Anda di halaman 1dari 10

PENELITIAN PERTANIAN TANAMAN P ANGAN V OL. 21 NO.

1 2002

Pengaruh Pemberian Pupuk Kalium dan Nitrogen terhadap


Hasil Padi dan Mutu Beras Varietas IR64

Husin M. Toha, K. Permadi, dan S. J. Munarso


Balai Penelitian Tanaman Padi, Sukamandi

ABSTRACT. The Effect of Potassium Fertilizer on Yield and pemberiannya tidak mempengaruhi pertumbuhan padi sawah (tinggi
Quality of Rice Variety IR64. To overcome the negative growth of rice dan jumlah anakan), sedangkan pupuk N dapat memperbaiki per-
production, two programs have been applied in the rice production tumbuhan secara nyata. Sejalan dengan pertumbuhan, hasil padi IR64
system, i.e. increasing the rice planting index (IPI) and improvement juga tidak dipengaruhi oleh tingkat pupuk K. Pupuk N nyata
of intensification quality (IIQ). These programs were expected to meningkatkan hasil dan responnya menjadi lebih baik bila ditambah-
improve rice productivity. However, it is also predicted that the kan pupuk K. Waktu pemupukan K disarankan satu kali pada umur 21
programs will cause soil nutrient imbalance. Improvement of HST. Hasil padi Sragen, Tulungagung, dan Subang, masing-masing
fertilization technique is, therefore, needed to anticipate the problem. 6,09; 5,62; dan 4,34 t/ha GKG. Komponen hasil yang menunjang
Application of potassium (K) fertilizer has already been proven to adalah; jumlah malai/rumpun dan persentase gabah isi. Pemupukan
decrease Fe and Mg toxicities, as well as to improve the efficiency of N dan K dengan berbagai cara aplikasi tidak memperbaiki mutu gabah
other fertilizer especially nitrogen (N) and to increase drought dan beras di Subang dan Sragen. Pemupukan N dan K di Tulung-
resistance and the quality of rough and milled rice as well. However, agung dapat memperbaiki mutu beras.
an overdose nitrogen in rice triggers the develop- ment of insects and
disease. An experiment evaluated the effect of potassium fertilizer on Kata kunci: Kalium, hasil, komponen hasil, mutu.
rice yield and rice quality, in different soil- potassium status, i.e. Subang

K
(medium K level), Sragen and Tulungagung (low K level). Twelve levels alium termasuk unsur hara penting dan diserap
of treatment and four replications were evaluated. The treatments were
combinations between dose of K and N fertilizers and time of tanaman dalam jumlah besar. Kekurangan unsur
application. Results show that the level of K fertilization and time of hara K dapat terjadi bilamana jerami tidak di-
application did not affect the growth of paddy in the field (height and kembalikan ke dalam tanah karena 80% unsur K
number of tillers), but N fertilization did significantly. The same pattern berada dalam jerami. Kekahatan K juga dapat terjadi
was found in weight of dry rough rice. The response to N fertilization
increased when it was combined with K fertilizer. The best time of akibat pemupukan N dan P dengan takaran yang tinggi
application for K fertilizer was one time at the age of 21 days after pada varietas unggul yang memang memerlukan pe-
planting, which was not different from either 2 or 3 times. Sragen was mupukan dengan takaran tinggi. Kondisi serupa juga
found to be the location with the highest rice yield (6.09 tons rough dijumpai pada lahan sawah yang berdrainase buruk
rice/ha), followed by Tulungagung and Subang with 5.62 and 4.34 t/ha
respectively. The supporting yield components included number of atau tanah sawah yang berkadar besi tinggi (Rochayati,
panicles per hill and the percentage of filled grain. The physical quality et al., 1991; Sri Adiningsih, 1984).
as well as milling quality of rice were not affected by any combination Penggunaan pupuk K berinteraksi positif dengan
of dose of fertilizers and their time of application. This phenomenon pupuk N dan dapat meningkatkan efisiensi pengguna-
was observed in either Subang, Sleman, and Sragen. However, rice
quality produced in Tulungagung was affected by fertilization an pupuk N pada tanaman padi varietas IR64 (Toha et
treatment. Every treatment in Tulungagung produced milled rice with al., 2001). Menurut Arifin et al. (1993), pemberian 2,5
high content of head rice and low content of broken rice and brewer as t/ha jerami di KP Jakenan dengan suplementasi pupuk
well. KCl 50 kg/ha dapat memberikan hasil gabah (4,18 t/ha)
Key words: Potassium, yield, yield component, quality, rice. setara dengan pemupukan 150 kg KCl/ha tanpa jerami
(4,20 t/ha).
ABSTRAK. Untuk mengatasi penurunan produksi padi yang terus Tanggap padi sawah terhadap pemupukan K telah
berlanjut, diperlukan terobosan teknologi baru yaitu dengan peningkat- diketahui sejak tahun 1945 di Depok, Ragunan, Cijan-
an indek pertanaman (IP) dan perbaikan mutu intensifikasi (PMI).
tung, Bojonegoro, Wonogiri, Jakenan, Pati, Rembang
Peningkatan IP dan PMI dapat meningkatkan hasil dalam satuan luas
akan tetapi hara yang terserap juga akan meningkat. Oleh karena itu dan Tuban (White dalam Ismunadji et al., 1976). Di
perlu diadakan perbaikan takaran pemupukan agar tidak terjadi per- Cihea Cianjur dan Jakenan Pati, pada tahun 1971 ta-
cepatan degradasi kesuburan lahan yang akan berdampak negatif naman padi sawah tanggap terhadap pupuk K, sedang-
terhadap hasil dan kualitas beras. Penambahan pupuk K akan me-
kan di Bandarbuat Padang pada MH 1974/75 tanaman
ngurangi keracunan Fe dan Mg serta dapat meningkatkan efisiensi
pupuk lainnya terutama pupuk N, sedangkan bila pupuk N berlebihan tanggap terhadap abu jerami. Dalam penelitian pe-
akan membuka peluang meningkatnya perkembangan hama dan mupukan jangka panjang di Muara, Pusakanegara,
penyakit. Suatu percobaan lapang untuk mengetahui pengaruh pupuk Ngale, Mojosari, dan Kendalpayak selama delapan
K terhadap hasil, komponen hasil dan mutu gabah/beras telah dilaku-
musim tidak terlihat pengaruh pemupukan K terhadap
kan pada beberapa lokasi yang berbeda status K tanahnya. Penelitian
mengacu pada pola rancangan acak kelompok, empat ulangan. Per- hasil gabah (Ismunadji et al., 1976). Hasil penelitian
lakuan terdiri dari 12 kombinasi pupuk N, K dan waktu aplikasinya. Lembaga Penelitian Tanah pada MH 1970/71 sampai
Hasil pengujian menunjukkan bahwa tingkat pemupukan K dan waktu

