PERTANYAAN
2. Tekanan krikoid:
a. membutuhkan tekanan konstan 30N
b. harus dilepas jika didapatkan pandangan buruk dengan laringoskopi
c. aman meskipun terdapat luka pada laring
d. mengurangi risiko aspirasi dengan mencegah pelepasan isi lambung yang
dimuntahkan
e. dapat dilakukan oleh asisten yang tidak terlatih
1
c. aspirasi isi lambung
d. henti jantung
e. bradikardia, pada anak-anak
PENGANTAR
yang cepat dari jalan nafas sambil meminimalkan risiko regurgitasi dan aspirasi
ETT). Penggunaan RSI merupakan prioritas utama dalam banyak situasi darurat
di saat terdapat ancaman jalan napas, dan biasanya merupakan komponen anestesi
yang penting untuk intervensi bedah darurat. RSI hanya diperlukan pada pasien
dengan refleks jalan nafas yang masih ada. Pada pasien dengan henti jantung atau
menggunakan obat.
Sejarah RSI
• Pre-oksigenasi
2
• Induksi anestesi dengan barbiturat (misalnya thiopentone) atau volatile, dan
mengikuti fasikulasi
Poin-poin Utama
Metode klasik di atas sekarang sangat jarang diikuti secara penuh. Dapat
praktik klinisnya sekarang, telah dibuat sejumlah modifikasi dari teknik RSI
untuk mendeskripsikan variasi tersebut namun istilah ini bukan merupakan istilah
3
Modifikasi umum
TEKANAN KRIKOID
Tekanan krikoid adalah penerapan gaya pada tulang rawan krikoid pasien
(Gambar 2). Alasannya adalah bagian atas esofagus akan tersumbat dengan
dikompres di antara trakea dan vertebra serviks, mencegah refluks pasif dari isi
Newton diterapkan oleh jempol dan jari telunjuk asisten yang meningkat hingga
30N begitu kesadaran hilang. (10N setara dengan tekanan sekitar 1 kg.) Tekanan
4
Gambar 2. Anatomi permukaan untuk tekanan krikoid
INDIKASI
dan berisiko mengalami refluks dan aspirasi isi lambung. Ini berarti bahwa RSI
Fraktur vertebra servikal yang tidak stabil akan membutuhkan kehati-hatian dalam
5
Indikasi dari RSI
Pasien yang tidak puasa atau status puasa tidak diketahui seperti
pada pasien trauma, operasi emergensi, situasi resusitasi dan pasien
dengan penurunan kesadaran
Refluks gastroesofageal yang diketahui seperti karena hernia hiatal
Kondisi-kondisi yang mengarahkan terlambatnya pengosongan
lambung seperti gastroparesis otonom (diabetes, penyakit Parkinson),
riwayat operasi pengikatan lambung, pasien dengan nyeri hebat atau
dengan riwayat baru saja menggunakan/diberikan opioid
Kehamilan (dari trimester kedua dan seterusnya)
PERSIAPAN
jika tim tidak mengenal lingkungan atau rekan mereka. Antisipasi sulitnya
menguasai jalan nafas dan membuat rencana oksigenasi sebelum melakukan RSI
memastikan bahwa semua peralatan tersedia dan untuk urutan bekerja, dan urutan
Persiapan pasien
teknik yang direncanakan termasuk tekanan krikoid. Kerja sama mereka untuk
preoksigenasi efektif (atau denitrogenasi) juga akan diperlukan. Pasien yang sadar
molar 30 mL: ini adalah obat yang paling umum digunakan di populasi obstetri.
