Anda di halaman 1dari 16

1.

Jelaskan strategi pembangunan yang kemudian dipertegas dengan ditetapkannya sasaran


dan titik berat disetiap Repelita!
Jawab :
Sebelum orde baru strategi pembangunan di Indonesia secara teori telah diarahkan pada
usaha pencapaian laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Namun pada kenyataanya
nampak adanya kecenderungan lebih menitik beratkan pada tujuan-tujuan politik, dan
kurang memperhatikan pembangunan ekonomi.
Sedangkan pada awal orde baru, strategi pembangunan di Indonesia lebih diarahkan pada
tindakan pembersihan dan perbaikan kondisi ekonomi yang mendasar, terutama usaha
untuk menekan laju inflasi yang sangat tinggi.
Strategi-strategi tersebut kemudian dipertegas dengan ditetapkannya sasaran-sasaran dan
titik berat setiap Repelita (REPELITA atau Rencana Pembangunan Lima Tahun adalah
satuan perencanaan yang dibuat oleh pemerintah orde baru di Indonesia) yakni:
o Repelita I (1 April 1969 hingga 31 Maret 1974)
Titik Berat Repelita I : Pembangunan bidang pertanian sesuai dengan tujuan untuk mengejar
keterbelakangan ekonomi melalui proses pembaharuan bidang pertanian, karena mayoritas
penduduk Indonesia masih hidup dari hasil pertanian.
Sasaran Repelita I : Pangan, Sandang, Perbaikan prasarana, perumahan rakyat, perluasan
lapangan kerja, dan kesejahteraan rohani.
Tujuan Repelita I : Untuk meningkatkan taraf hidup rakyat dan sekaligus meletakkan dasar-
dasar bagi pembangunan dalam tahap berikutnya.
Muncul peristiwa Marali (Malapetaka Limabelas Januari) terjadi pada tanggal 15-16 Januari
1947 bertepatan dengan kedatangan PM Jepang Tanaka ke Indonesia. Peristiwa ini
merupakan kelanjutan demonstrasi para mahasiswa yang menuntut Jepang agar tidak
melakukan dominasi ekonomi di Indonesia sebab produk barang Jepang terlalu banyak
beredar di Indonesia. Terjadilah pengrusakan dan pembakaran barang-barang buatan Jepang.
o Repelita II (1 April 1974 hingga 31 Maret 1979)
Titik Berat Repelita II: Pada sektor pertanian dengan meningkatkan industri yang mengolah
bahan mentah menjadi bahan baku meletakkan landasan yang kuat bagi tahap selanjutnya.
Sasaran Repelita II: Tersedianya pangan, sandang,perumahan, sarana dan prasarana,
mensejahterakan rakyat dan memperluas kesempatan kerja.
Tujuan Repelita II: Meningkatkan pembangunan di pulau-pulau selain Jawa, Bali dan
Madura, di antaranya melalui transmigrasi.
Pelaksanaan Pelita II cukup berhasil pertumbuhan ekonomi rata-rata mencapai 7% per tahun.
Pada awal pemerintahan Orde Baru laju inflasi mencapai 60% dan pada akhir Pelita I laju
inflasi turun menjadi 47%. Selanjutnya pada tahun keempat Pelita II, inflasi turun menjadi
9,5%.
o Repelita III (1 April 1979 hingga 31 Maret 1984)
Titik Berat Repelita III: Pada sektor pertanian menuju swasembada pangan dan meningkatkan
industri yang mengolah bahan baku menjadi barang selanjutnya. Menekankan bidang industri
padat karya untuk meningkatkan ekspor.
Pertumbuhan perekonomian periode ini dihambat oleh resesi dunia yang belum juga berakhir.
Sementara itu nampak ada kecendrungan harga minyak yang semakin menurun khususnya
pada tahun-tahun terakhir Repelita III. Menghadapi ekonomi dunia yang tidak menentu, usaha
pemerintah diarahkan untuk meningkatkan penerimaan pemerintah, baik dari penggalakan
ekspor mapun pajak-pajak dalam negeri.
o Repelita IV (1 April 1984 hingga 31 Maret 1989)
Titik Berat Repelita IV: Pada sektor pertanian untuk melanjutkan usaha-usaha menuju
swasembada pangan dengan meningkatkan industri yang dapat menghasilkan mesin- mesin
industri sendiri, baik industri ringan yang akan terus dikembangkan dalm repelita-repelita
selanjutnya meletakkan landasan yanag kuat bagi tahap selanjutnya.
Tujuan Repelita IV: Menciptakan lapangan kerja baru dan industri.
Terjadi resesi pada awal tahun 1980 yang berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia.
Pemerintah akhirnya mengeluarkan kebijakan moneter dan fiskal sehingga kelangsungan
pembangunan ekonomi dapat dipertahankan.
o Repelita V (1 April 1989 hingga 31 Maret 1994)
Menekankan bidang transportasi, komunikasi dan pendidikan.
Pelaksanaan kebijaksanaan pembangunan tetap bertumpu pada Trilogi Pembangunan dengan
menekankan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju tercapainya keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi serta
stabilitas nasional yang sehat dan dinamis. Ketiga unsur Trilogi Pembangunan tersebut saling
mengait dan perlu dikembangkan secara selaras, terpadu, dan saling memperkuat. Tujuan dari
Repelita V sesuai dengan GBHN tahun 1988 adalah pertama, meningkatkan taraf hidup,
kecerdasan dan kesejahteraan seluruh rajyat yang makin merata dan adil; kedua, meletakkan
landasan yang kuat untuk tahap pemangunan berikutnya.

