Anda di halaman 1dari 18

SMF/Lab Obstetri dan Ginekologi

Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman

TUGAS UJIAN

Disusun Oleh:
Colin Bid 0910015027
Ibnu Ludi Nugroho 0910015050

Penguji:
dr. Prima Deri Pella Todingbua, Sp.OG

Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik Pada


SMF/Lab Obstetri dan Ginekologi
Program Studi Kedokteran Umum
Universitas Mulawarman
2015
1. Definisi PUD
Perdarahan uterus disfungsional adalah perdarahan uterus abnormal
(lamanya, frekuensinya, jumlah) tanpa ditemukan kelainan organik dan
hematologi melainkan hanya akibat gangguan fungsi mekanisme kerja
poros hipotalamus – hipofisis – ovarium dan target organnya dalam hal ini
endometrium.

2. Penatalaksaan PUA
3. Indikasi kuretase
Indikasi diagnostik
 Metroragia
 Perdarahan uterus disfungsional
 Polip uteri
 Karsinoma endometrium
 Perdarahan pasca molar (kemungkinan koriokarsinoma)
 Infertilitas
 Amenore sekunder

Indikasi terapetik
 Abortus insipien, abortus inkomplit, missed abortion
 Sisa plasenta
 Mola hidatidosa

4. Indikasi induksi
Apa indikasi induksi ?(Saifuddin, Ilmu Bedah Kebidanan, 2009)
Indikasi Janin :
 Hamil lewat bulan
 Ketuban Pecah Dini
 Janin mati
Indikasi Ibu :
 Ibu dengan DM
 Ibu dengan Hipertensi

5. Apa indikasi sectio saecaria ?(Saifuddin, Ilmu Bedah Kebidanan, 2009)


Indikasi Ibu :
 Ibu dengan penyakit jantung dan paru
 Infeksi
 Oedema jalan lahir
 Perdarahan
 Preeklampsia dan eklampsia
 Lingkaran retraksi patologis
 Maternal Exhaution

Indikasi Janin :
 Tali pusat menumbung
 Mekoneum pada letak kepala
 Denyut jantung memburuk

Indikasi Profilaksis
 Panggul sempit
 Partus lama
 Primigravida tua

Indikasi Sosial
 Bayi mahal

6. Berapa macam AKDR


1. Un-Medicated AKDR (AKDR yang tidak mengandung obat)
Lippes Loop diperkenalkan pada awal 1960 an, dan dianggap sebagai
AKDR standard, terbuat dari polyethylene (suatu plastik inert secara
biologik). Ada empat macam AKDR Lippes Loop yaitu:
a) Lippes Loop A: panjang 26,2 mm, lebar 22,2 mm, benang biru.
b) Lippes Loop B : panjang 25,2 mm, lebar 27,4 mm benang hitam.
c) Lippes Loop C : panjang 27,5 mm, lebar 30,0 mm benang kuning.
d) Lippes Loop D : panjang 27,5 mm, lebar 30,0 mm benang putih.
Lippes Loop dapat dibiarkan in-utero untuk selama-lamanya sampai
menopause, sepanjang tidak ada keluhan atau persoalan bagi akseptornya.

2) MedicatedAKDR (AKDR yang mengandung obat)


Termasuk jenis ini antara lain copper AKDR dan AKDR yang
mengandung hormon.
a) Copper AKDR
(1) Cu T- 200 B : Panjang 36 mm, lebar 32 mm, mengandung 200
mm² Cu, ujung bagian bawah batang AKDR berbentuk bola. Daya
kerja : 3 tahun.
(2) ML Cu 250 : luas permukaan kawat Cu 220 mm², benang ekor
2 lembar berwarna hitam atau tidak berwarna. Daya kerja : 3
tahun. Ada tiga bentuk ML Cu -250 : standard , short, mini.
(3) ML Cu 375 : 375 mm² luas permukaan kawat Cu, benang ekor
2 lembar, berwarna hitam atau tidak berwarna. Daya kerja : 5
tahun. Ada tiga bentuk ML Cu 375 : standard, short, SL.
(4) Cu T-380 A = Para Gard : Panjang 36 mm, lebar 32 mm, 314
mm² kawat Cu pada batang vertikal, 2 selubung Cu seluas masing-
masing 33 mm² pada masing-masing lengan horisontal. Daya kerja
: 8 tahun (FDA : 10 tahun ).
(5) Nova T = Novagard: Panjang 32 mm, lebar 32 mm, 200 mm²
luas permukaan Cu dengan inti Ag di dalam kawat Cu- nya. Daya
kerja : 5 tahun.

