Aspek teknis merupakan lanjutan dari aspek pemasaran. Kegiatan ini timbul apabila
sebuah gagasan usaha/proyek yang direncanakan telah menunjukan peluang yang cukup
cerah dilihat dari segi pemasaran. Penilaian kelayakan terhadap aspek ini sangat penting
dilakukan sebelum perusahaan dijalankan. Penentuan kelayakan teknis perusahaan
menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan teknis/operasi, sehingga apabila tidak dianalisis
dengan baik, maka akan berakibat fatal bagi perusahaan dalam perjalanannya di kemudian
hari.
Produk dapat dikatakan layak secara teknis jika produk dapat diterima dan dapat
diproduksi secara massal dengan mudah. Evaluasi kelayakan teknis melihat kepada
kelayakan teknis teknologi yang digunakan. Hal ini berarti bahwa evaluasi ini melihat kepada
apakah teknologi yang digunakan dapat bekerja sesuai desain dan kapasitas penggunanya.
Soeharto (1995) menambahkan pengkajian aspek-aspek teknik mencakup hal-
hal: menentukan letak geografis lokasi, mencari dan memilih teknologi proses produksi,
menentukan kapasitas produksi, denah atau tata letak instalasi, bangunan instalasi (plant
building).
Secara umum ada beberapa hal yang hendak dicapai dalam penilaian aspek ini yaitu :
a. Agar perusahaan dapat menentukan lokasi yang tepat, baik untuk lokasi pabrik, gudang,
cabang maupun kantor pusat.
b. Agar perusahaan dapat menentukan layout yang sesuai dengan proses produksi yang dipilih,
sehingga dapat memberikan efisiensi.
c. Agar perusahaan bisa menentukan teknologi yang paling tepat dalam menjalankan
produksinya.
d. Agar perusahaan bisa menentukan metode persediaan yang paling baik untuk dijalankan
sesuai dengan bidang usahanya.
e. Agar dapat menentukan kualitas tenaga kerja yang dibutuhkan sekarang dan di masa yang
akan datang.
Di dalam menyusun studi kelayakan bisnis, aspek teknis perlu dipertimbangkan dan
diperhitungkan secara tepat dan benar karena kesalahan dalam menentukan aspek ini juga
mengakibatkan perusahaan mengalami kegagalan. Banyak perusahaan yang telah jalan,
namun aspek ini masih merupakan masalah yang memerlukan pemecahan karena kesalahan
memperhitungkan aspek teknis secara tepat dan benar pada saat pendirian usaha, seperti tidak
tepatnya lokasi perusahaan, terbatasnya bahan baku, besarnya ongkos angkut, tidak cocoknya
teknologi yang digunakan, mahalnya biaya tenaga kerja, dan lain sebagainya
A. Penentuan Lokasi Pabrik
Penentuan lokasi pabrik merupakan suatu hal yang penting. Pemilihan lokasi yang
tepat akan berpengaruh terhadap kelangsungan dan efisiensi perusahaan. Beberapa hal yang
harus dipertimbangan dalam pemilihan lokasi pabrik adalah ketersediaan bahan mentah, letak
pasar yang dituju, tenaga listrik dan air, suplai tenaga kerja, dan fasilitas transportasi (Husnan
dan Muhammad, 2005).
Tujuan penentuan lokasi suatu perusahaan atau pabrik dengan tepat adalah untuk
dapat membantu perusahaan atau pabrik beroperasi dengan lancar, efektif dan efisien.
Adapun faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam penentuan lokasi perusahaan adalah
rencana masa depan, biaya tanah dan bangunan, kemungkinan perluasaan, adanya fasilitas
pelayanan, ketersediaan air, pajak, sikap masyarakat sekitar lokasi, iklim, tanah, perumahan
dan fasilitas lainnya. Husnan dan Suwarsono (2000) menambahkan beberapa variabel utama
yang perlu mendapat perhatian dalam penentuan lokasi pabrik adalah ketersediaan bahan
mentah, letak pasar yang dituju, tenaga listrik dan air, supply tenaga kerja, fasilitas
transportasi.
Penentuan lokasi menjadi faktor penting bagi industri pengolahan gula semut jahe
“Gendhis Jahe” karena hal ini sangat mempengaruhi kedudukan perusahaan dalam
persaingan dan menentukan kelangsungan hidup perusahaan. Lokasi pabrik harus
memperhatikan ketersediaan bahan baku, letak pasar yang dituju, ketersediaan tenaga kerja,
listrik dan air, supply tenaga kerja serta fasilitas transportasi.
Terdapat dua tahap penentuan lokasi yang dilakukan, yaitu penentuan bobot prioritas
parameter kelayakan lokasi dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan
penentuan alternatif lokasi dengan metode zero-one.