2. Apa yang dimaksud dengan Perencanaan Pembangunan, manfaat Perencanaan


Pembangunan, dan sebutkan periode Perencanaan Pembangunan era orde baru !

o Perencanaan Pembangunan
Trilogi Pembangunan adalah wacana pembangunan nasional yang dicanangkan oleh
pemerintahan orde baru di Indonesia dalam sebagai landasan penentuan kebijakan politik,
ekonomi, dan sosial dalam melaksanakan pembangunan negara.

Dilakukan pembangunan nasional pada masa orde baru dengan tujuan terciptanya masyarakat
yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Arah dan kebijaksanaan
ekonominya adalah pembangunan pada segala bidang.
Pedoman pembangunan nasional adalah Trilogi Pembangunan dan Delapan Jalur Pemerataan.
Inti dari kedua pedoman tersebut adalah kesejahteraan bagi semua lapisan masyarakat dalam
suasana politik dan ekonomi yang stabil.
Isi trilogi Pembangunan adalah sebagai berikut:
1. Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju kepada terciptanya keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.
2. Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi.
3. Stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.
o Pembangunan dilaksanakan dalam 2 tahap. Yaitu :
1. Jangka panjang : jangka panjang mebcakup periode 25 sampai 30 tahun.
2. Jangka pendek. : jangka pendek mancakup periode 5 tahun yang terkenal dengan sebutan
“pelita” ( Pembangunan Lima Tahun )
Pelita yang dimaksud adalah :
• Pelita I (1 April 69 – 31 Maret 74) : Menekankan pada pembangunan bidang pertanian.
• Pelita II (1 April 74– 31 Maret 79) : Tersedianya pangan, sandang, perumahan, sarana dan
prasarana, menyejahterakan rakyat, dan memperluas kesempatan kerja.
• Pelita III (1 April 79 – 31 Maret 84) : Menekankan pada Trilogi Pembangunan.
• Pelita IV (1 April 84 – 31 Maret 89) : Menitik beratkan sektor pertanian menuju
swasembada pangan dan meningkatkan industri yang dapat menghasilkan mesin industri
sendiri.
• Pelita V ( 1 April 89 – 31 Maret 94) : Menitikberatkan pada sektor pertanian dan industri.
• Pelita VI (1 April 94 31 Maret 1999) : Masih menitikberatkan pembangunan pada sektor
bidang ekonomi yang berkaitan dengan industri dan pertanian serta pembangunan dan
peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagai pendukungnya.
o Manfaat Perencanaan Pembangunan
1. Bidang Kesejahteraan Rakyat dan Pendidikan
Pembangunan nasional tidak saja menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang pesat, tetapi juga
menghasilkan kesejahteraan rakyat yang makin meningkat dan makin merata. Meningkatnya
derajat pendidikan dan juga kesehatan mempunyai dampak terhadap peningkatan kualitas
peranan wanita dalam pembangunan.
2. Bidang Agama
Selama ini telah berhasil diciptakan suasana kehidupan antaragama yang rukun sehingga para
pemeluk agama dapat menjalankan ibadahnya dengan tenteram, dan memperkuat persatuan
dan kesatuan bangsa.
3. Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Meningkatnya kemampuan rekayasa dan rancang bangun dalam industri manufaktur, mulai
dari industri dengan teknologi sederhana sampai industri canggih seperti pesawat terbang.
4. Bidang Hukum
Dalam kaitan ini, antara lain telah ditetapkan Un dang-undang tentang KUHAP, Undang-
undang tentang Hak Cipta, Paten, dan Merek, kompilasi hukum Islam, dan lain-lain.
5. Bidang Politik, Aparatur Negara, Penerangan, Komunikasi dan Media Massa
Telah dapat mewujudkan tingkat stabilitas nasional yang mantap dan dinamis sehingga
memungkinkan pelaksanaan pembangunan nasional yang menghasilkan kesejahteraan rakyat
yang makin baik.
6. Bidang Pertahanan Keamanan
Pembangunan pertahanan keamanan terus dilakukan sesuai dengan Sishankamrata, dan
dengan terus memperkuat kemampuan ABRI dalam melaksanakan kedua fungsinya.
o Periode perencanaan pembangunan :
1. Sebelum orde baru
•Periode 1945 – 1950
•Periode 1951 – 1955
•Periode 1956 – 1960
•Periode 1961 – 1965
2. Setelah orde baru
•Periode Repelita I : 1969/70 – 1973/74
•Periode Repelita II : 1974/75 – 1978/79
•Periode Repelita III : 1979/80 – 1983/84
•Periode Repelita IV : 1984/85 – 1988/89
•Periode Repelita V : 1989/90 – 1993/94