b) AKDR yang mengandung hormon


AKDR yang mengandung hormon yaitu progestasert-T = Alza T, yang
memiliki panjang 36 mm, lebar 32 mm, dengan 2 lembar benang ekor
warna hitam. Progestasert-T = Alza T mengandung 38 mg progesterone
dan barium sulfat, melepaskan 65 mcg progesterone per hari. Daya kerja :
18 bulan (Hartanto, 2004).
7. Penyebab kematian ibu terbanyak
 Perdarahan
 Infeksi
 Preklampsia/Eklampsi
 Persalinan macet(distosia)
Ketiga penyebab pertama dapat terjadi selama kehamilan, persalinan
dan dalam nifas sedang distosia hanya pada saat persalinan
berlangsung

8. Berapa macam perdarahan dalam obstetri ?(Saifuddin, 2009)


Perdarahan hamil muda
 Abortus
 Kehamilan Ektopik Terganggu
 Mola hidatidosa

Perdarahan Ante Partum


 Plasenta Previa
 Solusio Plasenta
 Vasa Previa

Perdarahan Post Partum


 Tonus : Atonia uteri
 Trauma : Laserasi jalan lahir
 Tissue : Retensio plasenta, sisa jaringan plasenta
 Trombin : Faktor Koagulasi darah
9. 12 perbedaan solusio plasenta dan plasenta previa

No Klinis Plasenta Previa Solusio Plasenta


1 Perdarahan dengan nyeri Tidak Ya
2 Perdarahan berulang Ya Tidak
3 Warna merah Merah segar Merah tua/coklat
4 Anemia/renjatan Sesuai darah yang keluar Tidak sesuai
5 Timbulnya Perlahan Tiba-tiba
6 Terjadinya Sewaktu kehamilan Sewaktu kehamilan, saat
inpartu
7 His Biasanya tidak ada Ada
8 Palpasi Abdomen biasa Abdomen tegang
9 DJJ Ada Ada/tidak adaSP sedang-
berat
10 Periksa dalam vagina Jaringan plasenta Ketuban tegang
11 Penurunan Tidak masuk PAP Dapat masuk PAP
12 Presentasi Mungkin abnormal Tidak ada hubungan
13 Kemungkinan hidup janin Baik Mati

Perdarahan pada plasenta disertai nyeri karena perdarahan yang


banyak terkumpul di rongga abdomen, sehingga merangsang persarafan di
daerah diafragma.Pada plasenta previa perdarahan berulang karena
perdarahan dapat berhenti dengan sendirinya, kemudian perdarahan terjadi
tanpa sesuatu sebab yang jelas setelah beberapa waktu kemudian.
Perdarahan pada solusio plasenta berwarna merah kecoklatan karena telah
terjadi proses oksidasi. Anemia dan syok lebih berat dan tidak sesuai
dengan perdarahan yang terlihat terjadi pada solusio plasenta karena
perdarahan yang terjadi intraabdomen, sehingga mengecohkan pemeriksa.
Berdasarkan timbulnya perdarahan, pada plasenta previa timbulnya
perlahan karena darah yang dihasilkan lebih sedikit dari solusio plasenta.
Solusia plasenta dapat terjadi pada saat inpartu, misalnya pada keadaan
regangan yang berlebih pada uterus saat inpartu. His pada solutio plasenta
terjadi karena adanya nyeri yang menyerupai his partus premature, pada
palpasi teraba tegang karena darah yang terkumpul dalam kavum abdomen
menyebabkan terbentuknya refleks defans muskuler. DJJ pada janin
dengan ibu yang mengalami solusio plasenta bisa tidak terdengar, hal ini
disebabkan berkurangnya atau bahkan terputusnya sirkulasi antara ibu dan
janin akibat pelepasan plasenta, sehingga menyebabkan angka keselamatan
janin rendah.Bagian terendah janin pada plasenta previa sering belum
turun ke PAP karena terhalang oleh jaringan plasenta yang menempati
bagian bawah rahim.