6
Gambar 3. Sebuah Checklist yang digunakan untuk persiapan intubasi darurat untuk
memastikan obat dan peralatan tersedia dan semua anggota tim menyadari peran masing-
masing dan urutan pelaksanaan yang telah direncanakan
7
• Perlengkapan jalan napas yang sulit, sesuai dengan rencana penguasaan
jalan napas yang sulit. Ini mungkin termasuk:
• Oro- dan naso-pharyngeal airway
• Bougie
• Laringoskop video (**)
• Perangkat penyelamatan supraglottik: Laryngeal mask airway atau jalan
nafas supraglotis alternatif
• Suction
• Monitor
• Pulse oxymeter
• Capnograf gelombang
• Manset tekanan darah dan sphygmomanometer, atau arterial line
• Elektrokardiograf
8
Persiapan obat
Hipnotik
dan pada pasien yang tidak stabil. Efek yang biasa terjadi adalah
Etomidate (0.3 mg/kg) juga memiliki efek hemodinamik yang sangat terbatas.
Thiopentone (3-5 mg/kg) memiliki efek yang paling cepat dan dapat diprediksi,
bisa sangat lama. Ini sangat cocok pada pasien yang sudah
9
mengalami penurunan kesadaran dan terutama membutuhkan
Pemberian dosis secara hati-hati dari obat apapun yang digunakan lebih
penting daripada pemilihan obat. Pada pasien syok dengan dosis hipnosis yang
sangat rendah mungkin sudah cukup karena obat ini dapat dengan mudah
tersedia.
menjadi standar pemakaian untuk RSI. Ini biasanya mudah tersedia dan dapat
kelumpuhan, dan kondisi intubasi yang sangat baik dalam waktu satu sirkulasi
(15-45 detik).
Efek buruknya bisa dikenali, meski jarang terjadi. Mialgia adalah yang
anafilaksis, dan hipertermia maligna semuanya bisa terjadi. Banyak dokter terus
lebih dari efek samping berat tersebut di atas-misalnya: luka bakar baru, cedera
mg/kg) relaksasi yang mendalam diperoleh dalam 45-60 detik.4 Salah satu
10
kelemahannya adalah kurangnya fasikulasi, sehingga metode lain untuk
memastikan kelumpuhan laring yang memadai harus digunakan. Durasi aksi yang
berkepanjangan harus diperhitungkan jika jalan nafas cenderung sulit dan jika
Manfaat lebih lanjut dari rocuronium adalah adanya agen reversal spesifik.
bisa mengikat di taut neuromuskular dan membalikkan efeknya. Ini berguna untuk
neuromuskular dengan cepat jika diperlukan oleh rencana penguasaan jalan napas
stoknya terbatas. Ini mungkin juga sama sekali tidak tersedia dalam beberapa
Efek sampingnya meliputi interaksi dengan obat kontrasepsi hormonal. Hanya ada
lainnya terlalu lambat dalam onset untuk menyediakan kondisi intubasi yang
cukup cepat sehingga membutuhkan ventilasi masker yang lebih panjang untuk
pasien.
11
Farmakologis tambahan
Pada pasien yang syok, tidak ada tambahan yang mungkin diperlukan.
Namun, pada pasien dengan kondisi sistemik yang baik, atau pasien berisiko
mcg/kg), atau remifentanil (0,5-1 mcg/kg) semuanya memiliki onset cukup cepat
untuk digunakan dalam RSI. Lidokain (lignokain) (1-1,5 mg/kg) juga efektif
dengan opioid.5
• Pre-oksigenasi
• Intubasi
• Pemberian obat
12
Minimal dua orang diharuskan mengisi peran ini. Biasanya intubator
intubator. Orang ketiga mungkin diperlukan untuk stabilisasi in-line pada leher
Teknik RSI
Ini mungkin melibatkan posisi landai, stabilisasi in-line manual, atau posisi semi-
terlentang.
saline dalam jumlah besar bisa digunakan untuk mengalirkan obat setelah
pemberian.
