Anda di halaman 1dari 13

SMF/Lab Obstetri dan Ginekologi

Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman

TUGAS UJIAN

Disusun Oleh:
Nur Aprillia Ramadhani
1410015052

Penguji:
dr. Prima Deri Pella Todingbua, Sp.OG

Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik Pada


SMF/Lab Obstetri dan Ginekologi
Program Studi Kedokteran Umum
Universitas Mulawarman
2016
1. Apa yang dimaksud dengan distosia bahu ?
- Suatu keadaan diperlukannya tambahan manuver obstetrik oleh karena dengan tarikan
biasa ke arah belakang pada kepala bayi tidak berhasil untuk melahirkan bayi.
(Siswihanto, 2010)
- Suatu keadaan dimana setelah kepala dilahirkan, bahu anterior tidak dapat lewat di
bawah simfisi pubis. (WHO, 2013)
- Ketidakmampuan melahirkan bahu pada persalinan normal.
Penyebab distosia dibagi dalam 3 golongan berikut ini :
a. Kelainan tenaga (kelainan his). His yang tidak normal dalam kekuatan atau
sifatnya menyebabkan kerintangan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada
setiap persalinan, tidak dapat diatasi sehingga persalinan mengalami hambatan
atau kemacetan.
b. Kelainan janin. Persalinan dapat mengalami gangguan atau kemacetan karena
kelainan dalam letak atau dalam bentuk janin.
c. Kelainan jalan lahir. Kelainan dalam ukuran atau bentuk jalan lahir bisa
menghalangi kemajuan persalinan atau menyebabkan kemacetan. (Alamsyah,
2010)

Jenis-jenis kelainan his


d. Inersia uteri : fundus berkontraksi lebih kuat dan lenih dahulu daripada bagian-
bagian lain.
e. His terlampau kuat
f. Incoordinate uterine action : tidak ada koordinasi antara kontraksi bagian atas,
tengah dan bawah menyebabkan his tidak efisien dalam mengadakan pembukaan.
(Alamsyah, 2010)
Kelainan janin.
g. Malpresentasi : semua presentasi janin selain vertex
h. Malposisi : posisi kepala janin relatif terhadap pelvis dengan oksiput sebagai titik
referensi. (Alamsyah, 2010)

Kelainan jalan lahir


i. Panggul sempit, kelainan serviks atau vagina, tumor jalan lahir.
(Alamsyah,2010;WHO,2013)
2. Masa nifas dimulai sejak kapan ?
Masa nifas dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu
(42 hari) setelah itu. (Hadijono, 2010)

3. Apa saja yng dinilai pada pemeriksaan dalam obstetric dan ginekologi?
(Winkjosastro, Ilmu Kandungan, 2009)

Obstetri

 Vulva/vagina : apakah terdapat lesi herpes, varises vulva yang besar, kondiloma.
Palpasi serviks/porsio :
 Konsistensi : lunak/kenyal/tebal/tipis
 Pendataran serviks
 Pembukaan : antara 0-10 cm
Bagian Terdepan janin
 Presentasi kepala : teraba sutura pada tulang kepala (UUK), teraba bagian keras.
 Presentasi lain : bokong, kaki, muka, tangan
 Ketuban : +/-
 Penurunan janin : hodge I, II, III, IV
 Menentukan lokasi ubun-ubun kecil
 Mengukur luas panggul
 Pengeluaran : lendir/darah

Ginekologi
Vagina : apakah introitus vagina sempit, dinding vagina, teraba polip dan tumor di
vagina, benda asing, fistula

Serviks : arah dan posisi serviks, bentuknya bulat/terbelah melintang, besar dan
konsistensinya, apakah kanalis servilkalis dapat dilalui oleh jari.

Palpasi Uterus

• Letak : anteversi, antefleksi, retroversi, retrofleksi


• Bentuk : agak bulay dengan fundus uteri lebih besar dibandingkan bagian bawah.
Pada mioma uteri bentuk uterus bervariasi dari bulat, lonjong sampai tidak teratur.
• Ukuran : uterus perempuan dewasa sebesar telur ayam
• Konsistensi : kenyal
• Permukaan : uterus biasanya rata. Permukaan yang tidak rata dan berbenjol-benjol
menunjukkan kea rah mioma uteri
• Pergerakan : uterus dapat dengan mudah digerakkan ke segala arah.