10. Definisi distosia


Yang dimaksud distosia adalah persalinan yang sulit ditandai adanya
hambatan kemajuan persalinan.

11. Induksi persalinan dan Bishop Score

• < 5 = dapat dilakukan pematangan serviks terlebih dahulu kemudian


lakukan pemeriksaan pelvic score kembali
• ≥ 6 = dapat dilakukan drip oksitosin
• 9 – 13 = induksi persalinan kemungkinan besar akan berhasil

12. Syarat-syarat amniotomi


 Ibu Tidak ada kelainan jantung
 Bishop score >5
 Tidak ada disproporsi sefalopelvik (CPD)
 Tidak ada kelainan letak
 Tafsiran berat janin <4000 gram
 Tidak ada gawat janin

13. Perbedaan imatur, prematur, matur, postmatur


Lamanya kehamilan istilah
22-28 Partus imatur
28-37 Partus prematur
37-42 Partus matur
>42 Partus posmatur (serotinous)

14. Tubektomi
Teknik Madlener (1919), caranya :
a. Buat loop tuba sekitar 3 cm
b. Tuba dikrus beberapa kali sehingga kanalisnya mengalami kerusakan
c. Ikat dengan benang sutra yang tidak diserap
d. Selanjutnya tuba tidak dipotong, tuba yang sudah dikrus (dilunakkan)
ditanamkan dimesosalping

Teknik Irving (1925), caranya :


a. Tuba dipotong 2 cm disekitar isthmus
b. Bagian proksimal ditanamkan pada dinding uterus, bagian distal
ditanamkan pada mesosalping
c. Perdarahan dirawat, dinding abdomen ditutup

Teknik Pomeroy (1930), teknik ini dianggap sebagai golden standard


karena mudah dan angka kegagalannya kecil :
a. Buat loop tuba sekitar 3 cm
b. Ikat dengan catgut plain
c. Potong di atas jahitan dan biarkan, dinding abdomen ditutup

Teknik Aldridge
Peritoneum dari ligamentum latum dibuka dan kemudian tuba bagian
distal bersama-sama dengan fimbriae ditanam ke dalam ligamentum latum
Teknik Uchida (1960) :
a. Buat edema artificial dengan saline + epinefrin sehingga tuba tampak
putih
b. Tuba dikeluarkan, dipotong dan diikat di dua tempat
c. Bagian proksimal ditanam di bawah mesosalping, bagian distal dibiakan
kearah peritoneum, mesosalping dijahit kembali dan perdarahan dirawat

Teknik Kroener (1960) – dilakukan dengan cara memotong fimbriae,


sehingga kemampuan untuk ovum pick up tidak ada, ujung ligamentum
infundibulo pelvikum dijahit sehingga tidak terjadi perdarahan.

15. 5 benang merah APN


 Membuat keputusan klinis
 Asuhan saying ibu dan saying anak
 Mencegah infeksi
 Pencatatan rekam medis
 Rujukan