Metode AHP adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan dengan efektif atas
persoalan yang kompleks dengan menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan
keputusan dengan memecahkan persoalan tersebut kedalam bagian-bagiannya, menata bagian
atau variabel ini dalam suatu susunan hirarki, member nilai numerik pada pertimbangan
subjektif tentang pentingnya tiap variabel dan mensintesis berbagai pertimbangan ini untuk
menetapkan variabel yang mana yang memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak untuk
mempengaruhi hasil pada situasi tersebut.
Pembobotan dilakukan dengan nilai yang paling tinggi diasumsikan sebagai biaya
yang termurah. Menurut Husnan dan Suwarsono (1984) penentuan bobot prioritas meliputi
lima parameter kelayakan lokasi perusahaan. Parameter-parameter yang akan dibandingkan
adalah kemudahan penyediaan bahan baku (Bb), kemudahan akses pasar (Ps), ketersediaan
sarana transportasi (St), dan ketersediaan utilitas air dan listrik (Ut). Penentuan bobot
prioritas terhadap kelima parameter dilakukan dengan survei.
Tahap kedua yaitu penentuan alternatif lokasi dengan zero-one. Metode ini
merupakan penilaian terhadap perbandingan alternatif lokasi yang didasarkan pada kondisi
wilayah yang dimiliki dengan menggunakan bobot parameter yang telah diketahui
sebelumnya. Usaha gula semut jahe “Gendhis Jahe” ini dilakukan di Kecamatan
Karanganyar, Kecamatan Mrebet, Kecamatan Cilongok, Kecamatan Kemranjen.
Parameter yang digunakan adalah bahan baku, kemudahan akses pasar, tenaga kerja,
transportasi, serta tersedianya pembangkit tenaga listrik dan air.
Daerah pemasaran
Kebijakan dalam menentukan lokasi usaha/proyek, apakah dekat dengan pasar hasil
produksi atau dekat dengan bahan baku harus dipertimbangkan secara teknis dan ekonomis
sehingga kelangsungan dari usaha dapat terjamin. Lokasi usaha yang dekat dengan pasar
biasanya mempunyai beberapa keunggulan, antara lain pelayanaan terhadap konsumen dapat
dilakukan dengan lebih cepat, ongkos angkut dari produk yang dihasilkan relative lebih
murah dan volume penjualan dapat ditingkatkan.
Ditinjau dari segi biaya pengangkutan, apabila biaya pengangkutan barang jadi
lebih besar dari biaya pengangkutan bahan mentah dalam ukuran yang sama, selayaknya
lokasi usaha/proyek yang dekat dengan pasar lebih menguntungkan dari pada dekat dengan
bahan baku.
Bahan baku
Pendirian usaha/proyek yang dekat dengan bahan baku mempunyai beberapa
keunggulan, antara lain supply bahan mentah dapat menjamin kontinuitas kegiatan usaha,
ongkos angkut bahan lebih murah, dan perluasan usaha lebih mudah untuk dilakukan.
Dilihat dari ongkos angkut bahan mentah, apabila jumlah bahan mentah yang
diangkut jauh lebih besar daripada bahan jadi sebagai akibat proses produksi, lokasi
usaha/proyek yang dekat dengan bahan baku lebih menguntungkan dalam jangka panjang.
Tenaga kerja
Dalam menentukan lokasi usaha/proyek, supply tenaga kerja juga perlu mendapat
perhatian, baik dilihat dari jumlah tenaga kerja maupun kualitas yang diperlukan. Apabila
usaha jenang yang didirikan membutuhkan tenaga kerja dalam jumlah yang relative besar
(padat karya) sebaiknya lokasi usaha yang didirikan dekat dengan pemukiman penduduk.
Demikian pula dengan usaha-usaha yang memanfaatkan keahlian penduduk setempat.
Supply tenaga kerja yang cukup bagi usaha padat karya pada umumnya merupakan
faktor yang perlu mendapat perhatian, walaupun kualitas dan komposisi tenaga kerja yang
tersedia juga amat diperlukan. Untuk gagasan usaha/pabrik yang direncanakan memerlukan
tenaga yang mempunyai keahlian (skill) sebaiknya lokasi usaha tersebut didirikan dekat
dengan tenaga kerja yang mempunyai skill karena ada kalanya untuk memindahkan tenaga
kerja skill amat sulit untuk dilakukan.
Berdasarkan pada uraian ini, dalam menyusun studi kelayakan bisnis, faktor supply
tenaga kerja perlu mendapat perhatian terutama menyangkut dengan penyediaan tenaga kerja
baik tenaga kerja ahli, setengah ahli, maupun tenaga kerja yang tidak mempunyai keahlian.