Palpasi adneksa

 Adneksa kiri, kanan : pembesaran => besar, ukuran, bentuk, konsistensi, mobilitas,
sensitivitas. Parametrium dan tuba normal tidak teraba. Ovarium normal hanya dapat
diraba pada perempuan kurus dengan dinding perut lunak; besarnya seperti ujung jari
atau ujung ibu jari dan konsistensi kenyal. Jika parametrium dan tuba dapat diraba, itu
merupakan suatu kelainan.

Pemeriksaan rektal touche

• Nilai : sfingter ani, mukosa usus, massa hemoroid

4. Berapa macam perdarahan dalam obstetri ?


Perdarahan hamil muda`
 Abortus
 Kehamilan Ektopik Terganggu
 Mola hidatidosa (Hadijanto, 2010)

Perdarahan Ante Partum


 Plasenta Previa
 Solusio Plasenta
 Vasa Previa (Chalik, 2010)

Perdarahan Post Partum


 Tonus : Atonia uteri
 Trauma : Laserasi jalan lahir
 Tissue : Retensio plasenta, sisa jaringan plasenta
 Trombin: Faktor Koagulasi darah (Karkata, 2010)

5. Apa yang dimaksud perdarahan post partum dan dimulai sejak kapan?
 Perdarahan pasca salin adalah perdarahan 500 cc atau lebih sesudah kelahiran
bayi.
 Perdarahan pasca persalinan primer yaitu perdarahan yang terjadi dalam 24
jam pertama sesudah bayi lahir.
 Perdarahan pasca persalinan sekunder yaitu perdarahan yang terjadi setelah 24
jam persalinan. (Karkata, 2010)

6. Apakah perbedaan solusio plasenta dengan plasenta previa ?


(Saifuddin, Ilmu Kebidanan, 2009; Wirakusumah & Martaadisoebrata, 2005)
No Klinis Plasenta Previa Solusio Plasenta
1 Perdarahan dengan nyeri Tidak Ya
2 Perdarahan berulang Ya Tidak
3 Warna merah Merah segar Merah tua/coklat
4 Anemia/renjatan Sesuai darah yang keluar Tidak sesuai
5 Timbulnya Perlahan Tiba-tiba
6 Terjadinya Sewaktu kehamilan Sewaktu kehamilan, saat inpartu
7 His Biasanya tidak ada Ada
8 Palpasi Abdomen biasa Abdomen tegang
9 DJJ Ada Ada/tidak adaSP sedang-berat
10 Periksa dalam vagina Jaringan plasenta Ketuban tegang
11 Penurunan Tidak masuk PAP Dapat masuk PAP
12 Presentasi Mungkin abnormal Tidak ada hubungan

13 Kemungkinan hidup janin Baik Mati

Perdarahan pada plasenta disertai nyeri karena perdarahan yang banyak terkumpul di
rongga abdomen, sehingga merangsang persarafan di daerah diafragma. Pada plasenta previa
perdarahan berulang karena perdarahan dapat berhenti dengan sendirinya, kemudian
perdarahan terjadi tanpa sesuatu sebab yang jelas setelah beberapa waktu kemudian.
Perdarahan pada solusio plasenta berwarna merah kecoklatan karena telah terjadi proses
oksidasi. Anemia dan syok lebih berat dan tidak sesuai dengan perdarahan yang terlihat
terjadi pada solusio plasenta karena perdarahan yang terjadi intraabdomen, sehingga
mengecohkan pemeriksa. Berdasarkan timbulnya perdarahan, pada plasenta previa timbulnya
perlahan karena darah yang dihasilkan lebih sedikit dari solusio plasenta. Solusia plasenta
dapat terjadi pada saat inpartu, misalnya pada keadaan regangan yang berlebih pada uterus
saat inpartu. His pada solutio plasenta terjadi karena adanya nyeri yang menyerupai his partus
premature, pada palpasi teraba tegang karena darah yang terkumpul dalam kavum abdomen
menyebabkan terbentuknya refleks defans muskuler. DJJ pada janin dengan ibu yang
mengalami solusio plasenta bisa tidak terdengar, hal ini disebabkan berkurangnya atau
bahkan terputusnya sirkulasi antara ibu dan janin akibat pelepasan plasenta, sehingga
menyebabkan angka keselamatan janin rendah. Bagian terendah janin pada plasenta previa
sering belum turun ke PAP karena terhalang oleh jaringan plasenta yang menempati bagian
bawah rahim.