16. Tatalaksana KPD


Penatalaksanaan ketuban pecah dini tergantung pada umur
kehamilan dan tanda infeksi intrauterine.Pada umumnya lebih baik untuk
membawa semua pasien dengan KPD ke RS dan melahirkan bayi yang
berumur > 37 minggu dalam 24 jam dari pecahnya ketuban untuk
memperkecil resiko infeksi intrauterine.Tindakan konservatif
(mempertahankan kehamilan) diantaranya pemberian antibiotik dan cegah
infeksi (tidak melakukan pemeriksaan dalam), tokolisis, pematangan paru,
amnioinfusi, epitelisasi (vit C dan trace element, masih kontroversi), fetal
and maternal monitoring. Tindakan aktif (terminasi/mengakhiri
kehamilan) yaitu dengan sectio caesarea (SC) atau pun partus pervaginam.
Dalam penetapan langkah penatalaksanaan tindakan yang
dilakukan apakah langkah konservatif ataukah aktif, sebaiknya perlu
mempertimbangkan usia kehamilan, kondisi ibu dan janin, fasilitas
perawatan intensif, kondisi, waktu dan tempat perawatan,
fasilitas/kemampuan monitoring, kondisi/status imunologi ibu dan
kemampuan finansial keluarga.Untuk usia kehamilan <37 minggu
dilakukan penanganan konservatif dengan mempertahankan kehamilan
sampai usia kehamilan matur.
Untuk usia kehamilan 37 minggu atau lebih lakukan terminasi dan
pemberian profilaksis streptokokkus grup B. Untuk kehamilan 34-36
minggu lakukan penatalaksanaan sama halnya dengan aterm. Untuk usia
kehamilan 32-33 minggu lengkap lakukan tindakan konservatif/expectant
management kecuali jika paru-paru sudah matur (maka perlu dilakukan tes
pematangan paru), profilaksis streptokokkus grup B, pemberian
kortikosteroid (belum ada konsensus namun direkomendasikan oleh para
ahli), pemberian antibiotik selama fase laten. Untuk previable preterm (usia
kehamilan 24-31 minggu lengkap) lakukan tindakan konservatif,
pemberian profilaksis streptokokkus grup B, single-course kortikosteroid,
tokolisis (belum ada konsensus) dan pemberian antibiotik selama fase
laten (jika tidak ada kontraindikasi). Untuk non viable preterm (usia
kehamilan <24 minggu), lakukan koseling pasien dan keluarga, lakukan
tindakan konservatif atau induksi persalinan, tidak direkomendasikan
profilaksis streptokokkus grup B dan kortikosteroid, pemberian antibiotik
tidak dianjurkan karena belum ada data untuk pemberian yang lama)
Rekomendasi klinik untuk PROM, yaitu pemberian antibiotik karena
periode fase laten yang panjang, kortikosteroid harus diberikan antara 24-
32 minggu (untuk mencegah terjadinya resiko perdarahan intraventrikuler,
respiratory distress syndrome dan necrotizing examinations), tidak boleh
dilakukan digital cervical examinations jadi pilihannya adalah dengan
spekulum, tokolisis untuk jangka waktu yang lama tidak diindikasikan
sedangkan untuk jangka pendek dapat dipertimbangkan untuk
memungkinkan pemberian kortikosteroid, antibiotik dan transportasi
maternal, pemberian kortikosteroid setelah 34 minggu dan pemberian
multiple course tidak direkomendasikan
Pematangan paru dilakukan dengan pemberian kortikosteroid yaitu
deksametason 2×6 mg (2 hari) atau betametason 1×12 mg (2
hari).Agentokolisis yaitu B2 agonis (terbutalin, ritodrine), calsium
antagonis (nifedipine), prostaglandin sintase inhibitor (indometasin),
magnesium sulfat, oksitosin antagonis (atosiban).
Tindakan epitelisasi masih kotroversial, walaupun vitamin C dan
trace element terbukti berhubungan dengan terjadinya ketuban pecah
terutama dalam metabolisme kolagen untuk maintenance integritas
membran korio-amniotik, namun tidak terbukti menimbulkan epitelisasi
lagi setelah terjadi PROM.Tindakan terminasi dilakukan jika terdapat
tanda-tanda chorioamnionitis, terdapat tanda-tanda kompresi tali
pusat/janin (fetal distress) dan pertimbangan antara usia kehamilan,
lamanya ketuban pecah dan resiko menunda persalinan.
KPD pada kehamilan < 37 minggu tanpa infeksi, berikan antibiotik
eritromisin 3×250 mg, amoksisillin 3×500 mg dan kortikosteroid. KPD
pada kehamilan > 37 minggu tanpa infeksi (ketuban pecah >6 jam)
berikan ampisillin 2×1 gr IV dan penisillin G 4×2 juta IU, jika serviks
matang lakukan induksi persalinan dengan oksitosin, jika serviks tidak
matang lakukan SC. KPD dengan infeksi (kehamilan <37 ataupun > 37
minggu), berikan antibiotik ampisillin 4×2 gr IV, gentamisin 5 mg/KgBB,
jika serviks matang lakukan induksi persalinan dengan oksitosin, jika
serviks tidak matang lakukan SC

17. perbedaan panggul sempit dan CPD?