Fasilitas pengangkutan
Fasilitas pengangkutan yang tersedia dalam pemilihan lokasi perlu menjadi
perhatian dari penyusunan studi kelayakan, karena masalah pengangkutan merupakan
masalah dalam pengangkutan bahan mentah, barang jadi, maupun tenaga kerja.
Pendirian usaha yang tidak mempunyai fasilitas angkutan, terpaksa membangun
jalan-jalan baru yang memerlukan investasi yang cukup besar dan kesemuanya itu merupakan
beban dari proyek/kegiatan usaha yang direncanakan. Besarnya biaya transportasi yang
dikeluarkan akan berpengaruh terhadap harga pokok produksi dan keadaan ini menyebabakan
gagasan usaha/proyek yang direncanakan tidak feasible untuk dikerjakan.
Fasilitas tenaga listrik dan air
Secara teknis, apabila usaha/proyek yang direncanakan memerlukan fasilitas listrik
dalam kegiatan produksi, tentu dalam penyusunan studi kelayakan dalam perhitungan lokasi
proyek (pabrik) perlu mendapat perhatian, terutama ada tidaknya tenaga listrik yang tersedia.
Tenaga listrik yang telah ada seperti PLN biayanya lebih murah dibanding dengan
membangun tenaga listrik sendiri.
Demikian pula dengan air, apabila usaha/proyek yang didirikan dalam proses produksi
memerlukan air dalam proses produksi maka lokasi proyek/pabrik harus dekat dengan air.
Berdasarkan pada uraian ini, peranan lokasi dalam menentukan tempat pendirian kegiatan
proyek/pabrik yang akan didirikan tidak dapat diabaikan, tapi harus diperhitungkan secara
objektif dengan menggunakan penilaian dan perhitungan yang cermat dan teliti sehingga
keadaan ini dapat menjamin kontinuitas dari kegiatan usaha yang akan didirikan.
Kec. Kec. Kec.
Kec. Mrebet
Kriteria Bobot Karanganyar Cilongok Kemranjen
Nilai NT Nilai NT Nilai NT Nilai NT
Bahan Baku 0.52 60 31.2 80 41.6 75 39 70 36.4
Akses Pasar 0.13 70 9.1 75 9.75 80 10.4 65 8.45
Transportasi 0.08 65 5.2 70 5.6 75 6 60 4.8
Utilisasi 0.27 60 16.2 75 20.25 65 17.55 70 18.9
Total 1.0 61.7 77.2 72.95 68.55
BB PS ST UT VE VP VA VB
BB 1 5 6 4 3.3098 0.5801 2.4923 4.2962
PS 0.2 1 1 0.25 0.4729 0.0829 0.3393 4.0940
ST 0.17 1 1 0.2 0.4273 0.0749 0.3069 4.0976
UT 0.25 4 5 1 1.4953 0.2621 1.1131 4.2470
Jumlah 5.7053 1 16.7348
Seluruh alternatif ini dibandingkan satu persatu berdasarkan pada setiap parameter
secara bertahap. Hasil perbandingan suatu alternatif bernilai satu (1) berarti kondisi alternatif
tersebut memilki kondisi yang lebih baik atau lebih menguntungkan dibanding dengan
pembandingnya, sebaliknya jika lebih buruk atau tidak menguntungkan akan bernilai nol
(0). Hasil penilaian bobot parameter akan digabungkan dengan metode AHP dalam satu
matriks keputusan alternatif seperti disajikan pada Gambar 1.
Parameter Bb Ps St Ut Total
Bobot
58 8 8 26 100
Alternatif
0 1.33 1.33 0
Kec. Karanganyar 2.67
0
16.67 16.67 0
29 19.33 19.33 29
Kec. Mrebet 96.66
50 33.33 33.33 50
19.33 29 29 9.67
Kec. Cilongok 87
33.33 50 50 16.67
9.67 0 0 19.33
Kec. Kemranjen 29
16.67 0 0 33.33
Gambar 1. Matriks keputusan pemilihan alternatif lokasi
D. Proses Produksi
Husnan dan Suwarsono (1984 dalam Indrawati, 2006) menyatakan bahwa patokan
umum yang dapat digunakan dalam pemilihan jenis teknologi adalah seberapa jauh derajat
mekanisasi yang diinginkan dan manfaat ekonomi yang diharapkan, di samping kriteria yang
lain yakni :
a. Ketepatan jenis teknologi yang dipilih dengan bahan mentah yang digunakan.
b. Keberhasilan penggunaan jenis teknologi tersebut ditempat lain yang memiliki ciri-ciri yang
mendekati dengan lokasi proyek.
c. Kemampuan pengetahuan penduduk (tenaga kerja) setempat dan kemungkinan
pengembangannya.
d. Pertimbangan kemungkinan adanya teknologi lanjutan sebagai salinan teknologi yang akan
dipilih sebagai akibat keusangan.