Trilogi Pembangunan Presiden Soeharto


02/18/2014 in Opini, Uncategorized Leave a comment
Memang sangat menggelitik melihat banyak truk di jalan-jalan memasang gambar Pak
Harto yang sedang melambaikan tangan sambil tersenyum dengan tulisan “Pye kabare le? Enak
jamanku to?”. Seakan-akan reformasi yang bergolak pada 1998 lalu tak ada artinya. Tapi jika
kita melihat kembali pada masa kejayaan orde baru yang membuat perekonomian Indonesia
sangat disegani sebagai macan Asia memang pantas kiranya Pak Harto dirindukan.
Namun apa sebenarnya yang membuat kepemimpinan Pak Harto bisa sangat kokoh dan
mengakar sampai 32 tahun? Trilogi Pembangunan adalah jawabannya. Trilogi Pembangunan
adalah wacana pembangunan Nasional yang diusung oleh Pemerinahan Orde Baru dengan anasir
1. Stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.
2. Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi.
3. Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju kepada terciptanya keadilan sosial bagi
seluruh rakyat.
Tiga point ini adalah semboyan yang sangat mengakar dalam 32 tahun kepemimpinan Pak Harto.
Setelah beliau menciptakan stabilitas Nasional yang merupakan lingkungan yang baik untuk
tumbuhnya perekonomian, beliau menarik para investor asing untuk merangsang pertumbuhan
perekonomian Nasional. Setelah perekonomian tumbuh, kesejahteraan diratakan ke seluruh
pelosok Nusantara.
Stabilitas Nasional
Pendekatan keamanan yang pernah dipraktekkan rezim Orde Baru dianggap sebagai resep
mujarab untuk mengatasi persoalan keamanan saat ini. Itula mengapa orde baru walupun banyak
dibenci juga banyak dirindukan. A.M Fatwa eks tapol di masa orde baru menyampaikan, Strategi
menciptakan stabilitas sosial untuk memicu pertumbuhan ekonomi sudah tepat, seperti strategi
tangan besinya Lee Kwan yu dari Singapura. Sayang Pak Harto terlalu melibatkan militer dalam
pemerintahan.
Langkah tangan besi Pak Harto untuk menggebuk potensi-pontensi subversiv dan potensi-potensi
gangguan keamanan memang controversial. Kita pasti sudah sering mendengan tentang petrus
(penembak misterius) yang dengan sangat misterius membersihkan para preman yang
meresahkan masyarakat. Sangat efektif namun disisi lain sangat berlawanan dengan HAM.
Pertumbuhan Ekonomi
Pak Harto memang seorang pemimpin yang visioner, bahkan beliau bisa melihat wajah
Indonesia sampai 30 tahun kedepan. Rencana Pembangunan lima tahunan yang kita kenal
dengan “Pelita” I-VI adalah buktinya. Dengan sangat tertata dan teratur Pak Harto menata taman
Indonesia sampai menjadi salah satu kekuatan Ekonomi yang disegani di Asia.
Pada Pelita I yang dilaksanakan mulai 1 April 1969 sampai 31 Maret 1974, peningkatkan taraf
hidup rakyat dan sekaligus peletakkan dasar-dasar bagi pembangunan tahap berikutnya adalah
konsen yang dibangun pak harto pada tahap pertama. Dengan titik berat pada pembangunan
bidang pertanian.
Pelita II yang dilaksanakan pada 1 April 1974 sampai 31 Maret 1979 memiliki sasaran utama
tersedianya pangan, sandang, perumahan, sarana prasarana, mensejahterakan rakyat, dan
memperluas kesempatan kerja. Pada Pelita II ini inflasi berhasil ditekan dari 60% menjadi 9,5%.
Pada Pelita III pemerataan pembangunan dan kesejahteraan adalah konsen pemerintah dari tahun
1979 hingga 1984. Dengan harapan pembangunan yang sudah dilakukan sejak Pelita I dan II
bisa mulai dirasakan di berbagai wilayah di Nusantara
Pelita IV dilaksanakan tanggal 1 April 1984 sampai 31 Maret 1989 dengan titik berat pada
pertanian untuk menuju swasembada pangan, dan meningkatkan industri yang dapat
menghasilkan mesin industri sendiri.
Pelita V dimulai 1 April 1989 sampai 31 Maret 1994 ditekankan pada sector pertanian dan
industri. Pada Pelita V posisi perdagangan luar negeri memperlihatkan gambaran yang
menggembirakan. Peningkatan ekspor lebih baik dibanding sebelumnya.

Terakhir pada Pelita VI yang dilaksanakan pada 1 April 1994 sampai 31 Maret 1999 ditekankan
pada sektor ekonomi yang berkaitan dengan industri dan pertanian, serta peningkatan kualitas
sumber daya manusia sebagai pendukungnya. Sayang pada periode ini terjadi krisis
moneter yang melanda negara-negara Asia Tenggara termasuk Indonesia. Karena krisis moneter
dan peristiwa politik dalam negeri yang mengganggu perekonomian telah menyebabkan proses
pembangunan terhambat, dan juga menyebabkan runtuhnya pemerintahan Orde Baru.
Pemerataan Pembangunan
Dalam upaya memeratakan pembangunan dan kesejahteraan Nasional, Pak Harto mencanangkan
delapan jalur pemerataan yang akan menyalurkan pembangunan dan kesejahteraan ke seluruh
Nusantara. Delapn jalur tersebut anatara lain:
1. Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat khususnya pangan, sandang dan perumahan.
2. Pemerataan memperoleh kesempatan pendidikan dan pelayanan kesehatan
3. Pemerataan pembagian pendapatan.
4. Pemerataan kesempatan kerja
5. Pemerataan kesempatan berusaha
6. Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan, khususnya bagi generasi muda dan
kaum wanita.
7. Pemerataan penyebaran pembangunan di seluruh wilayah Tanah Air
8. Pemerataan kesempatan memperoleh keadilan.
Melalui Trilogi inilah kita hari ini kita bisa merasakan terangnya Nusantara setelah dialiri listrik
sampai kedesa-desa, sampai kegunung-gunung. Melalui Trilogi inilah kita bisa berbangga
memiliki republik dengan pembangunan fisik yang terbaik di jamannya. Dan kerana itulah sudah
selayaknya kita selalu mengenang Pak Harto sebagai Bapak Pembangunan. Terlepas segala
khilaf dan alfa yang beliau lakukan.