Panggul sempit merupakan kelainan ukuran panggu sehingga tidak dapat dilalui
oleh janin, dapat diketahui sejak antepartum. Sedangkan CPD ketidaksesuaian
antara bagian terbawah janin dengan panggul disebabkan oleh presentasi puncak
kepala, presentasi dahi dan malposisi

18. Cara menolong persalinan sungsang


a. Persalinan Pervaginam
Berdasarkan tenaga yang dipakal dalam melahirkan janin pervaginam,
persalinan pervaginam dibagi menjadi 3, yaitu:
1) Persalinan spontan (spontaneous breech), janin dilahirkan dengan
kekuatan dan tenaga ibu sendiri. Cara ini lazim disebut cara Bracht
2) Manual aid (partial breech extraction; assisted breech delivery), janin
dilahirkan sebagian menggunakan tenaga dan kekuatan ibu dan
sebagian lagi dengan tenaga penolong.
3) Ekstraksi sungsang (total breech extraction), janin dilahirkan
seluruhnya dengan memakai tenaga, penolong.

b. Persalinan perabdominal (seksio sesaria)

Prosedur pertolongan persalinan spontan


Tahapan :
1. Tahap pertama : fase lambat, yaitu mulai melahirkan bokong sampai
pusat (skapula depan).
2. Tahap kedua : fase cepat, yaitu mulai dari lahirnya pusat sampai
lahirnya mulut. Disebut fase cepat karena pada fase ini kepala mulai masuk
ke PAP, sehingga kemungkinan tali pusat terjepit.Oleh karena itu fase ini
harus segera diselesaikan dan tali pusat segera dilonggarkan.
3. Tahap ketiga : fase lambat, yaitu mulai lahirnya mulut sampai seluruh
kepala lahir.
Teknik :
1. Ibu dalam posisi litotomi, sedang penolong berada didepan vulva.
2. Ketika timbul his ibu disuruh mengejan dan merangkul kedua pangkal paha.
Pada saat bokong mulai membuka vulva (crowning) disuntikan 2-5 unit
oksitosin intramuskuler.
3. Episiotomi dikerjakan saat bokong membuka vulva. Segera setelah bokong
lahir, bokong dicengkram secara Bracht, yaitu kedua ibu jari penolong
sejajar sumbu panjang paha, sedangkan jari-jari lain memegang panggul.
4. Pada setiap his, ibu disuruh mengejan. Pada waktu tali pusat lahir dan
tampak teregang, tali pusat dikendorkan. Kemudian penolong melakukan
hiperlordosis pada badan janin guna mengikuti gerakan rotasi anterior, yaitu
punggung janin didekatkan ke punggung ibu. Penolong hanya mengikuti
gerakan ini tanpa melakukan tarikan, sehingga gerakan tersebut disesuaikan
dengan gaya berat badan janin. Bersamaan dengan dilakukannya
hiperlordossis, seorang asisten melakukan ekspresi Kristeller pada fundus
uteri sesuai dengan sumbu panggul. Dengan gerakan hiperlordossis ini
berturut-turut lahir pusar, perut, badan lengan, dagu,mulut dan akhirnya
kepala.
5. Janin yang baru lahir segera diletakan diperut ibu. Bersihkan jalan nafas dan
rawat tali pusat.
6. Keuntungan
Dapat mengurangi terjadinya bahaya infeksi oleh karena tangan penolong
tidak ikut masuk ke dalam jalan lahir. Dan juga cara ini yang paling
mendekati persalinan fisiologik, sehingga mengurangi trauma pada janin.
7. Kerugian
Dapat mengalami kegagalan sehingga tidak semua persalinan letak sungsang
dapat dipimpin secara Bracht.Terutama terjadi peda keadaan panggul
sempit, janin besar, jalan lahir kaku seperti pada primigravida, adanya
lengan menjungkit atau menunjuk.