20
TOHA ET AL.: PUPUK K DAN N PADA P ADI SAWAH V ARIETAS IR64

MH 1972/73, menunjukkan bahwa dari 149 unit per- pecah kulit dan beras giling tetapi tidak berpengaruh
cobaan pemupukan K pada tanaman padi di Jawa, terhadap peningkatan persentase beras kepala
hanya 11 unit yang mempunyai respon lebih dari 15%, (Koswara et al., 1996). Penurunan persentase beras
47 unit memberi respon 6-15% dan 91 unit memberi kepala diikuti oleh persentase beras patah dan ber-
respon 0-5% (Soepartini, et al., 1991). pengaruh terhadap mutu dan rendemen beras. Hal ini
Hasil penelitian di Cihea menunjukkan bahwa bisa dipengaruhi oleh faktor kadar air, keretakan biji
pemberian pupuk K sebagai pupuk dasar kurang sebelum penggilingan, kadar protein dan suhu gelatini-
efektif. Pemberian sebulan setelah tanam pada fase sasi beras (Juliano, 1972). Faktor lain yang
anakan aktif lebih efektif dan menaikkan hasil 15% berpengaruh adalah keragaman dan ketebalan biji
lebih tinggi dari pemberian sebagai pupuk dasar. Pem- (Mathews and Spadaro, 1976).
berian pupuk K tiga kali, yaitu sebagai pupuk dasar, Untuk mengatasi penurunan produksi yang terus
fase anakan aktif, dan primordia bunga memberikan berlanjut, perlu diadakan terobosan baru melalui pe-
hasil 20% lebih tinggi dari pemberian sebagai pupuk ningkatan indek pertanaman (IP) dan peningkatan
dasar. Hasil yang sama juga diperoleh di Bekasi pada mutu intensifikasi (PMI). Dengan adanya peningkatan
MH 1974/75 dan tidak ada perbedaan yang nyata antara IP dan PMI, diharapkan hasil padi per satuan luas me-
pupuk KCl maupun K 2SO4 (Santoso dan Mursidi, 1976). ningkat. Oleh karena itu, perlu diadakan perbaikan
Pemberian pupuk KCl secara bertahap yang disesuai- takaran pemupukan agar terjadi keseimbangan hara
kan dengan pertumbuhan akar tanaman dapat me- dalam tanah.
ngurangi hilangnya pupuk KCl melalui air terlarut dan Penerapan IP padi 300 diperkirakan akan banyak
terikat oleh tanah (Partohardjono, 1987). risiko, terutama gangguan hama dan penyakit. Selain
Pupuk K dalam budi daya tanaman sering diguna- itu, bila tidak ada perbaikan takaran pemupukan maka
kan untuk menstabilkan produksi. Tingkat penggunaan terjadi percepatan degradasi kesuburan lahan yang
pupuk KCl oleh petani Jawa Barat rata-rata 15 kg/ha berdampak negatif terhadap hasil dan kualitas beras.
(Rahmi, 1991 dalam Suryadi et al., 1995). Pengaruh Penambahan pupuk kalium diharapkan dapat me-
tidak langsung unsur K adalah memperkuat tanaman nambah ketahanan tanaman terhadap gangguan
terhadap serangan hama dan penyakit tertentu (Ismu- hama dan penyakit, mengurangi stres tanaman ter-
nadji, 1987). Pemupukan sampai 200 kg KCl/ha dapat hadap kekurangan air dan memperbaiki mutu gabah
meningkatkan kandungan silikat batang dan me- dan beras giling.
nyebabkan ausnya mandibula larva penggerek batang
padi putih ( Tryporysa innotata W.). Selain itu pupuk KCl
juga dapat menurunkan nilai kelulushidupan larva BAHAN DAN METODE
penggerek batang (Eldafira, 1993).
Kalium mampu meningkatkan ketebalan daun, Penelitian dilaksanakan pada wilayah pengem-
lignifikasi dan kandungan fenol tanaman (Sia dan bangan IP padi 300 di Jawa pada MH 1998/99. Lokasi
Bambang, 1995). Goss (1968) menyatakan bahwa penelitian dipilih berdasarkan kandungan K tanah
fungsi K antara lain dapat menekan intensitas penyakit (peta K): K sedang di Kabupaten Subang (Jawa Barat)
tanaman karena K dapat merangsang perkembangan dan K rendah di Kabupaten Sragen (Jawa Tengah) dan
ketebalan lapisan luar sel epidermis. Dalam tubuh ta- Tulungagung (Jawa Timur). Penelitian terdiri dari tiga
naman K berfungsi mempengaruhi keseimbangan N percobaan yaitu:
maupun P, bila keseimbangan telah tercapai maka K 1). Percobaan dua tingkat pupuk N dengan empat ting-
dapat memberikan kekerasan jaringan, tanaman men- kat pupuk K serta waktu pemupukan K
jadi kuat dan daya tahan tanaman terhadap penyakit 2). Percobaan dua tingkat pupuk K dan empat tingkat
meningkat (Mahmud dan Mirin, 1987). Suryadi et al. pupuk N
(1995) melaporkan bahwa K dapat menurunkan inten- 3). Percobaan pot tingkat pupuk K pada tiga jenis
sitas penyakit hawar daun bakteri sebesar 20-30% di tanah dengan status K berbeda.
banding tanpa K. Pada tanaman terigu, pupuk K dapat Percobaan pertama disusun berdasarkan rancang-
menghambat perkembangan penyakit Helmintho- an acak kelompok pola faktorial plus dengan empat
sporium sativum (Kadir dan Daradjat, 1991). Menurut ulangan. Faktor pertama adalah takaran pupuk K (0, 30,
Suparyono et al., (1991) penggunaan pupuk kalium
60 dan 90 kg K 2O/ha), dan faktor kedua adalah takaran
dapat menurunkan keparahan serangan penyakit
pupuk N (90 dan 135 kg N/ha). Perlakuan tambahan
busuk batang, hawar pelepah, bercak daun bergaris
adalah waktu pemberian pupuk K pada tingkat 60 kg
dan bercak coklat tanaman padi sawah.
K2O/ha, yaitu satu kali pada saat anakan aktif, dua kali
Penggunaan pupuk KCl pada padi gogo sampai
pada saat tanam + anakan aktif, dan anakan aktif +
takaran 60 kg K2O/ha meningkatkan persentase beras