Teori 5 Tahapan Pembangunan Menurut W. W Rostow

A. Latar Belakang
W. W Rostow adalah seorang ahli ekonomi ,Teori ini berawal dari artikel Rostow yang dimuat dalam
economics journal maret 1956. Dan kemudian dikembangkan lebih lanjut dalam bukunya. Teori rostow
ini dikelompokkan kedalam model jenjang linier (linier stages moder).
W.W. Rostow merupakan seorang ekonom Amerika Serikat yang menjadi Bapak Teori Pembangunan
dan Pertumbuhan. Teorinya mempengaruhi model pembangunan di hampir semua Dunia Ketiga.
Pikiran Rostow pada dasarnya dikembangkan dalam konteks perang dingin serta membendung
pengaruh sosialisme. Itulah makanya, pikiran Rostow pertama dituangkan dalam makalah yang secara
jelas sebagai manifesto non-komunis. Dalam tulisan yang berjudul The Stages of Economic Growth: A
Non-Communist Manifesto, Rostow membentangkan pandangannya tentang modernisasi yang
dianggapnya sebagai cara untuk membendung semangat sosialisme.
Menurut Rostow proses pembangunan ekonomi bisa dibedakan kedalam lima tahap. Lima tahap
tersebut adalah karakteristik perubahan keadaan ekonomi, social dan politik yang terjadi.
B. Pembahasan
Menurut Rostow pembangunan ekonomi atau proses tranformasi suatu masyarakat tradisional
menjadi masyarakat modern merupakan proses yang multidimensional. Pembangunan ekonomi bukan
berarti hanya perubahan struktur ekonomi suatu Negara tetapi juga ditunjukan oleh peranan sector
pertanian dan peranan sector industry . menurut rostow pembangunan ekonomi berarti pula sebagai
suatu proses yang menyebabkan antara lain :
1. Perubahan orientasi organisasi ekonomi , politik , dan social yang pada mulanya berorientasi kepada
suatu daerah menjadi berorientasi keluar.
2. Perubahan pandangan masyarakat menganai jumlah anak dalam keluarga yaitu dari menginginkan
banyak anak menjadi keluarga kecil.
3. Perubahan dalam kegiatan investasi masyarakat, dari melakuakn investasi yang tidak produktif
(menumpuk emas , membeli rumah dan sebagainya) menjadi investasi yang produktif.
4. Perubahan sikap hidup dan adat istiadat yang terjadi , merangsang pembangunan ekonomi ( misalnya
penghargaan terhadap waktu , penghargaan terhadap prestasi perorangan)

Proses pembangunan ekonomi menurut W.W Rostow bisa dibedakan dalam 5 tahap, yaitu :
a. Masyarakat tradisional
Sistem ekonomi yang mendominasi masyarakat tradisional adalah pertanian, dengan cara-cara
bertani yang tradisional. Produktivitas kerja manusia lebih rendah bila dibandingkan dengan tahapan
pertumbuhan berikutnya. Masyarakat ini dicirikan oleh struktur hirarkis sehingga mobilitas sosial dan
vertikal rendah. Pada masyarakat tradisional ilmu pengetahuan belum begitu banyak dikuasai , karena
masyarakat pada saat itu, masih mempercayai kepercayaan-kepercayaan tentang kekuatan diluar
kekuasaan menusia atau hal gaib . manusia yang percaya akan hal demikian, tunduk kepada alam dan
belum bias menguasai alam akibatnya produksi sangat terbatas masyarakat tradisioanal itu cenderung
bersifat statis (kemajuan berjalan sangat lamban) produksi dipakai untuk konsumsi sendiri, tidak ada di
investasi. Generasi ke generasi tidak ada perkembangan , dalam hal ini yaitu antara orangtua dan
anaknya, memilki pekerjaan yang sama dan keduduakn yang sederajat .
Ciri-ciri tahap masyarakat tradisional adalah sebagai berikut:
1. Fungsi Produksi terbatas, cara produksi masih primitif, dan tingkat produktifitas masyarakat rendah.
2. Struktur sosial bersifat hierarkis, yaitu kedudukan masyarakat tidak berbeda dengan nenek moyang
mereka.
3. Kegiatan politik dan pemerintahan di daerah-daerah berada di tangan tuan tanah.

Contoh : Suku Baduy di Jawa Barat.