7. Sebutkan lima benang merah APN ? (Hamidah, 2009)


 Membuat keputusan klinis
 Asuhan saying ibu dan saying anak
 Mencegah infeksi
 Pencatatan rekam medis
 Rujukan

8. Dalam sistem rujukan apa yang dimaksud dengan BAKSOKU ? (Hamidah, 2009)
 B (Bidan)
Pastikan ibu/ bayi/ klien didampingi oleh tenaga kesehatan yang kompeten dan
memiliki kemampuan untuk melaksanakan kegawatdaruratan
 A (Alat)
Bawa perlengkapan dan bahan-bahan yang diperlukan seperti spuit, infus set,
tensimeter dan stetoskop
 K (keluarga)
Beritahu keluarga tentang kondisi terakhir ibu (klien) dan alasan mengapa ia dirujuk.
Suami dan anggota keluarga yang lain harus menerima ibu (klien) ke tempat rujukan.
 S (Surat)
Beri surat ke tempat rujukan yang berisi identifikasi ibu (klien), alasan rujukan, uraian
hasil rujuka, asuhan atau obat-obat yang telah diterima ibu
 O (Obat)
Bawa obat-obat esensial yang diperlukan selama perjalanan merujuk
 K (Kendaraan)
Siapkan kendaraan yang cukup baik untuk memungkinkan ibu (klien) dalam kondisi
yang nyaman dan dapat mencapai tempat rujukan dalam waktu cepat.
 U (Uang)
Ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah yang cukup untuk membeli
obat dan bahan kesehatan yang diperlukan di tempar rujukan

9. Apa yang dimaksud dengan PUD ? (Palisuri & Budi, 1999)


 Perdarahan uterus disfungsional adalah perdarahan uterus abnormal (lamanya,
frekuensinya, jumlah) tanpa ditemukan kelainan organik dan hematologi melainkan
hanya akibat gangguan fungsi mekanisme kerja poros hipotalamus – hipofisis –
ovarium dan target organnya dalam hal ini endometrium.
 Perdarahan uterus abnormal yang terjadi tanpa kelainan pada saluran reproduksi,
penyakit medis tertentu atau kehamilan. (Hestiantoro & Wiweko, Panduan Tata
Laksana Perdarahan Uterus Disfungsional, 2007)
Perdarahan Anovulatori
Rahim yang sering terjadi pada masa pre-menopause dan masa reproduksi. Hal ini
karena tidak terjadi ovulasi, sehingga kadar hormone estrogen berlebihan sedangkan
hormone progesterone rendah. Akibatnya dinding rahim (endometrium) mengalami
penebalan berlebihan (hiperplasi) tanpa diikuti penyangga (kaya pembuluh darah dan
kelenjar) yan gmemadai. Kondisi inilah penyebab terjadinya perdarahan rahim karena
dinding rahim yang rapuh.
Perdarahan Ovulatori
Perdarahan Rahim yang biasa terjadi pada pertengahan menstruasi maupun bersamaan
dengan waktu menstruasi. Perdarahan ini terjadi karena rendahnya kadar hormone
estrogen, sementara hormone progesterone tetap terbentuk.
(Palisuri & Budi, 1999; Wiknjosastro, 2009)