21
PENELITIAN PERTANIAN TANAMAN P ANGAN V OL. 21 NO. 1 2002

Tabel 1. Dosis N dan K serta waktu aplikasi pupuk kalium pada 3. Hasil gabah kering pada k.a 14%.
pertanaman padi MH 1998/1999.
4. Analisis mutu gabah meliputi kadar air, kadar
gabah hampa dan kotoran, kadar butiran hijau,
Perlakuan
(kg/ha) Waktu aplikasi pupuk kadar butir kuning, densitas dan L/W ratio. Analisis
mutu giling beras mencakup rendemen, beras pe-
N K2 O Saat tanam Anakan aktif Fase primordia bunga cah kulit, rendemen beras giling, persentase beras
90 0 1/3 urea 1/3 urea 1/3 urea kepala, beras pecah dan menir serta derajat sosoh.
90 30 1/3 urea, 1,0 KCl 1/3 urea 1/3 urea
90 60 1/3 urea, 1,0 KCl 1/3 urea 1/3 urea
90 90 1/3 urea, 1,0 KCl 1/3 urea 1/3 urea
135 0 1/3 urea 1/3 urea 1/3 urea
HASIL DAN PEMBAHASAN
135 30 1/3 urea, 1,0 KCl 1/3 urea 1/3 urea
135 60 1/3 urea, 1,0 KCl 1/3 urea 1/3 urea
135 90 1/3 urea, 1,0 KCl 1/3 urea 1/3 urea
Tingkat Kesuburan Tanah
90 60 1/3 urea 1/3 urea; 1,0 KCl 1/3 urea
Tanah lokasi penelitian di Desa Pabuaran Subang
90 60 1/3 urea + 1/2 KCl 1/3 urea; 1/2KCl 1/3 urea
90 60 1/3 urea 1/3 urea; 1/2KCl 1/3 urea; 1/2 KCl mempunyai tekstur liat dan pH rendah, kadar C-
90 60 1/3 urea + 1/3 KCl 1/3 urea; 1/3 KCl 1/3 urea; 1/3 KCl organik, N total dan C/N ratio termasuk rendah. Kan-
*) Semua perlakuan dipupuk 36 kg P2O5 dan diberikan seluruhnya pada saat tanam. dungan P (HCl 25%), K (HCl 25%), kapasitas tukar
kation (KTK) tergolong tinggi. Ca-dd, Mg-dd, K-dd dan
Na-dd masing-masing termasuk tinggi, sangat tinggi,
primordia bunga, tiga kali pada saat tanam + anakan rendah dan sedang (Tabel 2).
aktif + primordia bunga (Tabel 1). Tanah lokasi penelitian di Desa Masaran Sragen
Percobaan kedua disusun berdasarkan rancangan agak masam dan bertekstur debu, kadar N-total, C-
acak kelompok pola faktorial dengan empat ulangan. organik dan C/N ratio termasuk rendah. Kandungan P
Faktor pertama adalah takaran pupuk K ( 0 dan 60 kg (HCl 25%), dan K (HCl 25%) masing-masing tergolong
K 2O/ha) dan faktor kedua adalah takaran pupuk N (0, tinggi dan rendah. Ca-dd, Mg-dd, K-dd, dan Na-dd
45, 90 dan 135 kg N/ha). masing-masing termasuk tinggi, tinggi, rendah dan
Lahan percobaan dipersiapkan dengan cara olah rendah. Tetapi kapasitas tukar kation (KTK) termasuk
tanah sempurna (OTS) dan petakan diatur sedemikian sedang (Tabel 2).
rupa agar saluran pemasukan dan pembuangan air Tanah lokasi penelitian di Desa Ngunut Tulungagung
terpisah, ukuran petak 8 x 6 m. Bibit padi varietas IR64 memiliki pH netral dengan tekstur lempung berpasir.
ditanam pada umur 21 hari dengan jarak tanam 20 x 20 N-total, C-organik dan C/N ratio masing-masing ter-
cm, dua bibit/rumpun. Pengendalian hama dilakukan masuk sangat rendah, sangat rendah dan sedang.
sesuai rekomendasi. Untuk menghindari serangan Kadar P (HCl 25%), K (HCl 25%) dan kapasitas tukar
tikus, seluruh unit percobaan dipagar plastik dan di- kation (KTK) masing-masing tergolong tinggi, sedang
lengkapi dengan bubu perangkap. dan sedang. Ca-dd, Mg-dd, K-dd dan Na-dd masing-
Percobaan ketiga (percobaan pot) dilakukan di masing termasuk tinggi, tinggi, rendah dan sedang
rumah kaca Balitpa Sukamandi mengacu pada pola (Tabel 2).
rancangan petak terpisah dengan tiga ulangan. Petak Tanah percobaan di ketiga lokasi umumnya mem-
utama adalah tiga jenis/asal tanah (Subang, Sleman, punyai kadar N rendah-sangat rendah, P tinggi, dan
dan Sragen). Anak petak adalah takaran pupuk K (0, kadar K bervariasi dari tinggi (Subang), sedang
30, 60, 90 dan 120 kg K2O/ha). Setiap pot berisi ±12 kg (Tulung- agung) hingga rendah (Sragen).
tanah dan ditanam dua bibit/rumpun umur 21 hari.
Pertanam- an dirawat sebaik mungkin dan pengairan
Pertumbuhan Tanaman
bersumber dari air ledeng Balitpa Sukamandi. Selain
itu setiap tanaman dalam pot juga dipupukN dan P
setara dengan 135 kg N/ha dan 36 kg P2O5/ha. Alasan Tinggi Tanaman
pengambilan tanah dari Sleman, Subang dan Sragen
Pemupukan N dan K pada padi IR64 tidak konsisten
adalah ber- dasarkan status kandungan K tanah.
pengaruhnya terhadap tinggi tanaman (Tabel 3). Per-
Data yang dikumpulkan dan dianalisis:
tumbuhan tertinggi di Subang dicapai oleh perlakuan
1. Sifat kimia tanah sebelum percobaan.
6 (135-36-30), sedang terendah pada perlakuan 11 (90-
2. Komponen hasil (jumlah malai/rumpun, jumlah
36-60). Di Tulungagung, pertumbuhan tertinggi dicapai
gabah total/malai, jumlah gabah isi/malai dan
pada perlakuan 6 (135-36-30) dan terendah pada per-
bobot 1000 butir gabah).
lakuan 12 (90-36-60). Secara umum terlihat bahwa

22
TOHA ET AL.: PUPUK K DAN N PADA P ADI SAWAH V ARIETAS IR64

pada tingkat pemupukan 135 kg N/ha pertumbuhan Jumlah Anakan


lebih baik dibanding pemupukan 90 kg N/ha. Di Sragen,
Pertumbuhan jumlah anakan sama seperti tinggi
tanaman tertinggi dicapai pada perlakuan 8 (135-36-90)
tanaman, bahwa pemberian pupuk N dan K pengaruh-
dan terendah pada perlakuan 1 (90-36-0). Pada lokasi
nya tidak konsisten. Jumlah anakan terbanyak umum-
ini pupuk K cukup jelas pengaruhnya pada tingkat 90
nya dicapai pada perlakuan 7 (135-36-60) dan terendah
kg N/ha. Tetapi bila takaran K dinaikan menjadi 135 kg
pada perlakuan 1 (90-36-0).
N/ha, pengaruh pupuk tidak jelas. Tambahan pupuk N
dapat memperbaiki pertumbuhan akar, selajutnya per-
tanaman dapat menyerap hara K lebih banyak. Bila Komponen Hasil dan Hasil
pupuk K diberikan dua tahap maka terlihat perbaikan
dalam pertambahan tinggi tanaman (Tabel 3). Kan- Di Desa Pabuaran, Subang, anakan produktif hanya
dungan K tanah Sragen tergolong rendah, jadi pe- mencapai 52%, anakan maksimum 23,3, dan jumlah
ngaruh pupuk K lebih jelas terlihat. malai rata-rata hanya 12,1 (Tabel 3). Penurunan nilai ini

Tabel 2. Hasil analisis pendahuluan tanah: Pabuaran-Subang, Masaran- Sragen, dan Ngunut-Tulungagung.