Orang Kanekes atau orang Baduy adalah suatu kelompok masyarakat adat Sunda di wilayah
Kabupaten Lebak, Banten. Sebutan "Baduy" merupakan sebutan yang diberikan oleh penduduk luar
kepada kelompok masyarakat tersebut, berawal dari sebutan para peneliti Belanda yang agaknya
mempersamakan mereka dengan kelompok Arab Badawi yang merupakan masyarakat yang berpindah-
pindah (nomaden). Bahasa yang mereka gunakan adalah Bahasa Sunda dialek Sunda–Banten. Untuk
berkomunikasi dengan penduduk luar mereka lancar menggunakan Bahasa Indonesia, walaupun mereka
tidak mendapatkan pengetahuan tersebut dari sekolah. Orang Kanekes 'dalam' tidak mengenal budaya
tulis. Menurut kepercayaan yang mereka anut, orang Kanekes mengaku keturunan dari Batara Cikal,
salah satu dari tujuh dewa atau batara yang diutus ke bumi. Asal usul tersebut sering pula dihubungkan
dengan Nabi Adam sebagai nenek moyang pertama. Menurut kepercayaan mereka, Adam dan
keturunannya, termasuk warga Kanekes mempunyai tugas bertapa atau asketik (mandita) untuk
menjaga harmoni dunia.

b. Pra-kondisi tinggal landas


Selama tahapan ini, tingkat investasi menjadi lebih tinggi dan hal itu memulai sebuah
pembangunan yang dinamis. Model perkembangan ini merupakan hasil revolusi industri. Konsekuensi
perubahan ini, yang mencakup juga pada perkembangan pertanian, yaitu tekanan kerja pada sektor-
sektor primer berlebihan. Sebuah prasyarat untuk pra-kondisi tinggal landas adalah revolusi industri
yang berlangsung dalam satu abad terakhir.
Pembangunan ekonomi menurut Rostow sadalah suatu proses yang menyebabkan perubahan
karekteristik penting suatu masyarakat, misalnya perubahan keadaan sistem politik, struktur social,
system nilai dalam masyarakat dan struktur ekonominya. Jika perubahan seperti itu terjadi, maka
pertumbuhan ekonomi dapat dikatakan sudah terjadi. Suatu masyarakat yang sudah mencapai proses
pertumbuhan yang demikian sifatnya, dimana pertumbuhan ekonomi sudah sering terjadi, boleh
dianggap sudah berada pada tahap prasyarat tinggal landas.
Tahap prasyarat tinggal landas ini didefinisikan Rostow sebagai suatu masa transisi dimana
masyarakat mempersiapkan dirinya untuk mencapai pertumbuhan atas kekuatan sendiri (self-
sustainable growth). Menurut Rostow, pada tahap ini dan sesudhnya pertumbuhan ekonomi akan
terjadi secara otomatis.
Tahap prasyarat tinggal landas ini mempunyai 2 corak. Pertama adalah tahap prasyarat lepas
landas yang dialami oleh Negara Eropa, Asia, Timur tengah, dan Afrika, dimana tahap ini dicapai dengan
perombakann masyarakat tradisional yang sudah lama ada. Corak yang kedua adalah tahap prasyarat
tinggal landas yang dicapai oleh Negara-negara Born free (menurut Rostow) seperti Amerika Serikat,
Kanada, Australia, dimana Negara-negara tersebut mencapai tahap tinggal landas tanpa harus
merombak system masyarakat yang tradisional. Hal ini disebabkan oleh sifat dari masyarakat Negara-
negara tersebut terdiri dari imigran yang telah mempunyai sifit-sifat yang dibutuhkan oleh suatu
masyarakat untuk tahap prasyarat tinggal landas.
Seperti telah diungkapkan dimuka, Rostow sangat menekankan perlunya perubahan-perubahan
yang multidimensional, karena ia tak yakin akan kebenaran pandangan yang menyatakan bahwa
pembangunan akan dapat dengan mudah dicipkatan hanya jika jumlah tabungan ditingkatkan. Menurut
pendapat tersebut tingkat tabungan yang tinggi akan mengakibatkan tingkat investasi tinggi pula
sehingga mempercepat pertumbuhan ekonomi yang dicerminkan oleh kenaikan pendapatan nasional.
Namun menurut Rostow pertumbuhan ekonomi hanya akan tercapai jika diikuti oleh perubahan-
perubahan lain dalam masyarakat. Perubahan-perubahan itulah yang akan memungkinkan terjadinya
kenaikan tabungan dan penggunaan tabungan itu sebaik-baiknya.
Perubahan-perubahan yang dimaksud Rostow misalnya kemampuan masyarakat untuk
menggunakan ilmu pengetahuan modern dan membuat penemuan-penemuan baru yang bisa
menurunkan biaya produksi. Disamping itu harus ada pula orang-orang yang menggunakan penemuan
baru tersebut untuk memodernisir cara produksi dan harus didukung pula dengan adanya sekelompok
masuyarakat yang menciptakan tabungan dan meminjamkannya kepada wiraswasta, yang inovativ
untuk meningkatkan porduksi dan menaikkan produktivitas. Singkatnya, kenaikan investasi yang akan
menciptakan pembangunan ekonomi yang lebih cepat dari sebelumnya bukan semata-mata tergantung
pada kenaikkan tingkat tabungan, tetapi juga kepada perubahan radikal dalamsikap masyarakat
terhadap ilmu pengetahuan, perubahan teknik produksi, pengambilan resiko dan sebagainya.
Selain hal-hal diatas, Rostow menekankan pula kenaikan tingkat investasi hanya mungkin terjadi
jika terjsdi perubahan dalam struktur ekonomi. Kemajuan disektor pertanian, pertambangan dan
prasarana harus terjadi semata-mata dengan proses peningkatan investasi. Pembangunan ekonomi
hanya dimungkinkan oleh adanya kenaikan produktivitas di sector pertanian dan perkembangan di
sector pertambangan.
Menurut Rostow, kemajuan sector pertanian mempunyai peranan penting dalam masa
peralihan sebelum mencapai tahap tinggal landas. Peranan sector pertanian tersebut antara lain,
pertama, kemajuan pertanian menjamin penyediaan bahan makanan bagi penduduk di pedesaan
maupun diperkotaan. Hal ini menjamin penduduk agar tidak kelaparan dan menghemat devisa kerena
import bahan makanan dapat dihindari. Kedua, kenaikan produktivitas di sector pertanian akan
memperluas pasar dari berbagai kegiatan industri. Kenaikan pendapatan petani akan memperluas pasar
industri barng-barang konsumsi, kenaikan produktivitas pertanian akan memperluas pasar industri-
industri penghasil input pertanian modern seperti mesin-mesin pertanian dan pupuk kimia, kenaikan
pendapatan disektor pertanian akan menciptakan tabungan yang bias digunakan sector lain (terutama
industri) sehingga bias meningkatkan investasi di sector-sektor lain tersebut.
Biasanya kondisi pada saat ini terjadi karena adanya campur tangan dari luar, dari masyarakat
yang lebih sudah maju. Masyarakat didalmnya tidak mampu untuk mengubah dirinya sendiri, atau
bukan karena factor internal dari masyarakat itu sendiri. Dikarenakan adanya goncangan campur tangan
dari luar maka timbullah berkembang ide pembaharuan.