10. Jenis – jenis perdarahan uterus abnormal (Hestiantoro , 2007)


PALM –COEIN
Kelompok “PALM” merupakan kelompok kelainan struktur penyebab PUA yang
dapat dinilai dengan berbagai teknik pencitraan dan atau pemeriksaan histopatologi.
Kelompok “COEIN” merupakan kelompok kelainan non –struktural penyebab PUA
yang tidak dapat dinilai dengan teknik pencitraan atau histopatologi.
Klasifikasi
a. Polip
Polip adalah pertumbuhan endometrium berlebih yang bersifat lokal mungkin
tunggal atau ganda, berukuran mulai dari beberapa millimeter sampai sentimeter.
Polip endometrium terdiri dari kelenjar, stroma dan pembuluh darah
endometrium.
b. Adenomiosis
Merupakan invasi endometrium kedalam lapisan myometrium, menyebabkan
uterus membesar, difus dan secara mikroskopik tampak sebagai endometrium
ektopik, non neoplastic, kelenjar endometrium dan stroma yang dikelilingi oleh
jaringan myometrium yang mengalami hipertrofi dan hyperplasia.
c. Leimioma
Leimioma adalah tumor jinak fibromuskular pada permukaan myometrium.
Leimioma dapat menimbulkan perdarahan. Leimioma uteri umumnya tidak
memberikan gejala dan biasanya bukan penyebab tunggal PUA.
d. Malignancy and hyperplasia
Hyperplasia endometrium adalah pertumbuhan abnormal berlebihdan dari kelenjar
endometrium.
e. Coagulopathy
Koagulopati digunakan untuk merujuk kelainan hemostasis sistemik yang
mengakibatkan PUA.
f. Ovulatory dysfunction
Kegagalan terjadinya ovulasi, menyebabkan ketidakseimbangan hormonal yang
dapat menyebabkan terjadinya perdarahan uterus abnormal
g. Endometrial
Perdarahan uterus abnormal yang terjadi pada perempuan dengan siklus haid
teratur akibat gangguan hemostasis lokal endometrium.
h. Iatrogenic
Perdarahan uterus abnormal yang berhubungan dengan penggunaan obat – obatan
hormonal ataupun non hormonal maupun alat kontrasepsi dalam rahim.
i. Not yet classified
Kategori yang belum diketahui asal mulanya.
11. Apa itu obstetri dan ginecologi
Ginecologi (ilmu tentang wanita) adalah cabang ilmu kedokteran yang khusus
mempelajari penyakit – penyakit sistem reproduksi wanita (Rahim, vagina dan
ovarium) dan payudara.
Obstetik adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari cara memperlakukan ibu
dan bayi selama masa kehamilan, proses persalinan dan masa nifas.

12. Bagaimana cara kita mengetahui apakah plasenta telah lepas atau tidak ?
Apabila plasenta telah lepas
 Tali pusat bertambah panjang
 Terjadi perdarahan mendadak
Plasenta telah lepas
 Tali pusat diregangkan dan rahim digoyangkan, apabila ada getaran
sampai ke ujung tali pusat tandanya plasenta belum lepas
 Apabila tangan menekan diatas simpisis pubis, tali pusat kembali tertaik
lagi
 Tarikan terasa berat dan tali pusat tidak memanjang
(Manjoer. A, 2002)

13. Bagaimana manajemen aktif kala 3 ?


- Suntikan oksitoksin secara IM dalam waktu 1 menit
- Peregangan tali pusat terkendali
- Message fundus uteri
(Saifuddin, M. S, 2009)