Hasil analisis
Jenis analisis
Subang Tulungagung Sragen

Pasir (%) 1 57 Lempung 14


Debu (%) 29 Liat 25 Berpasir 82 Debu
Liat (%) 70 18 4
pH H2O 5,1 M 7,0 Netral 6,0 Am
pH KCl 3,9 6,0 4,8
N-Total (%) 0,16 R 0,06 SR 0,12 R
C-Organik (%) 1,52 R 0,75 SR 1,14 R
C/N 10 R 13 S 10 R
P2O 5 HCl 25% (mg/100g) 66 T 39 T 45 T
K2O HCl 25% (mg/100g) 27 T 20 S 8 R
P2O 5 Olsen (ppm) 56,6 ST 39 T 22,0 ST
Ca dd (me/100 g) 15,79 T 16,75 T 13,71 T
Mg dd (me/100 g) 9,57 ST 7,03 T 3,21 T
K dd (me/100 g) 0,34 R 0,20 R 0,08 R
Na dd (me/100 g) 0,53 S 0,62 S 0,20 R
KTK (me/100 g) 27,03 T 24,68 S 20,03 S

Contoh tanah dianalisis di Laboratorium Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Bogor.
Nilai diikuti harkat, m (masam); am (agak masam); R (rendah); S (sedang); T (tinggi); SR (sangat ren dah); ST (sangat tinggi).
Tabel 3. Pengaruh pemupukan nitrogen dan kalium terhadap pertumbuhan (tinggi tanaman dan jumlah anakan) umur 42 HST padi sawah varietas
IR64 di Subang, Sragen dan Tulungagung, MH 1998/1999.

Perlakuan (kg/ha)1) Tinggi tanaman 42 HST (cm) Jumlah anakan 42 HST


No.
N K2O Subang Sragen T. Agung Subang Sragen T. Agung

1. 90 0 72,8 ab 63,3 d 60,4 cd 21,8 17,0 b 15,9 b


2. 90 30 73,3 ab 64,0 cd 61,9 ad 22,1 17,0 b 17,1 b
3. 90 60 71,6 ab 67,8 abc 60,6 cd 24,0 18,9 ab 16,4 b
4. 90 90 72,4 ab 65,3 bcd 61,0 bcd 23,8 18,0 ab 16,6 b
5. 135 0 72,2 ab 68,1 ab 64,7 abc 22,9 20,0 a 18,9 ab
6. 135 30 77,2 b 67,5 abc 67,1 a 23,5 18,3 ab 20,7 a
7. 135 60 71,9 ab 67,4 abc 66,4 ab 27,6 21,4 b 19,1 ab
8. 135 90 77,7 b 70,0 a 65,3 abc 21,9 19,1 ab 18,5 ab
9. 90 60 74,9 ab 64,7 bcd 62,9 a-d 23,9 17,5 ab 17,8 ab
10. 90 60 72,7 ab 67,9 abc 60,9 bcd 22,3 18,8 ab 17,4 ab
11. 90 60 70,1 a 65,0 bcd 61,0 bcd 23,3 17,4 ab 17,7 ab
12. 90 60 73,9 ab 64,6 bcd 57,9 d 22,1 17,1 b 17,1 b

Rata-Rata 73,4 66,3 62,5 23,3 18,0 17,8


K.K (%) 5,4 5,6 5,5 9,6 8,0 1,7
1) Pupuk Nitrogen dalam bentuk urea diberikan 3 kali (0, 21, 42 HST), pupuk Kalium dalam bentuk KCl, 1-8 sebagai pupuk dasar, perlakuan 9 (1 kali, 21 HST);
perlakuan 10 (2 kali, 0 dan 21 HST), perlakuan 11 (2 kali, 21 dan 42 HST) dan perlakuan 12 (3 kali, 0, 21 dan 42 HST)

23
PENELITIAN PERTANIAN TANAMAN P ANGAN V OL. 21 NO. 1 2002

disebabkan oleh serangan hama penggerek batang Pengaruh pupuk K dan N terhadap jumlah malai/
yang cukup berat. Imago penggerek cukup tinggi pada rumpun, gabah/malai, persentase gabah isi dan bobot
saat menjelang primordia bunga. Pencegahan secara 1000 butir tidak nyata (Tabel 4). Jumlah anakan pro-
intensif telah dilakukan dengan cara pemberian insek- duktif berkisar antara 11,2-13,4 dengan rata-rata 12,1
tisida Regent butiran 10 kg/ha bersamaan dengan pem- malai/rumpun. Angka ini jauh di bawah kondisi normal
berian pupuk urea susulan kedua. Selain itu tanaman yang dapat mencapai di atas 20 anakan/rumpun
juga disemprot dengan insektisida Regent cair sesuai (Permadi et al., 1998). Jumlah gabah/malai berkisar
anjuran, satu minggu setelah pemupukan susulan ke- antara 88,0-104,8 dengan rata-rata 93,6. Angka ini masih
dua. Pengamatan pada tanaman petani (kontrol), ter- jauh dari kondisi normal varietas IR64 yang dapat men-
lihat anakan produktif di bawah 10, dan terserang capai di atas 100 butir/malai. Rata-rata gabah isi
hama beluk (penggerek). mencapai 76,5% dengan kisaran 73,6-80,1%, angka ini
juga masih di bawah kondisi normal yang dapat
mencapai di atas 80%. Bobot 1000 butir berkisar antara
2) 27,0-27,2 g termasuk normal (Tyasdjaja et al., 1998).
Angka-angka selajur yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda
nyata pada taraf 5% uji DMRT. Rendahnya jumlah gabah/malai dan persentase gabah
Tabel 4. Intensitas penyakit-penyakit utama padi (%) di lahan dengan isi disebabkan oleh gangguan penyakit, antara lain
variasi pemberian pupuk N dan K di Pabuaran- Subang , MH hawar daun bakteri (Bacterial leaf blight/Blb) dengan
1998/1999.
tingkat penularan 13-26%, bercak daun cercospora
Perakuan pupuk/ha (Cercospora leaf spot) 10-16%, hawar daun jingga
Cls Olb Str Shb Blb (Orange leaf blight) 8-18%, busuk batang (Stem rot)
P2O 5 K2 0 10-14% dan penyakit hawar pelepah (Sheath blight)
36 0 12,9 8,5 10,5 5,4 18,0 3-9% (Tabel 4).
36 30 16,0 15,1 12,9 5,2 15,0 Hasil gabah kering panen rata-rata 5,38 t/ha dengan
36 60 13,4 8,1 14,1 3,5 19,0
36 90 12,9 9,0 9,6 4,7 26,0 kisaran 5,08-5,96 t/ha (Tabel 5). Setelah dijemur, hasil
36 0 10,7 12,5 12,9 7,0 13,5 gabah kering giling pada kadar air 14% rata-rata 4,34
36 30 11,9 13,6 11,4 3,7 17,0 t/ha dengan kisaran 4,11-4,75 t/ha.
36 60 10,0 15,6 13,1 4,1 19,5
36 90 12,7 18,4 13,2 9,1 17,5 Pengaruh tingkat pemupukan K terhadap hasil
36 60 13,5 11,5 11,7 5,9 20,0 tidak terlihat nyata (Tabel 5). Hal tersebut erat
36 60 12,5 12,6 12,1 3,1 14,5 kaitannya dengan komponen hasil, yang terlihat
36 60 14,9 9,2 13,1 7,1 12,5
90 60 15,9 13,1 14,0 6,0 18,5 konsisten pada tingkat pupuk N yang lebih tinggi (135
kg N/ha). Pe- ningkatan takaran pupuk N dari 90 kg N
Cls : Cercospora leafspot (bercak daun Cercospora)
Olb : Orange leafblight (hawar daun jingga) menjadi 135 kg N/ha atau perlakuan 1 sampai 4

Str : Stem rot (busuk batang)


Shb : Sheath blight (hawar pelepah)
Blb : Bacterial leafblight (hawar daun bakteri)
Tabel 5. Pengaruh pemupukan nitrogen dan kalium terhadap komponen hasil dan hasil gabah padi varietas IR64, Pabuaran-Subang-Jawa Barat,
MH 1998/1999.

Perlakuan (kg/ha) 1) Hasil (t/ha)


No. Malai/ Gabah/ % gabah Bobot
N K 2O rumpun malai isi 1000 butir GKP GKG

1. 90 0 11,6 ab 88,0 b 77,4 27,0 5,25 b 4,16 b


2. 90 30 12,5 ab 91,0 ab 79,7 27,0 5,08 b 4,22 b
3. 90 60 11,6 ab 96,5 ab 73,7 27,0 5,14 b 4,19 b
4. 90 90 12,0 ab 88,4 b 80,1 27,0 5,11 b 4,14 b
5. 135 0 13,4 a 93,3 ab 74,8 27,0 5,96 a 4,75 a
6. 135 30 12,6 ab 104,8 a 76,7 27,1 5,55 ab 4,53 ab
7. 135 60 13,2 ab 100,1 ab 75,1 27,2 5,40 ab 4,24 b
8. 135 90 11,7 ab 88,5 b 75,1 27,2 5,72 ab 4,53 ab
9. 90 60 12,0 ab 92,4 ab 74,8 27,1 5,47 ab 4,47 ab
10. 90 60 11,8 ab 91,3 ab 78,4 27,2 5,41 ab 4,49 ab
11. 90 60 11,9 ab 92,2 ab 78,2 27,0 5,19 b 4,28 ab
12. 90 60 11,2 b 96,7 ab 73,6 27,0 5,30 ab 4,11 b

Rata-Rata 12,1 93,6 76,5 27,1 5,38 4,34


KK (%) 9,9 9,7 6,3 2,5 7,7 7,1

24
TOHA ET AL.: PUPUK K DAN N PADA P ADI SAWAH V ARIETAS IR64

dibanding perlakuan 5 sampai 8, hasil meningkat 10%. dicirikan oleh kandungan Ca-dd dan Mg-dd yang tinggi
Sedangkan pada ting- kat pemupukan N yang sama (90 dan harkat KTK sedang (Tabel 2), Bila dibandingkan
kg N/ha), perlakuan waktu pemberian pupuk K dapat dengan di Subang, hasil pertanaman di Sragen lebih
meningkatkan hasil walaupun tidak nyata. Hasil baik. Komponen hasil yang menunjang adalah jumlah
tertinggi dicapai pada pem- berian K satu kali umur 21 malai/rumpun dan persentase gabah isi serta bobot
HST. Hil ini sesuai dengan hasil penelitian Su (1976), 1000 butir.
bahwa penyerapan K pada saat anakan aktif dapat Di Tulungagung Jawa Timur, pengaruh takaran
meningkatkan jumlah malai dan jumlah gabah. pupuk K juga tidak nyata, tetapi peningkatan pupuk N
Pertanaman petani cukup baik, namun karena tanpa dari 90 kg N menjadi 135 kg N/ha cukup nyata pe-
pupuk K dan waktu pemupukan urea dan SP36 tidak ningkatannya (17%). Rata-rata hasil pada pemupukan
sesuai anjuran, serta banyak ter- serang hama 90 kg N/ha mencapai 5,30 t/ha dan pada pemupukan
penggerek, maka hasilnya sangat rendah, di bawah 3,0 135 kg N/ha menjadi 6,17 t/ha GKG. Hasil gabah kering
t/ha GKP. panen (GKP) rata-rata 6,38 t/ha dengan kisaran 5,80-
Di Sragen Jawa Tengah, pengaruh pupuk N dan K 7,30 t/ha, sedangkan hasil gabah kering giling (GKG)
tidak nyata. Hasil gabah kering panen (GKP) rata-rata rata-rata 5,62 t/ha dengan kisaran 5,12-6,40 t/ha (Tabel
7,21 t/ha dengan kisaran 6,88-7,40 t/ha. Sedangkan 7). Bila dibandingkan dengan hasil GKP, hasil GKG
hasil gabah kering giling (GKG) rata-rata 6,09 t/ha menyusut ± 12% dan data ini menunjukkan kadar air
dengan kisaran 5,86-6,35 t/ha (Tabel 6). Penyusutan saat panen cukup normal. Hasil yang dicapai ditunjang
hasil dari GKP ke GKG sebesar 16% karena pada saat oleh jumlah malai/rumpun dan persentase gabah isi
panen hujan terus menerus dan kadar air mencapai di yang cukup tinggi.
atas 30% padahal tanaman sudah melewati waktu Tanggap pupuk K lebih nyata terlihat pada tingkat
panen. pemupukan N yang lebih tinggi. Tingkat pupuk K yang
Pada Tabel 6 terlihat bahwa tingkat hasil padi pada terbaik adalah 60 kg K2O/ha. Kisaran hasil akibat tam-
pemupukan 135 kg N/ha lebih tinggi dari pemupukan bahan pupuk K pada tingkat pupuk 90 kg N/ha lebih
90 kg N/ha. Bila dilihat dari laju kenaikan hasil akibat rendah dibanding tingkat pupuk 135 kg N/ha. Sedang-
penambahan pupuk K dan untuk menjaga keseimbang- kan waktu pemberian pupuk K yang terbaik adalah tiga
an hara dalam tanah setelah panen, maka dapat di- kali (0, 21 HST dan primordia bunga), walaupun tidak
sarankan perlunya tambahan pupuk K setiap musim berbeda nyata dengan perlakuan pemberian pupuk
tanam sebanyak 30 kg K 2O/ha. Variasi perlakuan waktu kalium lainnya. Komponen hasil yang paling menentu-
pemupukan K tidak menimbulkan perbedaan hasil kan tingkat hasil gabah di Tulungagung adalah jumlah
yang nyata. Hal ini mungkin berkaitan dengan daya malai/rumpun dan persentase gabah isi. Data ini
sangga K tanah Sragen yang cukup tinggi, yang

1)
Pupuk Nitrogen dalam bentuk urea diberikan 3 kali (0, 21, 42 HST), pupuk Kalium dalam bentuk KCl, 1-8 sebagai pupuk dasar, perlakuan 9 (1 kali, 21 HST);
perlakuan 10 (2 kali, 0 dan 21 HST), perlakuan 11 (2 kali, 21 dan 42 HST) dan perlakuan 12 (3 kali, 0, 21 dan 42 HST)
2)
Angka-angka selajur yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji DMRT.
Tabel 6. Pengaruh pemupukan nitrogen dan kalium terhadap komponen hasil dan hasil gabah padi varietas IR64, Masaran-Sragen-Jawa Tengah
MH 1998/1999.