Contoh :
Seperti yang terjadi di jepang ,dengan di bukanya masyarakat ini pada saat itu terjadi nya
peningkatan tabungan masyarakat ,kemudian tabungan itu dipakai untuk melakukan investasi pada
sector-sektor produktif yang menguntungkan,misalnya pendidikan ,investasi yang dilakukan baik
perorangan maupun oleh Negara , maka terbentuklah Negara tradisional yang sentralistis . Singkatnya,
usaha dalam meningkatkan produksi mulai bergerak pada saat itu.

c. Tinggal landas (Lepas Landas)

Tahapan ini dicirikan dengan pertumbuhan ekonomi yang dinamis. Karakteristik utama dari
pertumbuhan ekonomi ini adalah pertumbuhan dari dalam yang berkelanjutan yang tidak
membutuhkan dorongan dari luar. Seperti, industri tekstil di Inggris, beberapa industri dapat
mendukung pembangunan. Secara umum “tinggal landas” terjadi dalam dua atau tiga dekade terakhir.
Misalnya, di Inggris telah berlangsung sejak pertengahan abad ke-17 atau di Jerman pada akhir abad ke-
17.
Pada tahap ini telah tersingkirnya hambatan-hambatan yang menghalangi pertumbuhan
ekonomi, serta tabungan dan investasi yang efektif meningkat dari 5% menjadi 10 % dari pendapatan
nasional atau lebih. Industry-industripun mulai berkembang dengan sangat pesat keuntungan nya
sebagian besar ditanamkan ke industry yang baru. Dan sector modern dalam perekonomian pun
berkembang.
Pada tahap tinggal landas, pertumbuhan ekonomi selalu terjadi. Pada awal tahap ini terjadi
perubahan yang drastis dalam masyarakat seperti seperti revolusi politik, terciptanya kemajuan yang
pesat dalam inovasi, atau berupa terbukanya pasar baru. Sebagai akibat dari perubahan-perubahan
tersebut secara teratur akan tercipta inovasi-inovasi dan peningkatan investasi. Investasi yang semakin
tinggi ini akan mempercepat laju pertumbuhan pendapatan nasional dan melebihi tingkat pertumbuhan
penduduk. Denga demikian tingjat pendapatan perkapita semakin besar.
Untuk mengetahui apakah sesuatu negara sudah mencapai tahap tinggal landas atau belum,
Rostow mengemukakan tiga ciri dari masa tinggal landas yaitu:
1. Berlakunya kenaikan dalam penanaman modal yang produktif dari 5 persen atau kurang menjadi 10
persen dari Produk Nasional Netto atau NNP.
2. Berlakunya perkembangan satu atau beberapa sektor industri dengan tingkat laju perkembangan yang
tinggi.
3. Adanya atau segera terciptanya suatu rangka dasar politik, sosial, dan kelembagaan yang bisa
menciptakan perkembangan sektor modern dan eksternalitas ekonomi yang bisa menyebabkan
pertumbuhan ekonomi terus terjadi.
Contohnya :
Teknik-teknik pertanian yang mulai tumbuh dan berkembang. Pertanian menjadi usaha
kormesial untuk mencari keuntungan bukan sekedar konsumsi sendiri. Karena peningkatan dalam
produkfitas pertanian merupakan sesuatu yang penting dalam proses lepas landas, sebab proses
modernisasi membutuhkan hasil pertanian yang banyak supaya proses perubahan dapat dijangkau.
Teknik penanaman jamur yang telah dikembangkan oleh ahli-ahli dalam bidang pertanian, agar produksi
jamur lebih diminati dan lebih memiliki pasar yang luas,
Budidaya jamur tiram putih yaitu, proses pengomposan, proses pembungkusan, proses
sterilisasi, teknik penanama bibit (inokulasi), pemeliharaan dan inkubasi,pembukaan polibek,
pemanenan jamur. Budidaya jamur yang dapat dimakan (edible mushroom) merupakan salah satu cara
mengatasi kekurangan pangan dan gizi serta menganekaragamkan pola komsumsi pangan rakyat. Dari
analisa menunjukkan bahwa kandungan mineral jamur lebih tinggi daripada gading sapi dan domba,
bahkan hampir dua kali lipat jumlah garam mineral dalam sayuran. Jumlah proteinnya dua kali lipat
protein asparagus, kol, kentang dan empat kali lipat daripada tomat dan wortel serta enam kali lipat dari
jeruk. Selain itu jamur juga mengandung zat besi, tembaga, kalium dan kapur, kaya vitamin B dan D,
sejumlah enzim tripsin yang berperan sangat penting pada proses pencernaan, kalor dan kolesterolnya
rendah.