14. Faktor-faktor kemajuan persalinan ?


(Saifuddin, M. S, 2009)
1. Power
Power adalah kekuatan atau tenaga yang mendorong janin keluar. Kekuatan tersebut
meliputi :
- His ( kontraksi uterus )
Adalah kekuatan kontraksi uterus karena otot otot polos rahim bekerja dengan baik
dan sempurna. Sifat his yang baik dalah kontraksi simetris ,fundus dominan ,
terkoordinasi, dan relaksasi.
2. Passage
Passage atau jalan lahir di bagi menjadi 2 .
a. Bagian keras :tulang panggul
b. Bagia lunak : otot otot dan ligament ligament
Bagian keras :panggul
a. Tulang panggul
Tulang panggul terdiri dari empat buah tulang terdiri dari :
1. Dua os coxae (tulang pangkal paha )
a. Terdiri dari : crista iliaca ,spina iliaca anterior superior (SIAS) dan spina iliaca
posterior superior (SIPS) ,spina iliaca posterior inferior (SIPI),spina iliaca anterior
inferor (SIAI),incisura ischiadi mayor ,linea inominata,corpus os ilii.
2. Os pubis (tulang kemaluan) terdiri dari : foramen obtutarium,ramus superior ossis
pubis,ramus inferior ossis pubis ,lineailliopectinea ,corpus pubis,tuber culum
pubicum,arcus pubis ,simfibis pubis .
3. Os sacrum (tulang kelangkang) terdiri dari : promontorium, foramen scralia
anterior , crista scralis, vertebra sacralis, ala sacralis, vertebra lumbalis
4. Os coccygeus (tulang tungging) terdiri dari : vertebra coccyges.
3. Passenger (Janin)
Passanger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir merupakan akibat interaksi
beberapa factor yakni kepala janin, presentasi, leak, sikap, dan posisi janin.
Karena plasenta harus melewati jalan lahir, maka dia dianggap sebagai bagian dari
passenger yang menyertai janin. Namun plasenta jarang menghambat proses
persalinan normal
4. Psikologis
Keadaan psikologis ibu mempengaruhi proses persalinan. Ibu bersalin yang
didampingi oleh suami dan orang yang dicintainya cenderung mengalami proses
persalinan yang lebih lancer disbanding dengan ibu bersalin tanpa pendamping. Ini
menunjukkan bahwa dukungan mental berdampak positif bagi keadaan psikis ibu,
yang berpengaruh tehadap kelancaran proses persalinan
5. Pysian/penolong
Kompetensi yang dimiliki penolong sangat bermanfaat untuk memperlancar
proses persalinan dan mencegah kematian maternal dan neonatal. Dengan
pengetahuan dan kompetensi yang baik diharapkan kesalahan atau malpraktik
dalam memberikan asuhan tidak terjadi. Tidak hanya aspek tindakan yang
diberikan, tetapi aspek konseling dan pemberian informasi yang jelas dibutuhkan
oleh ibu bersalin untuk megurangi tingkat kecemasan ibu dan keluarga.
Daftar pustaka

Bratakoesoema, D. S. (2005). Distosia. In S. (. Sastrawinata, M. S. Martaadisoebroto, & S. (.


Wirakusumah, Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi (pp. 121-170). Jakarta: EGC.

Hamidah, y. &. (2009). Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC.

HIFERI-POGI. (2007). Konsensus Tatalaksana Pendarahan Uterus Abnormal Karena Efek


Samping Kontrasepsi. Bandung: HIFERI-POGI.

Manjoer, A. (2002). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aeculapius.

Palisuri, S. d., & Budi, d. A. (1999). Perdarahan Uterus Disfungsional. In S. d. Djuanna,


Pedoman Diagnosis & Terapi Obstetri dan Ginekologi (pp. 264-269). Ujung Pandang: FK
UNHAS / RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo.

Saifuddin, M. S. (2009). Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

Saifuddin, M. S. (2009). Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Wiknjosastro, S. P. (2009). Ilmu Kandungan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.

Wirakusumah, F., & Martaadisoebrata, D. (2005). Kelainan Telur, Plasenta, Air Ketuban,
Cacat, dan Gangguan Janin. In S. (. Sastrawinata, M. S. Martaadisoebroto, & S. (.
Wirakusumah, Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi (pp. 28-63). Jakarta: EGC.

Aflah, N. (2009). Ukuran Panggul Pada Pasien Pasca Seksio Sesare Atas Indikasi Panggul
Sempit. Medan: Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.

Alamsyah, M. (2010). Persalinan lama. In S. Prawirohardjo, Ilmu Kebidanan (p. 562).


Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai