PENDAHULUAN
1
2
siklus pada alat reproduksi yang dipengaruhi hormon cukup baik untuk
kehamilan. Dalam keadaan normal, masa reproduksi dimulai ketika sudah
terjadi pengeluaran sel telur yang matang (ovulasi) pada siklus menstruasi.[4]
Menstruasi atau haid atau datang bulan adalah perubahan fisiologis dalam
wanita yang terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh hormon reproduksi.
Periode ini penting dalam hal reproduksi, biasanya terjadi setiap bulan antara
remaja sampai menopause.[5] Umumnya, jarak siklus menstruasi berkisar 15
sampai 45 hari, dengan rata-rata 28 hari, dengan rata-rata 4-6 hari. Darah
menstruasi biasanya tidak membeku. Jumlah kehilangan darah tiap siklus
berkisar dari 60-80 ml.[6]
Saat menstruasi terdapat beberapa gangguan seperti : hipermonorea,
hipomenorea, polimenorea, oligomenorea, amenorrea, metroragia,
premenstrual tension, mastalgia, mittelschmerz, dan dismenore. Namun yang
sering di alami oleh wanita adalah dismenore. Dismenore adalah nyeri haid
yang terjadi tanpa tanda-tanda infeksi atau penyakit panggul. Dismenore
biasanya terjadi akibat pelepasan berlebihan prostaglandin tertentu,
prostaglandin f2 alfa, dari sel-sel endometrium uterus. Prostaglandin f2 alfa
adalah suatu peransang kuat kontraksi otot polos miometrium dan konstriksi
pembuluh darah uterus. Hal ini memperparah hipoksia uterus secara normal
terjadi pada haid, sehingga timbul rasa nyeri hebat.[7]
Dismenore dibagi menjadi dua, yaitu dismenore primer dan dismenore
sekunder. Dismenore primer adalah nyeri haid yang tanpa disertai dengan
kelainan anatomis genetalia dan terjadi bersamaan atau beberapa waktu
setelah menarche. Rasa nyeri yang dirasakan sebelum atau bersamaan dengan
hari pertama menstruasi dan berlangsung beberapa jam walaupun pada
beberapa kasus dapat berlangsung beberapa hari.[8] Dismenore sekunder
adalah nyeri yang muncul setelah haid, yaitu jika ada penyakit atau kelainan
yang menetap seperti infeksi rahim, kista atau polip serta kelainan posisi
rahim yang mengganggu organ atau jaringan di sekitarnya dan disertai dengan
kelainan anatomis genetalia. Dismenore primer ini mencapai puncaknya pada
hari pertama dan kedua.[9]
3
Dismenore primer biasanya dimulai pada saat seorang wanita berumur 2-3
tahun setelah menarche dan mencapai maksimalnya pada usia 15 dan 25
tahun.[10] Berdasarkan hal tersebut maka dismenorea primer mungkin akan
terjadi pada remaja berusia 15-17 tahun. Remaja pada usia tersebut sedang
berada di Sekolah Menengah Atas (SMA), terutama yang baru mengalami
nyeri haid/dismenore rata-rata berada pada kelas X Sekolah Menengah Atas.
Hampir seluruh perempuan pasti pernah merasakan nyeri haid dengan
berbagai tingkatan, mulai dari yang sekedar pegal-pegal di panggul dari sisi
dalam hingga rasa nyeri yang luar biasa sakitnya. Umumnya nyeri yang biasa
terasa di bawah perut itu terjadi pada hari pertama dan kedua menstruasi. Rasa
nyeri akan berkurang setelah keluar darah yang cukup banyak.[4] Penderita
nyeri haid atau dismenore biasanya mengalami keluhan yang paling hebat
pada hari pertama haid. Keluhan akan berkurang pada hari-hari berikutnya.
Umumnya berlansung tidak lebih dari 12-16 jam. Namun, ada juga wanita
yang mengalami nyeri haid mulai dari awal haid sampai hingga terakhir haid,
yaitu sekitar 5-6 hari.[11]
Angka kejadian nyeri haid di dunia sangat besar. Rata-rata lebih dari 50%
perempuan di setiap negara mengalami nyeri haid. Di Amerika angka
presentasenya sekitar 60% dan di Swedia sekitar 72%. Sementara di Indonesia
angkanya diperkirakan 55% perempuan usia produktif yang tersiksa oleh nyeri
selama menstruasi. Angka kejadian (prevalensi) nyeri haid berkisar 45-95% di
kalangan wanita usia produktif. Walaupun pada umumnya tidak berbahaya,
namun seringkali dirasa mengganggu bagi wanita yang mengalaminya.
Derajat nyeri dan kadar gangguan tentu tidak sama untuk setiap wanita. Ada
yang masih bisa bekerja (sesekali sambil meringis), adapula yang tidak kuasa
beraktifitas karena nyerinya.[4]
Penanganan nyeri dapat dilakukan secara farmakologi dan nonfarmakologi.
Penanganan secara farmakologi adalah dengan mengkonsumsi obat-obatan anti
nyeri seperti ibuprofen, naproxen, dan asam mefenamat. Tetapi
mengkonsumsi obat yang terlalu lama akan mengakibatkan banyak kerugian
yaitu dapat menimbulkan iritasi lambung, kolik usus, diare dan serangan
4
namun mereka tidak dapat berkonsentrasi dengan baik karena harus menahan
rasa nyeri, saat ditanya mengenai penanganan nyeri haid dengan
menggunakan kompres hangat mereka menjawab tidak tau bahwa kompres
hangat bisa digunakan untuk menurunkan nyeri haid, padahal kompres hangat
mudah, aman, dan dapat dilakukan dimana saja hanya dengan bermodalkan
botol dan air hangat yang dapat diproleh di kantin sekolah. Nyeri haid yang
dirasakan setiap bulannya, jika terus dibiarkan tentu akan menyebabkan siswi
tersebut akan ketinggalan matapelajaran dikelas sehingga dapat menyebabkan
prestasi belajar siswi tersebut juga menurun, oleh karena itu masalah ini tidak
bisa dibiarkan dan harus ada penanganan yang baik dan tepat.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan dan latar belakang, maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian di SMK Negeri 01 Nanga Taman tentang
pengaruh kompres hangat terhadap intensitas nyeri haid.