Prosedur Manual Aid


Tahapan :
1. Tahap pertama : lahirnya bokong sampai pusar yang dilahirkan dengan
kekuatan dan tenaga ibu sendiri.
2. Tahap kedua : lahirnya bahu dan lengan yang memakai tenaga
penolong. Cara/teknik untuk melahirkan bahu dan lengan ialah secara :

a) Klasik (Deventer)
Prinsip
 Melahirkan bahu dan lengan secara klasik ini melahirkan lengan belakang
lebih dulu karena lengan belakang berada di ruang yang luas (sacrum),
kemudian melahirkan lengan depan yang berada di bawaah simpisis.
 Kedua kaki janin dipegang dengan tangan kanan penolong pada
pergelangan kakinya dan dielevasi ke atas sejauh mungkin sehingga perut
janin mendekati perut ibu. Bersamaan dengan itu tangan kiri penolong
dimasukkan ke dalam jalan lahir dan dengan jari tengah dan telunjuk
menelusuri bahu janin sampai pada fossa kubiti kemudian lengan bawah
dilahirkan dengan gerakan seolah-olah lengan bawah mengusap muka
janin.
 Untuk melahirkan lengan depan, pergelangan kaki janin diganti dengan
tangan kanan penolong dan ditarik curam ke bawah sehingga punggung
janin mendekati punggung ibu. Dengan cara yang sama lengan depan
dilahirkan.

Keuntungan
 Umumnya dapat dilakukan pada semua persalinan letak sungsang tetapi
kerugiannya lengan janin relativ tinggi didalam panggul sehingga jari
penolong harus masuk ke dalam jalan lahir yang dapat menimbulkan
infeksi.
b) Mueller
Prinsip melahirkan bahu dan lengan secara Mueller ialah melahirkan bahu
dan lengan depan lebih dulu dengan ekstraksi, baru kemudian melahirkan
bahu dan lengan belakang. Bokong janin dipegang dengan femuropelvik
yaitu kedua ibu jari penolong diletakkan sejajar spina sakralis media dan jari
telunjuk pada krisat iliaka dan jari-jari lain mencengkram bagian depan.
Kemudian badan ditarik ke curam ke bawah sejauh mungkin sampai bahu
depan tampak di bawah simpisis dan lengan depan dilahirkan dengan
mengait lengan bawahnya. Setelah bahu depan dan lengan lahir, tarik badan
janin ke atas sampai bahu belakang lahir. Tangan penolong tidak masuk ke
dalam jalan lahir sehingga mengurangi infeksi.
c) Lovset
Prinsip melahirkan persalinan secara Lovset ialah memutar badan janin
dalam setengah lingkaran bolak-balik sambil dilakukan traksi curam ke
bawah sehingga bahu yang sebelumnya berada di belakang akhirnya lahir
dibawah simpisis dan lengan dapat dilahirkan.Keuntungannya yaitu
sederhana dan jarang gagal, dapat dilakukan pada semua letak sungsang,
minimal bahay infeksi.Cara lovset tidak dianjurkan dilakukan pada sungsang
dengan primigravida, janin besar, panggul sempit.
d) Bickenbach
Prinsip melahirkan ini merupakan kombinasi antara cara Mueller dengan
cara klasik. Tahap ketiga dengan melahirkan kepala yang menyusul (after
coming head).