Perlakuan (kg/ha)1) Hasil (t/ha)


No. Malai/ Gabah/ % gabah Bobot
N K2O rumpun malai isi 1000 butir GKP GKG

1. 90 0 13,2 abc 82,5 72,50 b 26,3 6,88 b 5,86 b


2. 90 30 12,4 c 72,9 74,75 ab 27,1 7,19 ab 6,09 ab
3. 90 60 13,4 abc 85,3 80,25 ab 26,7 7,14 ab 5,95 ab
4. 90 90 12,7 bc 74,1 78,25 ab 27,0 7,03 ab 5,92 ab
5. 135 0 14,5 ab 86,3 80,00 ab 27,1 7,40 a 6,24 ab
6. 135 30 14,8 a 80,5 78,00 ab 26,8 7,40 a 6,35 a
7. 135 60 14,3 abc 87,9 72,75 ab 26,9 7,24 ab 6,11 ab
8. 135 90 14,7 ab 80,9 74,25 ab 27,6 7,29 ab 6,25 ab
9. 90 60 13,5 abc 81,5 80,25 ab 26,4 7,24 ab 6,11 ab
10. 90 60 14,4 abc 83,2 85,25 a 26,7 6,98 ab 5,84 b
11. 90 60 13,9 abc 84,6 80,00 ab 27,0 7,40 a 6,28 ab
12. 90 60 13,7 abc 81,0 81,50 ab 27,8 7,35 ab 6,14 ab

Rata-Rata 13,8 81,7 78,98 27,0 7,21


KK (%) 8,9 17,2 8 ,1 3,3 8,2

25
PENELITIAN PERTANIAN TANAMAN P ANGAN V OL. 21 NO. 1 2002

1) Pupuk Nitrogen dalam bentuk urea diberikan 3 kali (0, 21, 42 HST), pupuk Kalium dalam bentuk KCl, 1-8 sebagai pupuk dasar, perlakuan 9 (1 kali, 21 HST); perlakuan 10 (2 kali, 0 dan 21
HST), perlakuan 11 (2 kali, 21 dan 42 HST) dan perlakuan 12 (3 kali, 0, 21 dan 42 HST)
2) Angka-angka selajur yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji DMRT.
Tabel 7. Pengaruh pemupukan nitrogen dan kalium terhadap komponen hasil dan hasil gabah padi varietas IR64, Ngunut-Tulungangung, Jawa
Timur MH 1998/1999.

No. Perlakuan (kg/ha)1) Hasil (t/ha)


Malai/ Gabah/ % gabah Bobot
N K2O rumpun malai isi 1000 butir GKP GKG

1. 90 0 14,2 ab 71,2 b 82,5 26,1 5,95 d 5,29 c


2. 90 30 15,2 ab 76,0 ab 84,1 25,7 6,07 cd 5,31 c
3. 90 60 15,1 ab 72,4 b 83,2 25,9 6,22 bcd 5,48 bc
4. 90 90 13,7 a 67,4 b 82,6 26,1 5,80 d 5,12 c
5. 135 0 15,4 ab 77,6 ab 83,1 26,0 6,78 abc 5,97 ab
6. 135 30 15,7 a 83,5 b 81,4 26,6 6,86 ab 6,00 ab
7. 135 60 14,7 ab 75,0 ab 82,4 26,4 7,32 a 6,40 a
8. 135 90 15,1 ab 76,6 ab 84,1 26,5 7,15 a 6,30 a
9. 90 60 14,6 ab 69,8 ab 80,7 25,9 6,15 bcd 5,39 bc
10. 90 60 14,0 ab 74,2 ab 80,6 26,2 6,02 cd 5,39 bc
11. 90 60 14,9 ab 77,7 ab 79,4 26,4 6,03 cd 5,27 c
12. 90 60 14,3 ab 73,3 ab 76,9 25,8 6,22 bcd 5,52 bc

Rata-Rata 14,7 74,5 81,7 26,1 6,38 5,62


KK (%) 7,9 8,4 5,6 2,1 7,5

sangat menonjol bila dibandingkan dengan di Subang berturut-turut dapat mensuplai K; 7-47, 12-35, dan 20-74
(Tabel 5) kg K/ha/musim (Soepartini et al., 1996).
Bila data hasil dari Tabel 5, 6, dan 7 digabung akan Hasil penelitian pot di rumah kaca Balitpa Su-
lebih jelas terlihat bahwa tingkat pupuk K belum ber- kamandi menunjukkan bahwa produktivitas tertinggi
pengaruh nyata terhadap hasil pada semua lokasi dicapai pada tanah asal Subang (36,3 g/pot) (Tabel 8).
pengujian (Gambar 1). Hasil tertinggi dicapai di Sragen. Bila dibandingkan dengan hasil percobaan lapang,
Rendahnya hasil di Subang disebabkan oleh adanya hasil terendah terdapat di Sleman.
gangguan OPT di lapang. Pertanaman di Subang ba- Bila dilihat dari segi tingkat pemberian pupuk K,
nyak terserang hama penggerek, keadaan ini terlihat takaran yang terbaik adalah 30 kg K2O/ha. Bila di-
dari rendahnya jumlah anakan produktif dibanding bandingkan dengan percobaan lapang, maka tidak ada
anakan maksimum (hanya 52%). pengaruh pupuk K yang nyata. Kemungkinan sumber
Waktu pemupukan K, baik satu kali, dua kali mau- air irigasi juga mempunyai peran dalam mensuplai K
pun tiga kali, belum menunjukkan hasil yang berbeda ke petakan sawah, sesuai dengan pendapat Soepartini
untuk semua lokasi pengujian (Gambar 2). Hasil ter- et al. (1996).
baik dicapai pada perlakuan pemberian satu kali, umur
21 HST (4,5 t/ha), walaupun tidak berbeda nyata de-
Interaksi Pupuk Nitrogen dan Kalium
ngan perlakuan lainnya. Berdasarkan hasil penelitian
ini maka waktu pemberian pupuk K dapat ditunda Evaluasi lebih lanjut dari perlakuan empat tingkat
sampai umur 21 HST. Menurut Sulaeman et al. (1992), pupuk N pada dua tingkat pupuk K menunjukkan
pemberian K selalu meningkatkan cadangan K bahwa pupuk K belum nyata meningkatkan hasil. Se-
tersedia, tetapi tidak selalu menaikkan ketersediaan K dangkan pupuk N menunjukkan tanggapan yang nyata
pada saat itu. Daya sangga potensial K merupakan sifat (Tabel 9). Keadaan ini diduga karena banyaknya se-
spesifik tanah yang besarnya sebanding dengan kadar rangan hama dan penyakit. Berdasarkan pengamatan
liat, KTK serta jumlah Ca-dd dan Mg-dd. Bila dilihat data di lapang, peningkatan takaran pupuk dari 90 kg N/ha
pada Tabel 2, di ketiga lokasi penelitian, harkat KTK menjadi 135 kg N/ha meningkatkan penularan
tergolong sedang sampai tinggi dan Ca-dd dan Mg-dd penyakit bercak daun Cercospora, hawar daun jingga
dari tinggi sampai sangat tinggi.Hal lain yang dapat dan busuk batang.
menyebabkan pengaruh tingkat pemupukan dan Di Sragen dan Tulungagung, penambahan pupuk K
waktu pemberian pupuk K yang tidak nyata adalah cenderung meningkatkan tanggapan pupuk N terhadap
adanya kandungan K dari air irigasi yang cukup tinggi. hasil gabah. Tingkat pupuk N yang terbaikdi Subang
Di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur, air irigasi dan Sragen adalah 90 kg N/ha dan di Tulungagung di
atas 90 kg N/ha.

