

MIKOSIS PROFUNDA

DEFINISI

Mikosis profunda ialah penyakit jamur yang mengenai organ dibawah kulit. Penyakit ini dapat
terjadi karena jamur langsung masuk ke alat dalam (misalnya paru), melalui luka, atau menyebar dari
permukaan kulit atau alat dalam lain. Jamur yang berhasil masuk bisa tetap berada di tempat (misetoma)
atau menyebabkan penyakit sistemik (misalnya, histoplasmosis). 2

Mikosis sistemik terdiri atas beberapa penyakit yang disebabkan oleh jamur dengan gejala klinis tertentu
di bawah kulit misalnya traktus intestinalis, traktus respiratorius, traktusurogenital, susunan kardiovaskular,
susunan saraf sentral, otot, tulang, dan kadang kulit.

a) Ditinjau dari penyakit jamur subkutan yang dijumpai di Indonesia

Misetoma

Misetoma ialah sindrom klinis yang disebabkan oleh infeksi jamur, terdiri atas pembengkakan
setempat yang indolen dan membentuk sinus, menyerang jaringan kutan, subkutan, fasia dan tulang. Infeksi
misetoma terjadi melalui trauma, misalnya tusukan duri yang terkontaminasi jamur (biasanya pada tanah)
pada kulit atau jaringan subkutan.2

Terdapat dua bentuk misetoma :

29
- Misetoma aktinomikotik (bacterial mycetoma) yang disebabkan oleh jamur golongan
schizomycophyta, yaitu Actinomycetes, Nocardia dan Streptomyces.Jamur penyebab yang penting
adalah Actinomadura pelletieri, Nocardia brasiliensis dan Streptomyces somaliensis.

- Misetoma maduramikotik (fungal mycetoma atau eumycetoma) disebabkan oleh jamur golongan
eumycophyta, diantaranya adalah Madurella mycetomatis, Scedosporium apiospermum , Madurella
grisea, Leptosphaeria sinegalinsis.

Sporotrikosis

Sporotrikosis adalah infeksi kronis yang disebabkan oleh Sporotrichium schenckii dan ditandai
dengan pembesaran kelenjar getah bening. Kulit dan jaringan subkutis diatas nodus bening sering melunak
dan pecah membentuk ulkus yang indolen. Infeksi terjadi karena jamur masuk ke dalam jaringan subkutis
melalui luka pada kulit oleh duri atau kayu lapuk. Infeksi dapat juga melalui inhalasi spora.2

Kromomikosis

Kromomikosis merupakan infeksi lokal yang menahun pada kulit dan jaringan subkutis orang sehat
dan imunokompeten, yang sering terjadi pada kaki atau tungkai bawah, dengan kelainan khas berbentuk
kutil (verrucous) yang secara lambat tumbuh terus. Kelainan ini disebabkan oleh beberapa spesies jamur
berwarna gelap coklat kehitaman (dematiaceae).

Kromomikosis disebabkan oleh beberapa spesies jamur yang tergolong Dematiaceae. Diantaranya
adalah Phialophora verrucosa, Fonseceae pedrosoi, Fonseceae compacta, Cladosporium
carrionii dan Rhinocladiella aquaspersa.Jamur penyebab kromomikosis terdapat di tanah, kayu dan
tumbuh-tumbuhan yang sudah busuk. Jamur ini tergolong Dematiaceae, berwarna gelap coklat sampai
coklat kehitaman dan membentuk koloni filamen. Masing-masing spesies mempunyai jenis sporulasi yang
berbeda.2

Zigomikosis, Fikomikosis, Mukormikosis

Penyakit jamur ini terdiri atas berbagai infeksi yang disebabkan oleh bermacam-macam jamur pula
yang taksonominya dan peranannya masih didiskusikan. Zygomycetes meliputi banyak genera yaitu
: Mucor, Rhizopus, Absidia, Mortierella, dan Cunning-hamella. Penyakit ini disebabkan oleh jamur yang

30
pada dasarnya oportunistik, maka pada orang sehat jarang ditemukan Fikomikosis subkutan. Kelainan
timbul di jaringan subkutan antara lain: di dada, perut, atau lengan ke atas sebagai nodus subkutan yang
perlahan-lahan membesar setelah sekian waktu. Nodus itu konsistennya keras kadang dapat terjadi infeksi
sekunder. Penderita pada umumnya tidak demam dan tidak disertai pembesaran kelenjar getah bening
regional. 2

DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda. A, Hamzah. M, Aisah. S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-5. Jakarta: Balai

Penerbit, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2007.p.106-18.

2. Graham. R, Brown, Burns. T. Infeksi Jamur. Dalam: Lecture Notes Dermatology. Edisi ke-8. Jakarta,

EMS; 2005.p.38-40.

3. Siregar, R.S. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;

2005.p.30-6.

4. Madani, F. Infeksi Jamur Kulit, dalam Harahap, M: Ilmu Penyakit Kulit, Penerbit Hipokrates,

Jakarta.2000.p.73 – 87.

31
32

Anda mungkin juga menyukai