3. Tahap ketiga yaitu lahirnya kepala, dapat dengan cara :


a) Mauriceau (Veit-Smellie)
Tangan penolong yang sesuai dengan muka janin dimasukkan ke dalam
jalan lahir. Jari tengah dimasukkan ke dalam mulut dan jari telunjuk dan jari
keempat mencengkeram fossa kanina, sedang jari lain mencengkeram leher.
Badan anak diletakkan diatas lengan bawah penolong seolah-olah janin
menunggang kuda. Jari telunjuk dan jari ketiga penolong yang lain
mencengkeram leher janin dari punggung. Kedua tangan penolong menarik
kepala janin curam ke bawah sambil seorang asisten melakukan ekspresi
kristeller.Tenaga tarikan terutama dilakukan oleh penolong yang
mencengkeram leher janin dari arah punggung.Bila suboksiput tampak
dibawah simpisis, kepala dielevasi keatas dengan suboksiput sebagai
hipomoklion sehingga berturut-turut lahir dagu, mulut, hidung, mata dahi,
ubun-ubun besar dan akhirnya lahirnya seluruh kepala janin.
b) Najouks
Teknik ini dilakukan apabila kepala masih tinggi sehingga jari penolong
tidak dimasukkan ke dalam mulut janin.Kedua tangan penolong yang
mencengkeram leher janin menarik bahu curam kebawah dan bersamaan
dengan itu seorang asisten mendorong kepala janin kearah bawah.Cara ini
tidak dianjurkan lagi karena menimbulkan trauma yang berat.
c) Wigand Martin-Winckel
d) Parague terbalik
Teknik ini dipakai bila oksiput dengan ubun-ubun kecil berada di belakang
dekat sacrum dan muka janin menghadap simpisis.Satu tangan penolong
mencengkeram leher dari bawah dan punggung janin diletakkan pada
telapak tangan penolong. Tangan penolong yang lain memegang kedua
pergelangan kaki, kemudian ditarik keatas bersamaan dengan tarikan pada
bahu janin sehingga perut janin mendekati perut ibu. Dengan laring sebagai
hipomoklion, kepala janin dapat dilahirkan.
e) Cunam piper
Seorang asisten memegang badan janin pada kedua kaki dan kedua lengan
janin diletakkan dipunggung janin.Kemudian badan janin dielevasi ke atas
sehingga punggung janin mendekati punggung ibu. Pemasangan cunam
piper sama prinsipnya dengan pemasangan pada letak belakang kepala.
Hanya saja cunam dimasukkan dari arah bawah sejajar dengan pelipatan
paha belakang.Setelah oksiput tampak dibawah simpisis, cunam dielevasi ke
atas dan dengan suboksiput sebagai hipomoklion berturut-turut lahir dagu,
mulut, muka, dahi dan akhirnya seluruh kepala lahir.

Prosedur Ekstraksi Sungsang


Teknik ekstraksi kaki
1. Tangan dimasukkan ke dalam jalan lahir mencari kaki depan dengan
menelusuri bokong, pangkal paha sampai lutut, kemudian melakukan
abduksi dan fleksi pada paha janin sehingga kaki bawah menjadi fleksi.
2. Tangan yang diluar mendorong fundus uterus ke bawah. Setelah kaki bawah
fleksi pergelangan kaki dipegang oleh jari kedua dan jari ketiga dan dituntun
keluar dari vagina sampai batas lutut.
3. Kedua tangan memegang betis janin, kaki ditarik curam kebawah sampai
pangkal paha lahir.
4. Pangkal paha dipegang kemudian tarik curam ke bawah trokhanter depan
lahir. Kemudian pangkal paha dengan pegangan yang sama dielevasi keatas
sehingga trokhanter belakang lahir dan bokong pun lahir.
5. Setelah bokong lahir maka untuk melahirkan janin selanjutnya dipakai
teknik pegangan femuro-pelviks, badan janin ditarik curam kebawah sampai
pusat lahir. Selanjutnya untuk melahirkan badan janin yang lainnya
dilakukan cara persalinan yang sama seperti pada manual aid.

Teknik ekstraksi bokong


1. Jari telunjuk tangan penolong yang searah bagian kecil janin dimasukkan ke
dalam jalan lahir dan diletakkan di pelipatan paha depan. Dengan jari
telunjuk ini pelipatan paha dikait dan ditarik curam kebawah, sehingga
trokhanter tampak dibawah simpisis, maka jari telunjuk penolong yang lain
segera mengait pelipatan paha ditarik curam kebawah sampai bokong lahir.
2. Setelah bokong lahir, bokong dipegang secara femuro-pelviks kemudian
janin dapat dilahirkan dengan cara manual aid.

Anda mungkin juga menyukai