26
TOHA ET AL.: PUPUK K DAN N PADA P ADI SAWAH V ARIETAS IR64

7 90 kg N/ha 135 kg N/ha 7


Subang Tulungagung Sragen

6 6
Hasil GKG (t/ha)

5 5

Hasil GKG (t/ha)


4 4

3
3
2
2
1
1
0
0 0 HST 21 HST 0 + 21 HST 21 + PB 0 + 21 + PB
Waktu pemupukan
0 30 60 90
Kg K2O/ha

Sragen
Gambar 2. Pengaruh waktu pemberian pupuk K terhadap hasil padi
7
90 kg N/ha 135 kg N/ha varietas IR64 di beberapa lokasi, MH 1998/99.
6
Hasil GKG (t/ha)

5
1) Pupuk Nitrogen dalam bentuk urea diberikan 3 kali (0, 21, 42 HST), pupuk Kalium dalam
4 bentuk KCl, 1-8 sebagai pupuk dasar, perlakuan 9 (1 kali, 21 HST); perlakuan 10 (2 kali, 0
dan 21 HST), perlakuan 11 (2 kali, 21 dan 42 HST) dan perlakuan 12 (3 kali, 0, 21 dan 42
3 HST)
2) Angka-angka selajur yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda
nyata pada taraf 5% uji DMRT
2
Tabel 8. Pengaruh tingkat pemupukan kalium pada 3 asal tanah
1 terhadap bobot gabah kering (gram/pot) padi varietas IR 64
percobaan rumah kaca Balitpa Sukamandi, MH 1998/1999.
0
0 30 60 90 Perlakuan Tanah asal
Kg K2O/ha (kg K2 O/ha) Rata-rata
Subang Sragen Sleman

0 33,4 26,4 38,9 32,9 ab


6
30 40,4 32,9 37,3 36,9 a
90 kg N/ha 135 kg N/ha
60 33,2 34,8 36,2 34,8 ab
5 90 36,6 28,4 38,1 34,4 ab
120 37,8 28,7 30,1 32,2 b
Hasil GKG (t/ha)

4
Rata-rata 36,3 30,2 36,1 34,2
3 Potensi hasil (t/ha) 9,075 7,550 9,025 8,550

1 masing 200, 100 dan 50 kg/ha menghasilkan gabah


dengan densitas tertinggi (545,3 g/l). Peningkatan peng-
0
gunaan urea menjadi 300 kg/ha justru menghasilkan
0 30 60 90
Kg K2O/ha gabah dengan densitas yang rendah.
Aplikasi pupuk K di lahan berkadar K rendah
Gambar 1. Pengaruh tingkat pemupukan kalium dan nitrogen (Sragen) tidak memberikan manfaat, khususnya
terhadap hasil GKG padi varietas IR64 pada beberapa
lokasi, MH 1998/1999. dalam hal mutu gabah dan beras. Percobaan di lahan
dengan kadar K rendah ini memberikan hasil yang
tidak konsisten. Tulungangung dan Sragen memiliki
Kualitas Hasil Panen lahan berkadar K rendah, namun tanaman kedua
lokasi memberikan tanggap yang berbeda. Kualitas
Hasil analisis kualitas gabah dan beras disajikan gabah tidak dipengaruhi oleh takaran dan cara
pada Tabel 10. Di Subang (lahan dengan kadar K se- pemupukan, tetapi sebaliknya untuk mutu beras. Hal
dang), penambahan pupuk K dan cara aplikasi pupuk ini menghendaki adanya konfirmasi tentang status K,
tidak memperbaiki mutu gabah dan beras, kecuali kri- baik di Sragen maupun Tulungangung.
teria densitas. Pemupukan urea, SP36, dan KCl masing-

27
PENELITIAN PERTANIAN TANAMAN P ANGAN V OL. 21 NO. 1 2002

1) Pupuk Nitrogen dalam bentuk urea diberikan 3 kali (0, 21, 42 HST),pupuk pospat dalam
bentuk SP36 diberikan sebagai pupuk dasar,.pupuk Kalium dalam bentuk KCl, 1-8 sebagai
45 4,58 4,58 4,58
pupuk dasar, perlakuan 9 (1 kali, 21 HST); perlakuan 10 (2 kali, 0 dan 21 HST), perlakuan 90 5,10 5,14 5,12
11 (2 kali, 21 dan 42 HST) dan perlakuan 12 (3 kali, 0, 21 dan 42 HST) 135 5,65 5,35 5,50
2) Angka-angka selajur yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda
nyata pada taraf 5% uji DMRT. Rata-rata 4,74 4,65 4,70
Tabel 9. Pengaruh tingkat pemupukan nitrogen dan kalium terhadap
Tabel 10. Nilai F hitung Berbagai Kriteria Mutu Gabah dan Beras Hasil
hasil GKG (t/ha) padi sawah varietas IR64 pada beberapa
Pertanaman di Lokasi Subang, Sragen dan Tulungagung,
lokasi pengujian, MH 1998/1999.
MH 1998/1999.