d. Menuju Kedewasaan
Setelah lepas landas akan terjadi proses kemajuan yang terus bergerak ke depan, meskipun
kadang-kadang terjadi pasang surut. Pendapatan asional selalu di investasikan kembali sebesar 10%
sampai 20%, untuk mengatasi persoalan pertambahan penduduk.
Kedewasaan pembangunan ditandai oleh investasi yang terus-menerus antara 40 hingga 60
persen. Dalam tahap ini mulai bermunculan industri dengan teknologi baru, misalnya industri kimia atau
industri listrik. Ini merupakan konsekuensi dari kemakmuran ekonomi dan sosial. Pada umumnya,
tahapan ini dimulai sekitar 60 tahun setelah tinggal landas. Di Eropa, tahapan ini berlangsung sejak
tahun 1900.
Kedewasaan dimulai ketika perkembangan industry terjadi tidak saja meliputi teknik-tiknik
produksi, tetapi juga dalam aneka barang yang diproduksi. Yang diproduksikan bukan saja terbatas pada
barang konsumsi, tetapi juga barang modal.

Contoh :
Industry berkembang dengan pesat, Negara menetapkan posisinya dalam perekonomian global.
Barang-barang yang tadinya di impor sekarang di produksikan didalam negari, impor baru menjadi
kebutuhan, jadi untuk mengimbangi barang impor maka barang-barang ekspor harus berkualitas.
Misalnya saja ekspor dan impor batik di Indonesia, batik di indonsia mempunyai potensi dan
kualitas yang bagus jika dibandingkan dengan impor batik yang ada di Indonesia, kebanyakan dari
Negara Malaysia dan Negara Srilanka, jadi ekspor batik Indonesia lebih berkualitas dari impor batik yang
ada di Indonesia.

e. Era konsumsi tinggi


Ini merupakan tahapan terakhir dari lima tahap model pembangunan Rostow. Pada tahap ini,
sebagian besar masyarakat hidup makmur. Orang-orang yang hidup di masyarakat itu mendapat
kemakmuran dan keseberagaman sekaligus. Menurut Rostow, saat ini masyarakat yang sedang berada
dalam tahapan ini adalah masyarakat Barat atau Utara.
Pada tahap ini perhatian masyarakat sudah lebih menekankan pada masalah-masalah yang
berkaitan dengan konsumsi dan kesejahteraan masyarakat bukan lagi kepada masalah produksi.
Terdapat 3 macam tujuan masyarakat atau negara yaitu:
1. Memperbesar kekuasaan dan pengaruh ke luar negeri dan kecenderungan ini bisa berakhir pada
penjajahan terhadap bangsa lain.
2. Menciptakan negara kesejahteraan dengan cara mengusahakan terciptanya pembagian pendapatan
yang lebih merata melalui sistem pajak yang progresif
3. Meningkatkan konsumsi masyarakat melebihi kebutuhan pokok yang meliputi pula barang yang tahan
lama dan barang mewah.
Selain itu juga, investasi untuk menigkatkan produksi tidak lagi menjadi tujuan yang utama.
Pembangunan sudah merupakan sebuah proses yang berkesinambugan yang bias menopang kemajuan
secara terus-menerus. Pada masa ini rostow juga berbicara tentang keperluan akan adanya sekelompok
wiraswastawan yakni orang-orang yang berani melakukan tindakan pembaharuan meskipun ada resiko.
Terdapat dua kondisi social yang menyebabkan lahirnya para wiraswastawan ini, yaitu :
1. Adanya masyarakat modern yang ingin mencapai kekuasaan melalui cara-cra konvensional. Tetapi
masyarakat tradisional tidak memberikan hak kepada masyarakat modern karena masyarakat
tradisional itu premitif.
2. Masyarakat tradisional cukup fleksibel atau memberikan kebebasan kepada warganya untuk mencari
kekayaan atau kekuasaan politik untuk menaikkan statusnya ditengah-tengah masyarakat.

Kelompok ini lah yang akan menjadi tenaga pendorong untuk melakukan pembaharuan, melupakan
kelompok yang, memiliki semangat tinggi karena tatanan social politik tidak mengekang dirinya.
Contoh :
Pengguna sepeda motor yang jumlahnya lebih banyak dibandingkan mobil, setiap kenaikan satu
juta kiloliter berarti menambah subsidi Rp1,9 triliun. Karena itu, pemerintah akan mengarahkan
kebijakan penghematan subsidi BBM bagi pengendara sepeda motor.

Penerapan Keseluruhan Teori W.W Rostow :


Di Indonesia teori Rostow pada masa Soeharto dilaksanakan sebagai landasan pembangunan jangka
panjang Indonesia yang ditetapkan secara berkala untuk waktu 5 tahunan , yang terkenal dengan
pembangunan 5 tahun ,dengan demikian implementasi teori Rostow berdasarkan 5 tahap teori Rostow
yaitu ; masyarakat tradisional -> Prakondisi tinggal landas -> masyarakat tinggal landas -> menuju
kedewasaan -> High konsumsi. Maka soeharto mengaplikasikan agar pembangunan merata dengan
menerapkan 5 tahap pembangunan Teori W.W Rostow.