dengan memperhatikan urgensi klinis. Minimal, tiga menit dari pernapasan tidal,
atau delapan dari kapasitas vital dalam satu menit harus dilakukan dengan
konsentrasi oksigen terinspirasi sebesar 100%. Sebagai alternatif, jika alat analisa
gas tersedia, Fraksi oksigen akhir tidal harus mencapai paling sedikit 0,8. Jika
perangkat yang tersedia menawarkan pilihan untuk tekanan akhir ekspirasi positif
13
(positive end-expiratory pressure/PEEP) atau tekanan positif selama awal nafas
pasien (tekanan pendukung ventilasi, BiPAP atau sejenisnya), maka ini mungkin
tim siap untuk melanjutkan, obat yang sudah dipilih harus diberikan dan pasien
harus diobservasi untuk bukti efeknya. Jika tekanan krikoid akan digunakan, harus
diberikan in situ dan meningkat dari 10N menjadi 30N pada saat kesadaran
hilang.
menggunakan bougie atau stylet secara rutin, dan jika tersedia laringoskop video
posisi yang benar harus dikonfirmasi dengan beberapa cara. Mengamati kenaikan
dan kejatuhan dada, uap air di ujung tabung, dan perasaan aliran udara masuk dan
14
keluar normal dari ETT berguna, tapi tidak cukup sensitif maupun spesifik.
Standar baku emas adalah dengan penampilan 4 fase gelombang capnografi untuk
5 napas, meski ini bergantung pada curah jantung. Auskultasi, bersamaan dengan
metode penilaian klinis yang dijelaskan di atas, harus digunakan jika capnografi
tidak tersedia. Tekanan krikoid, jika digunakan, harus dilepaskan hanya bila
diagnosis ini), dan di lingkungan sumber daya yang tinggi, dada radiografi sering
berkelangsungan harus disediakan, dan jika diperlukan, relaksan otot yang bekerja
GAGAL INTUBASI
Untuk intubasi yang sulit pada pasien bisa menggunakan RSI , yang harus
gagal napas, membiarkan pasien untuk bangun dan bernapas spontan mungkin
Jika upaya intubasi awal tidak berhasil, upaya maksimal untuk ventilasi
laringoskopi yang berbeda atau operator baru. Upaya intubasi harus dibatasi, dan
risiko regurgitasi dan aspirasi harus terus-menerus diingat. Jarangnya, jalan nafas
15
lewat bedah mungkin diperlukan dan peralatan untuk ini harus tersedia di setiap
RSI. Beberapa algoritma untuk mengelola intubasi yang gagal telah diproduksi,
Kekhawatiran meliputi:
risiko refluks,
• Memburuknya cedera tulang belakang laring atau serviks yang tidak terdeteksi,
• lokasi, arah, dan tingkat kekerasan yang tidak terukur dan mungkin sangat
16
• ketidaknyamanan pasien, tersedak atau batuk, dan
Sebuah tinjauan sistematis baru-baru ini tidak menemukan data dari uji
coba secara acak yang memberikan hasil klinis yang relevan.9 Meskipun
PERKEMBANGAN TERBARU
(untuk menghindari inflasi pada perut dan yang terkait peningkatan risiko
regurgitasi) namun beberapa ahli anestesi dapat memberikan satu nafas, atau
ventilasi masker untuk alasan ini pada pasien dengan risiko hipoksia yang lebih
pada pasien yang secara kritis tidak sehat, untuk memberikan lingkungan kaya
Ini disediakan oleh sumber oksigen alternatif; Biasanya melalui nasal prong
17
dengan aliran oksigen 10 liter per menit atau lebih, atau melalui insersi tabung
dengan segel masker wajah, kerusakan yang diinduksi tekanan dari penempatan
letak tabung yang salah (misalnya ruptur lambung), dan kurangnya efikasi dalam
Obstetri
Pasien pada trimester kedua atau ketiga kehamilan memiliki risiko aspirasi
yang lebih tinggi karena perubahan anatomis dan fisiologis. Pasien ini juga
cenderung sulit diintubasi, dan lebih cepat mengalami desaturasi daripada wanita
Untuk alasan ini, RSI dilakukan dengan perhatian cermat pada penentuan
posisi, pre-oksigenasi, dan ketersediaan alat dan ahli penguasaan jalan nafas yang
sulit. Ventilasi masker wajah yang rutin dan lembut bisa dilakukan.10 Penggunaan
18
Pediatri
standar untuk RSI umumnya dilakukan, dengan kisaran ukuran peralatan tepat,
dan dosis obat yang dihitung dengan hati-hati. Dosis yang dibutuhkan mungkin
lebih tinggi daripada orang dewasa secara per kilogram - misalnya, anak berusia 3
tahun akan sering membutuhkan 5 mg/kg propofol, beberapa kali lebih tinggi dari
dosis dewasa proporsional karena distribusi volume yang lebih besar. Atropin
mengurangi bradikardia.