Pupuk Nitrogen Pupuk Kalium


Lokasi
(Kg N/ha) Rata-rata
Pengamatan
0 kg K2 O/ha 60 kg K2 O/ha
Subang Sragen Tulungagung
Subang
Mutu Gabah :
0 2,82 3,11 2,96 b
Kadar air 0,420 ns 3,640 ** 0,744 ns
45 3,54 3,27 3,41 b
Densitas 2,553 * 1,036 ns 0,785 ns
90 4,16 4,00 4,08 a
Gabah hampa 1,869 ns 0,902 ns 0,649 ns
135 4,75 3,91 4,33 a
Butir hijau/mengapur 1,363 ns 1,399 ns 0,818 ns
Rata-rata 3,82 3,57 3,69
Butir kuning/rusak 0,668 ns 0,610 ns 1,291 ns
Sragen
Mutu Beras :
0 4,59 4,47 4,53 c
Breas pecah kulit (BPK) 0,547 ns 0,821 ns 0,696 ns
45 5,36 5,57 5,46 b
Beras giling 0,663 ns 1,653 ns 2,161 ns
90 5,86 5,95 5,90 a
Beras kepala 0,981 ns 1,136 ns 5,306 **
135 6,24 6,11 6,18 a
Rata-rata 5,51 5,52 4,91
Tulungagung
1. Takaran pupuk K tidak berpengaruh nyata
0 3,43 2,99 3,21 c
45 4,84 4,91 4,88 b terhadap hasil padi varietas IR64 untuk tiga lokasi
90 5,29 5,48 5,38 b pengujian. Hasil tertinggi dicapai di Sragen sebesar
135 5,97 6,04 6,01 a 6,09 t/ha GKG.
Rata-rata 4,88 4,94 4,91 2. Pemupukan N 135 kg N/ha lebih baik dari 90 kg
Lintas lokasi N/ha, terutama di Tulungagung. Peningkatan takar-
0 3,61 3,52 3,57 an pupuk urea 100 kg/ha akan didapat tambahan
hasil sebanyak 490 kg gabah kering.
3. Waktu pemupukan K disarankan satu kali pada
Pada Tabel tampak bahwa persentase beras kepala umur 21 HST.
(BK), beras patah (BP), dan menir di Tulungagung 4. Pemupukan N dan K dengan berbagai cara aplikasi
nyata dipengaruhi oleh pemupukan. Perlakuan pe- tidak memperbaiki mutu gabah dan beras di
mupukan yang lain menghasilkan persentase BK yang Subang, dan Sragen. Pemupukan N dan K di
lebih tinggi, yaitu 88,71-92,54%. Sedangkan pemupuk- Tulungagung dapat memperbaiki mutu beras,
an 200, 100 dan 100 kg (urea, SP36 dan KCl/ha) yang terutama persentase beras kepala, beras patah dan
diberikan tiga kali untuk N dan dua kali untuk K pada menir.
fase anakan aktif dan primodia menghasilkan persen-
tase BK sebesar 79,27%.
Sebaliknya, dari kriteria persentase beras patah, DAFTAR PUSTAKA
perlakuan tersebut justru menghasilkan nilai paling
Arifin, Z., Suprapto dan A.M. Fagi. 1993. Pengaruh kalium anorganik
tinggi (17,91%). Nilai ini sangat berbeda dibandingkan dan organik terhadap hasil padi sawah. Reflektor 6(1); 13-17.
dengan nilai yang dicapai oleh perlakuan lainnya yang De Datta, S.K. 1981. Principles and practices of rice production. A
umumnya rendah (6,33-10,05%). Pengamatan persen- Wiley-Interscience Publication, John Wiley & Sons. 419 p.
tase menir semakin melengkapi kelemahan perlakuan Eldafira. 1993. Pengaruh pemberian pupuk KCl terhadap kandungan
silikat tanaman padi (Oryza sativa L.) dan larva penggerek
di atas. Perlakuan tersebut menghasilkan beras ber- batang (Tryporyza innotata W.). Tesis Program Pascasarjana
kadar menir tinggi (2,83%), sementara yang lain me- (S2) Biologi, Institut Teknologi Bandung.
ngandung menir dengan kisaran yang rendah (0,99- Goss, L.R. 1968. The role of potassium in agriculture. Am. Soc. of
Agron. Cro. Sci. Soil Sci. Madison, Wisconsin.
1,67%). Dengan demikian perlakuan ini tidak dianjur-
Ismunadji, M. 1987. Rice diseases and physiological disorders related
kan untuk lahan seperti di Tulungagung. to potassium deficiency. Proc. of the 21th colloquium of the Int.
Potash. Inst. Izmir. p 47-60.
Ismunadji, M., S. Partohardjono dan Satsijati. 1976. Peranan kalium
dalam peningkatan produksi tanaman pangan. Kalium dan
KESIMPULAN DAN SARAN

28
TOHA ET AL.: PUPUK K DAN N PADA P ADI SAWAH V ARIETAS IR64

Tanaman Pangan: Problem dan Prospek. Lembaga Pusat Soepartini, M.1995. Status kalium tanah sawah dan tanggap padi
Penelitian Pertanian, Bogor. Edisi Khusus. 2: 1-16. terhadap pemupukan KCl di Jawa Barat. Pemberitaan Tanah
Juliano, B.O. 1972. Quality of Milled Rice II. Riso, 22: 171-184. dan Pupuk. No. 13 : 27-40.
Kadir, T.S. dan A.A. Daradjat. 1991. Pengaruh kalium terhadap Soepartini, M., Didi Ardi S., T. Prihatini, W. Hartatik dan D. Styorini.
penyakit hawar daun Helminthosporium sativum pada terigu. 1991. Status kalium tanah sawah dan tanggap padi sawah
Reflektor, Vol. 4(1-2) : 37-39. terhadap pemupukan kalium. Prosiding Lokakarya Nasional
Koswara, A. Setyono dan K. Pirngadi. 1996. Evaluasi pengaruh jarak Efisiensi Penggunaan pupuk V. Pusat Penelitian Tanah dan
tanam antar barisan dan pemupukan NPK terhadap mutu beras Agroklimat. p 187-202.
padi gogo (unpublished). Soepartini, M., S. Widati, M.E. Suryadi, dan T. Prihatini.1996. Evaluasi
Mahmud dan Mirin, A. 1987. Pengaruh pemupukan nitrogen dan kualitas dan sumbangan hara dari air pengairan di Jawa.
kalium terhadap perkembangan penyakit layu Fusarium pada Pemberitaan Tanah dan Pupuk. No. 14 : 25-31.
tanaman tomat. Prosiding Kongres Nasional IX dan Seminar Sri Adiningsih, J. 1984. Pengaruh beberapa faktor terhadap
ilmiah PFI, Suirabaya. p. 448-453. penyediaan kalium tanah sawah daerah Sukabumi dan Bogor.
Mathews, J. and J.J. Spadaro. 1976. Breakage of long grain in relation Desertasi Gelar Doktor Dalam Ilmu-Ilmu Pertanian, Fakultas
to kernel thickness. Cereal Chem. 53 (1): 13-19. Pasca Sarjana IPB Bogor.
Partohardjono, S. 1987. Methods of cultivation for rice double Su, N.R. 1976. Potassium fertilization of rice. Food and Fertilizer
cropping in Indonesia. Proceeding of International Symposium Technology Center. The fertlity of paddy soils and fertilizer
on Technology for Double Cropping of Rice in The Tropics. application for rice. Taipei, Taiwan. P.117-178.
Trpical Agriculture Research Series. 20: 200-212. Suparyono, S. Kartaatmadja dan A.M. Fagi. 1991. Pengaruh
Permadi, K., H.M. Toha dan A.G. Sudaryat. 1998. Pengujian pupuk pemupukan kalium terhadap perkembangan beberapa
Phosmag Plus pada tanaman padi sawah. Laporan hasil penyakit padi. Prosiding Temu Alih Teknologi Pertanian,
penelitian kerjasama Balai Penelitian Tanaman Padi dengan PT Jakenan 14 Agustus 1990. Balai Penelitian Tanaman Pangan
Galata Lestarindo. 12 p. Sukamandi, p.20-24.
Rochayati, S., Mulyadi dan J.S. Adiningsih. 1991. Penelitian efisiensi Suryadi, Y., Yulianto dan S. Kartaatmadja. 1995. Pengaruh kalium dan
pupuk di lahan sawah. Prosiding Lokakarya Nasional Efi- siensi mulsa terhadap penyakit hawar daun bakteri (Pseudomonas
Penggunaan pupuk V. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. syringae pv. glycinea). Risalah Kongres Nasional XII dan
p. 187-202. Seminar Ilmiah PFI, Yokyakarta. p 414-417.
Santoso, D. dan Mursidi. 1976. Percobaan waktu pemberian kalium Toha, H.M., A.K. Makrim, dan S. Abdulrachman. 2001. Pemupukan
pada padi sawah. Publ. LPT. No. 1. NPK pada varietas IR64 di musim ketiga pola indeks
Sia, V. dan Bambang, H.D. 1995. Kajian pemupukan kalium dan saat pertanaman padi 300. Penelitian Pertanian. 20(10:40-49.
inokulasi jamur Altenaria porri terhadap intensitas serangan Tyasdjaja, A., T. Puspitarati, A.A. Daradjat dan H.M. Toha. 1998.
penyakit bercak ungu dan hasil bawang putih varietas Lumbu Deskripsi varietas unggul padi 1991-1998. Balai Penelitian
Putih. Risalah Kongres Nasional XII dan Seminar Ilmiah PFI, Tanaman Padi. 26 p.
Yokyakarta. p 614-617.

29

Anda mungkin juga menyukai