Keunggulan Teori Rostow


1. Memberikan kejelasan tahapan-tahapan pencapaian kemajuan yang meliputi : 1) masyarakat
tradisional, 2) masyarakat pra kondisi tinggal landas, 3) masyarakat tinggal landas, 4) masyarakat
kematangan pertumbuhan dan 5) masyarakat dengan konsumsi biaya tinggi. Tahapan tersebut
memberikan tawaran secara terperinci pada pengambil kebijakan di sebuah Negara tentang tahapah
dan prasyarat dari pencapaian tahapan yang harus dilalui untuk menjadikan sebuah Negara menjadi
lebih maju. Kejelasan teori yang disampaikan oleh Rostow itulah yang melatarbelakangi banyak Negara
berkembang menerapkan teori ini dalam pembangunan mereka.
2. Petunjuk jelas yang disampaikan oleh Rostow tentang cara praktis dalam memperoleh sumberdaya
modal untuk mencapai tingkat investasi produktif yang tinggi. Cara tersebut disajikan dalam berbagai
alternatif yaitu:
a) Dana investasi dari pajak yang tinggi
b) Dana invesatasi dari pasar uang atau pasar modal
c) Melalui perdagangan internasional
d) Investasi langsung modal asing

Kelemahan teori Rostow


Adapun kelemahan teori rostow adalah sebagai berikut:
1. Sering terjadi pertumbuhan ekonomi yang semu tidak seperti yang diharapkan oleh teori ekonomi ini.
Hal tersebut dikarenakan pertumbuhan ekonomi tertutupi oleh pertumbuhan penduduk akibat
penurunan angka kematian. Akibat lanjutannya adalah sebuah Negara menjadi sulit untuk berkembang
dan melalui tahap tinggal landas.
2. Dengan dasar teori ini, seringkali Negara harus melakukan mobilisasi seluruh kemampuan modal dan
sumber daya alamnya sehingga mencapai tingkat investasi produktif sebesar 10% dari pendapatan
nasionalnya. Efek dari teori itu adalah terjadi eksploitasi besar-besaran terhadap sumber alam dan
bahan-bahan mentah, tanpa mempertimbangkan kelestarian alam dan pembangunan berkelanjutan di
masa yang akan dating. Kerusakan alam justru berakibat pada penurunan ekonomi masyarakat
tradisional, penurunan kesehatan, merebaknya penyakit, kerawanan sosial, dsb.
3. Negara yang menerapkan teori ini seringkali memperoleh sumberdaya modal dari investasi langsung
modal asing yang ditanamkan pada bidang pembangunan prasarana, pembukaan tambang, dan struktur
produktif yang lain. Investasi ini biasanya dalam bentuk pinjaman, baik dari Negara, kreditor, maupun
dari lembaga-lembaga internasional seperti bank dunia, IMF atau dari MNC (Multi Natioanl
Corporation). Pinjaman juga sering diberikan pada pemerintah Negara berkembang untuk mendanai
proyek-proyek pembangunan. Dari pola itu terlihat terdapat ketidak seimbangan posisi karena Negara
berkembang tersebut berposisi sebagai debitor, sedangkan Negara asing atau lembaga asing adalah
kreditor. Negara berkembang selanjutnya sering ditekan sehingga yang tampak, pemerintah Negara
berkembang tersebut tidak lebih hanyalah tangan kanan dari Negara asing atau lembaga asing yang
ingin mensukseskan agenda-agenda politik maupun ekonominya di Negara yang sedang berkembang.
Negara berkembang juga seringkali terjerat utang dan sulit untuk menyelesaikan persoalan utang
sehingga menjadikan mereka sulit menuju kemajuan yang diharapkan.
4. Tahap tinggal landas merupakan tahap yang sangat kritis. Dalam teori yang disampaikan oleh Rostow,
justru tidak memberikan penekanan pada bagaimana mengatasi problematika yang kritis dalam tahap
tinggal landas. Rostow tidak memberikan pembahasan yang mendalam bagaimana cara mengatasi efek
negatif dari sebuah pertumbuhan ekonomi yang dipercepat, seperti misalnya efek kesenjangan sosial,
distabilitas sosial dan distabilitas politik yang seringkali justru berakibat pada kehancuran yang
mendalam seperti yang misalnya terjadi di Indonesia.
Menurut W.W. Rostow, proses pembangunan dikatakan berhasil apabila masyarakat telah
a. berhasil memproduksi kebutuhannya sendiri
b. memasuki tahapan lepas landas
c. memiliki tingkat konsumsi tinggi
d. memasuki tahap kedewasaan ekonomi
e. melakukan perdagangan lintas Negara

Daftar Pustaka :
Budiman, Arif. 2000. Teori Pembangunan Dunia Ketiga. Jakarta : Gramedia pustaka Utama.
Fakih, Mansour. 2001. Sesat Pikir Teori Pembangunan dan Globalisasi. Yogyakarta: Insist Press
Http:// teori-pembangunan-ww-rostow.html.
kafeilmu.co.cc/tema/5-tahap-teori-pembangunan-rostow.html
http:/wordpress.com/.../teori-tahap-tahap-pertumbuhan-walt-whitman-rostow/
http:// menurut+teori+rostow&aq=f&aqi=&aql=&oq=&fp=6709ba7af3321efd

Anda mungkin juga menyukai