Pada pasien yang memiliki cedera vertebra serviks yang tidak stabil,
risiko memburuknya cedera. Tidak ada konsensus mengenai cara teraman untuk
mengintubasi pasien ini, tapi dua pendekatan alternatif biasanya dilakukan. Salah
kedua adalah teknik fibre-optic saat pasien terjaga, menggunakan hanya anestesi
lokal.
19
SITUASI GAWAT DARURAT
Pada pasien yang RSI diindikasikan karena risiko aspirasi, situasi gawat
darurat tetap merupakan waktu yang berisiko tinggi untuk kejadian aspirasi lebih
jauh. Pertimbangan kuat harus diberikan untuk melakukan ekstubasi pada pasien
yang terjaga dengan pembalikan penuh blokade neuromuskular. Posisi lateral kiri
dengan kepala lebih di bawah dapat mengurangi lebih jauh kemungkinan aspirasi,
RINGKASAN
20
JAWABAN UNTUK PERTANYAAN
2) Tekanan krikoid
a) Salah. Tekanan krikoid pada awalnya sebesar 10N, kemudian meningkat
menjadi 30N dengan hilangnya kesadaran.
b) Benar. Jika laringoskopi sulit, tekanan krikoid harus dilepas.
c) Salah. Cedera laringeal merupakan kontraindikasi dilakukan tekanan krikoid.
d) Salah. Muntah adalah kontraindikasi terhadap tekanan krikoid karena ini
berisiko menyebabkan ruptur esofagus. Hanya regurgitasi pasif yang dikurangi
dengan tekanan krikoid.
e) Salah. Beberapa instruksi diperlukan untuk tekanan krikoid agar diterapkan
dengan aman dan efektif.
21
e) Benar. Respons vagal yang telah berkembang dengan baik pada anak-anak
dapat menyebabkan bradikardi sebagai respon terhadap laringoskopi.
22
REFERENSI DAN SUMBER BACAAN LEBIH LANJUT
2. Cicala RS, Kudsk KA, Butts A, et al. Initial evaluation and management of
the unstable cervical spine. J Emerg Med 2015 Oct 13. pii: S0736-
4. Han T-H, Martyn JAJ. Onset and effectiveness of rocuronium for rapid onset of
paralysis in patients with major burns: priming or large bolus. Br J Anaesth 2009;
102: 55-60.
with propofol, alfentanil and i.v. lignocaine. Br J Anaesth 1993; 70: 163.
https://www.das.uk.com/guidelines/das_intubation_guidelines (accessed on
21/11/15).
on 21/11/15).
23
8. Walton S, Pearce A. Auditing the application of cricoid pressure. Anaesthesia
9. Algie CM, Mahar RK, Tan HB, et al. Effectiveness and risks of cricoid
Database Syst Rev 2015, Issue 11. Art. No.: CD011656. DOI:
10.1002/14651858.CD011656.pub2.
difficult and failed tracheal intubation in obstetrics. Anaesthesia 2015; 70: 1286-
1306.
11. Law JA, Broemling N, Cooper RM, et al. The difficult airway with
during endotracheal intubation in critically ill patients? Crit Care Resusc 2014;
16: 233-235.
13. Semmler MW, Janz DR, Lentz JR, et al. Randomized trial of apneic
24