Pada pembuatan Gendhis Jahe ini akan dilalui dalam 3 tahap, yakni tahap persiapan,
tahap pembuatan, dan tahap pengemasan.
a. Tahap persiapan
Tahap persiapan awal dilakukan untuk membuat Gendhis Jahe adalah memilih buah nira
kelapa dan jahe yang memiliki kualitas yang bagus dan Selanjutnya dilakukan persiapan
untuk menentukan komposisi bahan baku dan bahan tambahan lainnya seperti air kapur sirih
dan bahan lainnya.
Bahan tambahan tersebut harus memenuhi komposisi yang sesuai agar atribut sensoris
produk dihasilkan dengan baik/sesuai tuntutan konsumen.
Tindakan persiapan akhir yaitu penentuan ukuran kemasan dan dilakukan pengemasan.
b. Tahap pengolahan
Tahap-tahap yang dilakukan dalam pembuatan Gendhis Jahe adalah pemilihan nira
dan jahe. Setelah itu, buah nira dimasak sekitar 7-8 jam. Kemudian nira tersebut ditambah
dengan air kapur, laru dan ekstrak jahe selama dua jam. Setelah itu, bahan yang
sudah tercampur didinginkan.
Setelah bahan didinginkan, kemudian bahan dihaluskan, dan diayak dengan ayakan 80
mesh. Langkah ini dilakukan terus hingga bahan menjadi halus dan bersih. Bahan yang telah
halus kemudian dimasukkan ke dalam oven untuk dikeringkan.
Proses pemasakan dapat berpengaruh terhadap kualitas warna, rasa, dan tekstur.
Penyaringan dilakukan untuk memisahkan gula kristal dengan kotoran yang masih ikut
dalam proses pemasakan. Jika proses penyaringan kurang bersih dan masih terdapat sisa
kotoran proses maka akan berpengaruh pada kualitas gendhis, terutama tekstur menjadi kasar
dan tidak akan awet karena ada kontaminasi dari luar.
c. Tahap pengemasan
Tahap penyelesaian dalam pembuatan gendhis jahe adalah gendhis dikemas dalam
plastic kemasan yang steril yang ditutup rapat. Sebelum dimasukkan ke dalam kemasan, sirup
harus dalam keadaan sudah dingin. Gendhis jahe yang telah dikemas, disterilkan untuk
menghindari kontaminasi mikroba.
Gula yang akan dikemas harus dalam keadaan dingin, bersih dan disaring, kemasan
sudah bersih agar bebas dari bakteri, ditutup rapat sehingga gula kristal jahe akan tahan lama.
Jika gula yang dikemas dalam keadaan panas, tidak disaring, tidak steril, maka gula kristal
tidak akan tahan lama, cepat rusak dan kualitas sirup rendah.
F. Pengawasan Mutu
Pengawasan mutu sangat diperhatikan mulai dari persiapan bahan baku hingga
pengemasan. Pemeriksaan kualitas bahan baku untuk produk Gendhis Jahe yang diterapkan
pada industri dilakukan dengan cermat dan teliti. Bahan baku yang digunakan merupakan
bahan baku yang kualitas paling baik dan telah memenuhi syarat yang sudah ditetapkan oleh
industri. Produk akhir yang dihasilkan harus memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan.
No. Ukuran
Kebutuhan
Fasilitas Panjang Lebar
Luas (m2)
(m) (m)
1 Penerimaan Bahan Baku 5 5 25
2 Penampungan Bahan
5 5 25
Baku
3 Gudang produk jadi 10 10 100
4 Gudang peralatan 5 5 25
5 Area Pengeringan 40 10 400
Total 65 35 575
Langkah selanjutnya adalah menentukan kebutuhan luas ruang dan menyusun site plan.
Luas ruang dihitung berdasarkan perkiraan kebutuhan luas ruangan yang dibutuhkan oleh
tiap-tiap mesin dan peralatan produksi, kebutuhan luas ruang operator, kelonggaran,
kebutuhan luas gudang, kantor, dan ruangan-ruangan yang lain. Kebutuhan luas ruang pada
industri gendhis jahe dapat dilihat pada Tabel 1.1. Penyusunan site plan didasarkan pada
diagram keterkaitan antaraktivitas dan kebutuhan luas ruang. Site plan industri ini dapat
dilihat pada